Anda di halaman 1dari 14

B.

Uraian Prinsip-prinsip perkembangan dan Aplikasinya

Untuk mendidik anak, para pendidik tidak hanya perlu memahami teori-teori perkembangan, tetapi
juga perlu memahami prinsip-prinsip

perkembangan yang berlaku pada anak, karena dengan adanya prinsip-prinsip

perkembangan ini, bisa diketahui apa sebenarnya hakekat dari anak.

Selanjutnya pendidikan bisa diarahkan sesuai dengan hakekat anak (tidak

meleset dari sifat-sifat anak).

Adapun prinsip-prinsip perkembangan pada anak itu di antaranya ialah:

1. Prinsip kesatuan organis

Anak merupakan suatu kesatuan; perkembangan antara fungsi yang satu

dengan yang lain saling berpengaruh. Tiap-tiap fungsi tadi hanya

mempunyai arti apabila ditinjau dari keseluruhannya.

Contoh: perkembangan bahasa anak merupakan suatu kebulatan, artinya

kita tidak boleh meninjau perkembangan bahasa saja, tetapi

perkembangan sebelumnya juga harus diperhatikan (menguasai kata-

kata, kalimat, dan sebagainya). Sesuai dengan prinsip ini, maka dalam

pendidikan disarankan agar pelajaran-pelajaran yang diberikan ada

hubungannya antara satu bagian dengan bagian lainnya. Sebagai

konsekuensi dari prinsip ini, maka diperlukan adanya kurikulum

pendidikan.

2. Prinsip tempo dan irama perkembangan

Menekankan bahwa tiap-tiap individu mempunyai tempo dan irama yang

berbeda-beda di dalam perkembangannya; ada yang cepat dan ada yang

lambat.

3. Tiap-tiap individu mengikuti pola perkembangan yang umum/relatif

sama

Meskipun individu mempunyai tempo dan irama perkembangan yang

berbeda-beda sesuai dengan potensinya, akan tetapi individu tersebut

masih mengikuti garis perkembangan yang umum.

Misal: A : berjalan I tahun

} selisih sedikit
B : berjalan 1,5 tahun

Mungkin A lebih sehat, tetapi B masih mengikuti pola perkembangan

yang umum. Sebagai konsekuensi dari prinsip ini ialah adanya pendidikan

klasikal. Jadi meskipun anak-anak mempunyai perbedaan, tetapi pada

tingkat usia yang sama, mereka masih mengikuti pola perkembangan

yang umum. Keuntungan dari konsekuensi prinsip tersebut;

a. Pendidikan dapat dilaksanakan secara klasikal.

b. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan dapat relatif

lama.

Contoh: di Taman kanak-kanak, anak siap masuk pada usia 4 – 5

tahun, di mana anak-anak membutuhkan alat-alat tertentu sesuai

dengan perkembangannya. Dengan prinsip tersebut, maka alat-alat

yang digunakan bisa relatif lama karena anak tidak boleh masuk TK

pada usia 3 tahun.

4. Prinsip interaksi

Antara pembawaan dan lingkungan saling berpengaruh di dalam

perkembangan anak. Misalnya, anak mempunyai bakat yang baik, tetapi

karena hidup dalam lingkungan yang tidak menguntungkan, maka anak

belum tentu bisa berkembang dengan baik.

Konsekuensi dari prinsip ini bagi pendidikan:

a. Pendidik harus memberikan lingkungan/variasi pendidikan seluas-

luasnya pada anak. Di sini bakat anak bias berkembang karena

adanya stimulus yang diberikan.

Contoh: Pendidikan SD belum ada pembagian seperti di SLTA,

sedangkan di SLTA sudah dapat dilihat bakatnya, sehingga sudah

diadakan pembagian. Misal STM, SMEA, atau di SMU ada jurusan

IPA dan IPS. Jadi mula-mula diberi situasi yang luas agar anak dapat

mengembangkan bakatnya.

b. Pengaruh pendidikan akan dibatasi oleh pembawaan anak. Orang

tidak dapat memberikan pendidikan SLTA kepada individu yang IO

nya di bawah 90.


c. Anak bukan manusia yang pasif, tetapi adalah manusia yang aktif.

