Anda di halaman 1dari 16

Golongan Aminopenisilin dan Antipseudomonas

Aminopenisilin

1. Amoksisilin
a. Indikasi

Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis juga
untuk profilaksis endokarditis; terapi tambahan pada listerial meningitis.

b. Peringatan

Riwayat alergi, gangguan ginjal ringan sampai sedang yaitu resiko


kristaluria dengan dosis tinggi (khususnya terapi parenteral) dan gangguan berat
yaitu kurangi dosis, ruam kulit lebih sering terjadi dan resiko kristaluria, ruam
eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan
leukemia limfositik akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik mempertahankan hidrasi yang tepat pada
pemberian dosis tinggi (terutama selama terapi parenteral). 

c. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penisilin.
d. Efek Samping
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah.
e. Dosis: 
oral: 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat; anak hingga
10 tahun: 125 - 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat. Otitis
media, 1 g setiap 8 jam. Anak 40 mg/kg bb sehari dalam 3 dosis terbagi
(maksimum 3 g sehari). Pneumonia, 0,5 – 1 g setiap 8 jam. Antrax (terapi dan
profilaksis setelah paparan), 500 mg setiap 8 jam; anak berat badan kurang dari 20
kg, 80 mg/kg bb sehari dalam 3 dosis terbagi, berat badan lebih dari 20 kg, dosis
dewasa. Terapi oral jangka pendek: Abses gigi: 3 g, diulangi setelah 8 jam;
Infeksi saluran kemih: 3 g, diulangi setelah 10-12 jam; Injeksi intramuskular: 500
mg tiap 8 jam; anak, 50-100 mg/kg bb sehari dalam dosis terbagi; Injeksi
intravena atau infus: 500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan sampai 1 g tiap 6 jam
pada infeksi berat; anak : 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Listerial meningitis
(dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4 jam untuk
10 -14 jam. Endokarditis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika
diperlukan), infus intravena, 2 g setiap 6 jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4
jam, seperti dalam endokarditis enterokokus atau jika amoksisilin digunakan
tunggal.

Sediaan :
a. Kapsul : 250 mg, 500 mg
b. Serbuk injeksi : 1 g/vial
c. Sirup kering :100 mg/mL, 125 mg/5 mL, 250 mg/5 mL
d. Drops : 100 mg/mL
e. Tablet : 250 mg, 500 mg

2. Ampisilin

a. Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.
b. Peringatan
Riwayat alergi, gangguan ginjal ringan sampai sedang yaitu resiko
kristaluria dengan dosis tinggi (khususnya terapi parenteral) dan gangguan berat
yaitu kurangi dosis, ruam kulit lebih sering terjadi dan resiko kristaluria,, ruam
eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan
leukemia limfositik akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik.
c. Interaksi:
– Allopurinol : meningkatkan risiko ruam kulit jika menggunakan amoksisilin
atau ampisilin yang disediakan bersama allopurinol
– Antibakteri : Neomisin mengurangi absorpsi fenoksimetilpenisilin
– Antikoagulan : penggunaan klinis antikoagulan menunjukkan INR daoat
dipengaruhi oleh penisilin spektrum luas seperti ampisilin, walaupun
penelitian tidak dapat menunjukkan interaksi dengan kumarin atau fenindion.
– Estrogen : antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati dapat mengurangi
efek kontrasepsi estrogen (resiko kecil).
– Pelemas otot : pipersilin meningkatkan efek pelemas otot non depolarisasi dan
suksametonium.
– Probenesid : dapat menurunkan ekskresi penisilin (meningkatkan konsentrasi
plasma).
– Sitotoksik : penisilin mengurangi ekskresi metotreksat (meningkatkan resiko
toksisitas).
– Sulfinpirazon : sulfinpirazon menurunkan eksresi penisilin.

d. Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap penisilin.
e. Efek Samping:
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah.
f. Dosis:
Oral: 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan. Anak di
bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa. Infeksi saluran kemih, 500 mg tiap 8 jam; Anak
di bawah 10 tahun, setengah dosis dewasa. Injeksi intramuskular atau injeksi
intravena atau infus, 500 mg setiap 4-6 jam; Anak di bawah 10 tahun, ½ dosis
dewasa; Endokarditis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan),
infus intravena, 2 g setiap 6 jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, dalam
endokarditis enterokokus atau jika ampisilin digunakan tunggal; Listerial
meningitis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4
jam selama 10–14 hari; neoonatal 50 mg/kg bb setiap 6 jam; bayi 1-3 bulan, 50-
100 mg/kg bb setiap 6 jam; anak 3 bulan – 12 tahun, 100 mg/kg bb setiap 6 jam
(maksimal 12 g sehari).

Sediaan :
a. Kapsul : 250mg, 500 mg
b. Serbuk injeksi : 1 g/vial
c. Sirup kering : 125mg/5mL, 250mg/5mL

3. Bekampisilin
a. Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.
b. Peringatan: 
Riwayat alergi, gangguan ginjal ringan sampai sedang yaitu resiko
kristaluria dengan dosis tinggi (khususnya terapi parenteral) dan gangguan berat
yaitu kurangi dosis, ruam kulit lebih sering terjadi dan resiko kristaluria,, ruam
eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan
leukemia limfositik akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik.
c. Kontraindikasi: 
Hipersensitivitas terhadap penisilin.
d. Efek Samping: 
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah.
e. Dosis: 

400 mg, 2-3 kali sehari.

Pada infeksi berat dapat diberikan dua kali lebih tinggi. Anak lebih dari 5 tahun:
200 mg, tiga kali sehari. Gonore tanpa komplikasi: 1,6 g dosis tunggal, ditambah
1 g probenesid.

4. Co Amoksilav (Amoksisilin-Asam Kalvulanat)


a. Indikasi: 
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.
b. Peringatan: 
Riwayat alergi, gangguan ginjal ringan sampai sedang yaitu resiko
kristaluria dengan dosis tinggi (khususnya terapi parenteral) dan gangguan berat
yaitu kurangi dosis, ruam kulit lebih sering terjadi dan resiko kristaluria,, ruam
eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan
leukemia limfositik akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik, juga peringatan pada gangguan hati
(pengawasan fungsi hati), kehamilan, mempertahankan hidrasi yang tepat pada
penggunaan dosis tinggi (terutama selama terapi parenteral).
Cholestatic jaundice dapat terjadi selama atau segera setelah penggunaan
co amoksiklav. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa risiko toksisitas hati akut
dari co amoksiklav, enam kali lebih besar daripada amoksisilin. Cholestatic
jaundice lebih sering terjadi pada pasien usia di atas 65 tahun dan pada laki- laik;
reaksi ini hanya jarang terjadi pada anak- anak. Jaundice biasanya dapat hilang
dengan sendirinya dan jarang sekali fatal. Lama terapi sebaiknya tepat sesuai
dengan indikasi dan tidak boleh melebihi dari 14 hari.
c. Kontraindikasi: 

Hipersensitifitas pada penisilin, riwayat jaundice karena co amoksiklav


atau jaundice karena penisilin atau disfungsi hati.

d. Efek Samping: 

Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis


karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah. Hepatitis, kolestatik
jaundice (lihat di atas); sindrom Steven-Johnson, nekrolisis epidermal toksik,
dermatitis exfoliatif, vaskulitis; memperpanjang waktu perdarahan, pusing, sakit
kepala, konvulsi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal);
pewarnaan permukaan gigi dengan penggunaan suspensi, flebitis pada tempat
injeksi. Hati-hati pada pasien gangguan fungsi hati, hepatitis, ikterus kolestatik,
termasuk kehamilan.

e. Dosis

Oral, dinyatakan sebagai amoksisilin, 250 mg setiap 8 jam, dosis


digandakan pada infeksi berat; Anak di bawah 6 tahun 125 mg; 6-12 tahun, 250
mg atau untuk terapi jangka pendek dengan dosis dua kali sehari. Infeksi dental
berat (tapi umumnya bukan pilihan pertama, lihat catatan di atas), dinyatakan
sebagai amoksisilin, 250 mg setiap 8 jam selama 5 hari.

Injeksi intravena selama 3-4 menit atau infus intravena, dinyatakan


sebagai amoksisilin, 1 g setiap 8 jam, ditingkatkan hingga 1 g setiap 6 jam pada
infeksi yang lebih berat; Bayi hingga 3 bulan 25 mg/kg bb setiap 8 jam (setiap 12
jam pada saat perinatal atau bayi prematur); Anak 3 bulan – 12 tahun, 25 mg/kg
bb setiap 8 jam ditingkatkan hingga 25 mg/kg bb setiap 6 jam pada infeksi yang
lebih berat.

Profilaksis bedah, dinyatakan sebagai amoksisilin, 1 g saat induksi; untuk


bedah dengan risiko tinggi (seperti operasi kolorektal) sampai dengan 2-3 dosis
berikutnya 1 g dapat diberikan setiap 8 jam.

f. Keterangan

Campuran dari amoksisilin (dalam bentuk trihidrat atau garam natrium)


dan asam klavulanat (sebagai kalium klavulanat).

g. Sediaan
– Tablet salut selaput : 500mg, 625mg
– Sirup kering : 125mg/5mL, 250 mg/5mL
– Tablet : 250mg, 500mg, 875mg, 1g
5. Pivampisilin
a. Indikasi
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.
b. Peringatan
Riwayat alergi, gangguan ginjal ringan sampai sedang yaitu resiko
kristaluria dengan dosis tinggi (khususnya terapi parenteral) dan gangguan berat
yaitu kurangi dosis, ruam kulit lebih sering terjadi dan resiko kristaluria,, ruam
eritematous umumnya pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan
leukemia limfositik akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati
kemungkinan terjadi syok anafilaktik.
c. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penisilin.
d. Efek Samping 
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis
karena antibiotik, reaksi alergi berupa utikaria, demam, nyeri sendi, angiouden,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; toksisitas sistem saraf pusat termasuk
konvulasi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat), anemia
hemolitik, leukopenia dan gangguan pembekuan darah. Uji fungsi hati dan uji
fungsi ginjal diperlukan pada penggunaan jangka panjang; hindari pada porfiria
dan dalam defisiensi karnitin.
e. Dosis

500 mg setiap 12 jam, gandakan pada infeksi berat; Anak usia 3 bulan-1
tahun 40-60 mg/kg bb/hari dalam 2 -3 dosis terbagi; 1-5 tahun 350-525 mg/hari;
6-10 tahun 525-700 mg/hari; dosis bisa digandakan pada infeksi berat.
6. Sultamisilin
a. Indikasi

Infeksi mikroorganisme yang  mudah menyebar seperti infeksi saluran


napas bagian atas (termasuk sinusitis, otitis media dan tonsilitis); infeksi saluran
napas bagian bawah (termasuk pneumonia karena bakteri dan bronkitis); infeksi
saluran kemih dan pyelonephritis; infeksi kulit dan jaringan lunak; infeksi
gonococcal.

b. Peringatan

Superinfeksi, diare terkait Clostridium difficile,  pantau fungsi ginjal, hati


dan darah pada pemberian dalam jangka waktu lama, menyusui, neonatus.

c. Interaksi

Alopurinol meningkatkan kejadian kemerahan pada kulit; antikoagulan,


sultamisilin meningkatkan agregasi platelet dan pemeriksaan koagulasi;
bakteriostatik (kloramfenikol, eritromisin, sulfonamida dan tetrasiklin) dapat
mengganggu efek bakterisida dari sultamisilin; kontrasepsi estrogen, sultamisilin
dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi oral; metotreksat, sultamisilin
menurunkan bersihan metotreksat dan dapat meningkatkan toksisitas metotreksat;
probenesid menurunkan sekresi renal tubular dari ampisilin dan sulbaktam.

d. Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap penisilin.

e. Efek Samping

Alergi, syok anafilaksis, reaksi anafilaktoid, pusing, diare, dispnea,


kemerahan, gatal, black hairy tongue, glositis, stomatitis, anemia, anemia
hemolitik, trombositopenia, trombositopenia purpura, eosinofilia, leukopeni,
neutropenia, agranulositosis, abnormalitas agregasi platelet.

f. Dosis

Dewasa 375 mg – 750 mg sehari 2 kali selama 5-14 hari, tapi lama
pemberian dapat ditambah jika dibutuhkan; Anak (BB <30 kg) 25 – 50
mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi; anak dengan BB 30 kg atau lebih mengikuti
dosis dewasa. Untuk gonore tanpa komplikasi, 2,25 g  sebagai dosis tunggal
selama 10 hari. Disarankan untuk diberikan bersama dengan  probenesid 1g untuk
mempertahankan kadar plasma sulbaktam dan ampisilin.

g. Catatan: 

Sultamisilin merupakan pro-drug dari ampisilin dan sulbaktam

h. Sediaan
– Tablet : 375mg
– Kaptabs salut selaput : 375 mg

Penisilin Antipseudomonas

1. Piperasilin

a. Indikasi

Infeksi Pseudomonas aeruginosa.

b. Peringatan: 

Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi ginjal,
gangguan fungsi ginjal maksimal 4,5 g setiap 8 jam jika bersihan kreatinin 20-80
mL/menit; maksimal 4,5 g setiap 12 jam jika bersihan kreatinin kurang dari 20
mL/menit; kehamilan digunakan jika manfaat pemberian melebihi resiko,
menyusui : terdistribusi dalam ASI-gunakan hanya bila manfaat pemberian
melebihi resiko.

c. Kontraindikasi

Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.

 
d. Efek Samping: 

lihat benzilpenisilin; mual, muntah, diare; kurang sering terjadi: stomatitis,


dispepsia, konstipasi, jaundice, hipotensi, sakit kepala, insomnia, dan reaksi pada
tempat penyuntikan; jarang terjadi: nyeri lambung, hepatitis, edema, fatigue, dan
eusinofilia; sangat jarang terjadi: hipoglikemia, hipokalemia, pansitopenia,
sindroma Steven Johnson, dan nekrolisis epidermal toksik.

e. Dosis: 

injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus intravena: 100-150
mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. Pada infeksi berat 200-300 mg/kg bb/hari.
Pada infeksi lebih berat: 16 g/hari; dosis tunggal di atas 2 g hanya diberikan
secara intra vena.

2. Piperasilin + Tazobaktam
a. Indikasi: 

Infeksi sedang dan berat pada pasien yang resisten terhadap piperasilin;
appendicitis, infeksi kulit termasuk selulitis, abses kutan dan iskemia/infeksi kaki
karena diabetes melitus; endometritis postpartum atau penyakit inflamasi pelvic;
pneumonia dapatan dari lingkungan (hanya sedang sampai berat).

b. Peringatan: 

Gangguan fungsi ginjal; kehamilan; wanita menyusui.

c. Interaksi
– Allopurinol : meningkatkan risiko ruam kulit jika menggunakan amoksisilin
atau ampisilin yang disediakan bersama allopurinol
– Antibakteri : Neomisin mengurangi absorpsi fenoksimetilpenisilin
– Antikoagulan : penggunaan klinis antikoagulan menunjukkan INR daoat
dipengaruhi oleh penisilin spektrum luas seperti ampisilin, walaupun
penelitian tidak dapat menunjukkan interaksi dengan kumarin atau fenindion.
– Estrogen : antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati dapat mengurangi
efek kontrasepsi estrogen (resiko kecil).
– Pelemas otot : pipersilin meningkatkan efek pelemas otot non depolarisasi dan
suksametonium.
– Probenesid : dapat menurunkan ekskresi penisilin (meningkatkan konsentrasi
plasma).
– Sitotoksik : penisilin mengurangi ekskresi metotreksat (meningkatkan resiko
toksisitas).
– Sulfinpirazon : sulfinpirazon menurunkan eksresi penisilin.

d. Kontraindikasi: 

Hipersensitif terhadap beta-laktam (termasuk penisilin dan sefalosporin) atau


terhadap penghambat beta-laktamase.

e. Efek Samping: 

Diare, mual, muntah, kemerahan pada kulit.

f. Dosis: 

Piperasilin/tazobaktam harus diberikan melalui infuse intravena secara


perlahan (contohnya 20-30 menit) atau injeksi intravena secara perlahan (lebih
atau paling tidak 3-5 menit).

Dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun: dosis total perhari yang
direkomendasikan adalah 12 g piperasilin/1,5 g tazobaktam diberikan dengan
dosis terbagi tiap 6 atau 8 jam. Pada infeksi berat dapat diberikan dosis sebesar 18
g piperasilin/2,25 g tazobaktam perhari dalam dosis terbagi.

g. Sediaan
– Serbuk injeksi : 4,5
3. Sulbenisilin
a. Indikasi: 

Infeksi Pseudomonas aeruginosa.

b. Peringatan: 

Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi ginjal.

c. Kontraindikasi

Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.

d. Efek Samping: 

Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,


anafilaksis, serum sickness-like reaction; jarang, toksisitas sistem saraf pusat
termasuk konvulsi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat),
nefritis interstisial, anemia hemolitik, leukopenia, trombositopenia dan gangguan
pembekuan darah; juga dilaporkan diare (termasuk kolitis karena antibiotik).

e. Dosis: 

Dewasa : 2-4 g/hari, Anak: 40-80 mg/kg bb/hari. Diberikan secara intramuskular
atau intravena, dibagi dalam dua kali pemberian.

f. Sediaan
– Serbuk injeksi : 1g/vial, 2g/vial

4. Tikarsilin
a. Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh Pseudomonas dan Proteus spp.

b. Peringatan 

Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi ginjal.

c. Interaksi

– Allopurinol : meningkatkan risiko ruam kulit jika menggunakan amoksisilin


atau ampisilin yang disediakan bersama allopurinol
– Antibakteri : Neomisin mengurangi absorpsi fenoksimetilpenisilin
– Antikoagulan : penggunaan klinis antikoagulan menunjukkan INR daoat
dipengaruhi oleh penisilin spektrum luas seperti ampisilin, walaupun
penelitian tidak dapat menunjukkan interaksi dengan kumarin atau fenindion.
– Estrogen : antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati dapat mengurangi
efek kontrasepsi estrogen (resiko kecil).
– Pelemas otot : pipersilin meningkatkan efek pelemas otot non depolarisasi dan
suksametonium.
– Probenesid : dapat menurunkan ekskresi penisilin (meningkatkan konsentrasi
plasma).
– Sitotoksik : penisilin mengurangi ekskresi metotreksat (meningkatkan resiko
toksisitas).
– Sulfinpirazon : sulfinpirazon menurunkan eksresi penisilin.

d. Kontraindikasi

Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.

e. Efek Samping: 

Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,


anafilaksis, serum sickness-like reaction; jarang, toksisitas sistem saraf pusat
termasuk konvulsi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat),
nefritis interstisial, anemia hemolitik, leukopenia, trombositopenia dan gangguan
pembekuan darah; juga dilaporkan diare (termasuk kolitis karena antibiotik).

f. Dosis: 

injeksi intravena lambat atau infus: 15-20 g per hari dalam dosis terbagi. Anak :
200-300 mg/kg bb per hari dalam dosis terbagi.Untuk infeksi saluran kemih
secara injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat: Dewasa 3-4 g per hari
dalam dosis terbagi; Anak: 50-100 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi.

5. Tikarsilin + Asam Klavulanat


a. Indikasi 

Infeksi yang disebabkan oleh Pseudomonas dan Proteus spp.

b. Peringatan

Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi ginjal.

c. Kontraindikasi

Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.

Efek Samping: 

Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,


anafilaksis, serum sickness-like reaction; jarang, toksisitas sistem saraf pusat
termasuk konvulsi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat),
nefritis interstisial, anemia hemolitik, leukopenia, trombositopenia dan gangguan
pembekuan darah; juga dilaporkan diare (termasuk kolitis karena antibiotik),mual,
muntah, gangguan koagulasi darah, sistitis hemoragik (lebih sering pada anak),
reaksi tempat suntik, sindrom Stevens- Johnson, toxic epidermal necrolysis,
hipokalemia, eosinofil.

Dosis: 
injeksi infus intravena: 3,2 g setiap 6-8 jam ditingkatkan hingga setiap 4 jam pada
infeksi berat. Anak : 80 mg/kg bb setiap 6-8 jam (setiap 12 jam pada neonatal).

Anda mungkin juga menyukai