DISUSUN OLEH:
NATSIR
NIM: 1827041002
i
PENGESAHAN PROPOSAL
NIM 1827041002
Menyetujui,
......................................................... .....................................
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
..................................................... .......................................
NIP. NIP
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
lebih besar sedangkan rhizobium merupakan partner yang lebih kecil. Aplikasi
inokulum rhizobium pada tanaman kacang kedelai (Suharjo, 2001). Fermentasi adalah
proses perubahan suatu senyawa menjadi senyawa yang lain dengan bantuan enzim
mikroorganisme. Mikroorganisme yang mempunyai peranan dalam proses fermentasi
maupun pembusukan bahan makanan, antara lain adalah bakteri dan jamur (kapang,
khamir). Demikian pula dengan proses pembuatan bubuk kedelai yang akan
difermentasi biji kacang kedelai oleh mikroorganisme jamur Rhizopus sp. Jamur
Rhizopus sp, adalah mikroorganisme yang mampu mengubah protein sederhana yang
mudah dicerna oleh manusia. Alasan penggunaan inokulum ini adalah untuk
mengetahui inokulum yang sesuai dengan jenis mikroba yang terdapat pada proses
fermentasi bubuk kedelai, bakteri Streptococcos thermophillus dan Lactobacillus
bulgaricus, yang telah umum digunakan untuk fermentasi. Jika bakteri itu bisa
dikultur, maka akan berpeluang menghasilkan kualitas bubuk kedelai dengan
menambah bakteri saat fermentasi pada ragi.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana pengaruh lama penyimpanan dan lama volume interaksi inokulum bubuk
kedelai
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Sejarah kedelai
3
bersusun tiga menyebar (kanan – kiri – depan) dalam satu untaian ranting
yang menghubungkan batang pohon. Kedelai berbuah polong yang berisi
biji-biji. Menurut varitasnya ada kedelai yang berwarna putih dan hitam.
Baik kulit luar buah polong maupun batang pohonnya mempunyai bulu-
bulu yang kasar berwarna coklat. Untuk budidaya tanaman kedelai di pulau
Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian tanah kurang dari 500 m di
atas permukaan laut.
Pada tahun 1970, tahu menjadi terkenal sebagai makanan alternatif dari
daging yang ”ramah lingkungan”. Orang-orang yang memperhatikan
tentang kelaparan di seluruh dunia serta pemeliharaan sumber-sumber alam
menganggap tahu sebagai pilihan makanan yang lebih murah dan sumber
protein yang lebih efisien dibandingkan produk hewani. Kini banyak orang
telah beralih ke tahu dan produk yang berkaitan dengan tahu (termasuk
minuman kacang kedelai), bukan untuk melindungi lingkungan, tapi untuk
kesehatan diri sendiri. Produk yang berkaitan dengan kacang kedelai
merupakan makanan tambahan yang terjangkau.
2. Kedelai
4
biji-bijiannya berwarna krem berwarna kuning dan keras. Tanaman kedelai
yang dibudidayakan (Glycine max L.) di Indonesia memiliki karakteristik
antara lain merupakan tanaman semusim, tanaman tegak dengan tinggi
antara 40 cm - 90 cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga,
bulu pada daun dan polong tidak terlalu padat dan umur tanaman antara 72
– 90 hari. Kedelai hasil introduksi umumnya tidak memiliki percabangan
atau sangat sedikit dan sebagian bertrikoma padat baik pada daun maupun
polong. Menurut Pitojo, secara morfologis, bagian-bagian bunga, buah, dan
biji kedelai dapat dideskripsikan sebagai berikut: pertama Bunga (Flos),
akan muncul pada ketiak daun, tumbuh berkelompok pada ruas-ruas batang,
berwarna putih atau ungu, memiliki kelamin jantan dan betina. Mulai
berbunga pada umur tanman antara 30 – 50 hari setelah tanam. Penyerbukan
terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup, sehingga kemungkinan
terjadinya persilangan alami sangat kecil. Bunga akan rontok + 60 %
sebelum membentuk polong. Kedua Buah (Fructus) berupa polong,
bertrikoma berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Tiap tanaman
menghasilkan + 100 – 250 polong, pada tanaman yang rapat hanya mampu
dihasilkan 30 polong tiap tanaman. Polong muda berwarna hijau akan
berubah selama proses pematangan menjadi kehitaman, keputihan atau
kecoklatan saat polong tua. Bila polong telah kering mudah pecah
mengeluarkan biji. Polong (legumen) dibentuk dari satu daun buah,
memiliki satu ruangan atau lebih dipisahkan oleh sekat-sekat semu. Bila
polong tua dan matang, akan pecah menurut kampuhnya yaitu kampuh
perut dan kampuh punggung, atau terpisah sepanjang sekat-sekat semunya.
Karena adanya sekat-sekat semu, ruang polong terbagi atas beberapa bilik,
berisi satu biji tiap biliknya. Ketiga Biji (Semen) terletak di dalam polong,
berjumlah + 1 – 4 biji, waktu muda berukuran kecil, berwarna putih
kehijauan, dan lunak. Dalam perkembangannya biji semakin berisi hingga
mencapai berat maksimal dan keras, keping dua, terbungkus oleh kulit tipis.
5
Bentuk biji umumnya bulat lonjong, bundar atau bulat agak pipih. Warna
kulit biji antara lain kuning, hitam, hijau, atau coklat. Embrio terdapat
diantara keping biji, dengan hilum atau pusar biji melekat pada dinding
buah [3]. Produk kedelai menjadi sumber protein yang baik bagi manusia,
komposisi gizi dari kedelai terdiri dari minyak, karbohidrat dan mineral
sebanyak 18%, 35% dan 5% yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Komposisi lemak dan protein menyusun 60% dari berat kacang kedelai,
protein 40% dan lemak 20%. Komposisi gizi yang dimilikinya menjadikan
kedelai menduduki urutan ketiga tanaman pangan penting di Indonesia
setelah padi dan jagung, namun produksi kedelai selama ini belum
mencukupi bahkan terdapat kecenderungan terus menurun dari tahun ke
tahun sedangkan kebutuhan kedelai dalam negeri terus meningkat. Untuk
memenuhi kebutuhan kedelai, Indonesia mengimpor kedelai secara terus
menerus dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia
mengimpor kedelai sekitar 66,67% pada tahun 2013 [6] karena hanya
mampu memproduksi sebanyak 807.568 ton, sedangkan kebutuhan
mencapai 2,5 juta ton per tahun. Tahun 2016 produksi kedelai Indonesia
mencapai 886.000 ton biji kering sedangkan kebutuhan tahun 2016 sebesar
2,7 juta ton. Kondisi ini menunjukkan bahwa produksi dalam negeri belum
mencukupi kebutuhan sehingga untuk memenuhi ketersediaan kedelai
masih harus melakukan impor kedelai. Sampai saat ini telah banyak
dihasilkan varietas unggul oleh para peneliti, sebagai salah satu upaya yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Informasi tentang karakter
morfologi yang dimiliki kedelai seperti polong dan biji termasuk bagian
yang penting dalam perakitan varietas unggul. Suatu varietas kedelai dinilai
unggul bila memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu dibandingkan
dengan varietas yang lain. Keunggulan tersebut dapat berupa ketahanan
terhadap serangan hama dan penyakit, lingkungan, umurgenjah, hasil yang
lebih tinggi dan sifat agronomi lainnya. Selama masa pengisian biji kedelai
6
dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan intesitas cahaya. Pati pada kulit
polong merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan biji di bawah
kondisi ketersediaan asimilat yang terbatas.
7
kolesterol yang merupakan awal terbentuknya plak dalam pembuluh
darah yang akan memicu berkembangnya penyakit tekanan darah tinggi
dan berkembangnya penyakit jantung koroner. Protein kedelai
mengandung 18 asam amino, yaitu 9 jenis asam amino esensial dan 9
jenis asam amino nonesensial. Asam amino esensial meliputi sistin,
isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan dan
valin. Asam amino nonesensial meliputi alanin, glisin, arginin, histidin,
prolin, tirosin, asam aspartat dan asam glutamat. Selain itu, protein
kedelai sangat peka terhadap perlakuan fisik dan kemis. Dicontohkan
oleh Cahyadi, (2006) Misalnya pemanasan dan perubahan pH dapat
menyebabkan perubahan sifat fisik protein seperti kelarutan, viskositas
dan berat molekul. Perubahan-perubahan pada protein ini memberikan
peranan sangat penting pada pengolahan pangan. Kandungan gizi
kedelai basah tiap 100 g bahan meliputi, kalori (kkal) sebanyak 331 g,
protein sebanyak 34,9 g, lemak sebanyak 18,1 g, karbohidrat sebanyak
34,8 g, kalsium sebanyak 227 mg, fosfor sebanyak 585 mg, besi
sebanyak 8,0 mg, vitamin A sebanyak 110 SI; vitamin B1 sebanyak 1,1
mg, air sebanyak 7,5 g, dan bagian yang dapat dimakan mencapai 100.
Sedangkan tiap 100 g kedelai kering tidak mengandung kalori (kkal),
protein sebanyak 46,2 g, lemak sebanyak 19,1 g, karbohidrat sebanyak
28,2 g, kalsium sebanyak 254 mg, fosfor sebanyak 781 mg, tidak
memiliki besi, vitamin A, vitamin B1, dan air; dan bagian yang dapat
dimakan mencapai 100 (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Komposisi
kimia kedelai adalah 40,5% protein, 20,5% lemak, 22,2% karbohidrat,
4,3% serat kasar, 4,5% abu, dan 6,6% air (Snyder and Kwon, 1987)
Kandungan lemak kedelai sebesar 18-20 % sebagian besar terdiri atas
asam lemak (88,10%). Selain itu, terdapat senyawa fosfolipida (9,8%)
dan glikolipida (1,6%) yang merupakan komponen utama membran sel.
