Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jesslyn Harapan

NIM : 04054822022097
Kepanitraan Stase Forensik 8 Oktober – 26 Oktober 2020

Journal Review
Judul Jurnal : Postmortem Findings in Italian Patients With COVID19: A Descriptive Full
Autopsy Study of Cases With and Without Comorbidities
Penulis : Laura Falasca, Roberta Nardacci, Daniele Colombo, et al
Penerbit : Oxford University Press for the Infectious Diseases Society of America
Tahun Terbit : 11 September 2020

Kasus coronavirus disease-2019 (COVID19), yang disebabkan oleh patogen zoonosis baru
sindrom pernapasan coronavirus-2 (SARS-CoV-2), pertama kali dilaporkan pada akhir
Desember 2019 di Wuhan, China. Pada 12 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global karena menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
Di Italia, kasus COVID-19 dikonfirmasi pertama kali pada 31 Januari 2020. Laporan dari studi
kasus otopsi individu atau kecil menunjukkan bahwa SARS-CoV-2, adalah penyakit multisistem
yang sebagian besar mempengaruhi sistem pernapasan dan kardiovaskular.
Jurnal ini melaporkan pemeriksaan postmortem seluruh tubuh pada 22 pasien di Italia yang
meninggal karena COVID-19 dengan 4 di antaranya tidak memiliki komorbiditas.

Metode
Otopsi dilakukan di National Institute for Infectious Disease Rumah Sakit Lazzaro Spallanzani-
IRCCS, Roma, Italia.
Informasi demografis dan klinis 22 pasien dikumpulkan.
Otopsi dilakukan menggunakan panduan khusus untuk post mortem, dan pengumpulan sesuai
dengan penyerahan specimen dan praktik biosafety untuk mengurangi risiko penularan patogen
menular selama dan setelah pemeriksaan postmortem. Karena SARS-CoV-2 diklasifikasikan
sebagai tingkat biosafety Organisme 3 (BSL3), prosedur operasi khusus untuk BSL3 patogen
juga diikuti. Otopsi dilakukan dalam ruang otopsi khusus COVID-19 yang ditunjuk dengan
kontrol aliran udara dan prosedur pengendalian infeksi di udara, termasuk penggunaan alat
pelindung diri yang sesuai (seperti masker N95).
Pemeriksaan PCR dilakukan pada sampel ocular, nasofaring, orofaring, paru, dan swab rektal.
Jaringan paru, jantung, hati, limpa, dan sumsum tulang diambil untuk pemeriksan histologi
Hasil
COVID-19 menyebabkan kerusakan multisistem. Kerusakan dominan didapatkan pada paru dan
system kardiovaskular. Manifestasi ekstrapulmoner seperti hepatic, ginjal, limpa dan sumsum
tulang serta cedera mikrovaskular dan thrombosis juga terdeteksi.. Temuan ini serupa pada
pasien dengan atau tanpa komorbiditas yang sudah ada sebelumnya.

Teknik Otopsi pada Jurnal


Otopsi pada pasien covid 19 dilakukan dengan protocol EPA (Early Perfomed Autopsy)
dengan penerapan protocol biosafety level 3 (BSL3), dimana ruang autopsy harus dirancang
seperti ruang operasi, harus ada jalur masuk (kotor) dan jalur keluar (bersih), serta harus
memiliki control sirkulasi udara yang baik untuk mencegah infeksi airborne. Meja otopsi serta
peralatan yang digunakan harus didisinfeksi secara rutin sebelum dan sesudah otopsi, dan para
tenaga medis pelaksana otopsi harus dilengkapi dengan APD (Alat Proteksi Diri) yang
memadai.
Teknik otopsi yang digunakan saat pemeriksaan jenazah dalam jurnal tersebut adalah :

 Virchow technique (pembukaan viscera satu per satu) untuk otopsi pada paru,
jantung dan limpa. organ diangkat satu per satu dan dibedah seperti secara bersamaan.
Ini merupakan teknik yang baik untuk menunjukkan perubahan patologis pada organ,
terutama pada otopsi berisiko tinggi. Sampel organ dapat segera diambil dan diperiksa
dibawah mikroskop.

 Ghon technique (eviserasi en bloc) digunakan untuk otopsi pada hati (liver)


 Organ – organ seperti organ abdominal dan urogenital diangkat secara kesatuan dalam
satu blok (satu system), sehingga dapat mempertahankan hubungan antar organ secara
anatomis dan lebih mudah dilakukan disbanding dengan teknik en masse.

 Tidak dilakukan teknik Letulle's evisceration technique (eviserasi en masse) untuk


mengurangi cipratan darah, feces ataupun cairan biologis dari tubuh pasien yang
infeksius.

Anda mungkin juga menyukai