Anda di halaman 1dari 21

PROPSAL

“Mikroba Terhadap Mutu bubuk kedelai Pengaruh Jenis dan Jumlah


Inokulum”

Effect of Type and Amount of Microbial Inoculum on Quality of Soybean


Powder

DISUSUN OLEH:

NAMA: ST AISYAH KHOFIFAH

NATSIR

NIM: 1827041002

KELAS: A/01 2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020

i
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Mikroba Terhadap Mutu bubuk kedelai Pengaruh Jenis


dan Jumlah Inokulum

Nama : St Aisyah Khofifah Natsir

NIM 1827041002

Program Studi : Pendidikan Teknologi Pertanian

Menyetujui,

......................................................... .....................................
Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui:

Ketua Ketua Jurusan


Program Studi ....................................
........................................, Fakultas ......................... ,

..................................................... .......................................
NIP. NIP

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori............................................................................3
B. Kerangka pikir ...................................................................... 11
C. Hipotesis .............................................................................. 12
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 14
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 14
C. Alat dan Bahan penelitian ...................................................... 14
D. Prosedur Penelitian ................................................................ 15
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 17
F. Teknik Analisis Data ............................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... ..18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas utama kacang-kacangan yang menjadi


sumber protein nabati yang di gemari masyarakat Indonesia. Permintaan kedelai di
Indonesia terus menunjukan peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dan pendapatan masyarakat, besarnya permintaan kedelai belum diimbangi
dengan produksi kedelai dalam negeri hal ini di sebabkan sebagian besar kedelai di
Indonesia harus impor dari luar negeri. Produksi rata-rata kedelai di Indonesia yang
masih rendah, kesalahan waktu panen atau waktu panen yang tidak tepat dapat
menurunkan mutu benih kedelai (Sarawa, 2012). Kedelai, atau kacang kedelai
merupakan bahan pangan ketiga setelah padi, selain memiliki kandungan protein yang
sangat tinggi, kedelai juga dapat digunakan sebagai bahan olahan berbagai macam
olahan seperti, kecap, tahu, dan tempe. Pada umumnya tanaman tanaman yang
tergolong dalam tanaman polong-polongan ini ditanam di area persawahan atau lahan
kering setelah panen padi. Namun meski demikian tanaman kedelai juga dapat ditanam
di dalam media polybag atau pot untuk mengatasi keterbatasan lahan. Kedelai
merupakan tanaman leguminose yang dapat berinteraksi dengan Rhizobium.
Rhizobium merupakan bakteri yang hidup bebas dalam tanah dan daerah perakaran
tumbuh-tumbuhan legume maupun bukan legum. Bakteri Rhizobium hanya mampu
bersimbiosis dengan legum, dengan menginfeksi akarnya dan membentuk bintil akar
di dalamnya. Pada simbiosis pada bintil akar legum, legumnya merupakan mitra yang

1
lebih besar sedangkan rhizobium merupakan partner yang lebih kecil. Aplikasi
inokulum rhizobium pada tanaman kacang kedelai (Suharjo, 2001). Fermentasi adalah
proses perubahan suatu senyawa menjadi senyawa yang lain dengan bantuan enzim
mikroorganisme. Mikroorganisme yang mempunyai peranan dalam proses fermentasi
maupun pembusukan bahan makanan, antara lain adalah bakteri dan jamur (kapang,
khamir). Demikian pula dengan proses pembuatan bubuk kedelai yang akan
difermentasi biji kacang kedelai oleh mikroorganisme jamur Rhizopus sp. Jamur
Rhizopus sp, adalah mikroorganisme yang mampu mengubah protein sederhana yang
mudah dicerna oleh manusia. Alasan penggunaan inokulum ini adalah untuk
mengetahui inokulum yang sesuai dengan jenis mikroba yang terdapat pada proses
fermentasi bubuk kedelai, bakteri Streptococcos thermophillus dan Lactobacillus
bulgaricus, yang telah umum digunakan untuk fermentasi. Jika bakteri itu bisa
dikultur, maka akan berpeluang menghasilkan kualitas bubuk kedelai dengan
menambah bakteri saat fermentasi pada ragi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiamana pengaruh inokulum mikroba terhadap lama fermentasi bubuk kedelai?

2. Bagaimana pengaruh lama penyimpanan dan lama volume interaksi inokulum bubuk
kedelai

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Sejarah kedelai

Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi


bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan
tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih
diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya
perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal
lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein
nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah
Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat
di luar Asia setelah 1910. Kedelai merupakan bahan baku makanan yang
bergizi seperti tahu dan tempe. Bagi petani, tanaman ini penting untuk
menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan harganya tinggi. Ini
karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai.

Kedelai (Glycine max) sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun SM dan


baru masuk Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Kedelai paling
baik ditanam di ladang dan persawahan antara musim kemarau dan musim
hujan. Sedang rata-rata curah hujan tiap tahun yang cocok bagi kedelai
adalah kurang dari 200 mm dengan jumlah bulan kering 3-6 bulan dan hari
hujan berkisar antara 95-122 hari selama setahun. Kedelai mempunyai
perawakan kecil dan tinggi batangnya dapat mencapai 75 cm. Bentuk
daunnya bulat telur dengan kedua ujungnya membentuk sudut lancip dan

3
bersusun tiga menyebar (kanan – kiri – depan) dalam satu untaian ranting
yang menghubungkan batang pohon. Kedelai berbuah polong yang berisi
biji-biji. Menurut varitasnya ada kedelai yang berwarna putih dan hitam.
Baik kulit luar buah polong maupun batang pohonnya mempunyai bulu-
bulu yang kasar berwarna coklat. Untuk budidaya tanaman kedelai di pulau
Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian tanah kurang dari 500 m di
atas permukaan laut.

Pada tahun 1970, tahu menjadi terkenal sebagai makanan alternatif dari
daging yang ”ramah lingkungan”. Orang-orang yang memperhatikan
tentang kelaparan di seluruh dunia serta pemeliharaan sumber-sumber alam
menganggap tahu sebagai pilihan makanan yang lebih murah dan sumber
protein yang lebih efisien dibandingkan produk hewani. Kini banyak orang
telah beralih ke tahu dan produk yang berkaitan dengan tahu (termasuk
minuman kacang kedelai), bukan untuk melindungi lingkungan, tapi untuk
kesehatan diri sendiri. Produk yang berkaitan dengan kacang kedelai
merupakan makanan tambahan yang terjangkau.

2. Kedelai

Kedelai (Glycine max) merupakan jenis kacang polong daerah tropis


yang dapat ditanam dan hidup di banyak jenis tanah pada berbagai kondisi
iklim. Kedelai sebagai tanaman asli Asia timur dan awalnya tumbuh liar di
China, Manchuria, Korea dan Jepang. Suhu optimal untuk pertumbuhan
kedelai berkisar 20-30 °C. Tanaman kedelai tumbuh tegak dan lebat dengan
tinggi antara 60 cm dan 140 cm, tergantung waktu tanam dan karakteristik
varietas kedelai. Organ reproduksi kedelai yaitu bunga muncul di batang
utama setiap simpul berkelompok berwarna putih, pink atau ungu. Pada
umumnya produksi kedelai maksimal dan dapat dipanen setelah matang
secara fisiologis saat daun berwarna kuning dan jatuh, dan setidaknya 95%

4
biji-bijiannya berwarna krem berwarna kuning dan keras. Tanaman kedelai
yang dibudidayakan (Glycine max L.) di Indonesia memiliki karakteristik
antara lain merupakan tanaman semusim, tanaman tegak dengan tinggi
antara 40 cm - 90 cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga,
bulu pada daun dan polong tidak terlalu padat dan umur tanaman antara 72
– 90 hari. Kedelai hasil introduksi umumnya tidak memiliki percabangan
atau sangat sedikit dan sebagian bertrikoma padat baik pada daun maupun
polong. Menurut Pitojo, secara morfologis, bagian-bagian bunga, buah, dan
biji kedelai dapat dideskripsikan sebagai berikut: pertama Bunga (Flos),
akan muncul pada ketiak daun, tumbuh berkelompok pada ruas-ruas batang,
berwarna putih atau ungu, memiliki kelamin jantan dan betina. Mulai
berbunga pada umur tanman antara 30 – 50 hari setelah tanam. Penyerbukan
terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup, sehingga kemungkinan
terjadinya persilangan alami sangat kecil. Bunga akan rontok + 60 %
sebelum membentuk polong. Kedua Buah (Fructus) berupa polong,
bertrikoma berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Tiap tanaman
menghasilkan + 100 – 250 polong, pada tanaman yang rapat hanya mampu
dihasilkan 30 polong tiap tanaman. Polong muda berwarna hijau akan
berubah selama proses pematangan menjadi kehitaman, keputihan atau
kecoklatan saat polong tua. Bila polong telah kering mudah pecah
mengeluarkan biji. Polong (legumen) dibentuk dari satu daun buah,
memiliki satu ruangan atau lebih dipisahkan oleh sekat-sekat semu. Bila
polong tua dan matang, akan pecah menurut kampuhnya yaitu kampuh
perut dan kampuh punggung, atau terpisah sepanjang sekat-sekat semunya.
Karena adanya sekat-sekat semu, ruang polong terbagi atas beberapa bilik,
berisi satu biji tiap biliknya. Ketiga Biji (Semen) terletak di dalam polong,
berjumlah + 1 – 4 biji, waktu muda berukuran kecil, berwarna putih
kehijauan, dan lunak. Dalam perkembangannya biji semakin berisi hingga
mencapai berat maksimal dan keras, keping dua, terbungkus oleh kulit tipis.

