Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017

Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS LEMPUNG TERPILAR ZIRKONIA


TERSULFATASI SEBAGAI KATALIS PERENGKAH

Ruslan, Jaya Hardi, Moh. Mirzan

Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Tadulako Palu

E-mail: ruslan_abdullah66@yahoo.co.id, mirzan_mohamad@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu model katalis untuk reaksi perengkahan berbasis
lempung terpilar zirkonia tersulfatasi dan mengkarakterisasi sifat-sifat fisika kimianya. Katalis
disintesis dengan cara pilarisasi mineral lempung (bentonit) dengan agen pemilar zirkonium dioksida
dan kemudian dilapisi permukaannya dengan asam sulfat (sulfatasi). Pilarisasi lempung dilakukan
dengan metode hidrolisis prekursor ZrOCl2•8H2O sebagai sumber zirkonia (ZrO2), kemudian
ditambahkan lempung 200 mesh dengan metode interkalasi. Tahap selanjutnya adalah kalsinasi
menggunakan pembakar furnace pada suhu 400 oC dengan tujuan untuk mendapatkan agen pemilar
dalam bentuk oksidanya yang stabil. Setelah katalis diperoleh, untuk meningkatkan keasaman katalis
maka dilakukan proses sulfatasi dengan menambahkan asam sulfat 0,5 M. Tahap akhir adalah
mengkarakterisasi sifat-sifat fisika kimianya dengan uji sifat asam menggunakan teknik penyerapan
amoniak, XRF, XRD, FTIR dan BET. Hasil karakterisasi menunjukkan peningkatan sifat asam dari
sampel katalis setelah dipilarisasi dengan zirkonium dioksida dan proses sulfatasi. Analisis pola
difraksi sampel memperlihatkan puncak-puncak yang masih terbentuk setelah pilarisasi dan sulfatasi
yang menunjukkan bahwa struktur pilar pada lempung tidak runtuh akibat penambahan asam sulfat.
Luas permukaan, volume pori dan jejari pori mengalami peningkatan setelah proses pilarisasi.
Kata kunci: lempung, zirkonia, sulfatasi, pilarisasi

PENDAHULUAN Metode yang paling banyak digunakan


Energi memegang peranan yang dalam proses konversi minyak nabati
sangat penting dalam kehidupan menjadi biogasoline adalah metode
masyarakat karena energi merupakan perengkahan katalitik. Proses ini
parameter penting bagi pembangunan dan merupakan suatu cara untuk memecah
pertumbuhan ekonomi. Hampir semua rantai karbon yang cukup panjang, menjadi
sektor kehidupan seperti industri, rumah suatu molekul dengan rantai karbon lebih
tangga, transportasi, jasa dan lain-lain tidak pendek, dengan bantuan katalis yang
bisa dipisahkan dari sektor energi. merupakan substansi mempercepat reaksi
Kebutuhan manusia yang berkaitan dengan kimia, meningkatkan kualitas dan kuantitas
penggunaan energi yang meningkat produk, berlangsung pada suhu dan
menyebabkan terjadinya krisis. Salah satu tekanan yang rendah (Nurjannah et al.,
krisis yang terjadi dan memiliki dampak 2007)
yang luas adalah krisis energi. Persediaan Berikut ini adalah beberapa
minyak bumi di Indonesia sendiri saat ini penelitian yang telah dilakukan dalam
semakin menipis, yaitu sekitar 3,5 miliar kaitannya dengan penggunaan katalis
barel, yang hanya dapat mencukupi untuk dalam reaksi perengkahan. Chew dan
10 tahun ke depan (Murdjianto et al., 2010) Bathia (2009) melakukan perengkahan
Sumber energi terbarukan yang menggunakan katalis HZSM-5 dengan
sekarang banyak diteliti adalah konversi variasi molar Si/Al 40 menghasilkan
minyak nabati menjadi biogasoline. konversi produk minyak kelapa sawit

