Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH ETIKA UMUM

“PROFIL MAHASISWA MASA KINI”

Dosen Pengampu : Suriyati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh : Kelompok 4

Davina salsabila (F0G018014)

Riska Dewa Sefti (F0G018032)

Levia Yuniar Eferli (F0G018042)

Lusiana (F0G018006)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AJARAN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yg Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul " profil mahasiswa masa kini” Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Allah SWT. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Bengkulu, 07 april 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ... iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah............................................................................................ 1

Rumusan Masalah..................................................................................................... 1

Tujuan Penulisan....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
Frofil mahasiswa masa kini...................................................................................... 2

Peningkatan mutu dan citra mahasiswa.................................................................. 6

BAB III PENUTUP


Kesimpulan................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 10

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Universitas adalah intitusi pendidikan yang didalamnya kita tidak
hanya disuguhkan dengan berbagai macam mata kuliah yang dikhususkan
dalam golongan fakultas tertentu. Kita sering menyebut tempat dimana kita
berkuliah ini dengan sebutan kampus. Disana kita belajar untuk bersosialisasi
dan menjadi calon – calon intelek yang santun dan dewasa. Namun sering kali
karna mungkin terbawa oleh kebiasaan atau pengaruh dari pergaulan dan
ketidak mampuan untuk mengendalikan diri dalam bergaul dengan teman
teman dikampus kita menjadi tidak cukup pintar dalam menempatkan diri
dengan etika bergaul yang baik. Sebut saja kondisi seperti ini dengan
sebutan “cuek”.
Memang setiap orang memiliki kebebasan untuk melakukan hal
sesuka hatinya tapi perlu diingat bahwa dalam menjalani hidup, kita tidak
hanya hidup seorang diri, kita hidup berdampingan dengan orang lain dimana
kita pun secara tidak langsung berkewajiban menjaga perasaan orang, dan
membuat orang lain  menjadi nyaman dengan tingkah laku kita. Hal semacam
inilah yang dinamakan etika bergaul.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan profil mahasiswa masa kini?
2. Bagaimana proses peningkatan mutu dan citra mahasiswa?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu profil mahasiswa masa kini dan bagaimana proses
peningkatan mutu dan citra mahasiswa

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Profil Siswa Masa Kini.


Gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan
harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada
norma yang berlaku.Gaya hidup juga mencerminkan sikap individu,
nilai-nilai atau pandangan dunia. Oleh karena itu, gaya hidup adalah
sarana untuk menempa rasa diri dan menciptakan simbol budaya yang
beresonasi dengan identitas pribadi. Tidak semua aspek dari gaya hidup
sepenuhnya terjadi. Lingkungan sistem sosial dan teknis dapat pula
membatasi pilihan gaya hidup yang tersedia untuk individu dan simbol-
simbol yang dapat diterapkan pada dirinya sendiri dan orang lain.
Setelah memasuki era kehidupan dengan sistem komunikasi global,
dengan kemudahan mengakses informasi baik melalui media cetak, TV,
internet, komik, media ponsel, dan DVD bajakan yang berkeliaran di
masyarakat, tentunya memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan ini.
Setiap fenomena yang ada dan terjadi di dunia, tentunya akan memberikan
nilai positif sekaligus negatif.
Sangat tergantung pada pola pikir dan landasan hidup’ pribadi masing-
masing. Setiap individu akan merasa senang dengan kehadiran produk atau
layanan yang lebih canggih dan praktis. Tidak terkecuali teknologi internet
yang telah merobohkan batas dunia dan media televisi yang menyajikan
hiburan, informasi serta berita aktual. Begitu juga, handphone yang telah
membantu komunikasi sesama manusia untuk kapan saja meskipun satu
dengan yang lainnya berada di berbeda tempat ada banyak cara dilakukan
mahasiswa untuk mengekspresikan diri.
Mulai dari memilih busana, mencari tempat tongkrongan, menjalani
proses belajar, memperhatikan penampilan, memilih tempat hiburan sampai

5
cara bergaul dan memilih teman. Beragam gaya hidup itu kemudian menjelma
dalam hiruk pikuk.

1. Memilih Busana
Para mahasiswa dalam memilih busana cenderung mengikuti trend
yang sedang berlaku di zamannya. Kebanyakan dari mereka berpikiran kalau
hidup tak mengikuti mode pakaian yang sedang in, mereka akan dianggap
katrok, kampungan, kurang gaul, ataupun tidak fashionable. Anggapan-
anggapan serta cemoohan seperti itulah yang menjadi momok bagi seorang
mahasiswa yang sedang mencari jati diri. Mereka ingin bisa diterima oleh
kelompok lain dan dapat diakui keberadaannya sehingga mereka cenderung
untuk mengikuti arus zaman.

2. Mencari Tempat Tongkrongan


Kehidupan malam bagi mahasiswa bukan hal yang asing lagi, terutama
bagi yang hidup terpisah dari keluarga/ ngekos. Mereka akan menghabiskan
waktu malam hari di tempat-tempat tongkrongan bersama teman sepergaulan.
Seseorang akan dianggap sebagai orang yang gaul jika mereka sering
nongkrong, sering kongkow-kongkow ataupun hang out. Sedangkan bagi
mereka yang jarang nongkrong dianggap sebagai mahasiswa cupu, dianggap
tidak gaul. Tempat tongkrongan dianggap sebagai cerminan diri mereka

3. Menjalani Proses Belajar


Sistem pembelajaran di bangku perkuliahan beda dengan bangku
SMA, dalam pembelajaran mahasiswa sangatlah bermacam-macam seperti
diskusi,presentasi,seminar,dan diterangkan langsung oleh Dosen.Bagi
mahasiswa dalam dunia pembelajaran yang menjadi maraknya yaitu
plagiatisme ,kadang pelaku-pelaku seperti itu tak menyadari bahwasanya

6
pelakuanya menjadi pelanggaran terberat di bidang pendidikan dan seakan
akan hanya sekedar mendapatkan nilai saja tak peduli menghiraukan
preosesnya.

4. Penyebab gaya hidup menjadi plural


Pada zaman era moderen seperti ini gaya hidup yang di apresiasikan
untuk kepuasan tersendiri oleh mahasiswa sangat beragam.keberagaman ini
menjadi sebauah trend anak mahasiswa kadang juga kepluralan yang sangat
berdominasi ke gaya wednernisasian dapat menimbulkan ketidak sopan gaya
hidup mahasiswa sekarang ini,juga mahasiswa sekarang harus pandai-pandai
memfilter supaya tidak menjadi budaknya zaman.

Untuk itu, ada hal penting yang harus diperhatikan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan tinggi yakni dengan menegaskan visi dan orientasi,
bahwa perguruan tinggi adalah institusi publik yang memberikan pelayanan
pendidikan bagi masyarakat. Perguruan tinggi adalah lembaga pengembangan ilmu
yang bertujuan melahirkan masyarakat berpengetahuan, berkeahlian, kompeten, dan
terampil.

Ada beberapa dimensi yang patut diperhatikan, yaitu

a. perbaikan mutu pelayanan;


b. penetapan langkah antisipasi dalam menjawab kebutuhan nyata masyarakat;
c. perbaikan sistem kelembagaan yang lentur agar lebih mudah beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan;
d. peningkatan efektivitas kerja sama kelompok dan optimalisasi tim kerja di
antara unit-unit yang terkait;
e. penataan manajemen berdasarkan kepemimpinan yang efektif; dan
f. pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia.

7
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi menjadi kian penting dalam rangka
menjawab berbagai tantangan besar. Tantangan paling nyata di abad baru ini adalah
globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pergerakan tenaga ahli
antarnegara (expatriates) yang begitu masif. Maka, persaingan antarbangsa pun
berlangsung sengit dan intensif sehingga menuntut lembaga pendidikan tinggi, untuk
mampu melahirkan sarjana-sarjana berkualitas, memiliki keahlian dan kompetensi
profesional yang siap menghadapi kompetisi global.

Karena itu, pengelolaan perguruan tinggi harus didasarkan pada prinsip


manajemen modern, total quality management (TQM), yang menegaskan bahwa
seluruh elemen dalam sistem perguruan tinggi harus berfungsi secara maksimal, yang
diarahkan pada upaya peningkatan mutu secara menyeluruh dan berlangsung terus-
menerus. Upaya meningkatkan kualitas merupakan suatu ikhtiar yang dilakukan
secara sungguh-sungguh dan sistematis, guna meraih prestasi lebih tinggi yang
berlangsung tanpa henti.

Untuk mengukur pencapaian mutu digunakan indikator-indikator kualitatif, yang


bertumpu pada dua hal pokok,

a. akreditasi kelembagaan dan


b. penilaian hasil (outcome).

Indikator kualitatif ini bersifat integratif dan membentuk hubungan siklikal melalui
tiga tahapan, yaitu

a. input,
b. proses transformasi, dan
c. output.
B. Peningkatan Mutu Dan Citra Mahasiswa
Tahap pertama, akreditasi kelembagaan fokus pada masalah input
yang menjadi isu penting untuk menentukan tinggi-rendahnya mutu sebuah

8
produk (lulusan/sarjana). Input mencakup enrollment (mahasiswa),
karakteristik pendidikan tenaga akademik (S-2, S-3), sumber daya finansial,
fasilitas, program, dan dukungan pelayanan. Masalah input ini amat krusial,
sebab berpengaruh langsung terhadap kualitas outcome. Produk yang akan
dihasilkan sangat bergantung pada bahan mentah (raw material) yang diserap.
Untuk bisa memperoleh status akreditasi yang baik, sebuah perguruan
tinggi harus
1) menata sistem/pola rekrutmen dan seleksi mahasiswa;
2) meningkatkan mutu tenaga akademik dengan memberi kesempatan
mengikuti pendidikan pascasarjana sampai tingkat doktor;
3) menggali dan mengembangkan sumber pembiayaan alternatif melalui
kerja sama dengan badan-badan usaha swasta dalam bentuk
pengembangan riset-riset strategis;
4) menyediakan sarana dan prasarana fisik yang memadai dan fasilitas
yang mendukung, terutama perpustakaan dan laboratorium;
5) menawarkan program-program akademik yang menarik minat
masyarakat; dan
6) memberikan pelayanan publik yang baik.

Tahap kedua, proses transformasi adalah suatu tahapan pengolahan input


melalui suatu proses belajar-mengajar di kampus. Proses belajar-mengajar merupakan
wahana transfer pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Untuk itu, perguruan tinggi
harus mampu membuat suatu desain program yang bagus, terutama menyangkut
masalah input, substansi program, dan metode implementasi program.

Agar proses pembelajaran berlangsung efektif, harus didukung pula dengan


sistem pendataan yang baik untuk memudahkan dalam melakukan analisis dan
mengolah umpan-balik di dalam proses pembelajaran.

9
Perguruan tinggi juga harus mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi
aktivitas akademik, kegiatan ilmiah, dan pelatihan-pelatihan intelektual, yang
berorientasi pada peningkatan mutu. Sebagai sebuah lembaga ilmiah, perguruan
tinggi harus menjadi wadah semacam kawah candradimuka, tempat bagi seluruh
civitas academica untuk mengembangkan segenap potensi keilmuan, memupuk
kreativitas, dan melakukan riset-riset inovatif guna meraih prestasi akademik yang
cemerlang.

Tahap ketiga, output, merupakan produk dari serangkaian proses akademik


yang berlangsung dalam sistem pembelajaran di kampus. Kualitas sebuah output
dapat dilihat dari:

1) prestasi akademik mahasiswa;


2) tingkat kelulusan, drop-out, dan kegagalan mahasiswa dalam menyelesaikan
studi;
3) kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan setelah lulus; dan
4) cepat-lambatnya lulusan (sarjana) mendapatkan pekerjaan (duration of
searching jobs) dan prestasi mereka selama bekerja.

Keempat indikator kualitatif tersebut merupakan barometer standar untuk


mengukur dan menilai output proses pendidikan di sebuah perguruan tinggi. Jika
pencapaian prestasi akademik mahasiswa bagus, tingkat keberhasilan mahasiswa
dalam menyelesaikan studi lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang drop-out atau
gagal, para sarjana (lulusan) lebih cepat terserap di lapangan kerja, hal itu
menandakan bahwa kualitas output sebuah perguruan tinggi tersebut bagus.

Ketiga tahapan di atas terjalin dalam satu lingkaran mata rantai yang bersambung,
bersifat mutualistik, saling bersinergi, dan dibingkai dalam apa yang disebut
benchmarking terutama dengan perguruan tinggi dalam satu kawasan (PT Indonesia
dengan PT Singapura, Malayisa, Thailand, China, India). Bagi sebuah perguruan
tinggi, benchmarking merupakan hal yang amat penting untuk membangun

10
keunggulan komparatif, sehingga dapat bersaing di tengah kompetisi yang ketat
dengan menawarkan program yang bermutu kepada publik.

Berdasarkan benchmarking itu, perguruan tinggi di Indonesia harus bekerja secara


optimal dengan mengembangkan seluruh potensi, energi, dan sumber daya yang
dimiliki, untuk mencapai standar mutu yang baik sehingga memuaskan masyarakat.

Kita semua menginsyafi bahwa pendidikan tinggi memainkan peranan penting


dan strategis dalam membangun bangsa yang maju. Pendidikan tinggi yang bermutu
merupakan modal utama untuk memasuki abad baru yang ditandai oleh persaingan
antarbangsa yang sangat ketat. Agar bisa ikut dalam persaingan global, Indonesia
harus memiliki keunggulan kompetitif yang memadai. Keunggulan kompetitif itu
hanya bisa diperoleh melalui pendidikan tinggi yang berkualitas. Dengan demikian,
membangun pendidikan tinggi yang bermutu merupakan conditio sine qua non bagi
upaya memenangi kompetisi global.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

11
Gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan
harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada
norma yang berlaku.Gaya hidup juga mencerminkan sikap individu,
nilai-nilai atau pandangan dunia. Oleh karena itu, gaya hidup adalah
sarana untuk menempa rasa diri dan menciptakan simbol budaya yang
beresonasi dengan identitas pribadi. Tidak semua aspek dari gaya hidup
sepenuhnya terjadi. Lingkungan sistem sosial dan teknis dapat pula
membatasi pilihan gaya hidup yang tersedia untuk individu dan simbol-
simbol yang dapat diterapkan pada dirinya sendiri dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno, Ardana I Cenik. (2009) Etika Mahasiswa. Jakarta : Salemba Empat
K. Bertens, 1994 Etika. Jakarta: Utama Gramedia.

12
Edward Shill Tanpa tahun. Etika Akademis. Terjemahan oleh Parsudi Suparlan. 1993.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Effendy, Onong Uchyana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.

13

Anda mungkin juga menyukai