Dengan keaktifannya, anak bias menunjukkan kehendaknya, oleh

karena itu kemauan anak harus dipupuk, tidak boleh mengekang anak

dalam batas-batas yang normal.

5. Prinsip kematangan

Usaha belajar atau pendidikan yang diberikan oleh pendidik sangat

tergantung pada kematangan anak, artinya di dalam mendidik anak,

orang tidak dapat memaksakan meteri pendidikan yang melebihi batas

tingkat kematangannya. Misal, anak berusia 7 bulan baru bias duduk,

tidak dapat dipaksakan untuk belajar berjalan.

6. Setiap proses perkembangan terdapat hasrat untuk:

a. Mempertahankan diri

Adanya keinginan untuk makan, minum, dan istirahat merupakan

keinginan untuk mempertahankan apa yang sudah ada.

b. Mengembangkan diri

Adanya keinginan untuk bergerak, bermain, mengadakan

eksplorasi dan sebagainya merupakan hasrat untuk

mengembangkan apa yang sudah ada.

7. Fungsi psikis tidak timbul secara berturut-turut, tetapi secara

bersamaan.

Contoh, menulis surat merupakan kegiatan yang melibatkan fungsi

ingatan, fungsi pikiran, fungsi perasaan, fungsi gerak dan sebagainya

secara bersamaan, hanya pada waktu-waktu tertentu, salah satu fungsi

yang kelihatan menonjol, sehingga nampak secara berurutan.

8. Perkembangan mengikuti proses diferensiasi dan integrasi

Dengan bertambahnya umur, perkembangan anak akan semakin maju

pula, sehingga terjadi proses yang disebut diferensiasi dan integrasi.

Contoh, bayi memiliki gerakan-gerakan yang tidak teratur. Dengan

bertambahnya umur, gerakannya makin dapat dipisahkan (misalnya,

tangan saja), dan gerakannya makin dapat dikoordinasikan (misalnya,

koordinasi gerakan tangan dan kaki).


9. Pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan suatu asuhan atau

bimbingan yang dilakukan secara sadar.

Hal ini disebabkan pertumbuhan dan perkembangan bukan hanya

merupakan proses yang timbul dengan sendirinya, tetapi juga karena

pengaruh dari luar. Oleh karena itu, untuk mencapai perkembangan yang

normal, pengaruh ini harus diberikan secara sadar dan terencana Apabila pengaruh itu tidak
disadari, maka pertumbuhan dan

perkembangan bias terjadi secara tidak normal. Dengan demikian orang

harus sadar bahwa pendidikan yang diberikan adalah baik.

Prinsip-prinsip Perkembangan

1. Perkembangan Merupakan Proses yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)

Individu secara terus-menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau
belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan, baik fisik maupun psikis berlangsung secara terus-
menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.

2. Semua Aspek Perkembangan Saling Memengaruhi

Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, intelektual, emosi, sosial, maupun moral-spiritual,
satu sama lainnya saling memengaruhi. Pada umumnya terdapat hubungan atau korelasi yang positif
antara aspek-aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami
gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek
lainnya, seperti: kecerdasan dan emosinya. Begitu pula, apabila perkembangan spiritualitas
keagamaan anak kurang baik, maka anak akan berkembang menjadi seorang yang berkarakter atau
berkepribadian yang tidak baik.

3. Perkembangan Mengikuti Pola atau Arah Tertentu

Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan
merupakan hasil perkembangan tahap sebelumnya, dan merupakan prasyarat bagi perkembangan
selanjutnya. Menurut Yelon dan Weinstein (1977) pola perkembangan itu sebagai berikut.

a. Cephalocaudal (perkembangan itu dimulai dari kepala ke kaki, artinya yang matang duluan itu
adalah bagian atas kemudian ke bagian bawah, dan tidak mungkin terbalik), dan Proximodistal
(perkembangan itu bergerak dari tengah: seperti paru-paru dan jantung, ke pinggir: tangan).

