Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan Penunjang

Endoskopi
Secara umum, peran pemeriksaan endoskopi terletak pada identifikasi kelainan makroskopik dan
mikroskopik pada pasien dengan gejala dan tanda yang mengarah pada gastritis. Pada pasien-
pasien ini, mukosa esofagus, lambung, dan duodenum proksimal perlu diamati dengan saksama
dan biopsi dilakukan pada area anatomi yang dianggap mencurigakan.
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat berbentuk
selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung dengan monitor
atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.
Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada lambung, tukak lambung,
GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran pencernaan, serta kanker lambung.
Jika dicurigai adanya erosive pada pemeriksaan endoskopi tampak mukosa edema hiperemis
berat dan tampak erosi di area antrum-fundus
Jika dicurigai tukak gaster akan terlihat tukak dengan pinggir teratur, mukosa licin, lipatan
radiasi keluar dari pinggir tukak secara teratur
Biopsi
Biopsi adalah salah satu tindakan medis dimana dokter mengambil sel atau sebagian jaringan
tubuh untuk dianalisa lebih lanjut. Dokter akan menyarankan tindakan biopsi ini apabila
mencurigai adanya jaringan yang tidak normal pada tubuh, misalnya untuk membedakan
benjolan sebagai tumor jinak atau ganas (kanker).
Jaringan yang tidak normal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
penunjang lain seperti CT scan, MRI atau rontgen. Pemeriksaan penunjang tersebut hanya dapat
membantu menentukan lokasi terjadinya kelainan, namun tidak dapat melihat apakah sel tersebut
bersifat ganas atau tidak. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan biopsi.
Jika dicurigai adanya erosive pada pemeriksaan histopatologi terdapat sel infiltrate limfosit
dengan metaplasia ringan. Secara histopatologi dapat dijumpai regenerasi epithelial, hiperplasi
fovoelar, edema lamina propria, dan ekspansi serabut otot polos kearah mukosa. Ekspansi
dianggap abnormal bila sudah mencapai kira – kira sepertiga bagian atas. Namun pada tukak
gaster tidak menunjukan adanya keganasan.

Non invasive
1. Serologi
Infeksi H.pylori menimbulkan respon mukosa lokal dan antibodi sistemik. Antibodi IgG
terhadap H.pylori dalam sirkulasi dapat dideteksi melalui antibodi enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA) atau uji aglutinasi lateks. Pemeriksaan tersebut umumnya
sederhana, reprodusibel, tidak mahal, dan dapat dilakukan terhadap sampel yang disimpan.
Metode ini banyak digunakan dalam studi epidemiologi, termasuk studi retrospektif untuk
menentukan prevalensi maupun insiden infeksi. Individu sangat bervariasi terkait respon antibodi
terhadap antigen H.pylori, dan tidak ada antigen yang sama yang dapat dikenali melalui serum
dari semua subyek. Oleh karena itu akurasi pemeriksaan serologis bergantung kepada antigen
yang digunakan sehingga penting untuk melakukan validasi lokal terhadap ELISA H.pylori.
Pada orang tua dengan infeksi yang telah berlangsung lama, gastritis atrofi dikaitkan dengan
hasil negatif palsu. Konsumsi obat anti-inflamasi non-steroid juga dilaporkan mempengaruhi
akurasi ELISA. Titer antibodi turun secara perlahan pasca-keberhasilan eradikasi sehingga
serologi tidak dapat digunakan untuk menentukan eradikasi H.pylori ataupun untuk menentukan
tingkat reinfeksi. Meskipun titer antibodi IgM terhadap H.pylori menurun seiring bertambahnya
usia, tidak ada assay yang menunjukkan akuisisi baru. Karena infeksi ini biasanya asimtomatik,
sulit untuk mengidentifikasi dan menegakkan jalur transmisi. Keuntungan metode serologi
adalah perkembangan uji finger prick yang menggunakan assay fase solid terfiksir untuk
mendeteksi adanya imunoglobulin H.pylori. Near patient test (NPT) dapat dilakukan di pusat
kesehatan primer dan lebih sederhana dibanding 13C-urea breath test yang merupakan satu-
satunya NPT yang digunakan saat ini.
2. Urea breath test (UBT).
Deteksi non-invasif terhadap H. pylori melalui uji 13Curea breath test memiliki prinsip dasar
yaitu larutan yang dilabel urea dengan karbon-13 akan dihidrolisasi secara cepat di sepanjang
mukosa lambung dan melalui sirkulasi sistemik, diekskresikan sebagai CO2 dalam udara
ekspirasi. Pemeriksaan ini mendeteksi infeksi saat ini dan tidak bersifat radioaktif, dapat
digunakan sebagai uji skrining untuk H.pylori, menilai eradikasi, dan mendeteksi infeksi pada
anak. Pemeriksaan 14C-urea breath test mirip dengan 13C-urea breath test namun bersifat
radioaktif dan tidak dapat dilakukan di pusat kesehatan primer. Faecal antigen test. Dalam
pemeriksaan antigen di feses, ELISA sandwich sederhana digunakan untuk mendeteksi
keberadaan antigen H. pylori yang terbungkus feses. Studi melaporkan sensitivitas dan
spesifisitas yang mirip dengan 13C-urea breath test (>90%), dan teknik ini berpotensi untuk
dikembangkan sebagai NPT. Keutungan utama dari pemeriksaan ini adalah dalam studi
epidemiologi berskala besar terhadap akuisisi H. pylori pada anak.
Invasive
1. Histologi. Meskipun H.pylori dapat dikenali dari bagian yang diwarnai dengan hematoksilin
dan eosin saja, dibutuhkan pengecatan tambahan (seperti Giemsa, Genta, Gimenez, perak
Warthin-Starry, violet Creosyl) untuk mendeteksi infeksi dalam kadar rendah dan untuk
menunjukkan karakteristik morfologi H.pylori. Keuntungan pemeriksaan secara histologi selain
dapat disimpan, irisan dari biopsi dapat diperiksa kapanpun; dan adanya gastritis, atrofi, ataupun
metaplasia intestinal dapat pula diperiksa. Spesimen biopsi dari bagian lain lambung dapat
disimpan dalam formalin untuk diproses hanya jika histologi antrum tidak dapat disimpulkan.
2. Kultur. Isolasi mikrobiologi adalah baku emas teoritis untuk identifikasi infeksi bakteri,
namun kultur H.pylori kurang dapat dipercaya. Risiko pertumbuhan berlebih maupun
kontaminasi membuatnya kurang sensitif, dan metode ini adalah metode yang paling tidak
mudah dikerjakan bersama endoskopi. Meskipun hanya sedikit pusat kesehatan yang secara rutin
menawarkan isolasi mikrobiologis H.pylori, prevalensi strain multiresisten membuat metode
kultur dan uji sensitivitas terhadap antibiotik menjadi persyaratan bagi pasien dengan infeksi
persisten dengan kegagalan terapi.
3. Uji urease. Metode ini bersifat cepat dan sederhana untuk deteksi infeksi H.pylori namun
hanya menunjukkan ada atau tidaknya infeksi. Pemeriksaan CLO dan pemeriksaan urease yang
lebih murah ternyata memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang serupa. Namun, sensitivitas
pemeriksaan urease seringkali lebih tinggi dibanding metode berbasis biopsi karena seluruh
spesimen biopsi ditempatkan di dalam media sehingga dapat menghindari sampel tambahan
ataupun kesalahan proses terkait histologi maupun kultur. Sensitivitas pemeriksaan urease biopsi
terlihat jauh lebih rendah (sekitar 60%) pada pasien dengan perdarahan saluran cerna atas.
Namun kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan menempatkan beberapa sampel biopsi di dalam
satu vial untuk pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai