PEDOMAN LANGKAH-LANGKAH
PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
SECARA ILMIAH
(Untuk Kalangan Sendiri)
Disusun oleh:
Hadi Suryono, ST, MPPM
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2019
DASAR-DASAR PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
I. PENDAHULUAN
a. Pentingnya Pemecahan Masalah
Dalam manajemen modern Pemecahan Masalah merupakan kebutuhan mutlak bagi
seorang pemimpin.
Banyak orang berpendapat bahwa Pemecahan Masalah merupakan pekerjaan yang
mudah dan tidak perlu dipelajari. Menurut mereka Pemecahan Masalah merupakan
kegiatan rutin yang dihadapi setiap orang. Apabila seseorang menerima masalah, dengan
sendirinya mereka akan memecahkan masalah yang terjadi padanya.
Dalam pemecahan masalah diperlukan teknik-teknik yang merupakan prasayat
yang harus dipenuhi. Selain itu juga dituntut memiliki kemampuan analisis yang tangguh.
Dalam proses manajemen, Pemecahan Masalah merupakan tugas utama bagi
manajer/ pimpinan maupun pembantunya. Dalam kegiatan sehari-hari pemimpin akan
dihadapkan berbagai macam permasalahan/ persoalan. Beberapa masalah dating dengan
sendirinya, artinya seorang manajer akan terbentur masalah. Masalah juga bias dating
melalui informasi orang lain, banyak lagi masalah yang harus ditemukan, digali melalui
pemantauan kegiatan yang memerlukan kepekaan maupun firasat seorang pemimpin.
Manusia memecahkan masalah melalui berbagai cara. Fremont E. Kast dan James
E. Rosenzweig mengemukakan sedikitnya ada 5 (lima) cara berbeda yang dapat ditempuh
manusia dalam memecahkan masalah:
1. Pendekatan pada kekuatan supranatural.
2. Pendekatan melalui kekuasaan (otoritas).
3. Naluri (intuisi).
4. Pengetahuan awam (common sense)
5. Metode Ilmiah.
Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam memecahkan masalah melalui metode ilmiah:
1. Penggunaan prosedur dan teknik-teknik yang diakui khalayak ramai.
2. Sikap perilaku (dalam hal ini para pengambil keputusan) yang obyektif dan beralasan,
tidak dibantu oleh perasaan emosinya.
3. Menghindari subyektifitas dan memecahkan masalah secara logis.
4. Menahan sejauh mungkin praduga sebelum informasi yang relevan dan meyakinkan
masuk dalam pengolahan.
5. Bersifat selektif (tidak dipukul rata) dan kreatif.
6. Mampu menghadapi tantangan-tantangan baru, bersifat mengkaji, membobot dan
menjelaskan rinci.
7. Senantiasa menuntut keyakinan atas dasar “Mengapa sesuatu harus terjadi?”
Kegiatan Penemuan Masalah disebut juga kegiatan penemuan penyimpangan masalah. Pakar
Pemecahan Masalah yang menjelaskan pengertian masalah ini adalah Charles H. Kepner dan Benjamin
Tregue.
Menurut kedua pakar tersebut, masalah adalah: “ penyimpangan dari prestasi yang seharusnya dicapai
dengan prestasi yang sebenarnya dicapai”
Prestasi Seharusnya
Perubahan Penyimpangan
Sekarang
Dengan bantuan gambar dapat terlihat dengan jelas apa yang dimaksud dengan masalah, adalah
penyimpangan dari prestasi yang seharusnya dicapai. Dengan gambar tersebut mengingatkan kita agar
tidak terjebak pada penyakit loncat ke sebab.
Sumber masalah kesehatan lingkungan dapat ditemukan di lingkungan hidup sekitar manusia,
diantaranya:
a. Lingkungan pemukinan
b. Lingkungan kerja perkantoran
c. Lingkungan perusahaan
d. Tempat-tempat umum
e. Tempat pariwisata
f. Fasilitas kesehatan
g. Tempat-tempat pengelolaan sampah, limbah di lingkungan
h. Sanitasi industri, Dst.
Masalah kesehatan lingkungan dapat ditemukan melalui berbagai macam kondisi dan cara, misalnya
sebagai berikut:
a. Survay
b. Pengukuran
c. Wawancara
d. Melalui perintah
e. Adanya program pemerintah
f. Dan lain sebagainya
Instrumen yang digunakan dalam menemukan masalah kesehatan lingkungan bentuknya tergantung
dari metode survey yang ditempuh. Jika melakukan survey masalah kesehatan lingkungan di
pemukiman, maka instrumen bisa menggunakan kartu rumah sehat bisa juga dalam bentuk formulir
inspeksi sanitasi atau dapat pula membuat sendiri instrumen kesehatan lingkungan sesuai dengan
tujuan survey yang dilakukan.
