Anda di halaman 1dari 20

BUKU PEGANGAN

PEDOMAN LANGKAH-LANGKAH
PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
SECARA ILMIAH
(Untuk Kalangan Sendiri)

Disusun oleh:
Hadi Suryono, ST, MPPM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2019
DASAR-DASAR PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN
a. Pentingnya Pemecahan Masalah
Dalam manajemen modern Pemecahan Masalah merupakan kebutuhan mutlak bagi
seorang pemimpin.
Banyak orang berpendapat bahwa Pemecahan Masalah merupakan pekerjaan yang
mudah dan tidak perlu dipelajari. Menurut mereka Pemecahan Masalah merupakan
kegiatan rutin yang dihadapi setiap orang. Apabila seseorang menerima masalah, dengan
sendirinya mereka akan memecahkan masalah yang terjadi padanya.
Dalam pemecahan masalah diperlukan teknik-teknik yang merupakan prasayat
yang harus dipenuhi. Selain itu juga dituntut memiliki kemampuan analisis yang tangguh.
Dalam proses manajemen, Pemecahan Masalah merupakan tugas utama bagi
manajer/ pimpinan maupun pembantunya. Dalam kegiatan sehari-hari pemimpin akan
dihadapkan berbagai macam permasalahan/ persoalan. Beberapa masalah dating dengan
sendirinya, artinya seorang manajer akan terbentur masalah. Masalah juga bias dating
melalui informasi orang lain, banyak lagi masalah yang harus ditemukan, digali melalui
pemantauan kegiatan yang memerlukan kepekaan maupun firasat seorang pemimpin.
Manusia memecahkan masalah melalui berbagai cara. Fremont E. Kast dan James
E. Rosenzweig mengemukakan sedikitnya ada 5 (lima) cara berbeda yang dapat ditempuh
manusia dalam memecahkan masalah:
1. Pendekatan pada kekuatan supranatural.
2. Pendekatan melalui kekuasaan (otoritas).
3. Naluri (intuisi).
4. Pengetahuan awam (common sense)
5. Metode Ilmiah.

Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam memecahkan masalah melalui metode ilmiah:
1. Penggunaan prosedur dan teknik-teknik yang diakui khalayak ramai.
2. Sikap perilaku (dalam hal ini para pengambil keputusan) yang obyektif dan beralasan,
tidak dibantu oleh perasaan emosinya.
3. Menghindari subyektifitas dan memecahkan masalah secara logis.
4. Menahan sejauh mungkin praduga sebelum informasi yang relevan dan meyakinkan
masuk dalam pengolahan.
5. Bersifat selektif (tidak dipukul rata) dan kreatif.
6. Mampu menghadapi tantangan-tantangan baru, bersifat mengkaji, membobot dan
menjelaskan rinci.
7. Senantiasa menuntut keyakinan atas dasar “Mengapa sesuatu harus terjadi?”

Pengalaman manajemen menunjukkan bahwa semakin diperlukan ketrampilan dan


pengetahuan para pemimpin yang cukup untuk memecahkan masalah manajemen secara
ilmiah agar diperoleh hasil yang optimal.

b. Masalah Kesehatan Lingkungan


Kemajuan teknologi di segala bidang yang terjadi pada saat ini, telah secara nyata
memberikan dampak baik bagi kehidupan manusia. Transportasi yang begitu canggih
telah membuat manusia dapat melakukan transaksi dalam waktu yang singkat dan efisien.
Perekonomian sangat diuntungkan dengan kemajuan teknologi ini. Dengan adanya
mesin-mesin baru yang dapat bekerja dengan kapasitas yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan tenaga manusia, telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
semua Negara. Di semua sector kemajuan teknologi ini telah memberikan kontribusi
keuntungan secara nyata.
Namun kemajuan teknologi tersebut secara nyata juga telah membawa dampak
sampingan yang sangat buruk terhadap kesehatanmanusia. Banyak penyakit yang jumlah
maupun jenisnya berkembang pesat di masyarakat. Tidak luput dampak teknologi
tersebut juga telah memberikan dampak buruk terhadap kesehatan lingkungan. Berbagai
masalah lingkungan bermunculan dan semakin kompleks seiring majunya teknologi yang
digunakan saat ini. Jenis penyakit berbasis lingkungan berkembang dan memakan banyak
korban manusia, khususnya di Negara-negara yang sedang berkembang yang kondisi
lingkungannya masih memerlukan perhatian khusus. Bahkan masalah lingkungan masih
merupakan masalah utama di semua Negara baik Negara maju maupun negaran
berkembang.
Dalam rangka pencegahan penyakit menular dan penyakit berbasis lingkungan, maka
masalah lingkungan harus mendapatkan perhatian serius.
Pemecahan masalah kesehatan lingkungan harus benar-benar merupakan sesuatu yang
mendapatkan perhatian besar agar derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan
seoptimal mungkin. Pemecahan masalah yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah dan memiliki tingkat obyektivitas tinggi.
TAHAP I : PENEMUAN MASALAH

Terdiri dari 3 (tiga) langkah:


1. Penemuan Masalah
2. Penentuan Prioritas Masalah
3. Perumusan Masalah

Langkah ke-1: PENEMUAN MASALAH

Kegiatan Penemuan Masalah disebut juga kegiatan penemuan penyimpangan masalah. Pakar
Pemecahan Masalah yang menjelaskan pengertian masalah ini adalah Charles H. Kepner dan Benjamin
Tregue.
Menurut kedua pakar tersebut, masalah adalah: “ penyimpangan dari prestasi yang seharusnya dicapai
dengan prestasi yang sebenarnya dicapai”

Dapat divisualisasikan dalam gambar berikut:

Prestasi Seharusnya

Perubahan Penyimpangan

Sekarang

Dengan bantuan gambar dapat terlihat dengan jelas apa yang dimaksud dengan masalah, adalah
penyimpangan dari prestasi yang seharusnya dicapai. Dengan gambar tersebut mengingatkan kita agar
tidak terjebak pada penyakit loncat ke sebab.
Sumber masalah kesehatan lingkungan dapat ditemukan di lingkungan hidup sekitar manusia,
diantaranya:
a. Lingkungan pemukinan
b. Lingkungan kerja perkantoran
c. Lingkungan perusahaan
d. Tempat-tempat umum
e. Tempat pariwisata
f. Fasilitas kesehatan
g. Tempat-tempat pengelolaan sampah, limbah di lingkungan
h. Sanitasi industri, Dst.

Masalah kesehatan lingkungan dapat ditemukan melalui berbagai macam kondisi dan cara, misalnya
sebagai berikut:
a. Survay
b. Pengukuran
c. Wawancara
d. Melalui perintah
e. Adanya program pemerintah
f. Dan lain sebagainya

Instrumen yang digunakan dalam menemukan masalah kesehatan lingkungan bentuknya tergantung
dari metode survey yang ditempuh. Jika melakukan survey masalah kesehatan lingkungan di
pemukiman, maka instrumen bisa menggunakan kartu rumah sehat bisa juga dalam bentuk formulir
inspeksi sanitasi atau dapat pula membuat sendiri instrumen kesehatan lingkungan sesuai dengan
tujuan survey yang dilakukan.

Contoh masalah:
1. Masih banyak masyarakat di Kecamatan Sukolilo yang belum memiliki jamban sehat..
2. Masih banyak ditemukan pada pemukiman penduduk adanya jentik dan nyamuk Aedes Aegypti.
3. Angka kepadatan lalat masih tinggi.
Langkah ke-2 : PENENTUAN PRIORITAS
Penentuan prioritas perlu dilakukan, karena pada kenyataannya masalah kesehatan lingkungan masih
sangat banyak ditemukan pada saat yang bersamaan. Lebih-lebih di Indonesia sebagai negara
berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak dan kondisi tingkat pendapatan masyarakat yang
masih rendah mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan, sehingga dalam pemecahan permasalahan
kesehatan lingkungan harus ditentukan prioritas mana yang marus ditetapkan terlebih dahulu.
Untuk menentukan prioritas diperlukan suatu criteria untuk mengujinya.
Kriteria “gawat” , “mendesak” dan “mudah dilakukan/ditangani” cukup akurat untuk penentuan
prioritas tersebut. Dalam menerapkan teknik pemecahan masalah kita selalu dituntut untuk
menggunakan kemampuan analisis yang tinggi. Tentu saja pembobotan (weighting) sangat diperlukan
dalam hal kegiatan penentuan prioritas ini. Jika masalah kesehatan lingkungan sangat gawat bagi
kesehatan manusia harus diprioritaskan untuk segera ditangani. Pembobotan dapat diberikan sebagai
berikut:

5 = Menyatakan sangat gawat bagi Kesehatan Manusia akibat Kesehatan Lingkungan


4 = Menyatakan gawat
3 = Menyatakan Sedang kegawatannya
2 = Menyatakan kurang gawat
1 = Menyatakan kurang sekali tingkat kegawatannya.

Kriteria mendesak dikaitkan dengan waktu. Kalau dirasakan masalah Kesehatan Lingkungan
mendesak sekali untuk segera ditangani, maka harus diprioritaskan untuk segera ditangani.
Pembobotannya sebagai berikut:

5 = Menyatakan masalah Kesehatan Lingkungan sangat mendesak bagi kesehatan


manusia
4 = Menyatakan mendesak
3 = Menyatakan mendesaknya sedang
2 = Menyatakan kurang mendesak
1 = Menyatakan kurang mendesak sekali
Kriteria mudah dilakukan/ditangani, hal ini dikaitkan dengan tingkat kemudahan masalah kesehatan
lingkungan yang diprioritaskan tersebut untuk dilakukan/ ditangani dalam memecahkan masalahnya
nanti, dinilai dengan pembobotan sebagai berikut:
5 = Sangat Mudah dilakukan/ditangani
4 = mudah dilakukan/ditangani
3 = cukup mudah dilakukan/ditangani
2 = sulit dilakukan/ditangani
1 = sangat sulit dilakukan/ditangani

Contoh:
No. Masalah Gawatn Mendesak Mudah Jumlah Prioritas
ya nya dilakukan Score

1. Masih banyak 4 5 2 11 II
masyarakat di
Kecamatan Sukolilo
yang belum memiliki
jamban sehat.

2. Masih banyak 5 5 5 15 I
ditemukan pada
pemukiman penduduk
adanya jentik dan
nyamuk Aedes Aegypti

Angka kepadatan lalat


3. masih tinggi 2 4 4 10 III

Dari contoh tersebut Nampak bahwa masalah masih ditemukan jentik dan nyamuk Aedes Aegypti di
pemukiman penduduk menempati ranking pertama disusul masalah masyarakat Sukolilo yang belum
memiliki jamban sehat dan tingginya angka kepadatan lalat.

Langkah ke-3: RUMUSAN MASALAH


Prioritas telah ditentukan, maka harus dibuat suatu rumusan masalah. Masalah harus
dirumuskan secara jelas untuk dapat dipecahkan dengan akurat. Masalah yang tidak jelas sulit untuk
dipecahkan dan bahkan dapat keliru pemecahannya.
Dorothy P. Craig menyebut rumusan masalah sebagai “Rewritten Problem Statement”.
Selanjutnya Dorothy menyatakan “Now it’s time to distill the essence of the problem so that it is crystal
clear”. Pendapat ini mempertegas pentingnya perumusan masalah atau pernyatakaan masalah.
Untuk dapat merumuskan masalah dengan baik dan jelas diperlukan suatu kriteria sebagai
pedoman merumuskan masalah. Sebagai pedoman untuk mengingat criteria dalam pedoman tersebut.
Kriteria yang dibuat mencakup beberapa pertanyaan yang dapat disusun menjadi rumusan
kalimat yang mencerminkan permasalahan yang jelas tentang Kesehatan Lingkungan.

Untuk memudahkan dalam mengingat kriteria, maka dibuat singkatan, yaitu “ADISKABAG”, dengan
penjelasan sebagai berikut:
A = Menyatakan apa masalahnya?
Di = Menyatakan Dimana masalah itu terjadi?
S = Menyatakan Siapa yang mempunyai masalah?
Ka = Menyatakan Kapan masalah terjadi?
Bag = Menyatakan Bagaimana parahnya masalah?

Selain ADISKABAG sebagai kriteria yang sangat berperanan untuk merumuskan masalah, diperlukan lagi
kriteria, yaitu:
- Singkat, jelas, lengkap
- Spesifik
- Negatif
- Dapat diukur

Contoh Rumusan Masalah:


1. Ditemukan Jentik dan nyamuk Aedes Aegypti pada rumah di wilayah Kecamatan Sukolilo
Surabaya pada tanggal 22 September 2008 sebesar 30%
2. Pemukiman penduduk di Kecamatan Sukolilo Surabaya yang belum memiliki jamban sehat pada
22 September 2008 sebesar 36%
Angka kepadatan lalat yang tinggi ditemukan di pemukiman penduduk wilayah Kecamatan
Sukolilo Surabaya pada 22 September 2008 sebesar 20%.

