Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rencana yang telah kita susun sedemikian rupa tidak akan ada artinya jika tidak
segera dilaksanakan. Pelaksanaan rencana tadi dilakukan oleh oleh satuan-satuan kerja
yang merupakan bagian dari organisasi. Mau tidak mau setelah dibuat suatu rencana,
langkah selanjutnya adalah pengorganisasian. Efektivitas dan efesiensi pelaksanaan
kegiatan yang akan dikerjakan dipengaruhi oleh bagaimana individu-individu yang ada di
dalam satuan kerja tadi bekerja secara maksimal sesuai tanggung jawab dan
wewenangnya. Untuk itu, pengorganisasian menjadi langkah penting setelah kegiatan
perencanaan.
System didefinisikan sebagai sebuah kelompok individu yang berinteraksi secara
berkesenambungan, memiliki hubungan yang saling tergantung (interdependensi) satu
sama lainnya di bawah kumpulan peraturan, ide, prinsip, dan dokrin yang umumnya
dimaksudkan untuk menjelaskan susunan dari keseluruhan organisasi (Webster, 1977).
System adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang majemuk, yang masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan
terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula. System
juga diartikan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Sumijatun, dkk, 2005).
Dalam keperawatan system lebih terfokus pada pengorganisasian, interaksi,
interdependensi dan integrasi dari bagian-bagian dan elemen yang ada. Organisasi
pelayanan kesehatan biasa dipandang sebagai sebuah system dengan sub-sistem individu
dan grup atau kelompok profesi yang secara bersama-sama bekerja untuk mencapoai
tujuan yang disepakati. Pemahaman dan komitmen tentang kekompakan kelompok
menjadi penting dan sangat berpengaruh pada proses pencapaian tujuan tersebut, oleh
karena itu pola interaksi yang efektif harus diciptakan diantara individu atau grup baik
internal maupun ekternal maupun eksternaldari system yang telah ada.
Keperawatan sebagai ilmu terus berkembang, beberapa upaya perbaikan pelayanan
disetiap tatanan kesehatan telah dilaksanakan termasuk pada tindakan di lapangan, serta
menggunakan model-model dalam system manajemen pelayanan dan pembuatan
keputusan yang terkait dengan pasien, walaupun demikian para manajer keperawatan
masih menganggap bahwa hasil kurang optimal, sehingga upaya-upaya lainnya terus
dilakukan untuk peningkatan kualitas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pengorganisasian ?
2. Jelaskan konsep pengoranisasian pada management keperawatan ?
3. Jelaskan langkah-langkah pengorganisasian ?
4. Sebutkan tipe-tipe pengorganisasian ?
5. Jelaskan Struktur Organisasi Pelayanan Keperawatan
6. Deskripsikan Saluran komunikasi dalam organisasi pelayanan
kesehatan/keperawatan ?
7. Sebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam organisasi
Pelayanan Keperawatan ?
C. TUJUAN
1. Dapat menjelaskan pengertian pengorganisasian.
2. Dapat menyelaskan konsep pengoranisasian pada management keperawatan.
3. Dapat menjelaskan langkah-langkah pengorganisasian.
4. Dapat menyebutkan tipe-tipe pengorganisasian.
5. Dapat menjelaskan Struktur Organisasi Pelayanan Keperawatan.
6. Dapat mendeskripsikan Saluran komunikasi dalam organisasi pelayanan
kesehatan/keperawatan.
7. Dapat menyebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam
organisasi Pelayanan Keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan setiap
kelompok, dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit
lainnya, baik cara vertical maupun horizontal yang bertanggung jawab mencapai tujuan
organisasi (Swansburg, 1993).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas,
wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan, baik vertical maupun horizontal
yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan ditetapkan. Fungsi ini
mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan,
seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana dan
kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-
tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan
(Siagian,1983 dalam Juniati).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan orang, alat-alat, tugas-tugas,
kewenangan dan tanggung jawab yang seimbang dan sesuai dengan rencana operasional
sehingga suatu organisasi dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Subur, 1997).
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :
1. Adanya tujuan bersama
2. Adanya kerjasama dua orang atau lebih
3. Adanya pembagian tugas
4. Adanya kehendak untuk bekerja sama
B. KONSEP
Dalam menganalisa pengaruh pola formal organisasional pada sifat dasar
komunikasi antara para pekerja, perlu untuk mengerti konsep sebagai berikut:

1. Peran
Peran diartikan sebagai suatu set perilaku dan sikap yang diharapkan dari
seseorang oleh mereka yang berinteraksi dengannya. Peran seseorang diartikan oleh
harapan-harapan orang lain, individu tersebut sangat bergantung pada harapan mereka
bagi aspek identitas pribadinya. Sepanjang hidupnya seseorang memegang
serangkaian peran, yang berubah dengan perubahan keadaan hidupnya. Sebagai
pekerja sebuah departemen keperawatan, perawat dapat memegang beberapa peran
jabatan pada waktu yang sama. Kepala perawat tertentu merupakan bawahan bagi
atasannya, seorang supervisor bagi staf perawatnya, rekan kerja kepala perawat
lainnya dan mungkin kepala panitia atau konsultan bagi para pekerja di divisi lain
dalam organisasinya. Karena perbedaan sikap dan perilaku diperlukan dalam
pelaksanaan masing-masing peran, kepala perawat yang telah diuraikan di atas harus
sering "merubah seragam" selama hari kerjanya, penyesuaian dan penyesuaian ulang
ekspresi wajah, bahasa tubuh, nada suara dan bahasa untuk memenuhi harapan pihak
yang berkepentingan lainnya yang telah mengartikan setiap peran.

2. Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar
bersikap sesuai dengan harapan seseorang. Karena kekuasaan tumbuh dari interaksi
manusia, kekuasaan tidak bersifat statis, tetapi terus menerus berubah. Perolehan
kekuasaan oleh perawat perorangan tampaknya memudahkan perolehan kekuasaan
yang lebih besar dalam situasi yang sama. Kemungkinan karena meningkatnya
jumlah komunikasi dengan yang lain atau perubahan dalam kualitas komunikasi
tersebut. Begitu juga sebaliknya, kehilangan kekuasaan seorang pekerja bisa
mengubah hubungan timbal baliknya dengan yang lain sehingga membuatnya terus
menerus kehilangan kekuasaan seiring dengan waktu. Kekuasaan terdiri dari beberapa
jenis yaitu: kekuasaan memberikan penghargaan (Reward power) adalah
kesanggupan untuk memberikan penghargaan terhadap yang lain, kekuasaan paksaan
(Coercive power) adalah kesanggupan untuk menerapkan hukuman kepada yang lain.
Menejer perawat dapat menghukum seorang pegawai melalui penurunan pangkat,
skors, atau pemecatan. Kekuasaan referensi (Referent power) adalah kemampuan
mengilhami kebanggaan tertentu pada yang lain sehingga mereka berharap untuk
mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan obyek kekaguman mereka.
Kekuasaan ahli (Expert power) merupakan kemampuan untuk meyakinkan yang lain
supaya seseorang memiliki derajat pengetahuan dan keahlian tinggi dalam area
spesialisasi.

3. Status
Konsep status berhubungan erat dengan konsep kekuasaan. Status dapat
diartikan sebagai urutan penganugerahan suatu kelompok kepada seseorang yang
sesuai dengan penilaian mereka atas pekerjaan dan sumbangsihnya. Derajat status
yang diberikan kepada pekerjaan tertentu erat kaitannya dengan jarak dari hierarki
organisasi tingkat atas, jumlah keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
kerja tersebut, derajat pelatihan khusus, atau pendidikan yang diperlukan bagi posisi
tersebut, tingkat tanggung jawab dan otonomi yang diharapkan dalam pelaksanaan
kerja dan gaji yang didapat dari jabatan tersebut. Status masing - masing perawat
tergantung pada posisi dari departemen kesehatan dalam tabel organisasi unit
kerjanya. Status sebuah kelompok dikaitkan dengan kemampuannya dalam
mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kelompok.
Kebanyakan perawat percaya bahwa tujuan keperawatan bagi perawatan klien dan
kesembuhannya sama pentingnya dengan kesejahteraan klien seperti juga
dengantujuan pengobatan medis atau tujuan administrasi keuangannya.