Kedelai merupakan sumber asam lemak essensial linoleat dan oleat
8
(Smith and Circle, 1978).
5. Fermentasi
Arti kata fermentasi selama ini berubah-ubah. Kata fermentasi
berasal dari Bahasa Latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti
kata dari Bahasa Latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan
bergelembung atau mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas
ragi pada ekstraksi buah-buahan atau biji-bijian. Gelembung-
gelembung karbondioksida dihasilkan dari katabolisme anaerobik
terhadap kandungan gula. Fermentasi mempunyai arti yang berbeda
bagi ahli biokimia dan mikrobiologi industri. Arti fermentasi pada
bidang biokimia dihubungkan dengan pembangkitan energi oleh
katabolisme senyawa organik. Pada bidang mikrobiologi industri,
fermentasi mempunyai arti yang lebih luas, yang menggambarkan
setiap proses untuk menghasilkan produk dari pembiakan
mikroorganisme. Perubahan arti kata fermentasi sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Arti kata fermentasi berubah
pada saat Gay Lussac berhasil melakukan penelitian yang menunjukkan
penguraian gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Selanjutnya
Pasteur melakukan penelitian mengenai penyebab perubahan sifat
bahan yang difermentasi, sehingga dihubungkan dengan
mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim. Untuk beberapa lama
fermentasi terutama dihubungkan dengan karbohidrat, bahkan sampai
sekarang pun masih sering digunakan. Padahal pengertian fermentasi
tersebut lebih luas lagi, menyangkut juga perombakan protein dan
lemak oleh aktivitas mikroorganisme (Suprihatin, 2010).
6. Peran Mikroorganisme Dalam Teknologi Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah sebagai hasil kegiatan
beberapa jenis mikroorganisme baik bakteri, khamir, dan kapang.
Mikroorganisme yang memfermentasi bahan pangan dapat
9
menghasilkan perubahan yang menguntungkan (produk-produk
fermentasi yang diinginkan) dan perubahan yang merugikan (kerusakan
bahan pangan). Dari mikroorganisme yang memfermentasi bahan
pangan, yang paling penting adalah bakteri pembentuk asam laktat,
asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis
mikroorganisme yang berperan dalam teknologi fermentasi adalah :
1) Bakteri Asam Laktat.
10
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif dan
ditemukan dalam golongan Acetobacter sebagai contoh
Acetobacter aceti. Metabolismenya lebih bersifat aerobik
(tidak seperti spesies tersebut di atas), tetapi peranannya
yang utama dalam fermentasi bahan pangan adalah
kemampuannya dalam mengoksidasi alkohol dan
karbohidrat lainnya menjadi asam asetat dan dipergunakan
dalam pabrik cuka (Suprihatin, 2010).
4) Khamir
5) Kapang
B. Kerangka Pikir
11
Kedelai
Tahapan fermentasi
Inokulum Mikroba
Lama fermentasi
Keterangan:
C. Hipotesis
12
1. Ada pengaruh inokulum mikroba terhadap mutu bubuk kedelai
2. Ada pengaruh lama fermentasi terhadap mutu bubuk kedelai
3. Ada pengaruh inokulum mikroba dan lama fermentasi terhadap mutu
bubuk kedelai
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
14
D. Prosedur Penelitian
Catatan:
Bubuk kedelai harus disimpan dalam tempat yang tertutup rapat karena
15
mudah menyerap air dari udara bebas, dan juga untuk mencegah
tumbuhnya jamur (kapang) yang dapat merubah bau, rasa, dan warna.
16
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dilakukan teknik pengumpulan data berupa pengaruh dan
jenis jumlah inoculum mikroba terhadap mutu bubuk kedelai yang kemudian
diamati dan dianalisis seusai pengamatan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang
diperoleh dari hasil uji aktivitas inoculum mikroba yang disajikan dalam bentuk
tabel dan pembahasan dilakukan secara deskriptif. Data yang diperoleh dari
fermentasi bubuk kedelai.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Mengenal Ragi dan Fungsinya. Diakses tanggal 28 November 2020.
Cahyadi W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara : Jakarta.
Inri safani. 2017. Pemanfaatan Air Cucian Beras Sebagai Media Mertumbuhan Jamur
Saccharomyces cerevisiae. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Sarawa., Nurmas dan M. Darsil. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) yang Diberi Pupuk Guano dan Mulsa Alang- Alang. Jurnal
Agroteknos. II (2):97-105.
Smith, A.K dan Circle., (1978), Soybean, Chemistry and Technology, The AVI
Publisher Co. West Port Connecticut.
Snyder, H.E. and Kwon, T.W. 1987. Soybean Utilization. New York: Avi Book. 104-
111
18