TAHAP III: PEMECAHAN MASALAH


Dalam pembahasan pemecahan masalah ini terdapat beberapa ahli yang berkaitan, yaitu
Charles H. Kepner dan Benjamin B.Tregue. Kedua ahli tersebut menempatkan tahap pemecahan
masalah digabung menjadi satu dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan harus sebagai
kegiatan akhir pemecahan masalah yang meerupakan tindakan pinpinan untuk memilih alternatif
pemecahan yang diambil untuk ditgindak lanjuti dalam pelaksanaan kegiatan. Seorang pimpinan akan
dihadapkan dalam berbagai pemecahan masalah yang kemudian dilanjutkan dengan pengambilan
keputusan dari hasil pemecahan masalah yang telah dibuat. Hal ini diperkuat oleh pakar manajemen
Henry Minzberg, yang mengatakan bahwa manajer mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian lebih mantap kiranya Pengambilan Keputusan dijadikan tahap tersendiri yaitu Tahap
Pengambilan Keputusan.

Dalam pemecahan masalah diperlukan kreativitas untuk mampu mengembangkan alternatif-


alternatif pemecahan yang dianggap handal dan relevan dengan masalah yang dihadapi, yang telah
dirumuskan dahulu dalam perumusan tujuan.

1) Perumusan Tujuan:
Dalam memecahkan masalah kita harus mempertimbangkan kemampuan kita untuk melakukan
proses pemecahan masalah tersebut, yaitu sarana-prasarana, sumber daya pendukung dan sumber
daya manusianya. Langkah pemecahan masalah yang kita ambil juga tergantung seberapa parah
masalah yang kita hadapi sesuai dengan rumusan masalah yang telah kita buat. Sebelum kita
melakukan langkah pemecahan masalah terlebih dahulu harus kita rumuskan dulu masalah tersebut
ke dalam rumusan tujuan.
Bedanya dengan rumusan masalah, kalau dalam perumusan masalah kalimatnya negatif, maka
dalam perumusan tujuan kalimatnya positif. Kriteria yang dipakai juga sama sebutannya dengan
kriteria perumusan masalah, yaitu ADISKABAG, hanya singkatannya sedikit berbeda, sebagai berikut:
A = Apa masalahnya?
DI = Dimana masalah terjadi?
S = Siapa yang memiliki masalah ?
KA = Kapan akan diselesaikan?
BAG = Bagaimana penyelesaian masalah tersebut.

Selain 5 (lima) kriteria tersebut di atas juga diperlukan kriteria tambahan, yaitu:
- singkat, jelas dan lengkap
- spesifik
- positif
- dapat diukur

Contoh Rumusan Tujuan:


3. Jumlah rumah yang masih ditemukan Jentik dan nyamuk Aedes Aegypti di Kecamatan Sukolilo
Surabaya pada tanggal 29 September 2008 menurun menjadi 2%
4. Pemukiman penduduk di Kecamatan Sukolilo Surabaya yang belum memiliki jamban sehat pada
tanggal 22 Oktober 2008 tinggal 5%
5. Jumlah rumah yang Angka kepadatan lalatnya tinggi pada pemukiman penduduk di Kecamatan
Sukolilo Surabaya pada tanggal 27 September 2008 sebesar 0.2%.

2). Membuat Alternatif Pemecahan


Kegiatan ini memerlukan kreatifitas berpikir dan inovasi dari si pemecah masalah. Dalam
melakukan pembuatan alternative ini dapat dilakukan beberapa orang, yaitu dengan mengadakan rapat
beberapa orang yang diperkirkan mempunyai potensi secara substansi materi dcalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Inovasi dan kreatifitas harus dilandasi pemikiran untuk memecahkan masalah
secara efektif dan efisien. Selalu mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan di dalam hati, “Apakah
alternative-alternatif yang dibuat akan memecahkan masalahnya?”

