Anda di halaman 1dari 15

NAMA : RAHMAWATI

NIM : 1710125320175

KELAS : 7E PGSD

Dimension Of Learning
(Chapter 4 Dimension 4: Use Knowledge Meaningfully

Proses belajar melalui pengalaman yang di alami akan sangat berkontribusi


terhadap proses belajar anak. Dengan menggunakan pengetahuan secara bermakna
mengharuskan peserta didik untuk terlibat dalam pemikiran dan penalaran. Penalaran
adalah sebagian hasil dari cara kita untuk berfikir, penalaran biasanya berhubungan
dengan logika. Penalaran berkaitan erat dengan bagaimana manusia mencapai
kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari premis langsung maupun premis tidak
langsung. Penalaran dan pemecahan masalah biasanya adalah topik-topik yang sangat
erat hubungannya dengan aspek-aspek yang secara umum berhubungan dengan
kegiatan berpikir. Menalar adalah berpikir logik, mengaitkan konsep dan fakta,
mengaitkan keterhubungan fakta-fakta, dan mencari apakah ada sebab akibat antar
fakta, baik linier maupun bertolak belakang.

Kemampuan ini diperlukan oleh peserta didik untuk memahami fakta-fakta


dan menjelaskan fenomena ilmiah yang ada di dalamnya. Pada proses ini peserta
didik diharuskan untuk terlibat dalam pemikiran dan penalaran yang berbeda dari
biasanya ketika mereka diminta untuk hanya mengingat, menyatakan kembali,
mengenali, mengingat, mengulangi , atau mereproduksi pengetahuan. Dengan
menggunakan pengetahuan menuntut peserta didik untuk terlibat dalam suatu proses
berpikir dan penalaran yang kompleks saat mereka menyelesaikan tugas jangka
panjang yang lebih bermakna. Menalar bisa dilatihkan pada fase anak-anak membuat
hipotesa atau dugaan maupun jawaban sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan
masalah yang diajukannya pada tahap kedua, setelah peserta didik mengamati.

Untuk dapat melatih kemampuan penalaran peserta didik, guru dapat dapat
membantu peserta didik dengan kegiatan berikut ini:

1. Bantulah peserta didik memahami prosesnya


Bagian ini membahas bagaimana caranya memperkenalkan proses
kepada peserta didik dan bagaimana membantu peserta didik untuk memahami
fungsi atau pun tujuan dari proses tersebut. Jika para peserta didik sudah pandai
mengamati dan menanya, maka selanjutnya peserta didik perlu menempuh
langkah menalar hasil pengamatannya dan dugaan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukannya terhadap kasus yang sedang dihadapinya.
2. Beri peserta didik model untuk proses tersebut, dan ciptakan kesempatan bagi
peserta didik untuk berlatih menggunakan proses tersebut.
Bagian ini memperkenalkan suatu proses penalaran kompleks itu
sendiri. Model dan langkah-langkah yang terlibat dalam menggunakan proses
tersebut. Contoh cara khusus untuk membimbing peserta didik melalui
pemikiran yang terlibat dalam proses disajikan. Misalnya seperti sistem
ekskresi pada manusia
3. Sewaktu peserta didik mempelajari dan menggunakan proses tersebut, bantulah
peserta didik untuk fokus pada langkah-langkah kritis dan aspek sulit dari
proses tersebut
Bagian ini mengidentifikasi langkah-langkah penting dan komponen
sulit dari proses tersebut serta contoh dan saran khusus tentang cara menangani
elemen-elemen ini. Misalnya tentang keluarnya keringat dari kulit.
4. Berika para peserta didik pengatur grafis atau pun representasi model untuk
membantu peserta didik dalam memahami dan menggunakan proses
Penyelenggara grafis dan representasi membantu peserta didik dalam
memahami dan memvisualisasikan proses. Contoh penyelenggara atau
representasi ini disertakan di bagian ini. Misalnya guru meminta peserta didik
untuk melakukan aktivitas seperti berlari di tempat selama beberapa menit.
Peserta didik yang lain mengamati dan mengaitkannya dengan sistem ekskresi
manusia.
5. Gunakan tugas terstruktur guru dan peserta didik
Bagian ini membahas pentingnya pemodelan dan membimbing
penggunaan proses, pertama melalui penggunaan tugas terstruktur guru. Saran
diberikan tentang cara beralih dari tugas yang terstruktur guru ke tugas
terstruktur peserta didik, mengalihkan peserta didik dari tugas yang sangat
terstruktur ke tugas yang dibuat oleh peserta didik saat mereka menjadi lebih
mahir dan percaya diri dalam menggunakan proses.