4. Wewenang
Konsep wewenang secara berbelit-belit dihubungkan dengan konsep tanggung
jawab. Jabatan pada hierarki keperawatan puncak dihubungkan dengan lapisan atas
dari tanggung jawab dan wewenang. Jadi status yang tinggi dihubungkan dengan
wewenang yang memberi status pekerjaan tinggi bagaimanapun dapat diserahkan
pada jabatan di lapisan rendah struktur organisasi.

5. Kepusatan ( Centrality )
Konsep sentralisasi / kepusatan organisasi mengacu pada kenyataan bahwa
beberapa jabatan ditempatkan sedemikian rupa dalam struktur organisasi sehingga
melibatkan si pemegang jabatan ke dalam seringnya komunikasi dengan sejumlah
besar pekerja lainnya. Sebaliknya, jabatan lainnya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga terjadi sedikit komunikasi di antara pemegang jabatan dengan yang lainnya.
Dengan menggunakan skema organisasi lembaga tersebut, adalah mungkin untuk
menghitung jumlah langkah atau pertukaran pembicaraan yang diperlukan guna
menyampaikan informasi kepada jabatan yang diberikan dari setiap posisi lain dalam
jaringan kerja tersebut. Jumlah langkah bagi orang atau jabatan tertentu disebut total
jarak organisasi. Penambahan jarak perseorangan bagi semua pegawai dalam
organisasi dan membaginya dengan jumlah pegawai akan menghasilkan jarak rata-
rata organisasi (Average organizational distance) bagi semua jabatan dalam struktur
itu. Dengan membandingkan total jarak organisasi seseorang dengan jarak rata-rata
bagi seluruh struktur, seseorang dapat menentukan setiap jarak relatif organisasi
(Relative organizational distance) pegawai. Para pegawai dengan jarak relatif
organisasi yang terkecil adalah yang paling pokok dalam struktur tersebut. Mereka
lebih banyak menerima informasi yang berhubungan dengan kerja di banding pekerja
pokok. Terhadap pekerja yang berpengetahuan, informasi adalah bahan mentah untuk
produksi. Karena pekerja yang lebih terpusat secara organisasi seharusnya lebih
produktif dibanding pekerja yang kurang terpusat.

6. Komunikasi ( Communication )
Semua pekerjaan dalam sebuah kelompok manusia dilakukan melalui dan
karena komunikasi antar pekerja. Komunikasi biasa diartikan sebagai pengiriman
informasi dan opini antar manusia. Diperlukan pendahuluan pesan oleh si pengirim
dan persepsi pesan yang sama oleh si penerima pesan. Kebanyakan ahli komunikasi
percaya bahwa penangkapan pesan tersebut merupakan aspek yang lebih kritis dari
proses dan usaha memperbaiki kualitas serta akurasi komunikasi sebaiknya dimulai
dengan mengajari manusia bagaimana mendengar secara bersungguh - sungguh dan
kritis terhadap semua aspek pesan yang dikirim. Adalah mungkin untuk melatih
pengirim pesan agar mengatur, mengulang, dan merangkum informasi sehingga
memaksimalkan pengertian oleh si penerima pesan. Pengirim pesan dapat diajari
memperkuat isi verbal setiap pesan dengan ekspresi yang sesuai dan gerak isyarat
untuk menekankan konsep kunci serta untuk mendapatkan masukan dari si penerima
pesan sebagai tanda atas keefektifan komunikasi.
C. LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada saat
fungsi perencanaan.
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen
kegiatan).
4. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.
5. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang dipandang
mampu melaksanakan tugas.
6. Mendelegasikan wewenang dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya
keseimbangan antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti
puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja
dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerjasama yang sifatnya integrative perlu
diterapkan karena prinsip kerja integrasi diharapkan semua kegiatan pokok puskesmas
dapat diselesaikan.
D. TIPE-TIPE ORGANISASI
Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode
penugasan yang diterapkan di ruangan perawatan. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe
organisasi dilihat dari strukturnya.
1. Struktur Organisasi secara umum
Struktur Organisasi di ruangan menyesuaikan dengan metode penugasan yang
dijalankan di ruang perawatan. Akan tetapi, secara umum organisasi dibagi menjadi
tiga macam , antara lain sebagai berikut.
a. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia. Organisasi lini
mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang
nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran
pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam
melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah
karyawan sedikit, sarana dan prasarana yang terbatas, serta tujuan dan kegiatan
yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan
keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih
terjamin serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Sedangkan,
kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin
yang benar-benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi
seiring terabaikan. Berdasarkan penjelasan di atas, organisasi lini sangat cocok
diterapkan di ruang perawatan.