Contoh masalah:
1. Masih banyak masyarakat di Kecamatan Sukolilo yang belum memiliki jamban sehat..
2. Masih banyak ditemukan pada pemukiman penduduk adanya jentik dan nyamuk Aedes Aegypti.
3. Angka kepadatan lalat masih tinggi.
Langkah ke-2 : PENENTUAN PRIORITAS
Penentuan prioritas perlu dilakukan, karena pada kenyataannya masalah kesehatan lingkungan masih
sangat banyak ditemukan pada saat yang bersamaan. Lebih-lebih di Indonesia sebagai negara
berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak dan kondisi tingkat pendapatan masyarakat yang
masih rendah mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan, sehingga dalam pemecahan permasalahan
kesehatan lingkungan harus ditentukan prioritas mana yang marus ditetapkan terlebih dahulu.
Untuk menentukan prioritas diperlukan suatu criteria untuk mengujinya.
Kriteria “gawat” , “mendesak” dan “mudah dilakukan/ditangani” cukup akurat untuk penentuan
prioritas tersebut. Dalam menerapkan teknik pemecahan masalah kita selalu dituntut untuk
menggunakan kemampuan analisis yang tinggi. Tentu saja pembobotan (weighting) sangat diperlukan
dalam hal kegiatan penentuan prioritas ini. Jika masalah kesehatan lingkungan sangat gawat bagi
kesehatan manusia harus diprioritaskan untuk segera ditangani. Pembobotan dapat diberikan sebagai
berikut:
Kriteria mendesak dikaitkan dengan waktu. Kalau dirasakan masalah Kesehatan Lingkungan
mendesak sekali untuk segera ditangani, maka harus diprioritaskan untuk segera ditangani.
Pembobotannya sebagai berikut:
Contoh:
No. Masalah Gawatn Mendesak Mudah Jumlah Prioritas
ya nya dilakukan Score
1. Masih banyak 4 5 2 11 II
masyarakat di
Kecamatan Sukolilo
yang belum memiliki
jamban sehat.
2. Masih banyak 5 5 5 15 I
ditemukan pada
pemukiman penduduk
adanya jentik dan
nyamuk Aedes Aegypti
Dari contoh tersebut Nampak bahwa masalah masih ditemukan jentik dan nyamuk Aedes Aegypti di
pemukiman penduduk menempati ranking pertama disusul masalah masyarakat Sukolilo yang belum
memiliki jamban sehat dan tingginya angka kepadatan lalat.
Untuk memudahkan dalam mengingat kriteria, maka dibuat singkatan, yaitu “ADISKABAG”, dengan
penjelasan sebagai berikut:
A = Menyatakan apa masalahnya?
Di = Menyatakan Dimana masalah itu terjadi?
S = Menyatakan Siapa yang mempunyai masalah?
Ka = Menyatakan Kapan masalah terjadi?
Bag = Menyatakan Bagaimana parahnya masalah?
Selain ADISKABAG sebagai kriteria yang sangat berperanan untuk merumuskan masalah, diperlukan lagi
kriteria, yaitu:
- Singkat, jelas, lengkap
- Spesifik
- Negatif
- Dapat diukur
1) Perumusan Tujuan:
Dalam memecahkan masalah kita harus mempertimbangkan kemampuan kita untuk melakukan
proses pemecahan masalah tersebut, yaitu sarana-prasarana, sumber daya pendukung dan sumber
daya manusianya. Langkah pemecahan masalah yang kita ambil juga tergantung seberapa parah
masalah yang kita hadapi sesuai dengan rumusan masalah yang telah kita buat. Sebelum kita
melakukan langkah pemecahan masalah terlebih dahulu harus kita rumuskan dulu masalah tersebut
ke dalam rumusan tujuan.
Bedanya dengan rumusan masalah, kalau dalam perumusan masalah kalimatnya negatif, maka
dalam perumusan tujuan kalimatnya positif. Kriteria yang dipakai juga sama sebutannya dengan
kriteria perumusan masalah, yaitu ADISKABAG, hanya singkatannya sedikit berbeda, sebagai berikut:
A = Apa masalahnya?