325
Ruslan, .....
Sintesis dan Karakterisasi Katalis .....

menjadi fraksi gasoline sebesar 40,9%, tidak dapat tembus ke dalam sistem pori
fraksi kerosen sebesar 15,9% dan fraksi zeolit.
diesel sebesar 2,5%. Nasikin et al., (2009) Karakter keasaman dari lempung
telah mencoba merengkah minyak kelapa terpilar diperoleh dari asam Bronsted
sawit menjadi biogasoline menggunakan (donor proton) atau asam Lewis (akseptor
katalis NiMo/zeolit hanya menghasilkan pasangan elektron). Sifat asam Bronsted
11,93% yang terdiri dari C8-C13. Fatimah nampak ketika bergabung dengan proton
dkk. (2008) mensintesis katalis ZrO2- bebas selama proses dehidroksilasi dari
bentonit dan diaplikasikan pada reaksi agen pemilar dan lembaran-lembaran
perengkahan katalitik fraksi berat minyak lempung, sementara sifat asam Lewis
kasar. Hasil penelitian menunjukkan dihubungkan dengan oksida logam
katalis yang selektif pada fraksi kerosene pemilar. Jumlah dan kekuatan kedua sifat
lebih besar dari fraksi gasoline. Tamunaidu asam ini berhubungan erat dengan tipe
dan Bathia (2007) melakukan penelitian lempung dan agen pemilar (Zhao et al.,
konversi minyak kelapa sawit menjadi dalam Gyftopoulou et al., 2005).
fraksi gasoline menggunakan metode Berdasarkan sifat asam yang dimilikinya
perengkahan dengan katalis zeolit REY sehingga lempung terpilar digunakan
(rare earth-Y) menunjukkan prosentase dalam reaksi-reaksi yang dikatalisis asam,
konversi fraksi gasoline sebesar 33,5%. seperti: perengkahan (cracking),
Proses perengkahan menggunakan katalis hidroisomerisasi, dehidrogenasi,
MCM-41 yang dilakukan oleh Twaiq et al., hidrogenasi, aromatisasi, disproporsionasi,
(2003) memperoleh hasil konversi minyak esterifikasi, alkilasi, dan reduksi katalis
kelapa sawit dengan prosentase produk selektif.
sebesar ± 41% fraksi gasoline, ± 16% Minyak kasar di Indonesia terdiri
untuk fraksi kerosene dan ± 14% untuk dari fraksi berat dalam presentase yang
fraksi diesel. tinggi, sangat penting untuk mengkonversi
Lempung terpilar memiliki porositas minyak kasar menjadi bahan bakar cair.
tinggi yang diperoleh melalui pemisahan Reaksi katalitik yang terdiri dari
lembaran lempung dengan molekul perengkahan dan hidrorengkah menjadi
penyangga atau agen pemilar. Preparasi penting pada proses penyulingan.
dilakukan dengan pertukaran kation dari Beberapa investigasi difokuskan pada
lempung asal dengan sebagian polimer optimisasi sintesis katalis, utamanya pada
hidrat atau kompleks kation logam pembentukan logam dan oksida logam
oligomerik yang dipanaskan yang yang didispersikan ke dalam padatan
mengalami dihidrasi/dehiroksilasi pendukung yang stabil. Seperti material
menghasilkan susunan pilar dari kelompok alumina silika sintetik, montmorillonit
oksida logam yang stabil secara termal. alam, salah satu jenis lempung kelas
Selanjutnya, agen pemilar ukuran besar smektit, merupakan mineral yang potensial
dapat membentuk saluran yang lebih luas sebagai padatan pendukung untuk katalis
dibanding zeolit (5 – 20 Å dibanding 3 – 11 oksida logam. Stabilitas termal yang
Å) yang membuat lempung terpilar rendah dari lempung dapat dieliminasi
merupakan katalis yang cocok untuk dengan proses pilarisasi. Proses ini terdiri
perengkahan molekul-molekul besar, dari dua tahapan penting: interkalasi
seperti hidrokarbon rantai panjang yang lembar silika pada lapisan smektit dengan