b. Struktur mendahului fungsi, yang berarti bahwa anggota tubuh individu akan berfungsi setelah
matang strukturnya. Seperti mata dapat melihat setelah otot-ototnya matang.

c. Perkembangan itu berdiferensiasi, yang berarti bahwa perkembangan fisik maupun psikis
berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Contoh: (1) bayi menendang- nendangkan kakinya
secara sembarangan sebelum dia dapat mengoordinasikannya untuk merangkak atau berjalan; (2)
bayi melihat benda-benda yang lebih besar sebelum dia dapat melihat benda-benda kecil; (3) bayi
meraban (mengoceh) sebelum dapat mengucapkan kata- kata yang berarti; dan (4) bayi
menunjukkan rasa takut yang umum terhadap semua orang atau benda yang asing baginya,
kemudian lambat laun rasa takutnya menjadi lebih tertuju kepada hal-hal tertentu.

d. Perkembangan berlangsung dari konkret ke abstrak, yang berarti bahwa perkembangan itu
berproses dari kemampuan berpikir konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tak
tampak).

e. Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme, yang berarti bahwa pada


mulanya seorang anak hanya memerhatikan dirinya sebagai pusat, atau hanya mementingkan
keinginan, kebutuhan dirinya sendiri. Melalui pengalamannya bergaul dengan orang lain (khususnya
teman sebaya), sikap egosentris itu secara perlahan-lahan berubah menjadi perspektivis (anak sudah
mulai memerhatikan kepentingan orang lain).

f. Perkembangan berlangsung dari out-control ke inner-control, yang berarti bahwa pada awalnya
anak sangat tergantung kepada pengawasan atau bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
atau untuk melakukan suatu kegiatan yang terkait dengan kedisiplinan. Seiring dengan
bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat, anak dapat mengembangkan
kemampuannya untuk mengontrol tindakan atau perilakunya oleh dirinya sendiri (inner- control).
Pola perkembangan individu ini dapat pula berlangsung dari keadaan atau kondisi yang lemah
(seperti masa bayı). kemudian berkembang menjadi kuat (masa remaja dan dewasa awal), dan
selanjutnya kembali lagi ke kondisi lemah (masa pikun atau usia lanjut). Perubahan pola
perkembangan ini dijelaskan dalam Al-Qur'an, surat Al-Rum ayat 54, yang artinya sebagai berikut.

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dia lah Yang Maha
Mengetahui dan Maha Kuasa.

4. Perkembangan Terjadi Pada Tempo yang Berlainan

Perkembangan fisik dan psikis mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang
berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat). Contoh: (a) otak mencapai bentuk ukurannya yang
sempurna pada umur 6 8 tahun; (b) tangan, kaki, dan hidung mencapai pertumbuhannya yang
maksimum pada usia remaja; dan (c) imajinasi kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-
kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja.

5. Setiap Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh: (a)
sampai usia 2 tahun, anak memusatkan perhatiannya untuk menguasai gerak-gerik fisik dan belajar
berbicara; dan (b) pada usia 3-6 tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial
(belajar bergaul dengan orang lain).

6. Setiap Individu yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan Prinsip ini berarti
bahwa dalam menjalani kehidupannya yang normal dan berusia panjang, individu akan mengalami
masa atau fase perkembangan: masa konsepsi, bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dan dewasa.
Tahapan perkembangan manusia itu dijelaskan dalam Al-Qur'an, surat Al-Hajj ayat 5, yang artinya
sebagai berikut.

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka ketahuilah sesungguhnya kami
telah menciptakan kamu dari tanah (turab), kemudian dari tetesan mani (nuthfah), kemudian
segumpal darah (alaqah), kemudian struktur daging (mudhgah) yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepadamu, dan Kami tetapkan dalam rahim siapa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian berangsur-angsur kamu menjadi dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
ada pula yang diperpanjang umurnya sampai pikun, supaya tidak diketahui lagi sesuatu pun yang
dulu diketahuinya.