Dorothy P. Craig memberikan rambu-rambu dengan menyebutkan : List as many possible alternate as
you can, from whatever source you like. You may want to use a brainstorming process with a group of
people in your organization, or you may want to ask people you see as a meeting if they have any ideas”
Contoh Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan:
a. Untuk Permasalahan masih ditemukannya jentik dan nyamuk penyebab DBD:
1. Mengadakan penyuluhan tentang Penyakit DBD, penyebab, pencegahan dan cara
penaggulangannya.
2. Melakukan kegiatan PSN di lokasi yang ditetapkan
3. Melakukan kerja bhakti bersama masyarakat.

b. Untuk masalah kepemilikan jamban sehat yang masih rendah:


1. Melakukan penyuluhan tentang jamban sehat, teknik pembuatan, cara pemeliharaan serta
pengaruh dan manfaatnya terhadap timbulnya penyakit-penyakit yang berkaitan.
2. Melakukan kegiatan arisan jamban.
3. Melakukan kegiatan pembuatan jamban sehat percontohan.

c. Untuk masalah angka kepadatan lalat yang masih tinggi:


1. Mengadakan penyuluhan tentang pengaruh lalat sebagai vektor perantara penyakit perut.
2. Mengadakan kerja bhakti bersih-bersih kampung / pemukiman
3. Mengadakan tindakan pembasmian lalat dengan obat bahan kimia tertentu

3). Analisis Alternatif:


Kegiatan ini dilakukan secara obyektif dan memerlukan ketajaman kemampuan analisis. Dalam
melakukan analisis alternative digunakan criteria evaluasi dari berbagai aspek, sehingga alternative
pemecahan masalah yang tidak memenuhi syarat akan tersingkir atau gugur.
Adapun criteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan biaya: alternative yang memerlukan biaya yang terendah mempunyai nilai yang
tinggi
2. Berdasarkan Manfaat: alternative yang memiliki manfaat paling besar bagi pemecahan masalah
memiliki nailai yang tinggi
3. Berdasarkan Efektivitas: alternative yang paling efektif memecahkan masalah nilainya paling
besar
4. Aspek Politis: alternatif dikaitkan dengan kelompok-kelompok yang berkepentingan, apabila
terdapat kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan alternatif semakin banyak maka nilainya
makin kecil.
5. Aspek Administrasi: alternatif yang memiliki kemudahan administrasi mempunyai nilai yang
paling besar.
6. Aspek Hukum: alternatif pemecahan yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku
mempunyai nilai yang tinggi.
7. Aspek Pemerataan & keadilan: dikaitkan dengan siapa yang memakai/menikmati. Semakin
banyak yang bisa menikmati hasil alternatif yang diambil memiliki nilai yang tinggi.
8. Kriteria waktu: waktu terpendek mempunyai nilai yang paling tinggi dalam melaksanakan
alternatif pemecahan masalah.
9. Kriteria sos-bud: sejauh mana alternatif pemecahan yang dibuat merusak kebudayaan
masyarakat. Semain mempunyai potensi merusak nilainya makin kecil.
10. Kriteria lingkungan: dikaitkan dengan polusi, atau pencemaran lingkungan hidup. Alternatif yang
menyebabkan polusi memiliki nilai yang semakin kecil berdasarkan dampak yang
ditimbulkannya.
Penggunaan criteria dalam memilih alternatif dilakukan dengan weighting( pembobotan.
Nilai bobot yang digunakan adalah 1 – 100, tetapi untuk menghindari perbedaan yang mencolok
diantara anggota tim biasanya digunakan angka 70 – 100.

Contoh weighting:
No Kriteria Alternatif I Alternatif II Alternatif III Kerja
. Penyuluhan Kegiatan PSN Bhakti
1. Biaya 80 70 100
2. Manfaat 70 100 90
3. Efektivitas 80 100 70
4. Politis 70 100 80
5. Administrasi 70 100 80
6. Hukum 95 95 95
7. Pemerataan/keadilan 80 80 80
8. Waktu 80 70 100
9. Sosial – Budaya 80 80 80
10. Lingkungan 100 70 80
JUMLAH 805 865 855
Urutan Prioritas III I II

TAHAP IV: PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan Pemecahan Masalah dan Pengambilan
Keputusan. Masukan yang digunakan acuan adalah Penyusunan alternatif pemecahan masalah pada
tahap III. Minimal alternatif pemecahan yang mendapatkan urutan prioritas I dan II dapat diteruskan
kepada tahap selanjutnya yaitu pengambilan keputusan. Namun dengan mempertimbangkan waktu,
tenaga, biaya, maupun sarana dan prasarana yang ada, maka apabila memungkinkan dapat dilakukan
pelaksanaan alternative untuk prioritas ke-3 dan seterusnya.