326
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

logam polioksokation dan kalsinasi oksida mengkarakterisasi sifat fisika kimia katalis
logam stabil. lempung terpilar zirkonia tersulfatasi.
Preparasi dan karakterisasi lempung Penelitian ini diharapkan dapat
terpilar berkembang secara kontinyu memberikan informasi tentang metode
dengan tujuan untuk meningkatkan sifat sintesis katalis berbasis lempung (bentonit)
fisika-kimia dan aktivitas katalitik pada terpilar dan perubahan sifat-sifat fisika
beberapa reaksi penting. Beberapa oksida kimia katalis setelah karakterisasi
logam telah dilaporkan untuk maksud ini menggunakan beberapa instrumen
seperti Al, Zr, Ti, Cr, dan campuran logam penelitian.
seperti Ga-La, Cr-Al, untuk memperoleh
model karakter dari material. Sejauh ini, METODE PENELITIAN
pilarisasi montmorillonit dengan ZrO2 Waktu dan Tempat Penelitian
yang dilaporkan oleh beberapa penulis Penelitian berlangsung pada bulan
menunjukkan kemampuannya untuk April-Agustus 2017 dan dilaksanakan di
diaplikasikan pada reaksi dengan suhu laboratorium jurusan Kimia FMIPA
tinggi. Lempung terpilar oksida zirkonium UNTAD Palu dan laboratorium kimia
memperlihatkan nilai d (001) yg tinggi fisika Departemen Kimia FMIPA UGM
sampai ~ 20 Å dan area permukaan yang Yogyakarta.
luas (sebesar 200 – 300 m2/g) tergantung
Peralatan dan Bahan Penelitian
dari beberapa variabel preparasi
1. Peralatan
(Kloprogge, 1998, Gil et al., 2000) Peralatan yang digunakan adalah
Pada penelitian ini akan dilakukan, peralatan gelas,ayakan ukuran 100 dan 200
sintesis dan karakterisasi lempung terpilar mesh, magnetic stirrer/hot plate, oven,
zirkonia tersulfatasi sebagai katalis desikator, krus porselen, furnace/tungku
perengkah. Penambahan asam sulfat kalsinasi, Difraktometer Sinar-X XRD-
(sulfatasi) dimaksudkan untuk Shimadzu X6000, XRF, FT-IR Shimadzu
meningkatkan sifat asam pada katalis. Sifat 8201 PC, dan BET NOVA package versi
fisika-kimia lempung terpilar akan 2,00.
dikarakterisasi dengan melihat pola
2. Bahan kimia
difraksi sinar-X material (menggunakan Bahan kimia yang digunakan adalah
XRD), keasaman permukaan dengan lempung alam, amoniak {25% (v/v)},
metode penyerapan amoniak, analisis ZrOCl2•8H2O, H2SO4 pekat, AgNO3, dan
gugus fungsi dengan FTIR. analisa area aquades.
permukaan dengan BET, dan analisis
kandungan Zr dengan XRF (X-ray Prosedur
Fluorescence). 1. Penyiapan sampel
Permasalahan dalam penelitian ini Lempung diayak menggunakan
menyangkut metode sintesis katalis untuk ayakan ukuran 200 mesh. Kemudian dicuci
mendapatkan katalis dengan karakter yang beberapa kali dengan akuades, selanjutnya
baik untuk diaplikasikan pada reaksi disaring dengan penyaring vakum dan
perengkahan dan sejauh mana perubahan dikeringkan dalam oven pada temperatur
sifat fisika kimia katalis, sedangkan tujuan 110-120oC. Lempung kering digerus
penelitian ini adalah mensintesis dan

327
Ruslan, .....
Sintesis dan Karakterisasi Katalis .....

sampai halus kemudian diayak NOVA1000, identifikasi pola difraksi


menggunakan ayakan ukuran 200 mesh. bubuk menggunakan difraksi sinar-X
2. Preparasi katalis bentonit terpilar (XRD-Shimadzu X6000), struktur
zirkonia tersulfatasi kerangka dianalisis dengan menggunakan
Larutan pemilar berupa oligo-kation FT-IR Shimadzu 8201 PC, keasaman
zirkonia disintesis dengan metode permukaan menggunakan metode
hidrolisis, yaitu sebanyak 240 mL larutan gravimetri dengan uap NH3, dan XRF.
ZrOCl2•8H2O 0,1 M direfluks selama 2
jam pada suhu 70 oC. Lalu 8 g bentonit HASIL PENELITIAN DAN
ditambahkan ke dalam larutan oligomer PEMBAHASAN
secara perlahan dan diaduk selama 24 jam 1. Penyiapan sampel
pada suhu kamar. Lalu, suspensi bentonit Lempung dipreparasi dengan cara
oligo-kation zirkonia disentrifugasi untuk digerus dan diayak dengan menggunakan
mendapatkan bentonit yang terinterkalasi ayakan ukuran 200 mesh dengan maksud
Zr. Endapan dinetralisasi melalui untuk mendapatkan partikel dengan luas
pencucian dengan akuades sehingga filtrat permukaan yang besar. Luas permukaan yg
bebas dari ion klorida. Hal ini ditunjukkan besar dari katalis berbasis mineral lempung
dengan uji negatif filtrat dengan AgNO3 diharapkan akan memberikan interaksi
yaitu tidak terbentuk endapan putih. yang baik antara katalis dan reaktan
Endapan yang diperoleh dikeringkan sehingga pembentukan produk reaksi dapat
dengan oven pada suhu 70 oC untuk berlangsung secara maksimum. Tahap
kemudian digerus dan diayak 200 mesh. selanjutnya adalah lempung dicuci dengan
Untuk mendapatkan bentonit terpilar ZrO2 akuades, disaring dengan penyaring vakum
maka dilakukan kalsinasi. Metode dan dikeringkan dalam oven pada
kalsinasi menggunakan pembakar furnace temperatur 110-120 oC. Pencucian
pada suhu 400 oC selama 2 jam dengan laju dilakukan dengan maksud untuk
pemanasan 10 oC permenit sehingga membersihkan lempung dari pengotor-
diperoleh ZrO2-bentonit. pengotor (impurity). Pengeringan
ZrO2-bentonit yang diperoleh dilakukan dengan tujuan untuk
kemudian disulfatasi dengan cara, 5 g menguapkan molekul air yang masih
ZrO2-bentonit ditambahkan dengan 75 mL terperangkap pada antarlapis lempung.
H2SO4 0,5 M lalu diaduk selama 24 jam
2. Preparasi katalis bentonit terpilar
dan kemudian dipisahkan dengan
zirkonia tersulfatasi
sentrifugasi. Padatan yang diperoleh Proses pemilaran lempung dengan
kemudian dikeringkan, digerus dan diayak prekursor ZrOCl2•8H2O sebagai sumber
kembali menggunakan ayakan 200 mesh. zirkonium dioksida diawali dengan proses
Selanjutnya katalis bentonit terpilar hidrolisis ZrOCl2•8H2O. Metode hidrolisis
zirkonia tersulfatasi dikeringkan dalam dilakukan dengan maksud untuk
oven. Produk hasil kalsinasi kemudian mendapatkan larutan pemilar berupa oligo
diberi label ZrO2-bentonit/SO42-. kation zirkonia, karena proses pemilaran
Sampel yang diperoleh kemudian
merupakan proses pertukaran kation-
dikarakterisasi sifat fisika-kimia yang kation yang terdapat pada antarlapis
meliputi analisis area permukaan (adsorpsi mineral lempung dengan agen pemilar
nitrogen pada 77 K) menggunakan

328
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

dalam bentuk kationnya. Untuk Nampak bahwa dalam mineral lempung


mendapatkan lempung terpilar ZrO2 maka yang digunakan sebagai sampel dalam
dilakukan kalsinasi. Metode kalsinasi penelitian ini tidak mengandung zirkonium
menggunakan pembakar furnace pada (Zr). Tabel 2 memperlihatkan keberadaan
suhu 400 oC selama 2 jam. Kalsinasi zirkonium setelah perlakuan dengan proses
merupakan perlakuan panas pada suatu pemilaran menggunakan prekursor
senyawa agar terjadi dekomposisi sehingga ZrOCl2•8H2O sebesar 52,9%.
senyawa berubah menjadi bentuk Tabel 2. Komposisi Unsur Dalam Sampel
oksidanya (dalam hal ini oksida Lempung (Bentonit) Terpilar
zirkonium). ZrO2-bentonit yang diperoleh ZrO2 (ZrO2-Bentonit)
kemudian disulfatasi dengan cara, 5 g
ZrO2-bentonit ditambahkan dengan 75 mL
H2SO4 0,5 M. Proses sulfatasi dilakukan
dengan maksud untuk melapisi permukaan
katalis dengan asam dan meningkatkan
sifat asam katalis karena sifat asam
memegang peranan penting dalam proses
perengkahan katalitik.
3. Karakterisasi Katalis
Analisis menggunakan XRF (X-Ray
Fluorosence)
Untuk menganalisa komposisi kimia
beserta konsentrasi unsur-unsur yang Analisis menggunakan XRD (X-Ray
terkandung dalam suatu mineral digunakan Diffractometer)
X-Ray Fluorosence (XRF). Analisis unsur Untuk mengetahui jenis mineral
dilakukan secara kualitatif maupun dalam lempung, tingkat kristalinitas dan
kuantitatif. Komposisi unsur yang terdapat perubahan basal spacing d001 dari sampel
pada sampel lempung (bentonit) setelah bentonit, ZrO2-bentonit, dan ZrO2-
perlakuan pencucian dan pengeringan bentonit/SO42-digunakan instrumen XRD.
disajikan pada tabel 1 di bawah ini. Perubahan basal spacing penting untuk
Tabel 1. Komposisi Unsur Dalam Sampel diketahui untuk membuktikan berhasil
Lempung (Bentonit) tidaknya proses pemilaran pada lempung
(bentonit). Gambar 1 memperlihatkan
difraktogram dari sampel bentonit, ZrO2-
bentonit, dan ZrO2-bentonit/SO42-.
Puncak-puncak spesifik untuk
mineral montmorillonit yaitu pada 2θ =
5,29° d = 16,69 Å; 2θ = 19,445° d = 4,561
Å; 2θ = 29,197° d = 3,056 Å dan 2θ =
35,57° d = 2,522 Å. Sedangkan puncak
spesifik pada 2θ = 25,41° d = 3,502 Å dan
2θ = 26,40° d = 3,373Å merupakan
karakteristik untuk kuarsa. Secara

329
Ruslan, .....
Sintesis dan Karakterisasi Katalis .....

keseluruhan, difraktogram menunjukkan bentonit dan ZrO2-bentonit/SO42- lebih


bahwa sampel merupakan mineral rendah dari bentonit, yang menunjukkan
montmorillonit. Puncak-puncak tajam bahwa perlakuan termal dan reaksi kimia
dengan intensitas yang tinggi berpengaruh pada struktur montmorillonit.
memperlihatkan kristalinitas yang baik Berdasarkan beberapa penelitian
dari mineral lempung. sebelumnya yang mensintesis lempung
terpilar oksida logam, data ini
menunjukkan adanya transformasi termal
yang melibatkan reaksi dehidrasi selama
proses kalsinasi (Gil, et al., 2000). Puncak
karakteristik untuk ZrO2 berada pada 2θ =
34,09° d= 2,627Å.
Analisis gugus fungsi Menggunakan
FTIR (Fourier Transform Infra Red)

Gambar 1. Pola Difraksi: a) Bentonit b)


ZrO2-Bentonit dan c) ZrO2-Bentonit/SO42-
Gambar 1 a) dan b) menunjukkan
pola difraksi dari ZrO2-bentonit dan ZrO2-
bentonit/SO42-. Puncak khas
montmorillonit masih terlihat namun
mengalami pergeseran ke arah kiri (sudut
2θ ˂5°. Terjadi pergeseran refleksi d001
pada sudut rendah yang berkaitan dengan Gambar 2. Spektrum FTIR: a) Bentonit
peningkatan d001 sebagai akibat proses b) ZrO2-Bentonit dan c) ZrO2-
interkalasi dan pilarisasi. Secara teoritis, Bentonit/SO42-
jika pilarisasi mampu menaikkan jarak Untuk menentukan gugus fungsi
antar lapis silika montmorillonit, akan katalis digunakan instrumen Fourier
terlihat pergeseran puncak khas yang Transform Infra Red (FTIR). Spektra
menunjukkan basal spacing d001 (2θ = inframerah mineral lempung (bentonit),
5,29°) ke arah kiri (Fatimah dan Wijaya, ZrO2-bentonit dan ZrO2-bentonit/SO42-
2006). Intensitas refleksi dari ZrO2- diamati pada panjang gelombang 500-4000

330
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

cm-1. Gambar 2 a) memperlihatkan pita dengan ZrO2 sifat asam semakin


serapan mineral bentonit seperti pada bertambah kuat. Hal ini salah satunya
bilangan gelombang 3448,72 cm-1 yang disebabkan oleh ZrO2 yang merupakan
merupakan karakteristik vibrasi ulur OH oksida logam transisi dimana sifat asam
dari Si-OH dan 3695,51 cm-1 yang Lewisnya berasal dari atom zirkonium
merupakan vibrasi OH dari Al-OH. Pita (Ward and Ko, 1994). Pita serapan yang
serapan pada bilangan gelombang 1635,64 menunjukkan situs asam Bronsted pada
cm-1 merupakan vibrasi tekuk OH dari bilangan gelombang 1442,75 cm-1 semakin
molekul air, 1442,75 cm-1 merupakan tidak tampak yang mengindikasikan
vibrasi ulur Si-O-Al dan 1041,56 cm-1 semakin berkurangnya kekuatan asam
merupakan vibrasi ulur dari Si-O-Si. Bronsted yang disebabkan proses dehidrasi
Bilangan gelombang 524,54 cm-1 melalui kalsinasi pada suhu 400 oC.
merupakan karakteristik untuk vibrasi Dehidrasi juga menyebabkan berubahnya
tekuk Si-O-Al dan 462,92 cm-1 merupakan situs asam Bronsted menjadi asam Lewis.
vibrasi tekuk dari Si-O-Si. Penentuan keasaman permukaan secara
Pada gambar 2 b) dan c) kuantitatif dan kualitatif
memperlihatkan spektrum serapan 1) Secara kuantitatif dengan metode
inframerah pada bentonit yang telah penyerapan amoniak
mengalami modifikasi dengan cara Uji keasaman sampel bentonit, ZrO2-
pemilaran dengan ZrO2 dan peningkatan bentonit, dan ZrO2-bentonit/SO42-
sifat asam katalis dengan penambahan dilakukan dengan metode penyerapan
asam sulfat (sulfatasi). Pita serapan amonia. Penentuan jumlah situs asam
karakteristik untuk vibrasi ulur OH dari Al- dilakukan secara kuantitatif dengan teknik
OH mengalami pergeseran dari bilangan gravimetri menggunakan adsorpsi basa
gelombang 3695,51 cm-1 menjadi 3749,62 amonia. Mula-mula disiapkan krus
cm-1 pada ZrO2-bentonit dan 3873,06 cm-1 porselin kosong kemudian dioven pada
pada ZrO2-bentonit/SO42- yang suhu 100 oC selama 1 jam dan ditimbang
kemungkinan disebabkan perubahan sebagai W1. Selanjutnya sebanyak 0,1 g
lingkungan dari ikatan tersebut karena sampel dimasukkan ke dalam krus porselin
terbentuknya ikatan antara pilar ZrO2 kemudian dioven pada suhu 100 oC selama
dengan lapisan tetrahedral. Pita serapan 1 jam dan ditimbang sebagai W2. Krus
1041,56 cm-1 yang karakteristik untuk porselin yang berisi sampel kemudian
vibrasi ulur Si-O-Si mengalami sedikit dimasukkan ke dalam desikator,
pergeseran pada sampel ZrO2-bentonit dan selanjutnya desikator dijenuhkan dengan
ZrO2-bentonit/SO42- dengan pita serapan uap amonia. Desikator ditutup rapat dan
yang semakin lebar yang kemungkinan sampel dibiarkan kontak dengan uap
disebabkan proses pilarisasi dan amonia selama 24 jam. Desikator lalu
penambahan asam pada sampel katalis. dibuka dan dibiarkan dalam udara terbuka
Pada gambar 2 b) dan c) memperlihatkan selama 30 menit untuk menguapkan
pita serapan pada bilangan gelombang amonia yang tidak teradsorpsi. Krus
yang menunjukkan situs asam Lewis porselin yang berisi sampel selanjutnya
(1635,64 cm-1) yang semakin tajam yang ditimbang sebagai W3. Keasaman sampel
mengindikasikan bahwa setelah pilarisasi

331
Ruslan, .....
Sintesis dan Karakterisasi Katalis .....

(mmol amonia/g) ditentukan menggunakan diperlihatkan dengan semakin


persamaan berikut: mengecilnya pita serapan pada bilangan
𝑊3 − 𝑊2 𝑚𝑚𝑜𝑙 gelombang 1635,64 cm-1. Hal ini mungkin
𝐾𝑒𝑎𝑠𝑎𝑚𝑎𝑛 = 𝑥 1000 disebabkan oleh kontribusi proton (H+)
(𝑊2 − 𝑊1)𝑀 𝑔
dari asam sulfat yang ditambahkan
M adalah berat molekul amonia sebesar
17,007 g/mol. (sulfatasi).

Dari hasil perhitungan nilai keasaman


menggunakan persamaan di atas diperoleh
nilai keasaman bentonit, ZrO2-bentonit,
dan ZrO2-bentonit/SO42- berturut-turut
adalah: 2,883; 4,340; dan 6,795 mmol/g.
Berdasarkan hasil penentuan jumlah
keasaman tersebut di atas, tampak bahwa
proses pilarisasi dan sulfatasi akan
meningkatkan jumlah situs asamnya.
2) Secara kualitatif dengan FTIR
Spektra IR dapat digunakan untuk
mengetahui distribusi situs asam Lewis dan
Bronsted pada permukaan katalis. Gambar
3 memperlihatkan perubahan yang terjadi
pada pita serapan dengan bilangan
gelombang karakteristik untuk situs asam
Lewis (1635,64 cm-1) dan situs asam
Bronsted (1404,18 cm-1) setelah
penyerapan amoniak. Adanya gugus
silanol (Si-OH) hasil pemutusan ikatan Si-
O-Si pada lapisan tetrahedral melalui Gambar 3. Spektrum FTIR: a) Bentonit
perlakuan asam atau kontak dengan air b) ZrO2-Bentonit dan c) ZrO2-
Bentonit/SO42- Setelah Penyerapan
memberikat kontribusi terhadap keasaman Amoniak
Bronsted pada lempung (Barrer dalam Kou
et al., 2000). Pada gugus hidroksil akan Analisis BET
mengalami transfer proton dengan basa Pengukuran luas permukaan, rerata
jejari pori dan volume pori ditentukan
kuat seperti amoniak. Pilarisasi
dengan alat BET Surface Area Analyzer
meningkatkan keasaman padatan secara
signifikan. Rasio keasaman Lewis terhadap (SAA). Tabel 3 memperlihatkan luas
Bronsted (L/B) meningkat oleh pilarisasi permukaan spesifik bentonit (27,385 m2/g)
mengalami peningkatan yang cukup
yang berarti bahwa distribusi keasaman
signifikan menjadi 89,115 m2/g pada
Lewis lebih besar dari keasaman Bronsted
ZrO2-bentonit. Kenaikan luas luas
(Fatimah, 2010). Namun pada bentonit
terpilar ZrO2 tersulfatasi (gambar 3c), permukaan ini menandakan berhasilnya
pilarisasi ZrO2 pada antar lapis bentonit,
terjadi hal sebaliknya dimana keasaman
hal ini terjadi karena meningkatnya jarak
Bronsted lebih besar dari keasaman Lewis
antar lapis silika akibat proses interkalasi
setelah penyerapan amoniak, hal ini

332
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

agen pemilar ke dalam antar lapis silika


pada bentonit.
Tabel 3. Hasil Analisis Surface Area
Analyzer

Pola isotherm adsorpsi-desorpsi


terhadap gas N2 pada sampel bentonit dan
ZrO2-bentonit diperlihatkan pada gambar 4
dan 5. Berdasarkan isotherm adsorpsi
menurut klasifikasi BDDT, pola isotherm
bentonit mengikuti tipe III yang
menunjukkan adsorpsi padatan pada
material dengan diameter pori lebih besar Gambar 5. Isoterm Adsorpsi-Desorpsi
dari mikropori. Sedangkan ZrO2-bentonit ZrO2-Bentonit
mengikuti tipe IV yang menunjukkan
pembentukan mesopori. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sintesis katalis bentonit terpilar zirkonia
tersulfatasi menghasilkan katalis
dengan sifat asam yang semakin
meningkat melalui uji keasaman dengan
penyerapan amoniak.
2. Terjadi pergeseran refleksi d001 pada
sudut rendah yang berkaitan dengan
peningkatan d001 sebagai akibat proses
interkalasi dan pilarisasi.
3. Pola difraksi sampel katalis setelah
pilarisasi dan sulfatasi menunjukkan
Gambar 4. Isoterm Adsorpsi-Desorpsi penurunan intensitas puncak namun
Bentonit tidak menyebabkan runtuhnya struktur
Adanya knee pada grafik terpilar ZrO2-bentonit.
menunjukkan adanya pori di dalam Saran
material. Pola isotherm tipe IV mempunyai 1. Perlu dilakukan penelitian dengan
empat macam tipe loop histerisis menurut variasi konsentrasi asam sulfat yang
IUPAC, tipe loop histerisis pada gambar 5 ditambahkan pada katalis ZrO2-
merupakan tipe loop histerisis IV yang bentonit.
mewakili material mesopori yang tidak 2. Karakterisasi lebih lanjut untuk
teratur. mengetahui stabilitas termal katalis.

333
Ruslan, .....
Sintesis dan Karakterisasi Katalis .....

DAFTAR PUSTAKA of Pillared Montmorillonites by


Pyridine Adsorption, Clays Clay
Chew, T. L., Bathia, S., 2009, Effect of
Miner., 48 (5), 528-536.
Catalyst Additives on The
Production of Biofuels from Palm Murjianto, N. D., Setiabudi, A., dan Eko,
Oil Cracking in a Transport Riser R., 2010, Sintesis, Karakterisasi dan
Reactor, Biosources Technology, Uji Aktivitas Katalis Ni/Al2O3 pada
100, pp.2540-2545. Reaksi Hydrocracking Minyak
Nabati, Jurnal Sains dan Teknologi
Fatimah, I., dan Wijaya, K., 2006,
Kimia, ISSN 2087-7412, I (I), pp 30-
Pengaruh Metode Preparasi
37.
Terhadap Karakter Fisikokimiawi
Montmorillonit Termodifikasi ZrO2 Nasikin, M., Susanto, B. H., Hirsaman, M.
Akta Kimindo, Vol.1 no.2; 87-92. A., Wijanarko, A., 2009, Biogasoline
from Palm Oil by Simultaneous
Fatimah, I., Wijaya, K., and Setyawan,
Cracking and hydrogenation
K.H., 2008, Synthesis ZrO2-
Reaction Over Nimo/zeolite
Montmorillonite And Application as
Catalyst, World Applied Sciences
Catalyst in Catalytic Cracking of
Journal, 5, pp. 74-79.
Heavy Fraction of Crude Oil,
Bulletin of Chemical Reaction Nurjannah., Irmawati., Roesyadi, A.,
Engineering & Catalysis,3(1-3), 9- Danawati., 2007, Perngkahan
13. Katalitik Asam Oleat untuk
menghasilkan Biofuel Menggunakan
Fatimah, I., 2010, Smektit Terpilar Al2O3
HZSM-5 Sintesis, Jurusan Teknik
sebagai Pengemban Katalis TiO2 dan
Kimia Institut teknologi Sepuluh
ZrO2, Disertasi FMIPA, UGM.
November, Surabaya, pp. 1-8.
Giftopoulou, M.E., Millan, M.,
Tamunaidu, P., dan Bhatia, S., 2007,
Bridgwater, A.V., Dugwell, D.,
Catalytic Cracking of Palm Oil for
Kandiyoti, R., Hriljac, 2005, Pillared
The Production of Biofuels:
Clays as Catalysts for Hydrocracking
optimization Studies, Biosource
of Heavy Liquid Fuels, Applied
Technology, 98, pp. 3593-3601.
Catalysis A:General 282: 205-214.
Twaiq, F. A., Mohamed, A. R., Bathia, S.,
Gil, A., Vicente, A., and Gandia, M., 2000,
2003, Liquid Hydrocarbon fuels
Main Factor Controlling the Texture
from Palm Oil by Catalytic Cracking
of Zirconia and Alumina Pillared
over Aluminosilicate Mesoporous
Clay, Microporous and Mesoporous
Catalyst with Variuos Si/Al Ratios,
Materials, 34, 115-125.
Microporous and Mesoporous
Kloprogge, J. T., 1998, Synthesis of Materials, 64, pp. 100-107.
Smectites and Porous Pillared Clay
Ward, D.A., and Ko, E.I., 1994, One-Step
Catalysts: A Review, Journal of
Synthesis and Characterization
Porous Materials, 5, 5-41.
Zirconia-Sulfate Aerogels as Solid
Kou, M.R.S., Mendioroz, S., and Munoz, Superacids, J. Catal., 150,18-33.
V., 2000, Evaluation of The Acidity

334

Anda mungkin juga menyukai