Belajar Dan Pembelajaran
Belajar Dan Pembelajaran
A. Latar Belakang
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki
kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri
sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah,
diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri
manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk
mewujudkannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh
gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja
dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik
tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan,
tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa
strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami
kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar
peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga
pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu
mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah definisi belajar?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui apakah definisi belajar
PEMBAHASAN
A. Definisi Belajar
Sejak dilahirkan, manusia telah begitu banyak mengalami proses belajar.
Itu berarti bahwa aktivitas belajar sangat akrab dengan kehidupan manusia.
Banyak ahli pendidikan, pembelajaran, dan psikologi yang telah mencoba
mendefinisikan "belajar". Seringkali perumusan dan penafsiran yang dihasilkan
berbeda satu sama lain sesuai sudut pandang masing-masing. Namun demikian,
pada bagian ini kita hanya akan melihat beberapa pendapat ahli yang relatif
lebih mirip dan lebih sederhana sehingga memudahkan untuk menarik definisi
sendiri.
Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan
oleh kematangan dan sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari
terbentuknya respons utama.Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun
psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada diri
individu yang belajar dalam bentuk kemampuan yang relatif konstan dan
bukan disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara.
Menurut Muhibbin Syah (2003:64) menyebutkan beberapa definisi
belajar menurut para ahli,antara lain:
a. Skinner dalam bukunya Educational psychology: The Teaching-
Teaching Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi yang berlangsung secara progressif. Pendapat ini
diungkapkan dalam pernyatannya ‘’…a process of progressive
behavior adaption.’’Berdasarkan eksperimennya B.F.Skinner percaya
bahwa proses adaptasi tersebut akan mendapatkan hasil yang optimal
apabila diberi penguat(reinforcer).
d). Practice (praktek atau latihan). Istilah ini bermakna bahwa proses
belajar membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin
kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa.
Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola
pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu
aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah
bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan
menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan
sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina
sendiri. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan
pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan
mereka.Untuk membantu peserta didik dalam membina konsep atau
pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang ada
pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap
untuk dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah
kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
a). Scaffolding
Dalam lingkungan pembelajaran, proses pembentukan makna dalam
diri siswa membutuhkan dukungan guru berupa topangan (scaffolding).
Topangan adalah bantuan yang diberikan dalam wilayah perkembangan
terdekat (zone of proximal development) siswa (Wood et al. dalam
Confrey: 1995). Topangan diberikan berdasarkan apa yang sudah
bermakna bagi siswa, sehingga apa yang sebelumnya belum dapat
dimaknai sendiri oleh siswa sekarang dapat bermakna berkat topangan
itu. Dengan demikian, topangan diberikan kepada siswa dalam situasi
yang interaktif, dalam arti guru memberikan topangan berdasarkan
interpretasi akan apa yang sudah bermakna bagi siswa, dan siswa
mengalami perkembangan dalam proses pembentukan makna berkat
topangan itu. Scafollding merupakan bantuan yang diberikan kepada
siswa untuk belajar dan untuk memecahkan masalah. Bantuan tersebut
dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke
dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-
tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
a). Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun
sosial;
b). Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dan guru ke siswa, kecuali hanya
dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar;
d). Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus.
a). Siswa terlibat secara aktif dalam belajarnya. Keterlibatan ini tidak
sekedar perintah atau petunjuk dari guru, tetapi siswa diberi kesempatan
untuk berkreativitas mengusulkan suatu topik, masalah, atau
berargumentasi. Keterlibatan dapat dalam forum klasikal maupun
kelompok.
b). Siswa belajar materi sejarah secara bermakna dalam bekerja dan berfikir.
Agar siswa dapat memberi makna tentang materi sejarah yang sedang
dibahas, maka perlu sebuah materi yang bersifat analisis yang berdasar
pada hukum kausalitas. Materi tidak bisa diberikan yang bersifat hapalan,
tetapi harus diangkat dari kehidupan seharihari dan kemudian
dihubungkan dengan fakta sejarah yang pernah terjadi.
c). Siswa belajar bagaimana belajar itu. Melalui pemberian masalah yang
berbobot masalah, maka diharapkan siswa mampu belajar memahami,
menerapkan dan kemudian mampu bersikap terhadap hasil analisis
permasalahan. Dengan demikian siswa tidak hanya menghapal, tetapi
sungguh dihadapkan tuntutan kemampuan analisis.
d). Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu
dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi
(materi) kompleks terjadi. Informasi yang diberikan jangan hanya
tunggal, tetapi harus terkait dengan informasi lain dan dengan disiplin
lain. Dengan demikian siswa akan mendapatkan informasi yang utuh dan
komprehensif.
f). Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga sejarah menjadi
menarik dan siswa mau belajar
a. Tahap Sensorimotor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun,
bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui
indera mereka yang sedang berkembang dan melalui aktivitas motor.
( Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman,
2008:212). Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat dria (sensori) dan
gerak (motor), artinya dalam peringkat ini, anak hanya mampu
melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya dan
pergerakannya. Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan
kognitif selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses
penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan. ( Mohd. Surya, 2003: 57).
b. Tahap Pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam
menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum
mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami
realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda –tanda dan simbol.
Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak
konsisten, dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motor tentu
lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua
(praoprasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ketahap
yang lebih tinggi (oprasional konkrit dan oprasional formal). Secara umum,
semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur cara berpikirnya.
Dalam kaitan ini seorang guru seyogyanya, memahami tahap-tahap
perkembangan anak didiknya ini, serta memberikan materi belajar, jumlah dan
jenis yang sesuai tahap-tahap tersebut.
3. Jangan ijinkan tutor memberikan tes kepada yang diajari. Ini bisa
melemahkan kerjasama diantara murid.
Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang menempatkan guru sebagai
fasilitator dalam pembelajaran dan peserta didik sebagai pelaku belajar.
Menitik pada pembelajaran konstruktivis yang berorientasi pada siswa dalam
membangun sendiri pengetahuannya, maka seorang guru harus melihat bahwa
siswa bukanlah lembaran kertas putih bersih atau sebuah bejana kosong. Hal
ini berangkat dari fakta bahwa siswa yang berada di tataran kelas yang paling
rendahpun telah hidup beberapa tahun dan menemukan suatu cara yang
berlaku untuk menghadapi lingkungan hidup mereka. Mereka sudah
membawa “pengetahuan awal”. Pengetahuan yang mereka punyai adalah
dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya. Karena itu, guru perlu
mengerti taraf pengetahuan anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun ahli yang mengemukakan tentang teori belajar yaitu Piaget dan
Vygotsky. Jean Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu
proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman
realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang
baru dilahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami beberapa tahap
perkembangan kognitif yang jelas.
B. Saran
Dalam mempelajari makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
isi bacaan dan memepelajarinya lebih lanjut terkait teori-teori pembelajaran,
mengingat pentingnya penyesuaian teori belajar yang akan diaplikasikan dalam
proses belajar mengajar dengan karateristik yang heterogen dari peserta didik.
Selain itu, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca. Kami menyadari makalah yang kami susun masih
memiliki banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami perlukan.
DAFTAR PUSTAKA