Saat menyusun tugas yang perlu diingat adalah sebagai berikut:

a. Masing-masing proses ini melintasi batas konten


Peserta didik lebih cenderung menjadi nyaman dan mahir dengan jenis proses
ini dan, dengan demikian, lebih mampu menggunakan pengetahuan konten yang
semakin kompleks, baik dalam tugas khusus konten atau terintegrasi.
b. Saat pengetahuan yang digunakan peserta didik adalah pengetahuan prosedural
( yaitu, keterampilan atau proses)
Tugasnya mungkin hanya meminta peserta didik untuk melakukan prosedur
dalam konteks yang bermakna; artinya, peserta didik tidak perlu menggunakan
salah satu proses penalaran yang diidentifikasi dalam dimensi ini. Peserta didik
mungkin diminta, misalnya, untuk menggunakan pengetahuan konten prosedural
mereka untuk membuat keputusan, untuk melakukan percobaan, atau untuk
menghasilkan ide untuk suatu penemuan. Peserta didik kemudian dimintai
pertanggungjawaban untuk menunjukkan kemahiran mereka dalam
menggunakan keterampilan atau proses khusus konten serta kemampuan mereka
untuk terlibat dalam proses penalaran yang ditargetkan.
c. Saat pengetahuan yang digunakan peserta didik adalah pengetahuan deklaratif
Guru meminta untuk peserta didik menggunakan dan mengembangkan
pemahaman peserta didik tentang konsep, prinsip, atau generalisasi. Proses
penalaran ini harus digunakan untuk menyediakan sarana yang sehingga peserta
didik dapat menerapkan pengetahuan ke dalam tugas.
d. Sangat penting untuk meminta peserta didik bijak dalam memanfaaatkan
teknologi
Di era teknologi seperti ini sangat penting untuk meminta
pertanggungjawaban peserta didik menggunakan pengetahuan secara bermakna,
tidak peduli bagaimana itu diakses. Salah satu cara untuk memerangi
penyalahgunaan teknologi ini, atau bentuk plagiarisme apa pun, adalah meminta
pertanggungjawaban peserta didik untuk penalaran yang kompleks dan untuk
menggunakan informasi yang telah peserta didik kumpulkan.
e. Pemilihan konten yang disesuaikan
Guru tentu perlu menyesuikan konten yang akan dipilih sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik

Berikut merupakan tahapan penalaran untuk membantu peserta didik dalam


proses perkembangan penalaran kompleks:

a. Pengambilan keputusan
Dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu.
Sehingga kemampuan dapat diartikan sebagai suatu kesanggupan dalam
melakukan sesuatu. Ivancevich, kemampuan adalah bakat seseorang untuk
melakukan tugas mental atau fisik.3 Sedangkan Robbins mengemukakan bahwa
kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas
dalam suatu pekerjaan. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan individu dalam mengerjakan tugas yang berupa mental atau fisik.
Pengambilan keputusan terdiri dari dua kata, yaitu “pengambilan” dan
“keputusan”. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengambilan adalah cara,
perbuatan mengambil, pemungutan dan sebagainya. Sedangkan keputusan adalah
perihal yang berkaitan dengan putusan, segala putusan yang telah ditetapkan
(sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagainya). Sehingga pengambilan
keputusan menurut kamus bahasa adalah perbuatan mengambil segala putusan
yang sebelumnya telah dipertimbangkan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses
mental atau kognitif dalam melakukan kegiatan mengambil suatu pilihan
alternatif yang paling tepat dari beberapa alternatif yang tersedia menurut
perhitungan dan kriteria-kriteria tertentu serta menghasilkan dan menerapkan
kriteria untuk memilih di antara alternatif yang tampaknya sama.
Dalam mengetahui kemampuan pengambilan keputusan, digunakan struktur
kognitif pengambilan keputusan menurut Wang dan Ruhe dalam Prakosa,
sebagai berikut
a. Memahami masalah pada soal yang diberikan
b. Mengidentifikasi tujuan pengambilan keputusan dari soal yang diberikan dan
hal-hal yang berhubungan dengan soal tersebut
c. Menemukan alternatif jawaban dengan benar
d. Menghitung dan mengerjakan soal yang diberikan dengan benar
e. Mengevaluasi alternatif jawaban yang akan dikerjakan
f. Mampu mengambil keputusan
g. Mengevaluasi hasil keputusan
h. Mampu mempresentasikan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan
hal-hal yang diketahui dalam soal, dalam kaitannya dengan keputusan yang
telah diambil dengan benar
i. Mampu mengingat hubungan antara masalah yang dihadapi dengan hal-hal
yang diketahui dalam soal, dalam kaitannya dengan keputusan yang diambil
dengan benar
Jika peserta didik dalam melakukan kegiatan pengambilan keputusan
memenuhi seluruh indikator yang telah disebutkan di atas, maka peserta didik
tersebut memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang sangat baik