1). Langkah I: Analisis


Digunakan 5 (lima) kriteria nilai bobot (weighting ) untuk menganalisis, yaitu:
1. Resiko yang paling kecil.
2. Sasaran yang ingin dicapai.
3. Biaya yang relatif kecil.
4. Waktu pencapaian yang paling pendek.
5. Memecahkan masalahnya.

Nilai bobot (skala) yang digunakan 1 – 5.


Nilai bobot diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Apabila risiko yang diberikan pada alternatif pemecahan masalahnya semakin kecil, maka nilai
bobot yang diberikan semakin besar.
2. Alternatif pemecahan yang paling mencapai sasaran memperoleh bobot yang paling tinggi
3. Alternatif pemecahan yang memerlukan biaya yang paling kecil mememperoleh nilai bobot yang
paling tinggi.
4. alternatif pemecahan yang memerlukan waktu penyelsaian pemecahan masalah yang paling
pendek mendapat nilai bobot paling tinggi
5. Kriteria Memecahkan Masalahnya dikaitkan dengan alternatif mana dari alternatif-alternatif
tersebut yang paling memecahkan masalahnya.
Membuat analisis keputusan:
Urutan prioritas I dan II hasil Analisis Alternatif I dan II merupakan alternatif-alternatif yang
berhak untuk dipilih menjadi keputusan. Pada tahap IV kita lakukan uji alternatif-alternatif tersebut
untuk diperoleh urutan pilihan.

Contoh: Analisis Alternatif Pemecahan Masalah dalam Rangka Pengambilan Keputusan


No. Kriteria Analisis Alt 1 Alt II Alt III Arisan
Kegiatan Penyuluhan Pembuatan jamban
PSN Jamban
Komunal
1 Resiko yang paling kecil 5 3 2 4
2 Sasaran yang ingin dicapai 5 3 3 4
3 Biaya yang relatif kecil 3 5 3 3
4 Waktu pencapaian yang 3 5 4 2
paling pendek
5 Memecahkan masalahnya 5 3 2 2
Jumlah 21 17 14 15
Urutan Prioritas I II IV III

Pengambilan Keputusan
Dalam pencarian alternatif-alternatif pemecahan masalah kita telah memilih alternatif terbaik I
dan alternatif terbaik II untuk dipilih dalam pengambilan keputusan. Namun harus diingat bahwa
pemecahan masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat masih harus mempertimbangkan
aspek-aspek yang perlu kita perhatikan, yaitu aspek yang berasal dari kepentingan dan kebutuhan
masyarakat. Aspek ini kita pertimbangkan setelah kita menyusun urutan alternatif dengan cara
menggunakan 5 kriteria dan pembobotan (weighting).

Selanjutnya setelah kita selesai menyelesaikan Analisis Keputusa, kita membuat kesimpulan
pengambilan keputusan berdasarkan alternatif terpilih (prioritas tertinggi).
Contoh Kesimpulan pengambilan keputusan:

Setelah dilakukan analisis terhadap alternatif pemecahan masalah yang telah dibuat, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan alternatif
yang mendapat prioritas utama, disusul prioritas selanjutnya yaitu penyuluhan, membuat jamban
komunal dan arisan jamban

Pembuatan Rencana Tindakan (Plan of Action (POA) atau Action Plan).


Pembuatan Rencana Tindakan (plan of action) didasarkan pada prioritas utama atau prioritas
selanjutnya pada alternatif pemecahan masalah yang telah di dapat. Dalam contoh tersebut di atas,
maka rencana tindakan yang akan dibuat adalah tentang Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).
Dalam hal ini kita harus membuat list semua kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan PSN.
Perlu diingat bahwa pembuatan Rencana Kegiatan (Action Plan) harus sequence atau sesuai dengan
urutan tindakan.

Untuk kegiatan PSN maka dapat dibuat list kegiatan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan 3M
2. Pelaksanaan Abatisasi
3. Kegiatan Fogging
Ketiga kegiatan tersebut harus dirinci lagi kedalam kegiatan yang lebih detail dalam pelaksanaannya,
dengan mempertimbangkan urutan dan pengelompokan kegiatan menggunakan fungsi manajemen
yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) berdasarkan sumber daya yang tersedia
(5M), misalnya:

Ad. 1. Pelaksanaan Kegiatan 3 M.