5
Bentuk biji umumnya bulat lonjong, bundar atau bulat agak pipih. Warna
kulit biji antara lain kuning, hitam, hijau, atau coklat. Embrio terdapat
diantara keping biji, dengan hilum atau pusar biji melekat pada dinding
buah [3]. Produk kedelai menjadi sumber protein yang baik bagi manusia,
komposisi gizi dari kedelai terdiri dari minyak, karbohidrat dan mineral
sebanyak 18%, 35% dan 5% yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Komposisi lemak dan protein menyusun 60% dari berat kacang kedelai,
protein 40% dan lemak 20%. Komposisi gizi yang dimilikinya menjadikan
kedelai menduduki urutan ketiga tanaman pangan penting di Indonesia
setelah padi dan jagung, namun produksi kedelai selama ini belum
mencukupi bahkan terdapat kecenderungan terus menurun dari tahun ke
tahun sedangkan kebutuhan kedelai dalam negeri terus meningkat. Untuk
memenuhi kebutuhan kedelai, Indonesia mengimpor kedelai secara terus
menerus dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia
mengimpor kedelai sekitar 66,67% pada tahun 2013 [6] karena hanya
mampu memproduksi sebanyak 807.568 ton, sedangkan kebutuhan
mencapai 2,5 juta ton per tahun. Tahun 2016 produksi kedelai Indonesia
mencapai 886.000 ton biji kering sedangkan kebutuhan tahun 2016 sebesar
2,7 juta ton. Kondisi ini menunjukkan bahwa produksi dalam negeri belum
mencukupi kebutuhan sehingga untuk memenuhi ketersediaan kedelai
masih harus melakukan impor kedelai. Sampai saat ini telah banyak
dihasilkan varietas unggul oleh para peneliti, sebagai salah satu upaya yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Informasi tentang karakter
morfologi yang dimiliki kedelai seperti polong dan biji termasuk bagian
yang penting dalam perakitan varietas unggul. Suatu varietas kedelai dinilai
unggul bila memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu dibandingkan
dengan varietas yang lain. Keunggulan tersebut dapat berupa ketahanan
terhadap serangan hama dan penyakit, lingkungan, umurgenjah, hasil yang
lebih tinggi dan sifat agronomi lainnya. Selama masa pengisian biji kedelai

6
dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan intesitas cahaya. Pati pada kulit
polong merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan biji di bawah
kondisi ketersediaan asimilat yang terbatas.

3. Jenis jenis kedelai


1) Kedelai putih adalah jenis kacang-kacangan yang merupakan
sumber protein. Kedelai putih memiliki warna putih gading dan
ukurannya lebih besar dibandingkan kedelai kuning.
2) Kedelai hitam adalah jenis kedelai yang memiliki kulit ari berwana
hitam, meski bagian dalam atau biji kedelainya tetap berwarna
putih. Kedelai hitam adalah bahan baku utama dalam pembuatan
kecap.
3) Edamame adalah sejenis kacang kedelai berwarna hijau dan
berukuran paling besar di antara jenis kedelai lainnya. Selain
mengandung tinggi isoflavon yang merupakan zat pencegah kanker,
edamame juga tinggi vitamin K. Mengonsumsi edamame sebagai
pengganti camilan dapat menurunkan berat badan.
4) Kedelai kuning Jenis kedelai ini memiliki warna kuning pucat.
Bijinya lebih kecil dan memiliki kulit ari bening. Kedelai kuning
sama seperti kedelai putih, hanya warnanya saja yang berwana
kekuningan .