b. Penyelesaian masalah
Ketika peserta didik telah mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki ke
dalam suatu kondisi yang baru, maka siswa sudah dapat dinyatakan mampu
menyelesaikan masalah. Landasan berpikir dibutuhkan dalam pemecahan
masalah untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai
dengan kesempatan yang didapatkan peserta didik saat pembelajaran yaitu dapat
membangun ilmu pengetahuan dalam proses kognitif. Siswa memerlukan
motivasi agar berusaha memecahkan permasalahan, mendapatkan segala sesuatu
untuk dirinya, dan bekerja keras untuk mewujudkan idenya agar memahami
secara mendalam dan mampu menerapkan pengetahuannya (Permendikbud 81 A
2013). Mengatasi kendala atau membatasi kondisi yang menghalangi pencapaian
tujuan.

c. Penemuan
Guru hanya membimbing dan memberikan instruksi kepada peserta didik.
Peserta didik dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu
sendiri, sehingga apa yang mereka alami lebih bermakna. Pada proses ini peserta
didik mengembangkan produk atau proses unik yang memenuhi kebutuhan yang
dirasakan. Dengan begitu peserta didik dapat:
1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam
memutuskan sesuatu secara tepat dan obyektif.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir agar lebih tanggap, cermat dan
melatih daya nalar ( kritis, analis dan logis ),
3. Membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu
4. Menggunakan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam belajar
d. Pertanyaan eksperimental
Menghasilkan dan menguji penjelasan fenomena yang diamati. Peserta didik
harus diberikan langkah-langkah yang terlibat dalam proses tersebut. Langkah-
langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Amati sesuatu yang menarik minat Anda, dan jelaskan apa yang telah terjadi.
2. jelaskan apa yang telah Anda amati. Teori atau aturan apa yang dapat
menjelaskan apa yang Anda amati?
3. Berdasarkan penjelasan Anda, buat prediksi
4. Siapkan eksperimen atau aktivitas untuk menguji prediksi Anda. Jelaskan
hasil
5. rcobaan Anda berdasarkan penjelasan Anda. Jika perlu, perbaiki penjelasan
atau prediksi Anda atau lakukan eksperimen lain
Untuk mengilustrasikan proses kepada peserta didik, peragakan setiap langkah
secara konkret. Guru dapat terlebih dahulu menggunakan presentasi berpikir
dengan lantang (melibatkan peserta didik sewaktu guru menjelaskan setiap
langkah-langkah ) dari fenomena fisik yang dapat dengan mudah dipahami
peserta didik.
Setelah peserta didik menjadi terbiasa dengan proses inkuiri eksperimental,
berikan banyak kesempatan bagi mereka untuk berlatih dan berbicara melalui
langkah-langkah sebagai kelas, dalam kelompok kecil, atau berpasangan
menggunakan situasi yang menyenangkan atau peristiwa terkini yang menarik.
Karena setiap langkah membutuhkan pemahaman konsep, seperti prediksi dan
penjelasan, dan peningkatan kemampuan untuk melakukan langkah-langkah
tersebut. Pengalaman awal peserta didik seharusnya tidak secara bersamaan
mengharuskan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan konten yang
kompleks.