Kegiatan ini merupakan kegiatan PSN yang merupakan singkatan dari menguras, menutup
dan mengubur, yang artinya menguras tempat-tempat penampungan air, khususnya bak mandi,
dan tempat persediaan air minum misalnya Bak penampung air, ember, guci, dll. Sedangkan
menutup adalah kegiatan menutup penampung air misalnya bak mandi, atau tempayan.
Kegiatan mengubur adalah mengubur benda-benda yang memiliki potensi menampung air dan
dapat dijangkau nyamuk, misalnya kaleng-kaleng bekas, botol, tempat dari plastik yang berada
di lingkungan dan bisa menampung air. Barang-barang tersebut perlu dikubur agar tidak
menjadi tempat perindukan nyamuk, khususnya nyamuk Aedes Aigypti.
Sehingga dengan mempertimbangkan pelaksanaan dengan menerapkan fungsi-fungsi
manajemen dan ketersediaan sumber dayamaka secara singkat kegiatan 3M dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Kegiatan Persiapan, meliputi:
- Perencanaan peralatan/ bahan, cara yang digunakan, tenaga yang dibutuhkan, dana
yang disediakan, prosedur kerja/SOP, uraian tugas.
- Persiapan surat undangan, dsb.

b. Pelaksanaan:
- Pelaksanaan Sosialisasi
-Pelaksanaan Pengurasan bak kamar mandi atau tempat penampung air bersih lainnya
- Pelaksanaan Pembuatan tutup tempat penampung air
-Pelaksanaan penguburan tempat/ kontainer berupa kaleng bekas, gelas plastik bekas,
botol bekas dan lain-lain.
-Cara pengawasan dan tindak lanjutnya.

Ad. 2.: Pelaksanaan Abatisasi:


- Persiapan biaya dan tenaga yaang akan digunakan
- Pengadaan abate
- Persiapan pembagian abate
- Penyampaian contoh pemberian abate
- Pembagian abate

Ad. 3.: Pelaksanaak Fogging:


- sosialisasi pelaksanaan fogging kepada masyarakat
- persiapan alat swing fog
- pengecekan kesiapan alat
- persiapan bahan : malathion dan solar
- Persiapan tenaga pelaksana
- Pelaksanaan fogging,
Rencana kegiatan dibuat dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan(planning),
pengorganisasian(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling, dalam
menggunakan sumber daya (man, money, material, machine, dan methode (5R).

Setelah list kegiatan sudah dilakukan, maka dilanjutkan dengan pembuatan Rencana Tindakan /Action
Plan (Plan of Action), sebagai berikut:

Rencana Tindakan (POA) Pelaksanaan Kegiatan PSN di lokasi X

N Kegiatan Waktu Penangg. Alat Bahan Jml.


o Pelak. Jawab Anggrn.

Formulir tersebut selanjutnya kita isi dengan data-data yang sesuai hasil perencanaan yang telah kita
buat. Perincian secara detail tentang perhitungan alat, bahan/material, tenaga dan biaya/anggaran
dibuat pada lampiran tabel POA yang telah dibuat.

No. Kegiatan Tgl. P.Jwb Alat Angg.


Pelak. &
bhn
I. Program Kegiatan PSN
A. Perencanaan:
a. Penyiapan administrasi: surat
undangan koordinasi, surat
pemberitahuan kegiatan 3M
b. Pembuatan rencana alat, bahan,
tenaga, dana, cara pelaksanaan
c. Pembagian Tugas
B. Pelaksanaan kegiatan 3M:
- Rapat koordinasi dengan
Toma setempat
- Pelaksanaan Sosialisasi
Rencana program 3 M
- Pelaksanaan Pengurasan bak
kamar mandi atau tempat penampung air
bersih lainnya
- Pelaksanaan Pembuatan
tutup tempat penampung air
- Pelaksanaan penguburan
tempat/ kontainer berupa kaleng bekas,
gelas plastik bekas, botol bekas dan lain-
lain.

II. Program Abatisasi


A. Perencanaan program:
...
...
... dst.
B. Pelaksanaan program:
...
...
...dst
III. Pelaksanaan Fogging:
A. Perencanaan program:
...
...
... dst.
B. Pelaksanaan program:
...
...
...dst

Rencana Tindakan yang dibuat hendaknya dilengkapi dengan perencanaan yang lain yang merinci
kegiatan tersebut secara detail, seperti Rencana Kebutuhan Bahan, Alat, Sarana-prasarana, Biaya dan
Tenaga yang diperlukan.
Kelengkapan tersebut dilampirkan dalam Rencana Tindakan.

Anda mungkin juga menyukai