Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pada scenario kasus
maka dapat didiagnosis bahwa penderita tersebut mengalami Karsinoma Nasofaring.
Dari pemeriksaan fisis dapat dijumpai pembesaran KGB leher, supraklavikula, epistaksis,
strabismus, gangguan pendengaran, diplopia, eksoftalmus, enoftalmus, miosis, amaurosis,
gangguan menelan, regurgitasi nasal, disfonia, gangguan gerakan lidah, paralisis okulomotor.
Beberapa pemeriksaan seromarker untuk melihat kadar antibody serum spesifik terhadap virus
EB yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis, antara lain: IgA anti VCA, IgA anti EA,
IgA anti EBNA (Epstein Barr Nuclear Antigen).
Biopsy nasofaring adalah tindakan terpenting yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis
pasti, dan dilakukan oleh ahli THT. Biasanya dilakukan rinoskopi posterior, endoskopi,
nasofaringoskopi kaku/fleksibel.
Pemeriksaan radiologi: Convential tomorgraphy atau CT scan perlu dilakukan untuk melihat
adanya tumor, terutama bila sudah menginfiltrasi dasar otak, pembesaran KGB, dan dapat
melihat metastasis tulang. Disamping itu pemeriksaan dengan CT scan penting untuk staging
klinik, untuk mengetahui adanya metastasis sehingga dapat ditetapkan stadium penyakit.
Bone scan dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis tulang.
Diagnosis banding:
Adenoid
Fibroma nasofaring
Limfoma maligna
Tuberkolosis nasofaring, walaupun jarang
REFERENSI:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.