e. Penyelidikan:
Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang terdapat kebingungan atau
kontradiksi. Secara lebih sederhana, ini adalah proses menyarankan dan
mempertahankan cara untuk menjernihkan kebingungan tentang ide atau
peristiwa, Pembelajaran berbasis penyelidikan lebih mengutamakan pada
pengarahan yang dapat mengajak peserta didik untuk berpikir aktif dan membuat
kesimpulan berdasarkan data penyelidikan (Ningrum, 2017). Guru membimbing
peserta didik dalam mengajukan pertanyaan penyelidikan, sedangkan peserta
didik bertugas untuk merencanakan langkah-langkah penyelidikan yang
dilanjutkan dengan peserta didik melaksanakan penyelidikan untuk menguji
masalah dan menghasilkan suatu penjelasan. Peserta didik mampu menggunakan
informasi dari sebelumnya, ataupun sekarang untuk membuat prediksi,
mendasarkan prediksi pada pola yang ada, dan membedakan prediksi dari
tebakan/ramalan.

f. Analisis sistem
Menganalisis bagian-bagian sistem dan cara mereka berinteraksi, Dinyatakan
lebih sederhana, itu adalah proses menggambarkan bagaimana bagian-bagian dari
suatu sistem bekerja bersama. Salah satu jenis pemikiran terkuat yang dapat kita
gunakan adalah analisis sistem. Kemampuan analisis peserta didik dalam hasil
belajar berkenaan dengan kemampuan untuk membagi materi ke dalam bagian-
bagian yang lebih kecil (komponen), sehingga struktur organisasinya dapat
dipahami kemudian menghimpun bagian-bagian itu ke dalam suatu sistem
sehingga membentuk suatu pola atau struktur baru berdasarkan berbagai
informasi atau fakta. Jenjang ini meliputi identifikasi bagian-bagian menjadi
suatu komponen diketahui, ditanya dan dijawab. Kemudian dapat dianalisis
sintesis keterkaitan diatara bagian-bagian yang telah dijabarkan ke dalam sebuah
rumus standar, serta mengenal prinsip-prinsip peng-organisasian yang termuat.
Di dalam tahap analisa sistem terdapat beberapa langkah-langkah dasar yang
harus dilakukan oleh analis sistem, sebagai berikut yakni:
1. Identify, merupakan mengidentifikasikan masalah
2. Understand, merupakan memahami kerja dari sistem yang ada
3. Analyze, merupakan menganalisis sistem
4. Report, merupakan membuat laporan hasil analisi
Tingkat berpikir analisis merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi
dengan istilah-istilah serupa yang sering digunakan seperti berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Keterampilan prosedural peserta didik
menggambarkan keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan persoalan
dengan mengikuti langkah-langkah sesuai dengan metode pembelajaran yang
digunakan. Hasil belajar di sini menggambarkan tingkat intelektual yang lebih
tinggi dari pemahaman dan aplikasi karena memerlukan pemahaman isi dan
bentuk struktural dari materi (Bloom dalam Pratama, 2011).
Meskipun pun nyatanya banyak variasi sistem yang berbeda-beda, semuanya
terlhat memiliki beberapa ciri khas yang sama. Seperti, semua sistem mempunyai
bagian yang mungkin terdiri dari individu maupun kelompok. Seperti sekolah
jika dipandang sebagai suatu sistem mempunyai bagian-bagian. Tentunya
bagian-bagian tersebut terdiri dari kelompok maupun juga individu. Sebagai
ilustrasi, salah satu bagian dari sekolah adalah para guru yang diambil secara
berkelompok. Orang tua sebagai suatu kelompok dapat kita anggap sebagai
bagian lain dari sekolah, seperti halnya juga peserta didik. Beberapa bagian
sekolah terdiri dari beberapa individu. Sebagai contoh, salah satu bagian dari
sekolah seperti sekretaris sekolah. Kepala sekolah dapat kita anggap sebagai
bagian lain yang terdiri dari seorang individu. Setiap bagian menerima sesuatu
dari dan / atau memberikan sesuatu kepada bagian lainnya. Biasanya sesuatu
yang diberikan maupun diterima melibatkan informasi. Sebagai contoh, kepala
sekolah memberikan informasi kepada sekretaris sekolah dan menerima
informasi dari sekretaris sekolah. Orang tua pun menerima informasi dari
sekretaris sekolah, peserta didik, dan guru; peserta didik menerima informasi dari
guru dan memberikan informasi kepada guru, dan seterusnya. Semua sistem
saling terpengaruh jika salah satu bagian yang berfungsi terpengaruh pula.
Misalnya, jika guru berhenti memberikan informasi kepada kepala sekolah,
semua orang dalam sistem akan terpengaruh. Singkatnya, meskipun ada banyak
variasi maupun jenis sistem yang ada di sekitar kita, semua sistem terlihat
memiliki karakteristik yang hamper sama dan berperilaku hamper sama pula.
Peserta didik menerima informasi dari guru dan memberikan informasi kepada
guru, dan seterusnya.
Revolusi Pembelajaran
Menyongsong Generasi Abad 21