Sejatinya, setiap manusia memiliki tahapan perkembangan seperti tersebut di atas, hanya dalam
kenyataannya tidak semua manusia memiliki perjalanan hidup sesuai dengan rentang tahapan
perkembangan tersebut. Ada individu yang hidupnya hanya sampai masa bayi, kanak-kanak, anak,
atau remaja. Namun, ada juga yang rentang kehidupannya sampai usia dewasa atau masa pikun
(usia lanjut).

6. Prinsip-prinsip Perkembangan.

a. Bahwa perkembangan merupakan perubahan progresif.

Melalui perkembangan segala-sesuatu yang masih bersifat kemungkinan dapat berubah menjadi
kenyataan. Hal demikian dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar

b. Bahwa perkembangan awal lebih penting dibandingkan dengan perkembangan-perkembangan


selanjutnya.

c. Bahwa perkembangan membutuhkan lingkungan

Apa saja yang dimiliki individu sejak kelahirannya sebagai kemampuan potensial membutuhkan
stimuli atau pengaruh dari lingkungan terutama lingkungan sosial.

d. Bahwa proses perkembangan berlangsung dengan mengikuti pola tertentu.

e. Bahwa tempo perkembangan bersifat individual.

Beberapa individu yang usianya sama atau hampir sama, tingkat perkembangannya tidak selalu
sama, ada yang cepat, ada yang sedang, ada pula yang lambat. Misalnya kemampuan berjalan, ada
anak yang sudah bisa berjalan ketika berusia 11 bulan, anak yang lain bisa berjalan ketika usianya 13
bulan, dan yang lain lagi baru bisa berjalan pada saat dia berusia 15 bulan.

f. Bahwa perkembangan berlangsung secara bertahap, di mana setiap tahap perkembangan memiliki
karakteristik tertentu dan tugas-tugas perkembangan tertentu, serta resiko tertentu pula.

Ciri-ciri perkembangan menunjukkan gejala-gejala yang secara relatif teratur.

Sehingga terjadi pola-pola perkembangan yang sistematis. Atas dasar itu, maka para

ahli merumuskan prinsip-prinsip perkembangan. Prinsip-prinsip perkembangan itu

kadang-kadang juga dipandang sebagai hukum-hukum perkembangan. Beberapa

prinsip itu adalah:

1. Perkembangan fungsi-fungsi jasmaniah dan fungsi-fungsi rohaniah berlangsung

dalam proses satu kesatuan yang menyeluruh (integral).

Prinsip ini sering disebut sebagai hukum kesatuan organis (fungsional). Prinsip ini

berarti bahwa organ-organ atau fungsi-fungsi itu proses perkembangannya bukan


secara sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain. Melainkan satu dengan yang lain

saling berhubungan dan bahkan saling ketergantungan. Perkembangan fungsi pikir

misalnya, adalah tidak terpisahkan dengan perkembangan fungsi ingatan, fungsi

fantasi, fungsi motivasi dan sebagainya, bahkan tidak terpisah dengan organ-organ

jasmaniah.

2. Setiap individu mempunyai kecepatan sendiri-sendiri dalam perkembangannya.

Prinsip ini mengandung maksud bahwa perkembangan antara sejumlah anak

tidaklah sama,belum tentu sama pula tingkat perkembangan yang dicapainya pada

suatu saat tertentu, baik pola perkembangan seluruhnya, maupun dalam aspek

tertentu dari perkembangan itu. Dengan kata lain senantiasa terdapat perbedaan-

perbedaan individual dalam proses perkembangan anak-anak. Prinsip ini disebut

juga dengan hukum tempo perkembangan.

3. Perkembangan seorang individu, baik keseluruhan maupun setiap aspeknya,

kelangsungannya tidak konstan melaikan berirama.

Ini berarti bahwa proses perkemangan itu kadang-kadang cepat, kadang-kadang

lambat, atau mungkin berhenti untuk beberapa waktu. Perkembangan kemampuan

berbicara sebagai suatu bentuk pekembangan misalnya, padasuatu saat cepat

memperooleh kata-kata baru beserta pengertiannya dalam waktu jangka singkat,

pada saat yang lain sebaliknya, dalam waktu yang lebih lama hanya mendapat

penambahan sedikit ataupun tidak mendapatkan kosa kata yang lain lagi. Prinsip

ini disebut juga dengan hukum irama (rithme) perkembangan.

4. Proses perkembangan itu megikuti pola tertentu.

Prinsip ini menyatakan bahwa setiap aspek perkembangan kelangsungan mengikuti

aturan yang relatif tetap, sesuai dengan perkembangan itu sendiri. Misalnya,

perkembangan kecakapan berjalan, dimulai dengan berdiri sambil berpegangan

selanjutnya erdiri tanpa berpegangan, melangkah sambil jatuh sampai melangkah

dan berjalan seperti biasa.

5. Proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan

Dengan prinsip ini berarti apa yang sudah dicapai pada saat-saat yang lalu

merupakan bagian tak terpisahkan dengan bagian-bagian sebelumya. Oleh kareba

itu, adanya periode-periode perkembangan yang diadakan adalah sekedar untuk


memahami perkembangan, karena sebenarnya tidak ada perubahan yang

mendadak. Prinsip ini disebut juga dengan hukum kontinuitas perkembangan.

6. Antara aspek perkembangan dengan aspek perkembangan yang lain saling

berkaitan atau saling berkolerasi secara bermakna.

Dengan prinsip ini dapat dicontohkan, bahwa perkembangan kesanggupan berjalan

akan berkolerasi dengan perkembangan dan pertumbuhan otot-otot, syaraf-syaraf,

tulang-tulang kaki dan sebagainya. Prinsip ini dipandang sebagai hukum kolerasi

perkembangan.

7. Perkembangan berlangsung dari pola-pola yang bersifat umum menuju pola-pola

yang bersifat khusus.

Prinsi ini pada dasarnya menyatakan, bahwa perkembangan bermula dari

“globalitas” yang dengan melalui proses berangsur-angsur semakin muncul

“perincian-perincian” yang smakin beraneka ragam. Dengan kata lain

perkembangan ini disebut menuju diferensiasi.

Pada dasarnya, setiap fase perkembangan satu dengan lainnya saling

berkaitan erat. Hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan satu kesatuan

yang utuh. Adapun tujuan perkembangan adalah untuk menjadikan individu

manusia dewasa yang mandiri. Sedangkan prinsip-prinsip perkembangan itu

adalah sebagai berikut.

1. Perkembangan tidak terbatas pada pertumbuhan secara fisik, namun

mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur, koheren, dan

berkesinambungan.

2. Perkembangan selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi.

3. Perkembangan dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum menuju

khusus.

4. Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung

secara berantai.

5. Setiap individu mempunyai tempo kecepatan perkembangannya sendiri-

sendiri.

6. Di dalam perkembangan, dikenal adanya irama atau naik turunnya proses


perkembangan.

7. Setiap individu seperti halnya organisme lainnya memiliki dorongan dan

hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif seperti rasa sakit, rasa

tidak aman, kematian, dan sebagainya.

8. Dalam perkembangan terdapat masa peka, yaitu suatu masa dalam

perkembangan individu dimana suatu fungsi jasmani ataupun rohani dapat

berkembang dengan cepat jika mendapat latihan yang baik dan kontinu.

9. Perkembangan tiap-tiap individu pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan.

HUKUM PERKEMBANGAN

Carol Gestwicki (1995) mengemukakan beberapa prinsip dasar

perkembangan.

1. Hukum Konvergensi

Perkembangan merupakan hasil interaksi faktor-faktor biologis

(kematangan) dan faktor-faktor lingkungan (belajar). Kematangan

merupakan prasyarat munculnya kesiapan untuk belajar. Lingkungan

menentukan arah perkembangan.

2. Hukum Tempo Perkembangan

Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi

perkembangan berikutnya. Suatu perkembangan tidak akan mungkin

terjadi berkesinambungan dengan baik bila anak didorong untuk

melampaui atau secara tergesa-gesa menjalani tahap-tahap awal. Anak

harus diberi waktu sesuai dengan yang mereka butuhkan sebelum

berlanjut pada tahap berikutnya.

3. Hukum Masa Peka

Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal. Waktu-waktu

yang menunjukkan kesiapan harus dikenal melalui pengamatan yang

cermat. Proses belajar akan terjadi dengan sangat mudah pada saat yang

optimal. Setiap pembelajaran tidak akan menjadikan proses belajar

dengan mudah sebelum mencapai kesiapan.


4. Hukum Rekapitulasi

Stanley Hall (1846-1924) berusaha untuk memberikan kontribusi teoretis

terhadap psikologi. Dengan dipengaruhi oleh tulisan dan teori Darwin,

Stanley Hall mengemukakan bahwa perilaku dan perkembangan anak

merupakan rekapitulasi dari evolusi spesies (manusia). Dengan

pandangan ini Hall menamai studi perkembangan anak psikologi genetis.

Hall juga berpendapat bahwa pendidikan dan pembimbingan anak

seyogianya memupuk kecenderungan alami anak yang merefleksikan

bentuk-bentuk perilaku dan perkembangan spesies (manusia) yang

terdahulu. Hall terutama menekankan masa adolesen, yang menurut

pendapatnya menandai berakhirnya rekapitulasi dan merupakan

kesempatan pertama bagi anak untuk mengembangkan bakat-bakat dan

kemampuan individualnya (Hall, 1904).

Dengan perkembangan dan kemajuan penelitian biologis jelaslah bahwa

tidak ada proses rekapitulasi sederhana pada perkembangan manusia.

Selanjutnya, banyak ahli-ahli psikologi Amerika yang lebih tertarik

kepada pengaruh lingkungan terhadap perkembangan. Artinya, bahwa

anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman

dan perilakunya dapat dijelaskan dengan baik dengan proses belajar yang

dialaminya. Masa berikutnya, psikologi genetis lebih dikenal dengan

psikologi perkembangan yang berorientasi pada penelitian lingkungan

dengan menggunakan metode eksperimen. Hal itu mengubah arah studi

tentang anak (Carins, 1983).

5. Perkembangan maju berkelanjutan merupakan kesatuan yang saling

berhubungan, dengan semua aspek-aspek (fisik, kognitif, emosional,

sosial) yang saling mempengaruhi. Suatu program untuk memupuk

perkembangan akan mendukung domain-domain yang lain dengan

derajat kepentingan yang sama. Semua pengalaman belajar dikenal

sebagai peluang-peluang yang terintegrasi untuk pertumbuhan, dan

bukan merupakan keterampilan yang terpisah-pisah.

6. Setiap individu berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing.


Suatu hal yang tidak mungkin dan berbahaya bila kita membandingkan

individu-individu ditinjau dari umurnya. Setiap anak mempunyai

kebutuhan dan karakteristik yang unik pada tahap tertentu. Hal ini

memungkinkan terjadinya perbedaan dan pilihan-pilihan. (hukum irama

perkembangan)

Perkembangan berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks,

dari yang umum kepada yang khusus. Dengan memperhatikan prinsip ini

tidak mungkin anak melampaui tahap tertentu atau diburu-buru pada

perilaku tertentu bila mereka belum siap.

7. Dalam perkembangan terdapat urutan yang dapat diramalkan. Pemaham-

an tentang perilaku yang seharusnya terjadi berikutnya, akan membantu

para praktisi untuk mengenal perkembangan yang khusus dan menantang

fase berikutnya yang semestinya (continuity).

Bagi setiap makhluk hidup, sejak

kelahirannya dan dalam menjalani kehidupan

seterusnya terdapat dasar-dasar dan pola-pola

kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenisnya.

Di samping itu tcrdapat pula pola-pola yang berlaku

khusus sehubungan dengan sifat-sifat individualnya.

Pola-pola ini mempunyai arti yang universal yang bisa

berlaku di mana-mana. Pola kehidupan yang

dimaksudkan bisa dipergunakan sebagai patokan untuk

mengenal ciri perkembangan anak-anak, misalnya

anak-anak di Amerika, anak-anak di Asia, dan juga

bagi anak-anak di Indonesia. Itu semua karena ciri dan

sifatnya yang universal. Lingkungan dan latar belakang

kebudayaan masing-masing bangsa mempengaruhi

pola pertumbuhan dan perkembangan bangsa itu, dan

dengan demikian, akan terjadi atau terbentuk


karakteristik-karakteristik yang menjadi pola khusus

bangsa yang bersangkutan. Di antara pola-pola khusus

itu, dan bahkan antara pribadi dengan pribadi, juga terdapat perbedaan-perbedaan tertentu.
Perbedaan

tersebut akan lebih jelas apabila dibandingkan secara

keseluruhan pribadi bangsa-bangsa itu.

Berdasarkan persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan itulah diperoleh kecenderungan-

kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan

perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-

hukum pertumbuhan dan perkembangan. Hukum-

hukum perkembangan itu antara lain:

1. Hukum Cephalocoudal

Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik

yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai

dari kepala ke arah kaki. Bagian-bagian pada kepala

tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal

ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu

pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan

mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala

yang lebih "matang" daripada bagian-bagian tubuh

lainnya. Bayi bisa menggunakan mulut dan matanya

lebih cepat daripada anggota badan lainnya. Baik pada

masa perkembangan pranatal, neonatal, rnaupun anak-

anak, proporsi bagian kepala dengan rangka batang

tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama

perbandingan ini semakin besar.

2. Hukum Proximodistal

Hukum Proximodistal adalah hukum yang

berlaku pada pertumbuhan fisik, dan menurut hukum

ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan


mengarah ke tepi. Alat-alat tubuh yang terdapat di

pusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan

lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang

ada di tepi. Hal ini tentu saja karena alatalat tubuh yang

terdapat pada daerah pusat itu lebih vital daripada

misalnya anggota gerak seperti tangan dan kaki. Anak

masih bisa melangsungkan kehidupannya bila terjadi

kelainan-kelainan pada anggota gerak, akan tetapi bila

terjadi kelainan sedikit saja pada jantung atau ginjal

bisa berakibat fatal.

Ditinjau dari sudut biologis, sudut anatomis,

dan sudut ilmu faal masih banyak lagi ketentuan yang

berhubungan dengan pertumbuhan, struktur dan fungsi,

serta kefaalan anggota tubuh. Misalnya dalam hal

kematangan, anggota-anggota tubuh akan tumbuh,

berkembang, dan berfungsi yang tidak sama antara satu

dengan lainnya. Contohnya terlihat pada kelenjar-

kelenjar kelamin, yang baru mulai berfungsi (matang)

ketika anak memasuki masa remaja.

3. Perkembanga Terjadi dari Umum ke Khusus

Pada setiap aspek terjadi perkembangan yang

dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian berangsur

menuju hal yang khusus. Terjadi proses diferensiasi

seperti yang dikemukakan oleh Werner. Anak akan lebih dulu mampu menggerakkan lengan atas,
lengan

bawah, tepuk tangan baru kemudian menggerakkan

jemarinya. Dari sudut perkembangan juga terlihat hal

yang tadinya umum ke khusus.

4. Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-

Tahapan Perkembangan

Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-


ciri perkembangan yang berbeda dalam setiap fase

perkembangan. Sebenarnya ciri-ciri perkembangan

sebelumnya diperlihatkan pada masa berikutnya, hanya

saja terjadi dominasi pada cirri-ciri yang baru. Namun

demikian ada aspek-aspek tertentu yang tidak

berkembang dan tidak meningkat lagi, hal ini disebut

fiksasi.

5. Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan

Setiap tahap perkembangan perkembangan

tidak berlangsung secara melompat-lompat. Akan

tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo

dan irama tertentu pula. Yang ditentukan oleh kekuatan

yang ada dalam diri anak.

Dalam praktik, sering terlihat dua hal sebagai

petunjuk keterlambatan pada keseluruhan

perkembangan mental, yakni:

a. Jika perkembangan kemampuan fisik untuk berjalan

jauh tertinggal dari patokan umum, tanpa ada sebab

khusus pada fungsionalistik fisik yang terganggu.

b. Jika perkembangan kemampuan sangat terlambat

dibandingkan dengan anak-anak yang lain pada masa

perkembangan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai