Anda di halaman 1dari 3

Nama : MUHAMMAD WIJAYANTO

Nim : 191111027
Mata kuliah : AGAMA ISLAM

WABAH THA’UN PADA MASA KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB

Sehubungan dengan menglobalnya pandemi virus corona (Convid-19), ada kisah dari
dunia Islam yg menarik untuk dibagikan.
Hari ini umat manusia dihadapkan pada masalah bumi ini, sebuah virus/wabah yang tak
terlihat.
Tapi membuat seisi bumi takut. Namun, yang membuat semua kekuatan, senjata, dan
kesombongan bertekuk lutut, lumpuh, dihadapan kekuasaan Allah SWT.
Memang begitulah sunatullahnya, Allah SWT menghancurkan tingginya kesombongan dunia
dengan sesuatu yang kecil agar runtuh dengan sehina-hinanya, seperti Namrud yang mati hina
karena seekor lalat.
Tapi masalah bumi ini adalah masalah muslimin juga. Bagaimana kita bersikap? Karena hari ini
sebagian saudara kita menganggap remeh dengan pasrah saja.

Pada tahun 18 H, hari itu Khalifah Umar bin Khattab ra bersama para sahabatnya
berjalan dari Madinah menuju negeri Syam.
Mereka berhenti di daerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah
Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut.
Sebuah penyakit menular, benjolan diseluruh tubuh yang akhirnya pecah dan mengakibatkan
pendarahan.
Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar ra, sang Gubernur Syam ketika itu
datang ke perbatasan untuk menemui rombongan.
Dialog yang hangat antar para sahabat pun terjadi, apakah mereka masuk atau pulang ke
Madinah.
Umar yang cerdas meminta saran kepada kaum Muhajirin, Anshar, dan orang-orang yang ikut
Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat.
Bahkan Abu Ubaidah ra menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari
takdir Allah SWT?
Lalu Umar ra menyanggahnya dan bertanya. "Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yang
subur dan yang kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu
adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah. Sesungguhnya dengan kami
pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yg lain."
Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf ra mengucapkan hadist Rasulullah
SAW; "Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian
memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya."
(HR. Bukhari & Muslim)

Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah. Umar ra merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat
yang dikaguminya, Abu Ubaidah ra. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah.
Namun beliau adalah Abu Ubaidah ra, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama
rakyatnya. Umar ra pun menangis membaca surat balasan itu.
Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan
sahabat-sahabat mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah Tha'un di Negeri Syam.

Total sekitar 20 ribu orang wafat karena wabah Tha'un yang jumlahnya hampir separuh
penduduk Syam ketika itu.
Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash ra memimpin Syam.
Karena kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam. Hasil tadabbur beliau dan kedekatan
dengan alam ini.
Amr bin Ash berkata: "Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api.
Jaga jaraklah dan berpencarlah kalian dengan menempatkan diri di gunung-gunung."

Pandangan islam terhadap fenomena tersebut :


Apabila kita tertimpa musibah seperti halnya fenemena pada zaman khalifah umar bin khattab
ra hendaknya kita :

Pertama, karantina sebagaimana sabda Rasulullah SAW di atas, maka itulah konsep karantina
yang hari ini kita kenal.
Kedua, bersabar. Karena Rasulullah SAW bersabda: "Tha'un merupakan azab yang ditimpakan
kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin.
Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap di kampungnya dengan
penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah SWT
tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid." (HR. Bukhari dan Ahmad).

Ketiga, berbaik sangka dan berikhtiarlah. Karena Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah Allah
SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya." (HR.
Bukhari).

Keempat, banyak berdoalah. Dengan berdoa meminta keselamatan itu sudah kita lafadzkan di
setiap pagi dan sore: "Bismillahilladzi laa yadhurru ma'asmihi, say'un fil ardhi walafissamaai
wahuwa samiul'alim. Barang siapa yang membaca dzikir tersebut 3 kali pada pagi dan petang.
Maka tidak akan ada bahaya yang memudharatkannya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Kelima, sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk berpencar dan menjaga jarak dari
keramaian dan menahan diri untuk tetap di rumah. Cara inilah yang banyak ditiru dunia luar,
mereka menyebutnya social distancing.

Semoga kita senantiasa dilindungi Allah SWT dan bertemu kembali di tempat terbaik di Surga-
Nya.

Anda mungkin juga menyukai