Pendidikan di Indonesia khususnya di sekolah dasar sekarang ini masih


banyak sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran yang monoton. Tak hanya itu,
pemberian penanaman keterampilan di sekolah dasar pun seakan terabaikan. Proses
pembelajarannya pun tampak biasa- biasa saja. Padahal pendidikan sangat berkaitan
erat dengan proses pembelajaran atau kegiatan belajar. Keberadaan guru menjadi
salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Tugas guru adalah
membelajarkan peserta didik. Pola kegiatan pembelajaran yang seharusnya bervariasi
agar memotivasi peserta didik dalam dalam belajar, namun pada kenyataanya pun
tidak jauh berbeda setiap harinya. Seperti guru terlalu fokus menulis, sehingga bisa
memberikan peluang bagi anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak
diperlukan, pemberlajaran berlangsung satu arah, tidak ada kegiatan yang
membangkitkan gairah peserta didik dalam belajar. to the point yang membosankan,
peserta didik lebih memilih berbincang dengan teman dari pada belajar, pengalaman
belajar tidak beragam, tidak menekankan pada kegiatan menemukan, tidak
memberdayakan seluruh indera dan potensi peserta didik, tidak ada kegiatan yang
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, tidak ada model pembelajaran, tidak
ada media pembelajaran, belum mengembangkan kerja sama anak, dan lain-lain.
Tentu hal ini akan sangat membosankan, apalagi untuk anak usia sekolah dasar. Anak
usia sekolah dasar cenderung cepat merasa bosan, tingkat perhatiaanya pun paling
lama hanya 30 menit. Jika hal ini masih terus terjadi, tentu akan menyebabkan
kurangnya kemampuan anak dalam berpikir tingkat tinggi. Anak usia sekolah dasar
cenderung senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, senang
merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatu secara langsung,
Karena anak sekolah dasar cenderung cepat mengalami kebosanan selama
proses pembelajaran, tentu guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang lebih
menarik, efektif, kreatif, dan menyenangkan, serta masih berlandasarkan
keterampilan mengajar abad 21. Apalagi sekarang ini kita sudah berada di era
revolusi industri 4.0, tentu ini menjadi tantangan bagi guru untuk dapat mengimbangi
perkembangan zaman, dengan menghasilkan generasi muda yang berkualitas.

Pembelajaran di era revolusi 4.0, sumber belajar tidak hanya berasal dari guru,
guru bukan satu-satunya sumber informasi, tapi informasi dapat di dapat diberbagai
sumber, seperti alat elektronik. kendala pembelajaran di era revolusi indutri 4.0
biasanya seperti memerlukan media yang banyak, serta membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Tetapi dengan adanya semua itu peserta didik nantinya akan mampu
berpikir tingkat tinggi akan mampu bersaing di era yang seperti itu, di era industry
4.0. Pendidikan berupaya untuk mewadahi potensi peserta didik dan membekali
peserta didik untuk menyiapkan kehidupan di masa yang akan datang Dengan adanya
generasi yang mampu berpikir tingkat tinggi serta mampu bersaing tentu akan
menjadi generasi yang kreatif, cerdas, memiliki kepekaan terhadap permasalahan
yang terjadi di lingkungan masyarakat saat ini, sehingga nantinya mereka akan dan
siap dan mampu bersaing serta menciptakan suatu inovasi yang luar biasa untuk
menyongsong kebutuhan kita dimasa yang akan datang.

Dengan kunci kreativitas seorang guru yang memiliki keinginan besar untuk
maju tentu dapat membawa kelas menjadi sumber untuk menghasilkan generasi muda
yang berkualitas. Tak lupa kita juga mengenal yang namanya HOTS (High Other
Thingking Skills) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi, itu pula sangat
dibutuhkan oleh generasi muda di era revolusi industri 4.0. jadi kita sebagai guru
yang akan berhadapan langsung dengan peserta didik harus memiliki kemampuan
untuk menciptakan proses pembelajaran keterampilan seperti ini. Untuk itu yang
dibutuhkan untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 adalah sebagai berikut:
a. Creativity (berpikir kreatif)
Creativity (berpikir kreatif) adalah kemampuan berpikir yang dimiliki
individu dan dapat mengarahkan individu tersebut pada pemikiran yang penuh
dengan kreativitas, sehingga dirinya mampu menciptakan sesuatu yang baru dan
karya unik yang berbeda dari karya-karya sebelumnya.
b. Critical thinking (berpikir kritis)
Critical thinking (berpikir kritis) adalah kemampuan untuk berpikir jernih dan
rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang ingin diyakini sebagai
kebenaran
c. Communication (berkomunikasi)
Communication (berkomunikasi) adalah kemampuan atau kepandaian dalam
berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi dibutuhkan untuk mampu membina
hubungan yang sehat dimana saja, seperti di lingkungan sosial, sekolah,
pekerjaan, usaha dan lain-lain.
d. Collaboration (bekerja sama)
Collaboration (bekerja sama) adalah kemampuan yang dimiliki suatu
kelompok atau tim kerja dalam bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan,
visi dan misi yang sama. Manfaat kerja sama tim nantinya akan dirasakan
bersama-sama oleh seluruh anggota tim yang terlibat

Keterampilan inilah yang harus kita terapkan dalam proses pembelajaran dan
juga kita integrasikan ke dalam model pembelajaran. Meningkatnya kualitas belajar
tentu akan sangat berdampak positif bagi peserta didik, salah satu pemicunya adalah
kualitas guru yang meningkat dalam pengelolaan pembelajaran di kelas. Pengelolaan
pembelajaran dimaksud antara lain dalam pengelolaan pembelajaran yang
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Untuk itu sudah saatnya guru untuk merubah pola dalam proses pembelajaran
yang sebelumnya pembelajaran yang bersifat konvensional dihapuskan menjadi
pembelajaran yang lebih bervariasi. Pembelajaran dapat kita lakukan dimana saja dan
kapan saja. Pembelajaran harus bersifat fleksibel, pembelajaran menempatkan guru
sebagai mentor yang akan membimbing peserta didik, bukan malah hanya sebagai
pentransfer materi saja. Guru harus selayaknya menjadi fasilitator bukan malah
menjadi satu-satunya sumber belajar. Pembelajaran berbasis praktek harus di sering
terjadi dalam pembelajaran dan harus sesuai aplikasi. Belajar sekarang ini pun harus
membahas mengapa sesuatu terjadi dan bagaimana sesuatu itu terjadi. Itulah yang
seharusnya kita bahas sebagai seorang guru. Guru juga harus mampu membangkitkan
kreativitas peserta didik dan harus mampun terus menjaga antusias peserta didik dan
motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, serta didukung pula oleh fasilitas
yang lengkap. Tentu akan menghasilkan generasi muda yang memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang mampu bersaing dimasa yang akan datang.

Pada tahun 1999 (L. Dee Fink) telah dicetuskan bagaimana pembelajar aktif.
Pembelajaran aktif adalah proses dimana peserta didik belajar dengan mengalami,
melakukan dan mengamati, serta peserta didik harus berkomunikasi dengan orang
lain maupun dirinya sendiri.

 Melakukan
Bagaimana peserta didik melakukan sesuatu secara langsun peserta didik
terlibat langsung untuk menghasilkan sesuatu Kemudia peserta didik bermain
peran, mensimulasikan apa yang ada dimateri pelajaran.
 Mengamati
- Secara langsung
Bagaimana peserta didik mengamati secara langsung sesuatu, peserta didik
dapat belajar mengamati objek-objek yang jadi garapannya. Objek yang menjadi
bahan atau materi saat itu. Pembelajaran ini biasa kita kenal dengan
pembelajaran kontekstual.
- Secara tidak langsung
Bagaiman peserta didik mengamati tiruan benda atau film tentang suatu
kejadian, maupun media pembelajaran. Dan guru sebagai fasilitator harus
menyediakan media-media pembelajaran yang kontekstual yang sesuai dengan
apa yang dibahas di dalam materi tersebut.

Dengan melalui pengalaman peserta didik dapat belajar melalui proses


perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Jadi
proses belajar melalu pengalaman secara langsung akan sangat berkontribusi terhadap
proses belajar anak.

Anda mungkin juga menyukai