LP CKD Fix
LP CKD Fix
Nama Kelompok :
ILMU KEPERAWATAN
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
3. Penyebab
Penyebab CKD menurut Smeltzer (2002) adalah :
1. Infeksi: pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan: glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif: nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis
4. Penyakit metabolik: DM, Gout, Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
5. Nefropati obstruktif: Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale
6. Nefropati obstruktif:
a. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli, neoplasma, fibrosis, netroperitoneal
b. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
4. Patofisiologi
Pada gagal ginjal terjadi penurunan fungsi renal yang mengakibatkan produk
akhir metabolisme protein tidak dapat diekskresikan ke dalam urine sehingga
tertimbun didalam darah yang disebut uremia. Uremia dapat mempengaruhi setiap
sistem tubuh, banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan glomerulus yang berfungsi dan menyebabkan penurunan klirens dan
substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan menempatkan
urine 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus
(akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar
kreatinin serum akan meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator yang paling
sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konsisten oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal tetapi juga oleh masukan protein
dalam diet katabolisme dan jaringan dan luka (RBC) dan medikasi seperti steroid
Ginjal tidak mampu untuk mengonsistensikan atau mengencerkan urine
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir; respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Pasien sering
menahan cairan dan natrium, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktifitas aksis renin
angiotensin dan keduanya bekerjasama dan meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien
lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam dan diare menyebabkan
penipisan air dan natrium yang semakin memperburuk status uremik.
5. Klasifikasi
Secara umum Gagal Ginjal Kronik dibagi menjadi 3 stadium yaitu :
1. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
a) Kreatinin serum dan kadar BUN normal
b) Asimptomatik
c) Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2. Stadium II : Insufisiensi ginjal
a) Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
b) Kadar kreatinin serum meningkat
c) Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
a) Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
b) Ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
c) Air kemih/urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
6. Gejala kilinis
Tanda dan gejala CKD menurut Smeltzer (2002) adalah:
a. Kardiovaskuler: hipertensi, piting edema (kaki, tangan, sakrum), edema
periorbital, pembesaran vena leher.
b. Integumen: warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Pulmoner: krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan kussmaul.
d. Gastrointestinal: napas berbau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia, mual dan muntah, konstipasi atau diare, perdarahan dari saluran GI.
e. Neurologi: kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Muskuloskletal: kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, Fatique (keletihan
dan kelelahan), perasaan tertusuk jarum pada anggota gerak, hilangnya rasa di
daerah tertentu, mudah lecet
g. Reproduktif : amenore, atrofi testikuler, penurunan libido
h. Sistem Perkemihan: Uremia, Proteinuria, nokturia, poliuria
7. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum (GCS)
Ciri tubuh: Kulit , rambut , postur tubuh
Tanda vital: Nadi, suhu tubuh, tekanan darah dan pernafasan
2. Head to toe
Kepala
a) Inspeksi : Berbentuk kepala,distribusi rambut bentuk wajah, bentuk mata,
bentuk hidung, bentuk mulut, benttuk gigi normal dan bentuk leher.
b) Palpasi : Nyeri tekan di kepala
Wajah
a) Inspeksi : Bentuk wajah
b) Palpasi : Nyeri tekan di wajah
Mata
a) Inspeksi : Bentuk mata, sklera, konjungtiva, pupil,lapang pandang,
pergerakan bola mata
b) Palpasi : Nyeri tekan pad bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna
mukosa sklera
Hidung
a) Inspeksi : Bentuk hidung, pernafasan cuping hidung, sekret
b) Palpasi : Nyeri tekan pada hidung
Telinga
a) Inspeksi : Bentuk telinga,serumen pada telinga