4. Komposisi kimia pada kedelai


Kedelai merupakan sumber gizi yang sangat penting. Menurut
Astuti (2003) dalam Anonim (2009b), komposisi gizi kedelai bervariasi
tergantung varietas yang dikembangkan dan juga warna kulit maupun
kotiledonnya. Kandungan protein dalam kedelai kuning bervariasi
antara 31-48% sedangkan kandungan lemaknya bervariasi antara 11-
21%. Antosianin kulit kedelai mampu menghambat oksidasi LDL

7
kolesterol yang merupakan awal terbentuknya plak dalam pembuluh
darah yang akan memicu berkembangnya penyakit tekanan darah tinggi
dan berkembangnya penyakit jantung koroner. Protein kedelai
mengandung 18 asam amino, yaitu 9 jenis asam amino esensial dan 9
jenis asam amino nonesensial. Asam amino esensial meliputi sistin,
isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan dan
valin. Asam amino nonesensial meliputi alanin, glisin, arginin, histidin,
prolin, tirosin, asam aspartat dan asam glutamat. Selain itu, protein
kedelai sangat peka terhadap perlakuan fisik dan kemis. Dicontohkan
oleh Cahyadi, (2006) Misalnya pemanasan dan perubahan pH dapat
menyebabkan perubahan sifat fisik protein seperti kelarutan, viskositas
dan berat molekul. Perubahan-perubahan pada protein ini memberikan
peranan sangat penting pada pengolahan pangan. Kandungan gizi
kedelai basah tiap 100 g bahan meliputi, kalori (kkal) sebanyak 331 g,
protein sebanyak 34,9 g, lemak sebanyak 18,1 g, karbohidrat sebanyak
34,8 g, kalsium sebanyak 227 mg, fosfor sebanyak 585 mg, besi
sebanyak 8,0 mg, vitamin A sebanyak 110 SI; vitamin B1 sebanyak 1,1
mg, air sebanyak 7,5 g, dan bagian yang dapat dimakan mencapai 100.
Sedangkan tiap 100 g kedelai kering tidak mengandung kalori (kkal),
protein sebanyak 46,2 g, lemak sebanyak 19,1 g, karbohidrat sebanyak
28,2 g, kalsium sebanyak 254 mg, fosfor sebanyak 781 mg, tidak
memiliki besi, vitamin A, vitamin B1, dan air; dan bagian yang dapat
dimakan mencapai 100 (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Komposisi
kimia kedelai adalah 40,5% protein, 20,5% lemak, 22,2% karbohidrat,
4,3% serat kasar, 4,5% abu, dan 6,6% air (Snyder and Kwon, 1987)
Kandungan lemak kedelai sebesar 18-20 % sebagian besar terdiri atas
asam lemak (88,10%). Selain itu, terdapat senyawa fosfolipida (9,8%)
dan glikolipida (1,6%) yang merupakan komponen utama membran sel.
Kedelai merupakan sumber asam lemak essensial linoleat dan oleat

8
(Smith and Circle, 1978).
5. Fermentasi
Arti kata fermentasi selama ini berubah-ubah. Kata fermentasi
berasal dari Bahasa Latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti
kata dari Bahasa Latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan
bergelembung atau mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas
ragi pada ekstraksi buah-buahan atau biji-bijian. Gelembung-
gelembung karbondioksida dihasilkan dari katabolisme anaerobik
terhadap kandungan gula. Fermentasi mempunyai arti yang berbeda
bagi ahli biokimia dan mikrobiologi industri. Arti fermentasi pada
bidang biokimia dihubungkan dengan pembangkitan energi oleh
katabolisme senyawa organik. Pada bidang mikrobiologi industri,
fermentasi mempunyai arti yang lebih luas, yang menggambarkan
setiap proses untuk menghasilkan produk dari pembiakan
mikroorganisme. Perubahan arti kata fermentasi sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Arti kata fermentasi berubah
pada saat Gay Lussac berhasil melakukan penelitian yang menunjukkan
penguraian gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Selanjutnya
Pasteur melakukan penelitian mengenai penyebab perubahan sifat
bahan yang difermentasi, sehingga dihubungkan dengan
mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim. Untuk beberapa lama
fermentasi terutama dihubungkan dengan karbohidrat, bahkan sampai
sekarang pun masih sering digunakan. Padahal pengertian fermentasi
tersebut lebih luas lagi, menyangkut juga perombakan protein dan
lemak oleh aktivitas mikroorganisme (Suprihatin, 2010).
6. Peran Mikroorganisme Dalam Teknologi Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah sebagai hasil kegiatan
beberapa jenis mikroorganisme baik bakteri, khamir, dan kapang.
Mikroorganisme yang memfermentasi bahan pangan dapat

9
menghasilkan perubahan yang menguntungkan (produk-produk
fermentasi yang diinginkan) dan perubahan yang merugikan (kerusakan
bahan pangan). Dari mikroorganisme yang memfermentasi bahan
pangan, yang paling penting adalah bakteri pembentuk asam laktat,
asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis
mikroorganisme yang berperan dalam teknologi fermentasi adalah :
1) Bakteri Asam Laktat.

Bakteri yang menghasilkan sejumlah besar asam laktat


sebagai hasil akhir dari metabolisme gula (karbohidrat).
Asam laktat yang dihasilkan dengan cara tersebut akan
menurunkan nilai pH dari lingkungan pertumbuhannya dan
menimbulkan rasa asam. Ini juga menghambat pertumbuhan
dari beberapa jenis mikroorganisme lainnya. Dua kelompok
kecil mikroorganisme dikenal dari kelompok ini yaitu
organismeorganisme yang bersifat homofermentative dan
heterofermentative.

2) Bakteri Asam Propionat

Bakteri ini ditemukan dalam golongan


Propionibacterium, berbentuk batang dan merupakan gram
positif. Bakteri ini penting dalam fermentasi bahan pangan
karena kamampuannya memfermentasi karbohidrat dan juga
asam laktat dan menghasilkan asamasam propionat, asetat,
dan karbondioksida. Jenis-jenis ini penting dalam fermentasi
keju Swiss (Suprihatin, 2010).

3) Bakteri Asam asetat

10
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif dan
ditemukan dalam golongan Acetobacter sebagai contoh
Acetobacter aceti. Metabolismenya lebih bersifat aerobik
(tidak seperti spesies tersebut di atas), tetapi peranannya
yang utama dalam fermentasi bahan pangan adalah
kemampuannya dalam mengoksidasi alkohol dan
karbohidrat lainnya menjadi asam asetat dan dipergunakan
dalam pabrik cuka (Suprihatin, 2010).

4) Khamir

Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang


bersifat alkohol dimana produk utama dari metabolismenya
adalah etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah jenis yang
utama yang berperan dalam produksi minuman beralkohol
seperti bir dan anggur dan juga digunakan untuk fermentasi
adonan dalam perusahaan roti (Suprihatin, 2010).

5) Kapang

Kapang jenis-jenis tertentu digunakan dalam persiapan


pembuatan beberapa macam keju dan beberapa fermentasi
bahan pangan Asia seperti kecap dan tempe. Jenis-jenis yang
termasuk golongan Aspergillus, Rhizopus, dan Penicillium
sangat penting dalam kegiatan tersebut (Suprihatin, 2010).

B. Kerangka Pikir

11
Kedelai

Tahapan fermentasi

Inokulum Mikroba

Lama fermentasi

Mutu bubuk kedelai

Keterangan:

Y: Mutu bubuk kedelai

X: Pengaruh inokulum mikroa

X2: Pengaruh lama fermentasi

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, hipotesis yang dapat ditentukan yaitu:

12
1. Ada pengaruh inokulum mikroba terhadap mutu bubuk kedelai
2. Ada pengaruh lama fermentasi terhadap mutu bubuk kedelai
3. Ada pengaruh inokulum mikroba dan lama fermentasi terhadap mutu
bubuk kedelai

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif dengan


pendekatan kuantitaif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan
jenis jumlah inoculum mikroba terhadap mutu bubuk kedelai.

B. Tempat dan waktu Penelitian

Adapun tempat dan waktu pelaksanaan dalam penilitian ini adalah:


1. Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pendidikan Teknologi
Pertanian Fakultas Teknik Universitas Negri Makassar.
2. Waktu
Dilakukan pada bulan November sampai Januari 2020-2021.

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan penelitian ini adalah Erlenmeyer, glas


beaker, thermometer, gelas ukur, kertas saring, oven, spatula,
pipet tetes, pipet skala, blender, timbangan, piring, gelas, sendok,
kantongan plastic.
2. Bahan yang digunakan penelitian ini adalah ragi roti, ragi tapai,
cairan sauerkraut, dan biji kedelai .

14
D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian sebagai berikut:


1. Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan meliputi persiapan alat dan bahan yang
akan digunakan yang akan digunakan untuk pembuatan bubuk kedelai,
sedangkan untuk pengujiannya disiapkan ruang pengujian yang standar.
2. Pembuatan Bubuk keledai
1) Bersihkan kedelai, rendam selama 4 jam sampai kulitnya pecah
sehingga getah yang terdapat antara kulit dan bijinya keluar;
2) Remas-remas dengan tangan untuk memisahkan kulitnya, kemudian
cuci kedelai yang telah terkupas dengan air, setelah itu tiriskan
selama 15 menit;
3) Jemur di bawah sinar matahari selama 1 hari sampai kering betul di
atas tampah;
4) Setelah kering goreng di atas wajan tanah yang telah dipanaskan
dulu selama 15 menit;
5) Angkat dan pindahkan ke dalam tampah untuk didinginkan dalam
keadaan terbuka selama 15 menit;
6) Kemudian tampi untuk memisahkan kulit yang masih ada. Pisahkan
lembaga-lembaga yang hangus, karena akan mempengaruhi warna
dan rasa bubuk kedelai yang dihasilkan;
7) Selanjutnya tumbuk sampai halus dalam lesung kayu dan ayak;
8) Simpan bubuk kedelai dalam stoples atau kaleng yang dapat ditutup
rapat.

Catatan:
Bubuk kedelai harus disimpan dalam tempat yang tertutup rapat karena

15
mudah menyerap air dari udara bebas, dan juga untuk mencegah
tumbuhnya jamur (kapang) yang dapat merubah bau, rasa, dan warna.

3. Sterilisasi Alat dan Bahan yang Digunakan

Sebelum menggunakan alat dan bahan terlebih dahulu kita


sterilisasikan sehingga tidak terjadinya kontaminasi pada saat melakukan uji
difusi. Tahap ini alat dan bahan yang digunakan disterilisasi terlebih dahulu.
Proses sterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 0C tekanan 2 atm
selama 15 menit.

4. Pembuatan Medium Agar (NA)


Langkah-langkah pembuatan media NA adalahmenimbang media
sintetisnutrient broth sebanyak 9 gr, menimbang agar sebanyak 20 gr,nutrient
broth danagar dicampur dalam gelas kimia 1000ml,menambahkan aquadest
sebanyak 1000ml,menghomogenkan campuran media tersebut menggunakan
magnetic stirrer, setelah itudimasukan kedalam botol schoot, danmensterilisasi
media tersebutmenggunakan autoclave (Inri Safani,2017).

5. Pembuatan media PDA

Langkah-langkah pembuatan media PDA adalah menimbang media


sintetispotato dextrose broth sebanyak 24 gr, menimbang agar sebanyak 20 gr,
potatodextrose broth dan agar dicampurkan dalam gelas kimia 1000 ml,menambahkan
aquadest sebanyak 1000 ml, menghomogenkan campuran media tersebut
menggunakan magnetic stirrer, setelah itu dimaasukan dalam botol schoot,
danmensterilisasi media tersebut dengan menggunakan autoclave
(Inri Safani,2017).

16
E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dilakukan teknik pengumpulan data berupa pengaruh dan
jenis jumlah inoculum mikroba terhadap mutu bubuk kedelai yang kemudian
diamati dan dianalisis seusai pengamatan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang
diperoleh dari hasil uji aktivitas inoculum mikroba yang disajikan dalam bentuk
tabel dan pembahasan dilakukan secara deskriptif. Data yang diperoleh dari
fermentasi bubuk kedelai.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Mengenal Ragi dan Fungsinya. Diakses tanggal 28 November 2020.

Cahyadi W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara : Jakarta.

Inri safani. 2017. Pemanfaatan Air Cucian Beras Sebagai Media Mertumbuhan Jamur
Saccharomyces cerevisiae. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.

Rukmana,R. dan Yuniarsih. (1996). Kedelai Budidaya dan Pasca Panen.Penerbit


Kanisisus.Yoyakarta

Sarawa., Nurmas dan M. Darsil. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) yang Diberi Pupuk Guano dan Mulsa Alang- Alang. Jurnal
Agroteknos. II (2):97-105.

Smith, A.K dan Circle., (1978), Soybean, Chemistry and Technology, The AVI
Publisher Co. West Port Connecticut.

Snyder, H.E. and Kwon, T.W. 1987. Soybean Utilization. New York: Avi Book. 104-
111

Suhardjo. 2001. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA Press. Surabaya.

18

Anda mungkin juga menyukai