b. Organisasi Staf.
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi
staf dicirikan bahwa dalam pengorganisasian dikembangkan satuan organisasi staf
yang berperan sebagai pemantu pimpinan. Orang yang duduk dalam suatu
organisasi staf adalah individu ahli yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi. Hal ini terjadi karena pimpinan organisasi menghadapi permasalahan
yang kompleks dan kesulitan untuk memecahkan permasalahan yang ada
sehingga dibutuhkan orang yang sanggup dan mampu membantu pimpinan dalam
memecahkan masalah organisasi.
Dalam organisasi staf, fungsi staf hanyalah sebagai pembantu.
Pengambilan keputusan tetap berada di tangan pimpinan. Keuntungan organisasi
staf adalah pengambilan dapat lebih baik. Kerugiannya adalah pengambilan
keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan organisasi lini.

c. Organisasi Lini dan Staf


Bentuk Operasi lini dan staf merupakan pengembangan dari organisasi
staf. Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diplot sebagai penasihat, tetapi
staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut.
Organisasi ini staf diterapkan jika permasalah nasihat tersebut. Organisasi lini staf
diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak
hanya diharapkan memberikan buah pikirannya, tetapi staf juga harus membantu
pelaksanaannya.
Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan lebih baik
karena pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung
jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatiannya
pada masalah yang lebih penting, serta pengembangan bakat dan kemampuan
dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik.
Kelemahanyya adalah pengambilan keputusan memakan waktu yang lebih lama
lagi, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak menegetahui
batas-batas wewenangnya. Bagan organisasi lini staf dapat dilihat dalam gambar
berikut.
Seperti disampaikan pada kalimat di atas, struktur organisasi pelayanan
keperawatan di ruang rawat menyesuaikan dengan metode penugasan yang
diterapkan. Berikut adalah bagan struktur organisasi pelayanan di ruang
perawatan yang mengacu pada model pemberian asuhan keperawatan (Gillies,
1989).

STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN


1. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua karena metode
ini adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada
metode ini, seorang perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien
selama periode dinas (Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang perawatan
intensif.Metode Fungsional Metode penugasan fungsional merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama metode ini adalah pemenuhan kebutuhan
fisik sehingga kurang memerhatikan kebutuhan manusia secara holistic dan
komprehensif.
Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang membawahi secara
langsung perawat-perawat pelaksana yang ada di ruang tersebut. Metode ini
menggambarkan bahwa satu-satunya pemegang kendali manajerial dan laporan klien
adalah kepala ruang, sedangkan perawat lainnya hanya sebagai perawat pelaksana
tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai dengan
spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya, setiap perawat mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk memberikan tindakan keperawatan sebanyak satu atau dua
jenis tindakan. Jenis tindakan lainnya diberikan oleh perawat yang lainnya.
Berdasarkan struktur di atas, trgambar dengan jelas bahwa ada pembagian tugas
perawat, yaitu ada perawat yang tugasnya hanya memberikan obat ada perawat yang
tugasnya hanya merawat luka dan lain-lain. Namun demikian, guna mengurangi
beban tanggung jawab kepala ruang yang besar, pihak rumah sakit dapat
memodifikasi struktur tersebut dengan menempatkan wakil kepala ruang untuk
membantu tugas kepala ruang. Selain mengurangi beban kerja kepala ruang, dengan
adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pekerjaan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE FUNGSIONAL
Kelebihan Kelemahan
1.      Efisiensi, 1.      Kepala ruang kurang waktu untuk dapat
terutama untuk ruangan yang memberikan masukan kepada perawat-perawatnya tentang
mempunyai jumlah tenaga bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang
perawat minimal/sedikit. terbaik.
2.      Perawat 2.      Setiap perawat tidak dapat memberikan asuhan
mempunyai seara komprehensif
keahlian/spesialisasi tindakan 3.      Komunikasi antar-perawat sangat terbatas
tertentu 4.      Prioritas hanya kebutuhan fisik sehingga tidak
komprehensif
5.      Pemberian asuhan keperawatan terfragmentasi
6.      Kepuasan pasien sulit tercapai
7.      Kepuasan perawat selaku pemberi asuhan sulit
tercapai
Tabel 4. Kelebihan dan kelemahan metode Fungsional

2. Metode Tim
Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian asuhan
keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang
memberikan asuhan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional yang
sering disebut dengan “Ketua tim”. Selain itu, Sitorus (2006) juga menyampaikan
bahwa dengan metode penugasan tim, setiap anggota kelompok/tim mempunyai
kesempatan untuk berkontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang
tinggi.
Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan efisien,
tugas pokok dan fungsi masing-masing, posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-
masing personel perawat. Keliat, dkk (2006) menguraikan secara rinci tugas pokok
dan fungsi masing-masing posisi yang tergambar dalam struktur organisasi metode
penugasan tim sebagai berikut.
1). Kepala Ruangan
a). Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun visi, misi, dan filosofi
- Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan).
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun struktur organisasi
- Menyusun jadwal dinas
- Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
- Memimpin operan
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengatur pendelegasian
- Melakukan supervise
Fungsi Pengendalian
- Mengevaluasi indikator mutu
- Melakukan audit dokumentasi
- Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga pasien dan perawat
- Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b). Compensatory Reward
- Melakukan penilaian kinerja kettua tim dan perawat pelaksana
- Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf keperawatan
c). Hubungan Profesional
- Memipin rapat keperwatan
- Memipin konferensi kasus
- Melakukan rapat tim kesehatan
- Melakukan kolaborasi dengan dokter
d). Asuhan keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan
dengan spesifikasi ruangan)
2). Ketua Tim
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun rencana jangka pendek (harian dan bulanan )
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
- Membuat daftar alokasi pasien kepada perawat pelaksana
Fungsi Pengarahan
- Memimpin Pre-Conference dan post-conference
- Menciptakan iklim motivasi di dalam timnya
- Mengatur pendelegasian dalam timnya
- Melakukan supervise kepada anggota timnya
Fungsi Pengendalian
- Melakukan observasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada
pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana
- Memberikan umpan balik kepada perawat pelaksana
b) Compensatory Reward
- Melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana
c) Hubungan Profesional
- Melaksanakan konferensi kasus
- Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan Keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan
dengan spesifikasi ruangan).
3). Perawata Pelaksana
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun rencana jangka pendek (harian)
b) Asuhan keperawatan
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan
dengan spesifikasi ruangan).
Dengan melihat dan menyimak penjelasan di atas, secara jelas terdapat
perbedaan uraian tugas dari kepala ruang, ketua tim, dan perawat pelaksana.
Berdasarkan uraian di atas, tergambar bahwa kepala ruang dan ketua tim
menjalankan tugas manajerial dan asuhan keperawatan, sedangkan perawat
pelaksana murni menjalankan asuhan keperawatan. Batasan ini harus dipahami
secara benar oleh masing-masing posisi sebagai acuan untuk melaksanakan tugas
limpah (pendelegasian).
Seperti halnya metode penugasan yang lain, metode penugasan tim
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan
metode penugasan tim.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE TIM
Kelebihan Kelemahan
1.      Pelayanan keperawatan 1.      Kegiatan-kegiatan konferen
yang komprehensif memerlukan waktu yang cukup lama sehingga
2.      Proses Keperawatan dapat kegiatan konferen tidak akan dapat dilaksanakan
diterapkan. jika dalam kondisi sibuk.
3.      Metode tim memungkinkan 2.      Jika jumlah perawat sedikit,
untuk dapat bekerja lebih efektif dan menyebabkan pre-conference dan post-conference
efisien mungkin tidak dapat dilaksanakan. Untuk kegiatan
4.      Metode tim memungkinkan pre-conference dan post-conference, setiap tim
untuk dapat bekerja sama antar-tim minimal terdiri dari dua orang.
5.      Metode tim memungkinkan
tingginya kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan
6.      Metode tim meningkatkan
motivasi dan kepuasan perawat sebagai
pemberi pelayanan keperawatan
                                    Tabel 5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tim

