Anda di halaman 1dari 37

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“Kode Etik Akuntan”

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Sasmita C 301 18 026
2. Fitrahudin Rizky C 301 18 084
3. Hendra Tapehe C 301 18 140
4. Muh. Faisal C 301 18 152
5. Fenny Fitria C 301 18 154
6. Alexander Frans Ishak C 301 18 176
7. Hafizah C 301 18 253
8. Roemina C 301 18 268
9. Rudi Effendi C 301 18 428

JURUSAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan judul “KODE ETIK AKUNTAN” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas ujian tengah semester mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi
tahun ajaran 2020.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati terbuka mengharapkan saran-
saran dan kririkan-kritikan yang membangun (konstruktif) demi kesempurnaan
tugas akhir di masa yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak H. Masruddin, SE,
MSA, Ak. dan semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam
penulisan makalah ini.
Akhir kata dari Penulis mengharapkan agar tugas ini dapat bermanfaat
bagi pihak yang memerlukannya.

Palu, April 2020


Hormat Kami,

Kelompok 5

Etika Bisnis dan Profesi i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Tujuan Pembelajaran ………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika ……………………………………………….. 4
2.2 Struktur Kode Etik Akuntan …………………………………... 5
2.3 Kerangka Konseptual …………………………………………. 10
2.4 Prinsip Dasar ………………………………………………….. 18
2.5 Kode Etik untuk Akuntan dalam Bisnis ………………………. 24

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 32
3.2 Saran …………………………………………………………... 33

DAFTAR PUSTAKA

Etika Bisnis dan Profesi ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam beberapa tahun terakhir, wajah dunia seakan mendapatkan
pukulanberat dari banyaknya tragedi-tragedi kemanusiaan, bisnis dan politik
yang akhirnya bermuara pada derita krisis global saat ini. Banyaknya kejadian
memilukan didunia ini cenderung disebabkan oleh banyaknya pengabaian
etika dalam berbagai lini kehidupan masyarakat dunia. Salah satu lini
kehidupan masyarakat dunia ini adalah kegiatan bisnis. Kebutuhan hidup
masyarakat dunia tidak mungkin terpenuhi tanpa adanya kegiatan bisnis.
Dalam sepuluh tahun terakhir, cukup banyak tragedi kehancuran bisnis
yang terjadi di dunia, tragedi ini memberi dampak penderitaan yang cukup
signifikan pada kehidupan masyarakat luas dan tak sedikit korban yang berjatuhan
karenanya. Sebagian besar tragedi ini dipicu oleh adanya pengabaian etika
dalamsetiap kegiatan bisnis. Secara singkat, pengabaian etika adalah
dilakukannyasuatu kegiatan yang dianggap benar oleh para pengambil keputusan, namun
membawa dampak merugikan atau dianggap salah oleh pihak lain. Contoh
pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah, praktek kecurangan
dalampembuatan laporan keuangan, penyuapan, window dressing, dan
lain sebagainya.
Berkaca dari beberapa kejadian yang memilukan tesebut, para
praktisi bisnisdan keuangan dunia mulai memperluas area manajemen resiko
mereka. Dari yang awalnya hanya berfokus pada area manajemen resiko
bisnis, mereka mulai menyadari bahwa mereka perlu menerapkan manajemen
dalam lingkup etika. Dalam literature, manajemen di lingkup etika ini disebut
manajemen resiko etika. Dalam Brooks (2004) dinyatakan, Para praktisi
bisnis kini mulai menyadari bahwa meskipun manajemen risiko cenderung
berfokus kepada masalah-masalah non-etis, bukti yang ada menunjukkan

Etika Bisnis dan Profesi 1


bahwa penghindaran bencana dan kegagalan juga memerlukan perhatian
kepada masalah risiko etika.
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak
menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin
meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan
masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi
dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap
etika bisnis.
Melihat realita yang demikian kritisnya kondisi dari berbagai lapisan
kehidupan yang ada, maka salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
mempelajari adanya kode etik masing-masing lini dan dijalankan sesuai
ketentuan masing yang diharapkan semua aspek kehidupan dapat berjalan
seimbang dengan tujuan bersama tanpa merugikan di salah satu pihak.
Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Dalam menjalankan
profesi sebagai seorang akuntan harus dengan sadar menjalankan tugas, hak,
kewajiban dan fungsinya. Namun, menjadi seorang akuntan bukanlah hal
yang mudah.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang
tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi
pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan.
Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban
profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi
dan ditaati oleh setiap profesi. Adapun kode etik yang harus dipenuhi oleh
seorang akuntan akan dibahas dalam makalah ini.

Etika Bisnis dan Profesi 2


1.2 TUJUAN
1. Mampu menjelaskan Pengertian Etika
2. Memberikan pengetahuan baru bagi pembaca, khususnya bagi penulis
tentang Struktur Kode Etik Akuntan
3. Untuk mengetahui dan dapat menjelaskan Kerangka Konseptual
4. Dapat mengetahui apa itu, dan apa saja yang termasuk dalam Prinsip
Dasarnya
5. Dan menjelaskan Kode Etik untuk Akuntan dalam Bisnis

Etika Bisnis dan Profesi 3


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA


Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah
sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam
kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam
pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita
rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu,
objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk
terhadap perbuatan manusia.
Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika
memberikan standar atau penilaian terhadap perilaku tersebut. Oleh karena
itu, etika terbagi menjadi empat klasifikasi yaitu:
1. Etika Deskriptif: Etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa
memberikan penilaian terhadap objek yang diamati.
2. Etika Normatif: Etika yang mengemukakan suatu penilaian mana yang
baik dan buruk, dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh manusia.

Etika Bisnis dan Profesi 4


3. Etika Individual: Etika yang objeknya manusia sebagai individualis.
Berkaitan dengan makna dan tujuan hidp manusia
4. Etika Sosial: Etika yang membicarakan tingkah laku manusia sebagai
makhluk sosial dan hubungan interaksinya dengan manusia lain. Baik
dalam lingkup terkecil, keluarga, hingga yang terbesar bernegara.

Klasifikasi diatas menegaskan bahwa etika erat kaitannya dengan


penilaian. Karena pada hakikatnya etika membicarakan sifat manusia
sehingga seseorang bisa dikatakan baik, bijak, jahat, susila atau sebagainya.
Secara khusus etika ada pada prinsip manusia sebagai subjek sekaligus objek,
bagaimana manusia berperilaku atas tujuan untuk dirinya sendiri dan tujuan
untuk kepentingan bersama.
Perumusan kode etik, tentu saja, harus bersumber pada paham-paham
kebaikan basi masyarakat. Namun, dalam prosesnya, tidak tertutup
kemungkinan adanya benturan kepentingan di antara pihak-pihak yang
terlibat dalam penyusunan. Atau, tidak tertutup kemungkinan adana pengaruh
dari luar. Oleh karena itu, independensi pihak yang menyusun dan
kesaksamaan dalam proses (due process) dalam penyusunan kode etik akan
sangat menentukan dipercaya-idaknya kode etik (atau standar-standar lain)
yang dirumuskan.
Karena keterikatan profesi akuntan dengan pasar modal (dan pasar
keuangan), kepercayaan tersebut akan berimbas pada kepercayaan terhadap
pasar. Jika kepercayaan kepada pasar modal menurun yang berakibat pada
gagalnya pasar (market failure), pemerintah akan turun tangat. Sarbanes and
Oxley Act adalah salah satu contohnya.

2.2 STRUKTUR KODE ETIK AKUNTAN


STRUKTUR KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI)
Kode Etik IAI terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu :
1. Prinsip Etika
2. Aturan Etika

Etika Bisnis dan Profesi 5


3. Interprestasi Aturan Etika, dan
4. Tanya Jawab

Berikut ini adalah penjelasan tentang Kode Etik IAI tersebut.


1. Prinsip etika
Jadi anggota IAI maka akuntan tersebut mempunyai kewajiban
untuk menjaga disiplin diri diatas dan melebihi kedisiplinan yang
berdasarkan hukum dan peraturan tentang hal tersebut. Dalam Prinsip
Etika terdapat 8 (delapan) prinsip di dalamnya, yaitu :
1) Tanggung jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral
dan profesional
2) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
rangka pelayanan kepada public, menghormati kepercayaan public
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3) Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas yang tinggi.
4) Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Anggota Harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya dan
harus memiliki kehati-hatian professional untuk merencanakan dan
mengawasi secara seksama setiap kegiatan yang dilakukan.
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh

Etika Bisnis dan Profesi 6


memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum yang
mengungkapkannya.
7) Perilaku Profesional
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawab terhadap penerima jasa, pihak ketiga,
anggota lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8) Standar Teknis
Standar Teknis yang harus ditaati anggota IAI adalah standar
yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation of Accountants,
Badan Pengatur, dan Peraturan Perundang-Undangan tang relevan.
2. Aturan etika
Aturan etika yang dimaksud adalah Independensi, integritas dan
objektifitas. Hal ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan juga staf
professional. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Independensi
Anggota IAI-KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa professional sebagaimana
diatur dalam standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan
oleh IAI. Sikap mental independen harus meliputi independen dalam
fakta maupun penampilan.
2) Integritas dan Objektifitas
Dalam menjalankan tugas, para anggota harus bebas dari
benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji
yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangan kepihak lain.
3) Standard Umum dan Prinsip Akuntansi
Standard Umum , seorang anggota KAP harus mematuhi
standard yang dikeluarkan oleh badan pengatur standard.
4) Tanggung Jawab Kepada Klien

Etika Bisnis dan Profesi 7


Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi
klien yang rahasia tanpa persetujuan klien.
5) Tanggung Jawab kepada Rekan
Anggota wajib memelihara citra profesi dan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak citra reputasi rekan
seprofesi.
6) Tanggung jawab Praktik lain
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau
mengucapkan perkataan yang dapat mencemarkan profesi.
3. Interpretasi aturan etika
Interpretasi Aturan Etika, Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan
setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika,
tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
4. Tanya jawab
Pada tingkatan terakhir, dimungkinkan adanya tanya-jawab yang
berkaitan dengan isu-isu etika. Tanya-jawab ini dapat dilakukan dengan
Dewan Standar Profesi yang dibentuk oleh pengurus kompartemen atau
institut yang bersangkutan guna memberikan penjelasan atas setiap
pertanyaan dari anggota kompartemen tentang aturan etika beserta
interpretasinya.

Kode Etik Akuntan (KEA) di Indonesia mengadopsi "Code of Ethics for


Professional Accountant yang dikeluarkan oleh International Ethics Standard
Board for Accountants (IESBA) dar International Federation of Accountant
(IFAC). Kode etik akuntan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar (fundamental
principles) dibagi nenjadi tiga bagian (part) sebagai berikut:
a) Prinsip-prinsip dasar etika bagi seluruh akuntan (Bagian A).
b) Kode etik bagi akuntan publik (Bagian B).
c) Kode etik bagi kuntan dalam bisnis (Bagian C).

Etika Bisnis dan Profesi 8


Struktur kode etik akuntan dan penomorannya dapat dilihat dalam
Gambar dibawah. Makalah ini hanya akan membahas Bagian A dan Bagian
C. Kode etik bagi akuntan publik akan dibahas dalam bab lain. Bagian A
memuat prinsip-prinsip dasar etika yang berlaku untuk seluruh akuntan
profesional. Bagian ini juga menjelaskan tentang kerangka konseptual
(conceptual framework) yang pada dasarnya berisi kerangka berpikir yang
harus dilakukan oleh akuntan profesional ketika menghadapi ancaman
(threats) dalam upaya mematuhi prinsip-prinsip dasar. Bagian B dan Bagian
C menjelaskan penerapan kerangka konseptual dalam situasi tertentu. Bagian
ini memberikan contoh-contoh perlindungan yang mungkin tepat unuk
menangani ancaman. Keadaan, kegiatan, atau hubungan yang menimbulkan
ancarman tersebut harus dihindari jika upaya pencegahan tidak tersedia,
Bagian B berlaku untuk akuntan profesional yang bergerak dalam praktik
publik (akuntan publik). Bagian C berlaku untuk akuntan profesional yang
bekerja dalam suatu perusahaan (akuntan manajemen). Dalam hal-hal
tertentu, Bagian C juga relevan bagi akuntan publik

Etika Bisnis dan Profesi 9


2.3 KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam bertindak untuk kepentingan publik, profesi akuntan harus
memperhatikan dan mematuhi persyaratan kode etik ini. Kode Etik ini
meliputi dalam tiga bagian. Bagian A adalah bagian yang menetapkan
prinsip-prinsip dasar etika untuk akuntan dan menyediakan kerangka kerja
konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Kerangka kerja
konseptual menyediakan petunjuk dasar tentang etika. Akuntan diminta untuk
menerapkan kerangka kerja konseptual guna mengidentifikasi
ancaman terhadap kepatuhan prinsip-prinsip dasar etika, untuk mengevaluasi
pengaruh signifikan dari ancaman-ancaman itu dan menerapkan perlindungan
untuk mengurangi ancaman-ancaman itu hingga ke tingkat yang dapat
diterima. Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka kerja
konseptual diterapkan dalam situasi khusus. Kerangka kerja konseptual
mengandung contoh penjagaan keamanan yang mungkin cocok guna
mengarahkan ancaman-ancaman untuk patuh terhadap prinsip-prinsip dasar,
dan juga mengandung contoh situasi dimana penjagaan keamanan tidak
tersedia, sehingga tercipta ancaman-ancaman yang seharusnya bisa dihindari.
Ketika bertindak untuk kepentingan publik, para pelaku profesi akuntan
publik harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Kode etik ini
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan bagian B.

Bagian A
Bagian A memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan kerangka
konseptual untuk penerapan prinsip. Prinsip Dasar yang disajikan dalam
Bagian A terdiri dari 5 prinsip, yaitu Integritas, Objektivitas, Kompetensi dan
Kehati-hatian Profesional, Kerahasiaan, dan Perilaku Profesional.
1. Prinsip Integritas
a. Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan
adil dalam hubungan profesional dan hubungan bisnisnya.

Etika Bisnis dan Profesi 10


b. Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi, atau
informasi lainnya yang diyakininya terdapat kesalahan yang material
atau pernyataan yang menyesatkan, pernyataan atau informasi yang
diberikan secara tidak hati-hati, dam penghilangan atau
penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang
seharusnya diungkapkan.
2. Prinsip Objektivitas
a. Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan
subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak
dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya.
b. Praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi
objektivitasnya. Karena beragamnya situasi tersebut, tidak mungkin
untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut. Setiap praktisi harus
menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat
mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian
Profesional
a. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional mewajibkan setiap praktisi untuk memelihara
pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien
atau pemberi kerja, dan menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan saksama sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi
yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
b. Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan
pertimbangan yang cermat dalam menerapkan pengetahuan dan
keahlian profesional.
c. Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan
pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis

Etika Bisnis dan Profesi 11


profesi dan perkembangan bisnis yang relevan. Pengembangan dan
pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan memelihara kemampuan praktisi agar dapat
melaksanakan pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan
profesional.
d. Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap
praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh,
dan tepat waktu, sesuai dengan persyaratan penugasan.
e. Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan
penyeliaan yang tepat bagi mereka yang bekerja di bawah
wewenangnya dalam kapasitas profesional.
f. Bila dipandang perlu, praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa
profesional yang diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau
pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari terjadinya
kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa
profesional yang diberikan.
4. Prinsip Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar
KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang
khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya
sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku;
dan
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi
atau pihak ketiga.
5. Prinsip Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk
mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta

Etika Bisnis dan Profesi 12


menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini
mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya
kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat
menurunkan reputasi profesi.

Bagian B
Bagian B memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi
mengenai penerapan kerangka konseptual pada situasi tertentu.
1. Ancaman dan Pencegahan
1) Ancaman
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh
berbagai situasi. Ancaman-ancaman tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Ancaman kepentingan pribadi, seperti kepentingan keuangan
pada klien, ketergantungan yang signifikan atas jumlah imbalan
jasa professional yang diperoleh dari suatu klien, kekhawatiran
atas kemungkinan kehilangan klien,
b. Ancaman telaah pribadi, seperti penemuan kesalahan yang
signifikan ketika dilakukan pengevaluasian kembali hasil
pekerjaan praktisi,
c. Ancaman advokasi, seperti mempromosikan saham suatu entitas
yang efeknya tercatat di bursa (emiten) yang merupakan klien
audit laporan keuangan,
d. Ancaman kedekatan seperti anggota tim perikatan merupakan
anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekat
dari direktur atau pejabat klien, dan
e. Ancaman intimidasi, seperti ancaman atas pemutusan perikatan
atau penggantian tim perikatan.

Etika Bisnis dan Profesi 13


2) Pencegahan.
Pencegahan yang dapat menghilangkan ancaman tersebut atau
menguranginya ke tingkat yang dapat diterima dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau
peraturan
b. Pencegahan dalam lingkungan kerja, mencakup pencegahan
pada tingkat institusi dan pada tingkat perikatan.
c. Pencegahan pada tingkat institusi contohnya:
d. Kepemimpinan KAP atau Jaringan KAP yang menekankan
pentingnya kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
e. Kepemimpinan KAP atau Jaringan KAP yang memastikan
terjaganya tindakan untuk melindungi kepentingan publik oleh
anggota tim assurance.
f. Kebijakan dan prosedur untuk menerapkan dan memantau
pengendalian mutu perikatan
g. Kebijakan dan prosedur internal yang terdokumentasi yang
memastikan terjaganya kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi.
h. Penunjukan seorang anggota manajemen senior untuk
bertanggung jawab atas pengawasan kecukupan fungsi sistem
pengendalian mutu KAP atau Jaringan KAP.
i. Kebijakan dan prosedur yang mendorong dan memotivasi staf
untuk berkomunikasi dengan pejabat senior KAP atau Jaringan
KAP mengenai setiap isu yang terkait dengan kepatuhan pada
prisip dasar etika profesi yang menjadi perhatiannya.
j. Pencegahan pada tingkat perikatan contohnya:
k. Melibatkan praktisi lainnya untuk menelaah hasil pekerjaan
yang telah dilakukan atau untuk memberikan saran yang
diperlukan.

Etika Bisnis dan Profesi 14


l. Melakukan konsultasi dengan pihak ketiga yang independen,
seperti komisaris independen, organisasi profesi, atau praktisi
lainnya.
m. Mendiskusikan isu-isu etika profesi dengan pejabat klien yang
bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan.
2. Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus
mempertimbangkan potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan oleh diterimanya klien
tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku profesional
antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat dipertanyakan yang
terkait dengan klien (pemilik, manajemen, atau aktivitasnya). Setiap
praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika memiliki
kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Sebelum menerima
perikatan, setiap praktisi harus mempertimbangkan setiap ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang dapat terjadi
dari diterimanya perikatan tersebut.
3. Benturan Kepentingan
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan, karena situasi tersebut dapat menimbulkan ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Ancaman terhadap
objektivitas atau kerahasiaan dapat terjadi ketika praktisi memberikan
jasa profesional untuk klien-klien yang kepentingannya saling
berbenturan atau kepada klien-klien yang sedang saling berselisih dalam
suatu masalah atau transaksi.
4. Pendapat kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi
ketika praktisi diminta untuk memberikan pendapat kedua (second
opinions) mengenai penerapan akuntansi, auditing, pelaporan, atau
standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau untuk

Etika Bisnis dan Profesi 15


kepentingan, pihak-pihak selain klien. Signifikansi ancaman akan
tergantung dari kondisi yang melingkupi permintaan pendapat kedua,
serta seluruh fakta dan asumsi lain yang tersedia yang terkait dengan
pendapat profesional yang diberikan.
5. Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
Dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang
diberikan, praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional
yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah imbalan jasa profesional
yang diusulkan oleh praktisi yang satu lebih rendah dari praktisi yang
lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Akan
tetapi, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat
saja terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan
6. Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat
terjadi ketika praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau
bentuk pemasaran lainnya. Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan
profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya. Mereka juga harus
bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan seperti
pembuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang
dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah
diperoleh atau membuat pernyataaan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi
lain.
7. Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya
Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga
dekatnya mungkin saja ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramahtamahan lainnya (hospitality) oleh klien. Penerimaan pemberian
tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi terutama dalam hal objektifitas praktisi.

Etika Bisnis dan Profesi 16


8. Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan
uang atau aset lainnya milik klien, kecuali jika diperbolehkan oleh
ketentuan hukum yang berlaku dan jika demikian, praktisi wajib
menyimpan aset tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
9. Objektivitas Semua Jasa Profesional
Setiap praktisi harus mempertimbangkan ada tidaknya ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari
adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan, klien maupun
direktur, pejabat, atau karyawannya. Sebagai contoh, ancaman kedekatan
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas dapat terjadi dari
hubungan keluarga, hubungan kedekatan pribadi, atau hubungan bisnis.
10. Independensi dalam Perikatan Assurance
Dalam melaksanakan perikatan assurance, Kode Etik ini
mewajibkan anggota tim assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan
KAP, untuk bersikap independen terhadap klien assurance sehubungan
dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik.

Kerangka konseptual menggunakan ancaman (threats) sebagai basis


untuk menilai apakah atu situasi atau hubungan akan berpotensi melanggar
kode etik. Ancaman adalah risiko yang berpotensi menimbulkan kerugian
bagi akuntan profesional. Kerangka konseptual memberikan pedoman untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman serta menerapkan upava
pencegahan. Oleh karena itu, akuntan profesional harus menggunakan
pertimbangan profesionalnya. Kerangka konsepual dalam menangani masalah
etika.
Seperti terlihat dari gambar di bawah. Gambar ini menjelaskan letang
kerangka (pola) berpikir dalam mengatasi masalah etika. Seperti terlihat dari
Gambar 34.2, dalam menjalankan tugas profesionalnya, akuntan dihadapkan
pada hubungan/kegiatan sebagai bagian dari kehidupan ekonominya dengan
masyarakat. Contoh dari kegiatan/hubungan ini adalah diterimanya tawaran

Etika Bisnis dan Profesi 17


penugasan audit laporan keuangan. Dalam banyak hal, hubungan/kegliatan
tersebut diikuti dengan situasi/kondisi yang dapat mengakibatkan
terganggunya upaya untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar etika. Pada
umumnya, situasi/kondisi seperti ini berkaitan dengan dilema munculnya
kepentingan pribadi (self interest) atau lebih tepatnya egoisme.

Situasi atau kondisi yang dapat mengganggu kepatuhan terhadap prinsip-


prinsip dasar etika disebut sebagai ancaman (threat). Contoh situasi/kondisi
adalah adanya hubungan keuangan antara partner yang bertanggung jawab
pada penugasan dan perusahaan yang meminta laporan keuangannya untuk
diaudit, yaitu partner yang bersangkutan memiiki saham perusahaan.

2.4 PRINSIP DASAR


Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam
pelaksanaan kode etik profesi. Adapaun prinsip-prinsip etika profesi adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip Tanggung Jawab

Etika Bisnis dan Profesi 18


Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
suatu pekerjaan dan juga terhadap hasilnya. Selain itu, profesional juga
memiliki tanggungjawab terhadap dampak yang mungkin terjadi dari
profesinya bagi kehidupan orang lain atau masyarakat umum.
2. Prinsip Keadilan
Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan
keadilan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan harus
diberikan kepada siapa saja yang berhak.
3. Prinsip Otonomi
Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam
menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya. Artinya, seorang
profesional memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dengan mempertimbangkan kode etik profesi.
4. Prinsip Integritas Moral
Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam
diri seseorang yang dilakukan secara konsisten dalam menjalankan
profesinya. Artinya, seorang profesional harus memiliki komitmen
pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.
Prinsip-prinsip dasar bagi seluruh akuntan (Bagian A) dalam Code of
Ethics diberi judul”General Application of the Code” (IESBA, 2015: 16).
Bagian ini terdiri atas lima prinsip, yaitu integritas (integrity), objektivitas
(objectivity), kompetensi professional dan kesaksamaan (professional
competence and due care), kerahasiaan (confideantiality), dan perilaku
professional (professional behaviour).

Integritas
Prinsip integritas oleh IESBA dinyatakan dengan kalimat sebagai berikut.
“To be straightforward and honest in all professional and business
relationship. Integrity also implies fair deadling and truthfulness”.
Kata kunci dalam pernyataan tersebut adalah lugas (straightforward),
jujur (honest), hubungan wajar (fair dealing), dan kebenaran (truthfulness).

Etika Bisnis dan Profesi 19


Pada dasarnya, integritas berarti satunya kata dengan perbuatan. Jika tidak
dapat menepati kata-kata, beri tahukan kepada semua pihak yang terlibat dan
selesaikan permasalahan yang diakbatkan. Kata “lugas” (straightforward)
mengacu pada satunya kata dengan perbuatan ini. Juga keterus-terangan.
Satunya kata dengan perbuatan harus didasarkan pada keyakinan (belief)
bahwa apa yang dikatakan dan diperbuat adalah benar (truthfulness). Sikap
lugas menjauhi hal-hal yang bersifat kemunafikan, rasa ewuh-peakewuh (
tidak enak hati jika menyakiti oranglain).
Sifat “jujur” dapat diaplikasikan pada hal kedua, yaitu saat terjadi
penyimpangan (negatif) antara kata dan perbuatan. Kesediaan untuk
mengakui adanya ketidaksesuaian antara kata-kata (janji) yang diucapkan dan
kenyataan yang menyimpang secara negatif merupakan bukti adanya
kejujuran. Umumnya, kejujuran berkaitan dengan keberanian untuk
menyampaikan hal- hal negatif. Jujur berarti tidak ada sesuatu yang
disembunyikan, tif=dak bermaksud menipu orang lain, tidak mengemukakan
hal-hal yang tidak benar (tidak berbohong), dan tidak berkeinginan untuk
melanggar kontrak atau hak kepemilikan oranglain. Jujur adalah akar dari
hubungan yang wajar( fair deadling)
Objektivitas
IESBA (2015: 10) menyatakan prinsip objektivitas sebagai “not to allow
bias, conflict of interest, or undue influence of others to override professional
or business judgement”. Prinsip dasar ini mengacu pada sikap tidak memihak
(bias), tidak ada konflik kepentingan, dan tidak diterimanya tekanan dari
pihak lain yang dapat mengesampingkan pertimbangan (judgement)
professional dan bisnis. Objektivitas berkaitan dengan pertimbangan
professional dan bisnis dalam setiap pengambilan keputusan. Prinsip ini
mengandung arti bahwa untuk setiap pertimbangan professional dan bisnis,
kemampuan (komptensi) dan integritas harus selalu dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan. Tidak boleh dikompromikan dengan kepentingan
pribadi, sikap keberpihakan, dan tekanan dari oranglain. Objektivitas
berhubungan dengan cara kerja.

Etika Bisnis dan Profesi 20


Penyusunan laporan keuangan sarat dengan pertimbangan-pertimbangan
yang harus diputuskan oleh penyusunnya. Pemilihan kebijakan akuntansi,
pemilihan metode dalam perhitungan estimasi akubtansi, penetuan asumsi,
data, dan proyeksi merupakan hal-hal yang memerlukan pertimbangan
professional dalam keputusan yang tepat. Bagi direksi/dewan komisaris,
laporan keuangan merupakan sarana pertanggungjawaban untuk pengambilan
keputusan oleh stakeholder. Oleh karena itu, pertimbangan objektivitas dalam
penyusunan laporan keuangan harus dikaitkan dengan kepentingan publik
tersebut.

Kompetensi professional
Prinsip kompetensi professional (professional competence) oleh IESBA
(2015: 18) diartikan sebagai berikut.
“To maintain professional knowledge and skill at the required to ensure thet
a client or employer receive competence professional service based on
current development to practice, legislation, an techniques…”
Terdapat tiga hal yang perlu drperhatikan dalam prinsip ini, yaitu upaya,
tataran, dan cakupan.
1. Mempertahankan pengetahuan dan keahlian professional (upaya)
2. Pada level yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau
pemberi kerja akan jasa professional (tataran).
3. Berdasarkan perkembangan terkini mengenai praktik, legislasi, dan
teknik (cakupan).

Mempertahankan pengetahuan dan keahlian professional merupakan


upaya untuk tetap ahli dalam bidang yang digeluti. Pengetahuan, teknik, dan
praktik di bidang akuntansi selalu berkembang sepanjang masa. Demikian
juga peraturan-peraturan yang memengaruhinya. Mempertahankan
pengetahuan dan keahlian professional dapat dilakukan dengan mewajibkan
para akuntan mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan (continuing
professional education). Pendidikan profesi berkelanjutan diberikan sampai

Etika Bisnis dan Profesi 21


dengan level yang diperlukan oleh pasar. Kebutuhan klien dan pemberi kerja
adalah pasar bagi para akuntan sebagai penyedia jasa di pasar tersebut.
Cakupan pendidikan profesi berkelanjutan meliputi hal-hal yang bersifat
praktik, legislasi, (peraturan), dan teknik.

Keseksamaan
Prinsip keseksamaan (die care) di definisikan sebagai berikut.
“to act diligently in accordance with applicable technical and professional
standards when perfoming professional activities or profiding profesional
services” (ISBA 2015:18).
Kata kunci dari prinsip ini adalah tekun (diligen). Tekun saat melakukan
kegiatan profesional atau memberikan jasa profesional. Ketekunan yang di
dasarkan atas standar teknis dan profesional yang berlaku. Ketekunan
mengandung arti bahwa setiap tindakan harus di dasarkan pada persyaratan
dalam penugasan, di jalankan secara hati-hati (carifully), memyeluruh
(thoroughly), dan dalam waktu yang tepat (Temely). Ketekunan juga berarti
bahwa akuntan bertanggung jawab untuk mengambil langkah agar dapat di
pastikan bahwa pekerjaan di laksanakan betul-betul berada dalam otoritas
bidang profesi dan dalam lingkup kepastian profesinya. Pekerjaan di jalankan
oleh orang-orang yang mempunyai pelatihan yang cukup dan di supervisi
dengan baik. Keterbatasan (limitation) yang melekat dalam setiap pekerjaan
atau laporan harus di ungkapkan.

Kerahasiaan
ISBEA (2005):10) menjelaskan prinsip kehasilan sebagai berikut
“To respect the convident teality of information queren as a result of
profesional and bussines relationship and th refore not disclose noruse the
information for the personal adfantage of the professional accountant or
thirtd parties".
Terdapat dua macam larangan yang berkaitan dengan prinsip
kerahasiaan, pertama, larangan untuk mengungkapkan ke pada pihak ke tiga

Etika Bisnis dan Profesi 22


mengenai informasi rahasia yang di peroleh karena berhubungan profesional
atau bisnis. Pengungkapan hanya di perbolehkan jika memperoleh izin khusus
atau karena peraturan atau ketentuan profesi mengharuskannya untuk itu.
Larangan ke dua berkaitan dengan penggunaan informasi rahasia untuk
keuntungan diri sendiri atau keuntungan pihak ke tiga.
Keputusan untuk mengungkapkan informasi rahasia (jika telah di
izinkan) perlu memperhitungkan beberapa faktor. Berikut ini faktor-faktor
tersebut:
1. Kepentingan semua pihak, termasuk pihak ke tiga, tidak akan terganggu
2. Pengungkapan atas informasi yang tidak di dukung oleh fakta atau
informasi yang tidak lengkap, perlu di dasarkan atas pertimbangan
profesional yang matang tetap atau yang harus diungkapkan.
3. Bentuk komunikasi sesui dengan yang di harapkan.
4. Pihak yang di tuju oleh pengungkapkan haruslah pihak yang tepat.

Pengecualian terhadap larangan pengungkapan informasi tentang


izinanya berlaku jika pengungkapan tersebut di haruskan oleh peraturan
perundang- undangan atau ketentuan profesi. Pengungkapan informsi dapam
suatu proses persediaan di pengadilan, misalnya, harus di lakukan tampa
harus meminta izin ke pada klien atau pemberi kerja. Demikian juga
pengungkapan informasi ke pada kantor akuntan publik lain sehubungan
dengan per review atau pergantian auditor. Bagi akuntan publik,
pengungkapan fakta material tentang klien terhadap ojk dalam jangka waktu
dua hari setelah terjadinya peristiwa merupakan ketentuan tentang
pengungkapan yang tidak memerlukan izin dari klien.

Perilaku profesional
Prinsip dasar ini mengharuskan akuntan untuk patuh pada peraturan
perundang-undangan yang relevn dan menghindari tindakan yang dapat
mendeskredikan profesi IESBA (2015:10) menyatakan sebagai berikut.

Etika Bisnis dan Profesi 23


“To comply with relevan laws and regulations and afoid any actions that
dicredit the profession"
Ketaatan pada peraturan perundang-undangan tidak hanya berkitan
dengan peraturan yang mengikat dan relevan dengan diri relevan atau
kantornya. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan jiga harus di
aplikasikan ke pada klien atau pemberi akuntan melaksanakan tugas-tugas
yang di berikanya, misalnya, akuntan publik dapam penugasan auditnya,
harus memastikan bahwa klien tidak melakukan tindakan melawan hukum
(tileganact). Jika ternyata terdpat tindakan hukum, ia harus mengevaluasi
dampaknya terhadap salah saji material dalam laporan keuangan.

2.5 KODE ETIK UNTUK AKUNTAN DALAM BISNIS


Kode Etik Akuntan Profesional ini merupakan adopsi dari Handbook of
the Code of Ethics for Professional Accountants 2016 Edition yang
dikeluarkan oleh International Ethics Standards Board for Accountants of The
International Federation of Accountants (IESBA-IFAC).
Kode Etik Akuntan Profesional ini terdiri atas tiga bagian yaitu:
1. Bagian A : Prinsip Dasar Etika;
2. Bagian B : Akuntan Profesional di Praktik Publik;
3. Bagian C : Akuntan Profesional di Bisnis.

1. Bagian A berisi prinsip dasar etika yaitu integritas, objektivitas,


kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku
profesional. Bagian A juga memberikan suatu kerangka konseptual
dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman terhadap prinsip
dasar etika, serta menerapkan perlindungan untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima.
2. Bagian B menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika di
Bagian A bagi Akuntan Profesional yang memberikan jasa profesional
kepada publik (praktik publik).

Etika Bisnis dan Profesi 24


3. Bagian C menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika di
Bagian A bagi Akuntan Profesional di organisasi tempatnya bekerja
(bisnis).

Kode Etik Akuntan Profesional ini disahkan pada tanggal 5 Desember 2016
untuk berlaku efektif pada 1 Januari 2017.
Kode etika untuk akuntan dalam bisnis dibagi dalam seksi-seksi sebagai
berikut :
Seksi 310 : Benturan kepentingan.
Seksi 320 : Penyusunan dan pelaporan informasi.
Seksi 330 : Bekerja dengan tenaga ahli yang cukup.
Seksi 340 : Kepentingan keuangan, kompensasi, dan insentf yang dikaitkan
dengan pelaporan keuangan dan pengambilan kleputusan.
Seksi 350 : Godaan

Benturan Kepentingan (310)


Secara garis besar, pengertian tentang benturan kepentingan telah
diuraikan dalam bagian karangka konseptual. Dalam seksi ini dijelaskan
tentang contoh-contoh situasi tempat benturan kepentingan mungkin muncul.
IESBA melarang akuntan profesional untuk mengompromosikan adanya
benturan kepentingan dalam pertimbangan profesional dan bisnisnya (310.1).
contoh-contoh tentang situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan
diuraikan dalam pragraf 310.2.
Sebelum memutuskan untuk menjalani hubungan dengan pihak-pihak
tertentu atau melakukan kegiatan profesional tertentu, akuntan manajemen
harus mengidentifikasi kemungkinan adanya benturan kepentingan,
mengevaluasi tingkat signifikansi dari benturan kepentingan tersebut dan
ancmannya, dan menerapkan upaya pencegahan sehingga benturan
kepentingan dapat dieliminasi atau diturunkan ke tingkat yang dapat diterima
(310.3).

Etika Bisnis dan Profesi 25


Paragraf 310.4 mendorong akuntan manajemen untuk mencari
pengarahan (guidance) dari perusahaan yang mempekerjakannya atau pihak
lain, misalnya organisasi profesi yang relevan. Saat mencari arahan, prinsip
dasar kerahasiaan harus diperhatikan. Pragraf 310.5 menyatakan jika
ancaman dari benturan kepentingan tidak dapat diturunkan ketingkat yang
dapat diterima, akuntan manajemen harus mundur atau memutuskan kegiatan
profesional yang bersangkutan atau mengakhiri hubungan atau
menghilangkan kepentingan tersebut.
Paragraf 310.6 menyebutkan bahwa saat melakukan identifikasi terhadap
benturan kepentingan, akuntan manajemen harus mengambil langkah-langkah
untuk memutuskan dua hal berikut :
1. Sifat kepentingan dan hubungan dari pihak-pihak yang terkait.
2. Sifat kegiatan dan implikasinya terhadap pihak-pihak yang relevan.

Evaluasi dilakukan berdasarkan ancaman yang mungkin timbul akibat


dipatuhinya prinsip-prinsip dasar etika akuntan (310.7).
Akuntan manajemen harus mengungkapkan sifat dan adanya benturan
kepentingan kepada pihak-pihak yang relevan, termasuk kepada pihak yang
tepat dalam organisasi yang memperkerjakannya (310.9).

Penyusunan dan Pelaporan informasi (320)


Akuntan manajemen mungkin terlibat dalam penyusunan dari pelaporan
informasi tentang perusahaan atau organisasi tempat ia bekerja. Informasi ini
dapat diklasifikasisikan menjadi informasi untuk public informasi nonpublik
yang akan digunakan di dalam dan di luar perusahaan. Informasi dapat
meliputi informasi keuangan atau informasi manajemen, misalnya laporan
keuangan, forecast, dan anggaran atau surat pernyataan kepada auditor
eksternal.
Akuntan manajemen harus menyusun dan menyajikan informasi secara
wajar (honest), dan sesuai dengan standar profesional yang berlaku sehingga
informasi tersebut dapat dimengerti sesuai konteknya (320.1).

Etika Bisnis dan Profesi 26


Akuntan manajemen yang mempunyai tanggung jawab untuk menyusun
atau menyetujui laporan keuangan yang bersifat umum (general purpose
financial statement) harus dapat memastikan bahwa laporan keuangan
tersebut telah disajikan sesuai dengan standar pelaporan keuangan yang
berlaku (320.2).
Akuntan manajemen harus mengambil langkah yang wajar (reasonable)
untuk memastikan bahwa informasi tersebut mencakup hal-hal berikut.
1. Menjelaskan dengan tepat sifat sebenarnya dari transaksi bisnis, aset,
atau liabilitas.
2. Menggiolongkan dan mencatat informasi secara tepat waktu dan dengan
cara yang benar (Profer manner)
3. Mencerminkan fakta secara akurat dan lengkap dalam semua hal material
(320.3)

Situasi yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan terhadap


prinsi-prinsip dasar dapat terjadi jika akuntan manajemen mendapat tekanan,
baik dariluar maupun dari dalam, demi kemungkinan di perolehnya
keuntungan peribadi, untuk menyusun atau melaporkan informasi
menyesatkan. Ancaman juga muncul jika akuntan manajemen di asosiasikan
(dikaitkan) dengan menyesatkan informasi yang dilakukan oleh orang lain
(320.4).
Tingkat Signifikansi ancaman akan tergantung pada factor-faktor seperti
sumber tekanan, dan budaya perusahaan. Akuntan manajemen harus berjaga-
jaga terhadap prinsip integritas (320.5). tingkat signifikansi dari ancaman
harus di evaluasi dan di terapkan upaya pencegahan, misalnya konsultasi
dengan atas dalam organisasi yang bersangkutan, Dengan komite audit, atau
dengan pihak yang bertanggung jawab terhadap tatakelolah (Those Charged
With Govermance) atau dengan organisasi profesi yang relefan (320.6)
Jika penurunan ancaman ketingkat yang dapat diterima tidak
dimungkinkan, akuntan manajemen harus menolak untuk tetap dikaitkan
dengan informasi yang di angap menyesatkan. Akuntan manajemen mungkin,

Etika Bisnis dan Profesi 27


tanpa sepengetahuannya, telah diasosiasikan dengan informasi yang
menyesatkan. Oleh karena itu, akuntan manajemen harus mengambil langkah
untuk tidak di asosiasikan (dikaitkan) lagi dengan informasi yang
menyesatkan tersebut. Akuntan manajemen dapat mempertimbangkan untuk
mengundurkan diri (320.7).

Tenaga Ahli (320)


Pada dasarnya tentang kompetensi professional dan kesaksamaan
mengharuskan bahwa akuntan hanya boleh menerima tugas siknifikan jika
mereka mempunyai atau dapat memperoleh pelatihan dan pengalaman khusus
yang cukup memadai. Akuntan manajemen tidak boleh, secara sengaja
menyesatkan pemberikerja tentang tingkat keahlian dan pengalaman yang
dimiliki. Akuntan manajemen harus mencari nasehat dan bantuan tenaga ahli
jika di perlukan (320.1)
Keadaan yang dapat menimbulkann ancaman terhadap akuntan
manajemen agar dapat melaksanakan tugasnya dengan tingkat kompetensi
profesional dan kesaksaman yang tepat dapat berupa :
1. Tidak tersedianya waktu yang cukup untuk melaksanakan dan
menyelesaikan tugas yang relevan;
2. Tidak lengkap, terbatas, atau tidak cukupnya informasi untuk
melaksanakan tugas dengan baik;
3. Tidak cukupnya pengalaman, pelatihan, atau pendidikan;
4. Kurangnya sumber daya untuk pelaksanaan tugas secara benar (330.2)

Tingkat signifkansi ancaman akan tergantung pada faktor-faktor seperti


sampai seberapajauh akuntan manajemen bekerja dengan pihak lain,
senioritas dalam bisnis, dan tingkat supervisi dan review yang diterapkan
dalam pekerjan. Tingkat signifikansi ancaman ini harus dievaluasi dan di
upaya pencegahan dilakukan jika diperukan (330.3). Jika ancaman tidak dapat
dihilangkan atau di diturunkan sampai ke tingkat yang dapat diterima,akuntan
manajemen harus menentukan apakah akan menolak untuk melaksanakan

Etika Bisnis dan Profesi 28


tugas yang bersangkutan, jika diputuskan untuk menolak tugas tersebut,
alasan mengapa tugas tersebut ditolak harus dikomunikasikan dengan jelas
(30.4)

Kepentingan Keuangan (340)


Adanya kepentingan pribadi (self interest)dapat menimbulkan ancaman
terhadap prinsip objektivitas atau kerahasiaan. Salah satu bentuk dari
kepentingan pribadi adalah adanya kepentingan keuangan (financial interest)
dari akuntan manajemen. Termasuk dalam situasi ini adalah kepentingan
keuangan keluarga langsung atau keluarga dekatnya. Kepentingan keuangan
juga meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pengaturan kompensasi atau
insentif (340.1).
Ancaman kepentingan pribadi yang berasal dari pengaturan kompensasi
atau insentif dapat diperkuat oleh tekanan dari atasan atau teman sejawat di
dalam perusahaan yang juga berpartisipasi dalam pengaturan tersebut. Contoh
dari pengaturan ini adalah pemberian saham dengan harga yang sangat murah
kepada karyawan dengan syarat dipenuhinya kriteria kinerja tertentu. Dalam
beberapa keadaan, nilai dari saham yang diberikan tersebut jauh melebihi gaji
pokok (base sulary) akuntan manajemen yang bersangkutan (340.2)
Akuntan manajemen tidak diperkenankan untuk memanipulas informasi
atau menggunakan informasi rahasia untuk keuntungan pribadl (personal
gain) atau untuk keuntungan keuangan pihak lain, Semakin tinggi kedudukan
akuntan manajemen, semakin besar kemampuan dan kesempatan untuk
memengaruhi pelaporan keuangan dan pengambilan keputusan. Dalam
situasi: seperti ini, semakin besar pula tekanan dari atasan atau teman sejawat
untuk memanipulasikan informasi. Oleh karena itu, akuntan manajemen
tersebut harus semakin berhati-hati terhadap prinsip integritas (340.3).
Saat mengevaluasi tingkat signifikansi ancaman yang berasal dari
kepentingan keuangan,akuntan manajemen harus mengevaluasi sifat dari
kepentingan tersebut. Kepentingan signifikan ditentukan oleh keadan pribadi

Etika Bisnis dan Profesi 29


orang yang bersangkutan. Berikut ini contoh-contoh upaya pencegahan untuk
mengatasi ancaman kepentingan keuangan tersebut.
1. Kebijakan dan prosedur tentang pembentukan komite remunerasi dan
nominasi yang independen yang bertugas menentukan besaran atau
bentuk remunerasi manajemen senior.
2. Pengungkapan atas semua kepentingan yang relevan dan setiap rencana
untuk menjalankan hak atau pertukaran saham yang relevan kepada pihak
yang bertanggung Jawab tentang tata kelola sesuai dengan kebijakan
internal.
3. Konsultasi, jlika dirasa tepat, dengan atasan di dalam perusahaan.
4. Konsultasi, jika dirasa tepat, dengan pihak yang bertanggung jawab
terhadap tata kelola atau organisasi profesi yang relevan.
5. Audit internal dan eksternal.
6. Pemutakhiran pendidikan tentang masalah etika, ketentuan hukum, dan
peraturan lain yang berkaitan dengan perdagangan orang dalam (insider
trading).

Godaan (350)
Bentuk godaan (indacement) yang ditawarkan pihak luar kepada akuntan
manajemen atau keluarga langsung atau keluarga dekatnya dapat bermacam-
macam, di antaranya hadiah (gift).keamanan (haspitality), perlakuan khusus
(preferential treatmen), dan pertemanan atau loyalitas ineppropriat appeals to
friendship or loyalty)-350.1. Godaan (inducement) akan menimbulkan
ancaman terhadap prinsip dasar objektivitas atau kerahasiaan jika godaan
tersebut dimaksudkan untuk memengaruhi, secara tidak pantas (unduly),
tindakan atau keputusan, mendorong perilaku melanggar hukum, tidak jujur,
atau memperoleh informasi rahasia. Ancaman intimidasi terthadap
objektivitas dan kerahasiaan dapat muncul jika godaan diterima (350.2).
Keberadaan dan signifkansi ancaman tergantung pada sifat, nilai, dan
maksud dari godaan. Jika pihak ketiga yang rasional dan berpengetahuan
menganggap bahwa godaan tersebut tidak signifikan dan tidak dimaksudkan

Etika Bisnis dan Profesi 30


untuk mendorong perilaku tidak etis, dapat disimpulkan bahwa godaan
dilakukan dalam kegiatan bisnis yang normal. Oleh karena itu, tidak ada
ancaman yang signifkan terhadap prinsip dasar (350.3).
Jika ancaman yang berkaitan dengan godaan dianggap signifkan dan
upaya pencegahan tidak dapat menghilangkan atau menurunkan ke tingkat
yang dapat diterima, akuntan manajemen harus menolak godan tersebut
(350.4). Paragraf ini juga menjelaskan tentang tindakan yang mungkin
dilakukan ketika menerima tawaran.
Akuntan manajemen mungkin juga diharapkan atau dalam tckanan untuk
memberikan Godaan untuk memengaruhi pertimbangan atau pengambilan
keputusan dari individu atau organisasi atau untuk memperoleh informasi
rahasia (350.5) Tekanan mungkin muncul daridalam organisasi yang
mempekerjakan akuntan manajemen yang bersangkutan, misalnya dari atasan
atau teman sejawat. Tekanan juga dapat muncul dari pihak luar, baik dari
individu maupun organisas (350.6).
Akuntan manajemen tidak diperkenankan untuk menawarkan godaan
dengan maksud untuk memengaruhi, secara tidak benar, pertimbangan
profesional pihak ketiga (350.7), Tekanan yang berasal dari dalam organisasi
sendiri diselesaikan melalui atau mengikuti resolusi konfik (350.8).

Etika Bisnis dan Profesi 31


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi
akuntansi. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Dan perbedaan dari kode etik suatu profesi mempunyai kode etik
masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang mengatur etika
profesi tersebut.
Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan, karena melanggar
kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran kode etik
akan diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi tersebut.
Persamaan dari kode etik adalah sama-sama suatu sistem norma, nilai
danaturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar
dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik
menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya
kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Dan perbedaan
dari setiap kode etik suatu profesi setiap etika profesi mempunyai kode etik
masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang mengatur etika
profesi tersebut. Pelanggaran kode etik tidak di adili oleh pengadilan karena
melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran
kode etik akan diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi tersebut.

Etika Bisnis dan Profesi 32


3.2 SARAN
Harus ada lembaga yang berbeda-beda dalam menaungi berbagai profesi
yang ada, dimana lembaga tersebut merupakan sekumpulan orang yang
memiliki profesi yang sama dengan tujuan dapat menciptakan tatanan etik
dalam pekerjaan. Dan semua lembaga-lembaga profesi tersebut harus
memiliki tujuan yang satu yaitu, mengutamakan profesionalitasdalam bekerja
yang dilihat dari kepatuhan menjadikan kode etik profesi sebagai pedoman.
Etika profesi akuntansi diatur oleh suatu badan atau organisasi yang
bertanggung jawab dilingkup akuntansi seperti Ikatan akuntansi Indonesia
(IAI), Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sedangkan untuk etika profesi
yang lain diatur oleh organisasi yang berbeda sesuai dengan profesinya
masing-masing.

Etika Bisnis dan Profesi 33


DAFTAR PUSTAKA

Soemarso. 2018. Etika dalam Bisnis & Profesi Akuntan dan Tata Kelola
Perusahaan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat

https://istiqamah26.wordpress.com/2014/11/06/makalah-kode-etik-akuntan/

https://www.academia.edu/24460462/MAKALAH_PEMERIKSAAN_AKUNTA
NSI_I_KODE_ETIK_PROFESI_AKUNTAN_PUBLIK

https://id.wikipedia.org/wiki/Etika

http://linaadiputri.blogspot.com/2015/01/struktur-kode-etik-ikatan-akuntan.html

http://zetzu.blogspot.com/2013/07/etika-profesi-akuntansi.html

https://ihzamuzadikhalis.blogspot.com/2019/11/etika-profesi-dan-
profesionalisme.html

http://iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-967=kode-etik-akuntan-
profesional

Anda mungkin juga menyukai