DI = Dimana masalah terjadi?
S = Siapa yang memiliki masalah ?
KA = Kapan akan diselesaikan?
BAG = Bagaimana penyelesaian masalah tersebut.
Selain 5 (lima) kriteria tersebut di atas juga diperlukan kriteria tambahan, yaitu:
- singkat, jelas dan lengkap
- spesifik
- positif
- dapat diukur
Dorothy P. Craig memberikan rambu-rambu dengan menyebutkan : List as many possible alternate as
you can, from whatever source you like. You may want to use a brainstorming process with a group of
people in your organization, or you may want to ask people you see as a meeting if they have any ideas”
Contoh Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan:
a. Untuk Permasalahan masih ditemukannya jentik dan nyamuk penyebab DBD:
1. Mengadakan penyuluhan tentang Penyakit DBD, penyebab, pencegahan dan cara
penaggulangannya.
2. Melakukan kegiatan PSN di lokasi yang ditetapkan
3. Melakukan kerja bhakti bersama masyarakat.
Contoh weighting:
No Kriteria Alternatif I Alternatif II Alternatif III Kerja
. Penyuluhan Kegiatan PSN Bhakti
1. Biaya 80 70 100
2. Manfaat 70 100 90
3. Efektivitas 80 100 70
4. Politis 70 100 80
5. Administrasi 70 100 80
6. Hukum 95 95 95
7. Pemerataan/keadilan 80 80 80
8. Waktu 80 70 100
9. Sosial – Budaya 80 80 80
10. Lingkungan 100 70 80
JUMLAH 805 865 855
Urutan Prioritas III I II
Pengambilan Keputusan
Dalam pencarian alternatif-alternatif pemecahan masalah kita telah memilih alternatif terbaik I
dan alternatif terbaik II untuk dipilih dalam pengambilan keputusan. Namun harus diingat bahwa
pemecahan masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat masih harus mempertimbangkan
aspek-aspek yang perlu kita perhatikan, yaitu aspek yang berasal dari kepentingan dan kebutuhan
masyarakat. Aspek ini kita pertimbangkan setelah kita menyusun urutan alternatif dengan cara
menggunakan 5 kriteria dan pembobotan (weighting).
Selanjutnya setelah kita selesai menyelesaikan Analisis Keputusa, kita membuat kesimpulan
pengambilan keputusan berdasarkan alternatif terpilih (prioritas tertinggi).
Contoh Kesimpulan pengambilan keputusan:
Setelah dilakukan analisis terhadap alternatif pemecahan masalah yang telah dibuat, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan alternatif
yang mendapat prioritas utama, disusul prioritas selanjutnya yaitu penyuluhan, membuat jamban
komunal dan arisan jamban
Untuk kegiatan PSN maka dapat dibuat list kegiatan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan 3M
2. Pelaksanaan Abatisasi
3. Kegiatan Fogging
Ketiga kegiatan tersebut harus dirinci lagi kedalam kegiatan yang lebih detail dalam pelaksanaannya,
dengan mempertimbangkan urutan dan pengelompokan kegiatan menggunakan fungsi manajemen
yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) berdasarkan sumber daya yang tersedia
(5M), misalnya:
b. Pelaksanaan:
- Pelaksanaan Sosialisasi
-Pelaksanaan Pengurasan bak kamar mandi atau tempat penampung air bersih lainnya
- Pelaksanaan Pembuatan tutup tempat penampung air
-Pelaksanaan penguburan tempat/ kontainer berupa kaleng bekas, gelas plastik bekas,
botol bekas dan lain-lain.
-Cara pengawasan dan tindak lanjutnya.
Setelah list kegiatan sudah dilakukan, maka dilanjutkan dengan pembuatan Rencana Tindakan /Action
Plan (Plan of Action), sebagai berikut:
Formulir tersebut selanjutnya kita isi dengan data-data yang sesuai hasil perencanaan yang telah kita
buat. Perincian secara detail tentang perhitungan alat, bahan/material, tenaga dan biaya/anggaran
dibuat pada lampiran tabel POA yang telah dibuat.
Rencana Tindakan yang dibuat hendaknya dilengkapi dengan perencanaan yang lain yang merinci
kegiatan tersebut secara detail, seperti Rencana Kebutuhan Bahan, Alat, Sarana-prasarana, Biaya dan
Tenaga yang diperlukan.
Kelengkapan tersebut dilampirkan dalam Rencana Tindakan.