3. Metode Keperawatan Primer


Metode Keperawatan Primer adalah suatu metode pemberian asuhan
Keperawatan yang mempunyai karakteristik kontinuitas dan komprehensif dalam
pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat yang
bertanggung jawab dalam merencanakan, melakukan, dan mengoordinasi selama
pasien dirawat di ruang perawatan. Perawat yang bertanggung jawab selama 24 jam
atas pasien-pasiennya tadi disebut”Perawat Primer”. Perawat primer biasanya
bertanggung jawab antara 4-6 pasien. Berikut akan dijelaskan secara rinci tugas
pokok dan fungsi masing-masing posisi dan struktur organisasi metode keperawatan
perimer.
1). Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Primer
a). Perawat primer menerima dan mengorientasikan pasien yang masuk di ruang
perawatan.
b). Perawat primer mengkaji secara komprehensif dan merumuskan diagnosis
keperawatan
c). Perawat primer membuat rencana keperawatan (tujuan, criteria hasil, rencana
tindakan, dan rasional)
d). Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain dan
tenaga kesehatan yang lain atas rencana yang telah dibuat.
e). Perawat primer melaksanakan rencana yang telah dibuat
f). Perawat primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai
g). Perawat primer membuat rencana pulang pasien (termasuk rencana penyuluhan)
h). Perawat Primer melakukan rujukan kepada pekerja social dan kontak degan
lembaga social di masyarakat.
i). Perawat primer membuat jadwal perjanjian klinik
j). Perawat primer mengadakan kunjungan rumah2) Tugas Pokok dan Fungsi
Kepala Ruang.
Menurut penulis, tugas pokok dan fungsi kepala ruang pada metode primer
tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan pada metode penugasan tim seperti yang
disampaikan oleh kandidat, dkk (2006) sebagai berikut.
a). Pendekatan Manajemen
Fungsi Peencanaan
- Menyusun visi, misi dan filossofi
- Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan)
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun struktur organisasi
- Menyusun jadwal dinas
- Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
- Memimpin operan
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengatur pendelegasian
- Melakukan supervise
Fungsi pengendalian
- Mengevaluasi indikator mutu
- Melakukan audit dokumentasi
- Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga pasien, perawat, dan nakes lain.
- Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b). Compesatory Reward
- Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
- Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
c). Hubungan Profesional
- Memimpin rapat keperawatan
- Melakukan rapat tim kesehatan
Selain menjalankan tugas di atas, ada salah satu tugas yang harus dijalankan oleh
kepala ruang adalah menjadi konsultan jika perawat mengalami kendala dalam
menjalankan tugasnya.
3). Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Asosiat
a). Melaksanakan tindakan keperawatan
b). Menerima delegasi dari primer primer
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE KEPERAWATAN PRIMER
Kelebihan Kelemahan
1.      Akuntabilitas Dibutuhkan perawat yang benar-benar
2.      Otonomi mempunyai pengalaman, pengetahua, sikap, dan
3.      Advokasi kemampuan (skill) yang mumpuni
4.      Kontinuitas
5.      Komprehensif
6.      Komunikasi
7.      Koordinasi
8.      Kolaborasi
9.      Komitmen
10.  Kepuasan pasien
11.  Kepuasan perawat
12.  Kepuasan dokter
13.  Kepuasan rumah sakit
14.  Penghargaan
15.  Kesempatan untuk
mengembangkan diri
Tabel 6. Kelebihan dan kelemahan Metode Keperawatan Primer
Selain pembuatan struktur organisasi, menurut keliat, dkk (2006) kegiatan lain
fungsi pengoorganisasian dalam ruang perawatan adalah sebagai berikut.
1. Pembuatan Daftar Dinas
Daftar dinas merupakan bagian penting dalam pengorganisasian yang berisi
jadal dinas (shift pagi, siang, malam), perawat yang libur, dan perawat yang cuti.
Daftar dinas ini biasanya dibuat untuk kurun waktu dinas selama satu bulan. Pembuat
daftar dinas adalah kepala ruang yang dbantu ketua tim/ perawat primer.
2. Pembuatan Daftar Alokasi Pasien
Daftar alokasi pasien dibuat guna mengetahui jumlah dan nama pasien,
jumlah dan nama pasien jenis penyakit, dokter, serta distribusi perawta terhadap
pasien yang terdapat di ruangan. Daftar pasien berisi nama pasien, dokter yang
bertanggung jawab, perawat dalam tim (jika menerapkan metode penugasan tim),
perawat yang dinas, dan perawat yang bertanggung jawab tiap shift.
E. SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN
KESEHATAN/KEPERAWATAN
Komunikasi yang terjadi dalam organisasi pelayanan keseahtan/keperawatan adalah
komunikasi formal. Saluran-saluran komunikasi terbentuk dalam komunikasi formal
terbentuk. Saluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur organisasi. Saluran komunikasi
formal dibagi menjadi 3, yaitu veretikal, lateral, dan diagonal(Handoko,1999).

a). Komunikasi vertical


Komunikasi vertical terjadi dari atas kebawah atau sebaliknya sesuai garis
perintah. Komunikasi dari atas kebawah terjadi dimulai dari manajemen puncak
kemudian menuju bawah melalui tingkatan-tingkatan manjemen sampai dengan
personalpaling bawah. Tujuan utama komunikasi kebawah adalah memeberi pengarahan,
informasi, instruksi, saran, masukan, dan penilaian. Informasi yang disampaikan kebawah
dapat berupa tujuan-tujuan organisasi dan juga kebijakan organisasi. Sedangkan,
bentuknya dapat berupa tulisan ataupun lisan. Komunikasi ke atas berfugnsi untuk
memberikan informasi ataupun umpan balik kepada tingkatan manajemen atas tentang
hal-hal yang terjadi tingkat bawah (robbins,2013). Informasi yang disampaikan dapat
berupa laporan hasil kerja, gagasan/ide, penjelasan , maupun permintaan. Komunitas ke
atas dapat dapat disebut juga sebagai umpan balik ke manajemen ats terkait kebijakan,
pengarahan , instruksi dan pengaturan.
Komunikasi vertical yang terjadi pada tingkat ruang perawatn dapat digambarkan
sebagai berikut : komunikasi antara kepala ruang dan ketua tim/perawat primer dan atau
perawat pelaksana; ketua tim/perawat primer dengan perawat pelaksana.

b). Komunikasi lateral/horizontal


Komunikasi lateral terjadi pada antar-departemen pada antar-anggota dalam
kelompok kerja/selevel dan juga terjadi pada antar-departement pada tingakatan
organisasi yang sama. Komunikasi yang terjadi adalah pimpinan dengan pimpinan,
bawahan dengan bawahan.komunikasi ini bersifat koordinatif. Komunikasi
lateral/horizontal yang terjadi pada tingkat ruang perawatn adalah antar-kepala ruang,
abtar-ketua tim/perawat primer. Dan antar –perawat pelaksana.

c). Komunikasi Diagonal


Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang memotong atau menyilang
diagonal garis perintah organisasi. Komunikasi ini dilakukan antara dua orang pada
tingkat kedudukan yang berbeda, pada tugas dan fungsi yang berbeda, dan tidak
mempunyai wewenang langsung terhadap piuhak yang lain. Komunikasi diagonal yang
terjadi pada tingkat ruang perawatan adalah komunikasi antara perawat dan tim kesehatan
lain (dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain).
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
DALAM ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN
Organisasi pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari organisasi
pelayanan kesehatan. Di dalamnya merupakan tempat padat tenaga kerja yang terdiri dari
individu-individu yang saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Penyampaian pesan secara akurat dan efektif juga sangat diperlukan
dalam kehidupan berorganisasi ini. Namun, menurut Lesikar (dalam Handoko 1999),
efektivitas komunikasi dalam organisasi dipengaruhi oleh empat factor berikut.
1. Saluran Komunikasi Formal
Saluran komunikasi formal memengaruhi efektivitas komunikasi dalam dua cara,
yaitu secara Berikut.
a. Liputan saluran formal akan semakin melebar sesuai perkembangan organisasi.
Perkembangan dan pertumbuhan organisasi menjadi factor penyebab semakin
sulitnya mengadakan komunikasi secara efektif. Apalagi, kalau organisasi sudah
mempunyai banyak cabang yang menyebar. Maka, hal ini akan menyulitkan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif.
b. Saluran Komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar-tingkatan
organisasi. Sebagai contoh, perawat pelaksanan selalu dapat mengkomunikasikan
masalah-masalah yang dihadapi di ruangan dengan ketuam tim atau kepala
ruangan. Akan tetapi, tidak dapat mengkomunikasikan informasi secara langsung
dengan wakil direktur bidang pelayanan. Padahal, informasi tersebut seharusnya
juga didapat wakil direktur.
2. Struktur Organisasi
Perbedaan kekuasaan dan kedudukan dalam organisasi akan menentukan pihak-
pihak yang berkomunikasi dengan seorang serta isi dan ketepatan dalam
berkomunikasi. Terdapat adab dan aturan tertentu jika bawahan harus berkomunikasi
dengan direktur. Hal ini karena dibatasi formalitas dan kesopanan.Spesialisasi
Jabatan
Spesialisasi jabatan akan mempermudah komunikasi antar-individu dalam
kelompoknya. Anggota suatu kelompok yang sama akan cenderung berkomunikasi
dengan istilah, tujuan, tugas, waktu dan gaya yang sama. Sedangkan komunikasi
antar kelompok yang berbeda cenderung akan mengalami hambatan..
3. Pemilikian informasi
Adanya individu-individu yang mempunyai informasi khusus dan
pengetahuan tentang pekerjaanya. Sebagai comntoh, perawat ruang anak mempunyai
pengalaman yang lebih dalam informasi-informasi perawatan anak. Kepala ruang
perawatan juga mempunyai informasi yang lebih tentang bagaimana cara mengatasi
konflik di ruangan yang dia pimpin.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
tujuan objektif, Penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan
setiap kelompok, dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan
unit lainnya, Baik cara vertical maupun horizontal yang bertanggung jawab mencapai
tujuan organisasi (Swansburg, 1993).
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu adanya tujuan bersama,
adanya kerjasama dua orang atau lebih, adanya pembagian tugas, adanya kehendak
untuk bekerja sama.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media:


Jogjakarta.

Sumijatun. (2009). Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan Aplikasi Pengambilan


Keputusan Klinis. CV. Trans Info Media: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai