Anda di halaman 1dari 2

1.

Unsur delik pembunuhan berencana (Moord) dalam Pasal 340 KUHP adalah sama dengan
unsur delik Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP) ditambah dengan unsur perencanaan. Andi
Hamzah menggunakan istilah “dipikirkan lebih dahulu” (met voorbedachten rade). dan Beliau
menuliskan bahwa umumnya Pembunuhan dengan racun merupakan moord atau dipikirkan lebih
dahulu karena harus mencari racun dan bagaimana memasukkan kedalam makanan atau
minuman.
Unsur “rencana lebih dahulu” adalah adanya tenggang waktu antara adanya niat untuk
membunuh dengan pelaksanaan pembunuhan. Ada waktu untuk memikirkan dengan tenang
bagaimana cara melakukan pembunuhan itu. Ada waktu memikirkan apakah pembunuhan itu
dilanjutkan ataukah dihentikan.
Menurut M.v.T bahwa rencana lebih dahulu (voorbedachte rade) mensyaratkan jangka waktu
untuk menimbang secara tenang, atau memikirkan secara tenang. Untuk itu dipandang sudah
cukup bila pembuat delik untuk melaksanakan kejahatan mempunyai waktu untuk
memperhitungkan apa yang akan dilakukannya. Unsur merencanakan lebih dahulu, ini dapat
disimpulkan dari keadaan yang obyektif.
Pada Pembunuhan biasa (doodslag), perbuatan itu dilakukan seketika pada waktu timbul niat,
sedangkan pada pembunuhan berencana (moord), ketika timbul niat, tidak langsung dilaksanakan
seketika itu, tetapi ada waktu untuk berpikir dengan cara bagaimana Pembunuhan itu dilakukan.
Dalam doktrin disimpulkan bahwa waktu ini tidak boleh terlalu sempit tetapi juga tidak perlu
terlalu lama, yang penting adalah terdapat waktu bagi pelaku untuk memikirkan dengan tenang
dengan cara bagaimana pembunuhan itu dilakukan. bahkan ada waktu untuk membatalkan
niatnya.
H.A.K. Moch Anwar menuliskan bahwa didalam pembunuhan biasa (doodslag), pengambilan
keputusan untuk menghilangkan nyawa seseorang dan pelaksanaannya merupakan satu kesatuan,
sedangkan pada pembunuhan yang “dirancangkan terlebih dahulu” (moord), kedua hal itu
terpisah oleh suatu jangka waktu yang diperlukan guna berpikir secara tenang tentang
pelaksanaannya, juga waktu untuk memberi kesempatan guna membatalkan pelaksanaannya.

2. Dalam rumusan Pasal 339 KUHP tersebut, dicantumkan alasan pelaku melakukan
pembunuhan sebagai unsur, yaitu “untuk 1. Mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaan
delik (lain), atau 2. Membunuh karena ingin melepaskan diri sendiri atau peserta lain dari pidana
dalam hal tertangkap tangan, atau 3. Pembunuhan itu dilakukan untuk mempertahankan
(memastikan penguasaan) barang yang diperolehnya secara melawan hukum.” Ini berati bahwa
dalam Pasal 339 KUHP, terdapat tiga kemungkinan motif, dan karena rumusannya alternatif,
maka tidak perlu dipenuhi ketiga-tiganya, cukup satu diantaranya sudah memenuhi unsur delik.
Pembunuhan yang diperberat ini sebenarnya terjadi dua tindak pidana sekaligus, ialah yang satu
adalah pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (Pasal 338) dan lain adalah tindak pidana lain
(selain pembunuhan). Tindak pidana itu harus terjadi, tidak boleh baru percobaan. Apabila
pembunuhannya telah terjadi, akan tetapi tindak pidana lain belum terjadi, misalnya membunuh
untuk mempersiapkan pencurian di mana pencuriannya belum terjadi, maka tindak pidana
berdasarkan Pasal 339 tidak terjadi.
Pembunuhan Pasal 339 ada kemiripannya dengan pencurian dengan kekerasan yang
mengakibatkan kematian orang lain (Pasal 365 ayat (3)). Adami Chazawi mengemukakan
perbedaan antara kedua pasal tersebut, yaitu :
1. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365) kejahatan pokoknya adalah pencurian, sedangkan
kejahatan (Pasal 339) kejahatan pokoknya adalah pembunuhan;
2. Kesengajaan pada Pasal 365 tidak ditujukan pada kematian orang lain, sedangkan pada Pasal
339 ditujukan pada kematian orang lain;
3. pada pencurian dengan kekerasan (Pasal 365), menggunakan upaya kekerasan dan atau
ancaman kekerasan. Artinya kekerasan atau ancaman kekerasan itu mempunyai
peranan/hubungan (secara subyektif) terhadap kejahatan pokok (pencurian), tetapi pada Pasal
339, kejahatan lain itu tidak mempunyai peranan atau andil (secara subyektif) terhadap kejahatan
pokok yakni pembunuhan. Tetapi pembunuhanlah yang yang mempunyai peranan/hubungan
(secara subyektif) terhadap tindak pidana lain;
4. pada unsur maksud, apabila tertangkap tangan, kekerasan atau ancaman kekerasan (Pasal 365)
ditujukan untuk dapat melarikan dirinya sendiri atau peserta lainnya. sedangkan pada Pasal 339
maksud itu, apabila tertangkap tangan ditujukan untuk menghindarkan dari pemidanaan bagi
dirinya ataupun peserta lainnya;
5. Kejahatan Pasal 365 hanya ada satu tindak pidana saja yakni pencurian. Kekerasan atau
ancaman kekerasan bukan tindak pidana, tetapi upaya yang memberatkan pidana pada pencurian.
Tetapi kejahatan Pasal 339 ada 2 tindak pidana, namun bukan perbarengan tindak pidana. Karena
di sini diantara tindak pidana itu ada hubungan yang erat dan berupa suatu rumusan tindak
pidana yang berdiri sendiri;
6. Faktor pemberat pada pencurian Pada Pasal 365 adalah kekerasan atau ancaman kekerasan,
sedangkan faktor pemberat pada Pasal 339 adalah tindak pidana lain;
7. Pada pencurian dengan kekerasan ada bentuk yang memungkinkan untuk dijatuhi pidana mati
(Pasal 365 ayat (4), sedangkan bagi Pasal 339, tidak ada kemungkinan seperti itu;
8. Kekerasan atau ancaman kekerasan adalah upaya melakukan kejahatam pokok yakni
pencurian (Pasal 365), sedangkan kejahaan pokok pembunuhan dapat dianggap sebagai upaya
bagi dilakukannya tindak pidana lain (Pasal 339).

Anda mungkin juga menyukai