SEMESTER : V
2020/2021
LIKUIDASI
KELOMPOK : 3
NAMA ANGGOTA :
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 tentang “LIKUIDASI”.
Makalah ini telah kami susun secara baik dan lancar. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “LIKUIDASI” ini dapat menambah
wawasan dan memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem likuidasi merupakan proses atau cara akibat terjadinya pembubaran atau
perubahan terhadap perusahaan yang mengalami kerugian yang sangat besar jumlahnya
dan tidak mampu untuk membayar segala kerugian tersebut. Sehingga perusahaan
tersebut dengan terpaksa memberhentikan untuk sementara waktu kegiatan dan kinerja
perusahaannya agar tidak menimbulkan risiko-risiko yang mungkin saja dapat terjadi,
Risiko merupakan aspek utama dari kehidupan manusia pada umumnya dan merupakan
faktor penting dalam dunia bisnis. Risiko merupakan kemungkinan penyimpangan
harapan yang tidak menguntungkan, yaitu ketidakpastian suatu peristiwa yang tidak
diinginkan.
Proseslikuidasi dapat diselesaikan dengan penyelesaian melalui pengadilan (formal) atau
penyelesaian melalui jalur di luar pengadilan (informal). Sebagian besar perusahaan
Indonesia memilih penyelesaian informal. Dalam resolusi informal, perusahaan dapat
merestrukturisasi harta atau kewajibannya tanpa harus mengikuti hukum kepailitan.
Sebagai contoh, perusahaan dapat menjual beberapa hartanya untuk melunasi kawajiban-
kewajibannya. Dalam restrukturisasi kewajiban, perusahaan mencoba untuk mencari
investor baru atau melakukan debt to equity swap. Pilihan yang terakhir menyebabkan
pemberi utang berubah status menjadi pemilik perusahaan.
Masalah utama pada penjualan harta adalah pasar yang tidak likuid. Perusahaan
menghadapi kesulitan menjual harta pada harga yang layak. Mengapa? Karena Pembeli
potensial yang mau membeli dengan harga terbaik adalah perusahaan-perusahaan di
industri yang sama. Jika perusahaan pesaing juga terkena dampak penurunan industri
sehingga mereka juga dalam kesulitan likuiditas, maka harga jual harta bisa tertekan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan likuidasi?
2. Apa saja penyebab timbulnya likuidasi?
3. Apa saja tujuan adanya likuidasi?
4. Apa saja tahap tahap likuidasi?
5. Bagaimana proses likuidasi itu terjadi?
6. Bagaimana pencatatan akuntansi likuidasi?
7. Bagaimana penyelesaian jika terdapat kasus likuidasi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan likuidasi.
2. Menegetahui penyebab penyebab timbulnya likuidasi.
3. Mengetahui apa ssja tujuan adanya likuidasi.
4. Mengetahui tahap tahap likuidasi.
5. Mengetahui proses likuidasi itu sendiri.
6. Mengetahui bagaimana akuntansi likuidasi.
7. Dapat meemahami penyelesaian permasalahan jika terdapat kasus likuidasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LIKUIDASI
Likuidasi menurut Floyd A.Beams (1988) adalah “suatu proses yang meliputi merubah aktiva
non kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses merubah aktiva non kas menjadi
kas, melunasi kewajiban firma, dan akhirnya membagi semua kas yang dimiliki kepada
masing-masing anggota sekutu sesuai dengan saldo modalnya”. Sedangkan menurut Harry
Simon (1990) likuidasi adalah proses merealisasikan aktiva non kas menjadi uang kas,
menyelesaikan dengan para kreditur dan pembagian sisa aktiva kepada kelompok-kelompok
pemilikan.
Pengertian likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan pendekatan stock.
Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih
besar dari total aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar, sedangkan total
asetnya hanya Rp 500 juta, maka perusahaan tersebut sudah bisa dinyatakan
likuidasi/bangkrut. Dengan pendekatan aliran kas, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa
menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stock,perusahaan bisa dinyatakan
likuidasi/bangkrut meskipun mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau
mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
Proses likuidasi persekutuan firma biasanya terdiri dari pencairan sebagian atau seluruh
aktivitas menjadi uang kas, penyelesaian dengan kreditor, dam pembagian sisa aktiva
kepada kelompok pemilikan. Pencairan aktiva menjadi uang kas disebut realisasi, sedangkan
pembayaran atas klaim disebut likuidasi. Istilah likuidasi juga digunakan dalam arti yang lebih
luas untuk menyatakan proses likuidasi secara lengkap.
Pada likuidasi persekutuan firma, seorang akuntan harus mampu memberikan saran
mengenai pembagian yang layak atas aktiva diantara para sekutu. Pembagian yang tak
layak, yang menimbulkan pembayaran terlampau tinggi kepada pihak-pihak tertentu dan
merugikan pihak-pihak lain, dapat menimbulkan kewajiban pribadi bagi orang lain yang diberi
wewenang untuk melakukan pembagian aktiva itu.
C. TUJUAN LIKUIDASI
D. TAHAP-TAHAP LIKUIDASI
Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142
ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”),
maka Pasal 142 ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran
perseroan karena alasan-alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib
diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau curator.
Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:
Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor mengenai
pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan kepada
Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi. (Pasal
147 ayat (1) UUPT).
Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam melakukan
pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus meliputi
pelaksanaan:
Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar
daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit
Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua
kreditor yang diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di
luar kepailitan. (Pasal 149 ayat (2) UUPT).
Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu tersebut,
dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri
dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung tanggal penolakan,
sebaliknya kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui
pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran
perseroan diumumkan (Pasal 150 ayat (1) dan (2)). Tagihan yang diajukan kreditor
tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang
diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan demikian pemegang saham wajib
mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara proposional dengan jumlah yang
diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4) dan (5) UUPT).
Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti yang
diatur, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan
ketua pengadilan negeri dapat mengangkat Likuidator baru dan memberhentikan
likuidator lama. Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah yang
bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya (Pasal 151 ayat (1) dan (2)
UUPT).
Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama
Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 152 ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya
status badan hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan
(Pasal 152 ayat (5) dan (6) UUPT).
Ada dua alasan secara teoritis yang mendorong perusahaan menggunakan jalur formal,
yaitu permasalahanCommon Pool, dan Hold Out.
common Pool. Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar total
Rp 20 milyar, yang berasal dari 10 kreditor dengan besar masing-masing adalah sama
(Rp 2milyar). Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15milyar. Jika
dilikuidasi, asset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar Rp 10milyar. Misalkan
kondisi perusahaan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah satu hutangnya,
maka kreditor tersebut bisa menuntut agar perusahaan dibangkrutkan.
Hold-Out. Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil meyakinkan kreditor agar
dilakukan restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap
kreditor), diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, missal Rp 1,4 milyar
untuk setiap kreditor. Jika kreditor menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp
14milyar. Karena nilai perusahaan jika jalan terus adalah Rp 15 milyar, maka pemegang
saham memperoleh sisa sebesar Rp 1 milyar. Perusahaan dengan demikian tidak perlu
dilikuidasi, tetapi masih bisa berjalan terus. Kreditor secara keseluruhan juga diuntungkan
(dibandingkan jika bangkrut), karena nilai Rp 14milyar lebih besar dibandingkan dengan
Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan dilikuidasi.
Likuidasi secara bertahap periodik yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik setelah
terjadinya realisasi aktiva nonkas dan mengikuti prosedur likuidasi secara berulang-ulang
sampai akhirnya semua perkiraan tidak bersaldo.
Likuidasi secara bertahap dengan program kas yaitu proses likuidasi dilakukan secara
periodik dimana daftar likuidasi yang disusun akan sama dengan likuidasi secara bertahap
periodik tetapi perlu membuat suatu program kas terlebih dahulu sebelum daftar likuidasi
disusun, yang menunjukkan bagaimana kas dibagikan kepada para sekutu dikemudian
hari. Disamping itu skedul pembayaran kas pada cara ini juga agak berbeda dengan
likuidasi secara bertahap periodik.
Secara ringkas urutan (prosedur) dalam melikuidasi persekutuan adalah sebagai berikut :
Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar.
Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar
100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas
perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas(kas terhadap kewajiban lancar).
Rasio likuiditas antara lain terdiri dari: Current Ratio : adalah membandingkan antara total
aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Quick Ratio: adalah membandingkan antara (total
aktiva lancar – inventory) dengan kewajiban lancar.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang
meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagaian harta yang
tersisa kepada para sekutu. Tujuan utama dari likuidasi itu sendiri adalah untuk
melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta perusahaan yang dibubarkan
tersebut.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas
partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat
dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa
penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu,
dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan
menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat
memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://krisnaeza.blogspot.com/2015/12/likuidasi.html
https://yunda836.wordpress.com/2017/10/23/materi-akuntansi-keuangan-
lanjutan-1-likuidasi/
http://inopmanik.blogspot.com/2017/08/akuntansi-keuangan-lanjutan-1-
likuidasi.html?m=1
https://afifahandini14.wordpress.com/2016/10/14/akuntansi-keuangan-lanjut-
likuidasi-persekutuan/