b) Palpasi : Nyeri tekan pada telinga
Mulut
a) Inspeksi : Bentuk mulut,bentuk gigi,bentuk lidah
b) Palpasi : Nyeri tekan pada lidah,gusi, gigi
Leher
a) Inspeksi : Bentuk leher
b) Palpasi : Nyeri tekan pada leher
Dada
a) Inspeksi : Bentuk dada, pengmbangan dada, frekuensi pernafasan
b) Palpasi : Pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi
c) Perkusi : Ada /Tidak penumpukan sekret, batas jantung dan paru
d) Auskultasi : Bunyi paru dan suara nafas
Adomen
a. Inspeksi : Bentuk abdomen, warna kulit abdomen
b. Auskultasi : Bising usus
c. Palpasi : Ada /tidak ada spasme abdmen, batas hepar, dan ginjal,
nyeri tekan pada ginjal
d. Perkusi : Ada / tidak ada distensi kandung kemih dan saluran cerna
Genitalia
a. Inspeksi : Bentuk alat kelamin
b. Palpasi : Nyeri tekan pada alat kelamin, distribusi
rambut
Integumen
a. Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit
b. Palpasi : Nyeri tekan pada kulit
Ekstremitas
Atas :
a. Inspeksi : Warna kulit, bentuk tangan
b. Palpasi : Nyeri tekan, kekuatan otot
Bawah :
a. Inspeksi : Warna kulit, bentuk kaki
b. Palpasi : Nyeri tekan, kekuatan otot
Pemeriksaan Neurologis
a. Status mental dan emosi : Kesadaran, perilaku, mood,
ekspresi wajah, bahasa, daya ingat jangka panjang, daya ingat jangka
pendek, persepsi, orientasi terhadap orang, tempat, waktu, emosi
b. Pengkajian saraf kranial : saraf I sampai saraf XII
c. Koordinasi ekstremitas bawah
d. Koordinasi tubuh
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Urine:
Volume : oligouria atau anuria, warna keruh, berat jenis kurang dari 1,015,
osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg, klirens kreatinin mungkin agak
menurun, natrium > 40 mEq/L, proteinuria (3-4+).
b. Darah:
BUN/Kreatinin meningkat (kreatinin 10 mg/dl), Hematokrit menurun, HB < 7-
8 g/dL), Gas darah arteri : pH < 7,2 ,bikarbonat dan PCO2 menurun. Natrium
mungkin rendah atau normal, kalium, magnesium/ fosfat meningkat, kalsium
menurun, protein ( khususnya albumin) menurun, osmolalitas serum > 285
mOsm/kg.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. USG Ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran kemih atas.
b. Biopsy ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologist.
c. Endoskopi ginjal, nefroskopi : menentukan pelvis ginjal; keluar batu,
hematuri, pengangkatan tumor selektif.
d. EKG : mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa
e. KUB foto : menunjukkan ukuran ginjal/ ureter/ kandung kemih dan adanya
obstruksi batu.
f. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : menunjukkan
demineralisasi dan kalsifikasi
c. Pemberian Kalsium
Kalsium diberikan apabila terjadi hipokalsemia dan berguna untuk mencegah
komplikasi osteoporosis.
d. Hiperfosfatemia dan hiperkalemia ditangani dengan natrium karbonat dosis tinggi
untuk mengganti antasida yang mengandung aluminium karena dapat
menyebabkan toksisitas.
e. Hipertensi ditangani dengan medikasi anti hipertensi. Gagal jantung kongestif dan
edema pulmoner ditangani dengan pembatasan cairan, diet rendah natrium,
diuretik, agen inotropik seperti digitalis atau dobutamine dan dialysis.
f. Anemia ditangani dengan pemberian epogen (eritropoetin manusia rekombinan)
g. Dialisis
Dialisis dilakukan apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna
waktu, penderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya.
Kadar kreatinin serum biasanya diatas 6 mg/dl pada laki-laki dan 4 mg pada
perempuan dan GFR kurang dari 4 ml/mnt.
11. Kompikasi
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung
c. Penyakit tulang
d. Hipertensi
e. Anemia (Smeltzer, 2002).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Data subjektif :
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit
c. Alasan dirawat
b) Keluhan pasien :
a. Pasien mengatakan sering merasa cemas
b. Pasien mengatakan lemah, letih dan lesu dan gelisah
c. Pasien mengatakan sulit tidur
d. Pasien mengtakan kulitnya terasa gatal
c) Data objektif :
a. Terdapat oedem karena kelebihan cairan
b. Turgor kulit menurun
c. Penurunan fungsi ginjal, oliguri sampai anuria
d) Pemeriksaan lain:
a. Bernafas
b. Gejala : nafas pendek, dispnea noktural proksimal, batuk dengan tanpa
sputum,kental dan banyak
c. Tanda:takipnea, dipnea, peningkatan frekwensi/ kedalam napas(pernafasan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah, mudah encer (edema paru).
d. Makan/minum
• Gejala: penurunan frekuensi urine, oliguri, anoreksia,
nyeri ulu hati, mual dan muntah.
• Tanda: distensi abdomen/acites, pembesaran hati (tahap akhir),
perubahan turgor kulit/kelemahan, edema, ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah, penurunan otot,penurunan lemak
subkutan, penampilan tidak bertenaga.
e. Eliminasi
• Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, abdomen kembung,
diare/konstipasi.
• Tanda : perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah coklat,
oliguria dapat menjadi anuria.
f. Mobilisasi
• Gejala : kelelahan, kelemahan, malaise
• Tanda : penurunan gerak, kelemahan otot, kehilangan tonus
g. Tidur dan istirahat
• Gejala : gangguan tidur seperti insomnia, gelisah serta
somnolen
• Tanda : ada warna hitam di bawah kantung mata, pucat
h. Berpakaian
• Gejala : pakaian tampak kusam, kotor dan bau
• Tanda : pakian penuh keringat dan tidak rapi
i. Pengaturan suhu tubuh
• Gejala : suhu tubuh turun, kedingingan
• Tanda : tidur paskai selimut dan tebal
j. Kebersihan diri
• Gejala : kulit kurang bersih,turgor kulit menurun
• Tanda : kulit tampak sedikit kemerahan
k. Rasa nyaman
• Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot.
• Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah
m. Komunikasi
• Gejala : kurang mau berkomunikasi dengan orlang lain (orang
yang belum dikenal)
Tanda : hanya berkomunikasi dengan isti dan orang yang tidak dikenal
n. Ibadah
• Gejala : tidak dapat sembahyang seeperti biasanya
o. Belajar
• Gejala : Riwayat DM keluarga, penyakit perkistik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulator
sekunder akibat CKD ditandai dengan adanya piting edema (kaki, tangan,
sakrum), kulit mengkilap, edema periorbital, penurunan haluaran urine, kenaikan
berat badan.
b. PK Uremia
c. PK Anemia
d. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
akibat gangguan ginjal ditandai dengan pasie mengeluh nyeri, agitasi, ansietas,
peka rangsang.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, muntah ditandai dengan pasien kehilangan nafsu
makan, kelemahan otot, penurunan albumin serum.
f. PK Hipertensi
g. PK Asidosis metabolik
h. PK Hiperkalemia
i. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot.
j. Kerusakan integritas kulit berhubungan berhubungan dengan uremia ditandai
dengan gatal-gatal
3. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru ditandai dengan Ps
tampak sianosis, GDA : Hiperkapue, hipoksemia, Ps mengatakan pusing.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pertukaran
gas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
1. Pasien tidak sesak
2. Warna kulit normal (sawo matang)
3. Nilai GDA dalam batas normal
4. Respirasi rate : 23x/menit
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Auskultasi bunyi nafas, catat bunyi nafas, ronki, mengi indikasi kongesti paru /
pengumpulan sekret
2 Anjurkan pasien nafas dalam membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen
3 Anjurkan perubahan posisi sesering mungkin setiap 2 – 3 mencegah atelektasis dan
jam. pneumonia
2. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri pinggang akibat batu besar dan kasar
sehingga menekan saraf perifer
Tujuan:
1.Mengurangi rasa nyeri pasien
2. Pasien tidak tampak meringis
Kriteria hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan 30 menit di harapkan:
1. nyeri pasien berkurang dengan skala 1-3
2. pasien tidak meringis lagi
No Intervensi Rasional
1 Ajarkan metode distraksi dan dengan memberikan metode distraksi
relaksasi selama nyeri. dan relaksasi dapat menurunkan
ketegangan otot abdomen
2 Anjurkan pasien untuk Istirahat akan merelaksasikan semua
istirahat siang dan dengan jaringan sehingga akan meningkatkan
waktu tidur yang tidak kenyamanan
terganggu pada malam hari
(harus istirahat bila nyeri
mereda)
No Intervensi Rasional
1 Auskultasi bunyi nafas, catat adanya Menyatakan adanya pengumpulan sekret
crakles
2 Ajarkan pasien nafas dalam Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
O2
3 Atur posisi senyaman mungkin Mencegah terjadinya sesak nafas
seperti posisi fowler atau semi fowler
4 Batasi untuk beraktivitas Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya
sesak atau hipoksia
Intervensi keperawatan :
No Intervensi Rasional
1. Auskultasi nadi apikal, observasi kondisi ini menunjukkan takikardi atau
frekwensi, irama jantung bradikardi, regular atau irregular
2 Catat bunyi jantung, palpasi nadi gangguan perfusi jaringan tampak pada
perifer, pantau tekanan darah nadi, dan tekanan darah
3 Observasi kulit terhadap pucat, pucat indikasi penurunan perfusi
dan sianosis perifer, cyanosis karena kongesti vena
4 Berikan oksigen tambahan sesuai meningkatkan sediaan oksigen untuk
indikasi miokard.
5 Tinggikan kaki, hindari tekanan menurunkan statis vena, dan insiden
pada bawah kulit lutut thrombus
6 Berikan obat sesuai instruksi / menurunkan preload, afterload
kolaborasi
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1 Awasi konsumsi makanan / cairan Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
2 Perhatikan adanya mual dan muntah Gejala yang menyertai akumulasi toksin
endogen yang dapat mengubah atau
menurunkan pemasukan dan memerlukan
intervensi
3 Berikan makanan sedikit tapi sering Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
masukan makanan
4 Tingkatkan kunjungan oleh orang Memberikan pengalihan dan meningkatkan
terdekat selama makan aspek sosial
6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan odema dan rentensi Na dan H20
meningkat Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan
kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
No Intervensi Rasional
1 Batasi masukan cairan Pembatasan cairan akn menentukan BB
ideal, haluaran urin, dan respon terhadap
terapi
2 Kaji status cairan dengan Peningkatan dan penurunancairan bisa
menimbang BB perhari, terlihat pada salah satu tanda-tanda
keseimbangan masukan dan seperti turgor kulit dan tanda vital
haluaran, turgor kulit tanda-tanda
vital
3 Jelaskan pada pasien dan keluarga Pemahaman meningkatkan kerjasama
tentang pembatasan cairan pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan
4 Anjurkan pasien / ajari pasien untuk Untuk mengetahui keseimbangan input
mencatat penggunaan cairan dan output
terutama pemasukan dan haluaran
7. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan proteinuria oleh karena sekresi
protein terganggu ditandai dengan pasien sering berkemih pada malam hari.
Tujuan : Setelah diberi askep 2 x 24 jam diharapkan pasien dapat berkemih dengan
normal, kriteria hasil tidak nyeri saat berkemih, warna urin normal.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Catat keluaran urin, selidiki penurunan / penurunan aliran urin tiba-
penghentian aliran urin tiba-tiba tiba mengindikasikan
obstruksi atau disfungsi
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Periksa tanda – tanda vital hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
sebelum dan segera setelah aktivitas atau pengaruh fungsi jantung.
aktivitas.
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis ditandai dengan pasien merasa
gatal seluruh tubuhnya.
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
No Intervensi Rasional
1 Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, Menandakan area sirkulasi buruk atau
turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kerusakan yang dapat menimbulkan
kemerahan pembentukan dekubitus / infeksi
2 Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
dan membran mukosa berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan
3 Inspeksi area tergantung terhadap udem Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
4 Ubah posisi sesering mungkin Menurunkan tekanan pada udem , jaringan
dengan perfusi buruk untuk menurunkan
iskemia
5 Berikan perawatan kulit Mengurangi pengeringan , robekan kulit
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Diskusikan arti kehilangan / perubahan Beberapa pasien memandang situasi sebagai
pada pasien tantangan dan sulit menerima perubahan yang
terjadi pada dirinya.
2 Anjurkan orang terdekat memperlakukan Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu
pasien secara normal dan bukan sebagai untuk mengatur situasi dan membantu untuk
orang cacat. mempertahankan perasaan harga diri dan
tujuan hidup.
3 Bantu pasien untuk memasukkan Kebutuhan pengobatan pasien aspek lebih
manajemen penyakit dalam pola hidup. normal bila ini adalah bagian rutin sehari-hari.
Ajarkan tehnik relaksasi. Contoh : Belajar cara untuk rileks, dapat menurunkan takut
visualisasi, dan tehnik napas dalam dan ansietas.
Akui rasa takut/ masalah pasien dan dukungan memampukan pasien memulai
dorong mengekspresikan perasaan membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan
Evaluasi tingkat pemahaman pasien memberikan informasi yang perlu untuk memilih
/ orang terdekat tentang diagnosa intervensi yang tepat
medik
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1 Bantu pasien mengerti tentang Menyiapkan pasien untuk mengatasi kondisi serta
tujuan jangka pendek dan jangka memperbaiki kualitas hidup
panjang
Suyono, S, et all.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: FKUI
Smeltzer, S.C dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih