Aminopenisilin
1. Amoksisilin
a. Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis juga
untuk profilaksis endokarditis; terapi tambahan pada listerial meningitis.
b. Peringatan
c. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penisilin.
d. Efek Samping
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah.
e. Dosis:
oral: 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat; anak hingga
10 tahun: 125 - 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat. Otitis
media, 1 g setiap 8 jam. Anak 40 mg/kg bb sehari dalam 3 dosis terbagi
(maksimum 3 g sehari). Pneumonia, 0,5 – 1 g setiap 8 jam. Antrax (terapi dan
profilaksis setelah paparan), 500 mg setiap 8 jam; anak berat badan kurang dari 20
kg, 80 mg/kg bb sehari dalam 3 dosis terbagi, berat badan lebih dari 20 kg, dosis
dewasa. Terapi oral jangka pendek: Abses gigi: 3 g, diulangi setelah 8 jam;
Infeksi saluran kemih: 3 g, diulangi setelah 10-12 jam; Injeksi intramuskular: 500
mg tiap 8 jam; anak, 50-100 mg/kg bb sehari dalam dosis terbagi; Injeksi
intravena atau infus: 500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan sampai 1 g tiap 6 jam
pada infeksi berat; anak : 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Listerial meningitis
(dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4 jam untuk
10 -14 jam. Endokarditis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika
diperlukan), infus intravena, 2 g setiap 6 jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4
jam, seperti dalam endokarditis enterokokus atau jika amoksisilin digunakan
tunggal.
Sediaan :
a. Kapsul : 250 mg, 500 mg
b. Serbuk injeksi : 1 g/vial
c. Sirup kering :100 mg/mL, 125 mg/5 mL, 250 mg/5 mL
d. Drops : 100 mg/mL
e. Tablet : 250 mg, 500 mg
2. Ampisilin
a. Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.
b. Peringatan
Riwayat alergi, gangguan ginjal ringan sampai sedang yaitu resiko
kristaluria dengan dosis tinggi (khususnya terapi parenteral) dan gangguan berat
yaitu kurangi dosis, ruam kulit lebih sering terjadi dan resiko kristaluria,, ruam
eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan
leukemia limfositik akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik.
c. Interaksi:
– Allopurinol : meningkatkan risiko ruam kulit jika menggunakan amoksisilin
atau ampisilin yang disediakan bersama allopurinol
– Antibakteri : Neomisin mengurangi absorpsi fenoksimetilpenisilin
– Antikoagulan : penggunaan klinis antikoagulan menunjukkan INR daoat
dipengaruhi oleh penisilin spektrum luas seperti ampisilin, walaupun
penelitian tidak dapat menunjukkan interaksi dengan kumarin atau fenindion.
– Estrogen : antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati dapat mengurangi
efek kontrasepsi estrogen (resiko kecil).
– Pelemas otot : pipersilin meningkatkan efek pelemas otot non depolarisasi dan
suksametonium.
– Probenesid : dapat menurunkan ekskresi penisilin (meningkatkan konsentrasi
plasma).
– Sitotoksik : penisilin mengurangi ekskresi metotreksat (meningkatkan resiko
toksisitas).
– Sulfinpirazon : sulfinpirazon menurunkan eksresi penisilin.
d. Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap penisilin.
e. Efek Samping:
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah.
f. Dosis:
Oral: 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan. Anak di
bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa. Infeksi saluran kemih, 500 mg tiap 8 jam; Anak
di bawah 10 tahun, setengah dosis dewasa. Injeksi intramuskular atau injeksi
intravena atau infus, 500 mg setiap 4-6 jam; Anak di bawah 10 tahun, ½ dosis
dewasa; Endokarditis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan),
infus intravena, 2 g setiap 6 jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, dalam
endokarditis enterokokus atau jika ampisilin digunakan tunggal; Listerial
meningitis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4
jam selama 10–14 hari; neoonatal 50 mg/kg bb setiap 6 jam; bayi 1-3 bulan, 50-
100 mg/kg bb setiap 6 jam; anak 3 bulan – 12 tahun, 100 mg/kg bb setiap 6 jam
(maksimal 12 g sehari).
Sediaan :
a. Kapsul : 250mg, 500 mg
b. Serbuk injeksi : 1 g/vial
c. Sirup kering : 125mg/5mL, 250mg/5mL
3. Bekampisilin
a. Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.
b. Peringatan:
Riwayat alergi, gangguan ginjal ringan sampai sedang yaitu resiko
kristaluria dengan dosis tinggi (khususnya terapi parenteral) dan gangguan berat
yaitu kurangi dosis, ruam kulit lebih sering terjadi dan resiko kristaluria,, ruam
eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan
leukemia limfositik akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik.
c. Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap penisilin.
d. Efek Samping:
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah.
e. Dosis:
Pada infeksi berat dapat diberikan dua kali lebih tinggi. Anak lebih dari 5 tahun:
200 mg, tiga kali sehari. Gonore tanpa komplikasi: 1,6 g dosis tunggal, ditambah
1 g probenesid.
d. Efek Samping:
e. Dosis
f. Keterangan
g. Sediaan
– Tablet salut selaput : 500mg, 625mg
– Sirup kering : 125mg/5mL, 250 mg/5mL
– Tablet : 250mg, 500mg, 875mg, 1g
5. Pivampisilin
a. Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.
b. Peringatan
Riwayat alergi, gangguan ginjal ringan sampai sedang yaitu resiko
kristaluria dengan dosis tinggi (khususnya terapi parenteral) dan gangguan berat
yaitu kurangi dosis, ruam kulit lebih sering terjadi dan resiko kristaluria,, ruam
eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan
leukemia limfositik akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik.
c. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penisilin.
d. Efek Samping
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah. Uji fungsi hati dan uji
fungsi ginjal diperlukan pada penggunaan jangka panjang; hindari pada porfiria
dan dalam defisiensi karnitin.
e. Dosis
500 mg setiap 12 jam, gandakan pada infeksi berat; Anak usia 3 bulan-1
tahun 40-60 mg/kg bb/hari dalam 2 -3 dosis terbagi; 1-5 tahun 350-525 mg/hari;
6-10 tahun 525-700 mg/hari; dosis bisa digandakan pada infeksi berat.
6. Sultamisilin
a. Indikasi
b. Peringatan
c. Interaksi
d. Kontraindikasi
e. Efek Samping
f. Dosis
Dewasa 375 mg – 750 mg sehari 2 kali selama 5-14 hari, tapi lama
pemberian dapat ditambah jika dibutuhkan; Anak (BB <30 kg) 25 – 50
mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi; anak dengan BB 30 kg atau lebih mengikuti
dosis dewasa. Untuk gonore tanpa komplikasi, 2,25 g sebagai dosis tunggal
selama 10 hari. Disarankan untuk diberikan bersama dengan probenesid 1g untuk
mempertahankan kadar plasma sulbaktam dan ampisilin.
g. Catatan:
h. Sediaan
– Tablet : 375mg
– Kaptabs salut selaput : 375 mg
Penisilin Antipseudomonas
1. Piperasilin
a. Indikasi
b. Peringatan:
Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi ginjal,
gangguan fungsi ginjal maksimal 4,5 g setiap 8 jam jika bersihan kreatinin 20-80
mL/menit; maksimal 4,5 g setiap 12 jam jika bersihan kreatinin kurang dari 20
mL/menit; kehamilan digunakan jika manfaat pemberian melebihi resiko,
menyusui : terdistribusi dalam ASI-gunakan hanya bila manfaat pemberian
melebihi resiko.
c. Kontraindikasi
d. Efek Samping:
e. Dosis:
injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus intravena: 100-150
mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. Pada infeksi berat 200-300 mg/kg bb/hari.
Pada infeksi lebih berat: 16 g/hari; dosis tunggal di atas 2 g hanya diberikan
secara intra vena.
2. Piperasilin + Tazobaktam
a. Indikasi:
Infeksi sedang dan berat pada pasien yang resisten terhadap piperasilin;
appendicitis, infeksi kulit termasuk selulitis, abses kutan dan iskemia/infeksi kaki
karena diabetes melitus; endometritis postpartum atau penyakit inflamasi pelvic;
pneumonia dapatan dari lingkungan (hanya sedang sampai berat).
b. Peringatan:
c. Interaksi
– Allopurinol : meningkatkan risiko ruam kulit jika menggunakan amoksisilin
atau ampisilin yang disediakan bersama allopurinol
– Antibakteri : Neomisin mengurangi absorpsi fenoksimetilpenisilin
– Antikoagulan : penggunaan klinis antikoagulan menunjukkan INR daoat
dipengaruhi oleh penisilin spektrum luas seperti ampisilin, walaupun
penelitian tidak dapat menunjukkan interaksi dengan kumarin atau fenindion.
– Estrogen : antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati dapat mengurangi
efek kontrasepsi estrogen (resiko kecil).
– Pelemas otot : pipersilin meningkatkan efek pelemas otot non depolarisasi dan
suksametonium.
– Probenesid : dapat menurunkan ekskresi penisilin (meningkatkan konsentrasi
plasma).
– Sitotoksik : penisilin mengurangi ekskresi metotreksat (meningkatkan resiko
toksisitas).
– Sulfinpirazon : sulfinpirazon menurunkan eksresi penisilin.
d. Kontraindikasi:
e. Efek Samping:
f. Dosis:
Dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun: dosis total perhari yang
direkomendasikan adalah 12 g piperasilin/1,5 g tazobaktam diberikan dengan
dosis terbagi tiap 6 atau 8 jam. Pada infeksi berat dapat diberikan dosis sebesar 18
g piperasilin/2,25 g tazobaktam perhari dalam dosis terbagi.
g. Sediaan
– Serbuk injeksi : 4,5
3. Sulbenisilin
a. Indikasi:
b. Peringatan:
Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi ginjal.
c. Kontraindikasi
d. Efek Samping:
e. Dosis:
Dewasa : 2-4 g/hari, Anak: 40-80 mg/kg bb/hari. Diberikan secara intramuskular
atau intravena, dibagi dalam dua kali pemberian.
f. Sediaan
– Serbuk injeksi : 1g/vial, 2g/vial
4. Tikarsilin
a. Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh Pseudomonas dan Proteus spp.
b. Peringatan
Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi ginjal.
c. Interaksi
d. Kontraindikasi
e. Efek Samping:
f. Dosis:
injeksi intravena lambat atau infus: 15-20 g per hari dalam dosis terbagi. Anak :
200-300 mg/kg bb per hari dalam dosis terbagi.Untuk infeksi saluran kemih
secara injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat: Dewasa 3-4 g per hari
dalam dosis terbagi; Anak: 50-100 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi.
b. Peringatan
Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi ginjal.
c. Kontraindikasi
Efek Samping:
Dosis:
injeksi infus intravena: 3,2 g setiap 6-8 jam ditingkatkan hingga setiap 4 jam pada
infeksi berat. Anak : 80 mg/kg bb setiap 6-8 jam (setiap 12 jam pada neonatal).