46 Rahmawati 1710125320175 7e PGSD
46 Rahmawati 1710125320175 7e PGSD
NIM : 1710125320175
KELAS : 7E PGSD
Dimension Of Learning
(Chapter 4 Dimension 4: Use Knowledge Meaningfully
Untuk dapat melatih kemampuan penalaran peserta didik, guru dapat dapat
membantu peserta didik dengan kegiatan berikut ini:
a. Pengambilan keputusan
Dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu.
Sehingga kemampuan dapat diartikan sebagai suatu kesanggupan dalam
melakukan sesuatu. Ivancevich, kemampuan adalah bakat seseorang untuk
melakukan tugas mental atau fisik.3 Sedangkan Robbins mengemukakan bahwa
kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas
dalam suatu pekerjaan. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan individu dalam mengerjakan tugas yang berupa mental atau fisik.
Pengambilan keputusan terdiri dari dua kata, yaitu “pengambilan” dan
“keputusan”. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengambilan adalah cara,
perbuatan mengambil, pemungutan dan sebagainya. Sedangkan keputusan adalah
perihal yang berkaitan dengan putusan, segala putusan yang telah ditetapkan
(sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagainya). Sehingga pengambilan
keputusan menurut kamus bahasa adalah perbuatan mengambil segala putusan
yang sebelumnya telah dipertimbangkan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses
mental atau kognitif dalam melakukan kegiatan mengambil suatu pilihan
alternatif yang paling tepat dari beberapa alternatif yang tersedia menurut
perhitungan dan kriteria-kriteria tertentu serta menghasilkan dan menerapkan
kriteria untuk memilih di antara alternatif yang tampaknya sama.
Dalam mengetahui kemampuan pengambilan keputusan, digunakan struktur
kognitif pengambilan keputusan menurut Wang dan Ruhe dalam Prakosa,
sebagai berikut
a. Memahami masalah pada soal yang diberikan
b. Mengidentifikasi tujuan pengambilan keputusan dari soal yang diberikan dan
hal-hal yang berhubungan dengan soal tersebut
c. Menemukan alternatif jawaban dengan benar
d. Menghitung dan mengerjakan soal yang diberikan dengan benar
e. Mengevaluasi alternatif jawaban yang akan dikerjakan
f. Mampu mengambil keputusan
g. Mengevaluasi hasil keputusan
h. Mampu mempresentasikan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan
hal-hal yang diketahui dalam soal, dalam kaitannya dengan keputusan yang
telah diambil dengan benar
i. Mampu mengingat hubungan antara masalah yang dihadapi dengan hal-hal
yang diketahui dalam soal, dalam kaitannya dengan keputusan yang diambil
dengan benar
Jika peserta didik dalam melakukan kegiatan pengambilan keputusan
memenuhi seluruh indikator yang telah disebutkan di atas, maka peserta didik
tersebut memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang sangat baik
b. Penyelesaian masalah
Ketika peserta didik telah mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki ke
dalam suatu kondisi yang baru, maka siswa sudah dapat dinyatakan mampu
menyelesaikan masalah. Landasan berpikir dibutuhkan dalam pemecahan
masalah untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai
dengan kesempatan yang didapatkan peserta didik saat pembelajaran yaitu dapat
membangun ilmu pengetahuan dalam proses kognitif. Siswa memerlukan
motivasi agar berusaha memecahkan permasalahan, mendapatkan segala sesuatu
untuk dirinya, dan bekerja keras untuk mewujudkan idenya agar memahami
secara mendalam dan mampu menerapkan pengetahuannya (Permendikbud 81 A
2013). Mengatasi kendala atau membatasi kondisi yang menghalangi pencapaian
tujuan.
c. Penemuan
Guru hanya membimbing dan memberikan instruksi kepada peserta didik.
Peserta didik dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu
sendiri, sehingga apa yang mereka alami lebih bermakna. Pada proses ini peserta
didik mengembangkan produk atau proses unik yang memenuhi kebutuhan yang
dirasakan. Dengan begitu peserta didik dapat:
1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam
memutuskan sesuatu secara tepat dan obyektif.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir agar lebih tanggap, cermat dan
melatih daya nalar ( kritis, analis dan logis ),
3. Membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu
4. Menggunakan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam belajar
d. Pertanyaan eksperimental
Menghasilkan dan menguji penjelasan fenomena yang diamati. Peserta didik
harus diberikan langkah-langkah yang terlibat dalam proses tersebut. Langkah-
langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Amati sesuatu yang menarik minat Anda, dan jelaskan apa yang telah terjadi.
2. jelaskan apa yang telah Anda amati. Teori atau aturan apa yang dapat
menjelaskan apa yang Anda amati?
3. Berdasarkan penjelasan Anda, buat prediksi
4. Siapkan eksperimen atau aktivitas untuk menguji prediksi Anda. Jelaskan
hasil
5. rcobaan Anda berdasarkan penjelasan Anda. Jika perlu, perbaiki penjelasan
atau prediksi Anda atau lakukan eksperimen lain
Untuk mengilustrasikan proses kepada peserta didik, peragakan setiap langkah
secara konkret. Guru dapat terlebih dahulu menggunakan presentasi berpikir
dengan lantang (melibatkan peserta didik sewaktu guru menjelaskan setiap
langkah-langkah ) dari fenomena fisik yang dapat dengan mudah dipahami
peserta didik.
Setelah peserta didik menjadi terbiasa dengan proses inkuiri eksperimental,
berikan banyak kesempatan bagi mereka untuk berlatih dan berbicara melalui
langkah-langkah sebagai kelas, dalam kelompok kecil, atau berpasangan
menggunakan situasi yang menyenangkan atau peristiwa terkini yang menarik.
Karena setiap langkah membutuhkan pemahaman konsep, seperti prediksi dan
penjelasan, dan peningkatan kemampuan untuk melakukan langkah-langkah
tersebut. Pengalaman awal peserta didik seharusnya tidak secara bersamaan
mengharuskan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan konten yang
kompleks.
e. Penyelidikan:
Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang terdapat kebingungan atau
kontradiksi. Secara lebih sederhana, ini adalah proses menyarankan dan
mempertahankan cara untuk menjernihkan kebingungan tentang ide atau
peristiwa, Pembelajaran berbasis penyelidikan lebih mengutamakan pada
pengarahan yang dapat mengajak peserta didik untuk berpikir aktif dan membuat
kesimpulan berdasarkan data penyelidikan (Ningrum, 2017). Guru membimbing
peserta didik dalam mengajukan pertanyaan penyelidikan, sedangkan peserta
didik bertugas untuk merencanakan langkah-langkah penyelidikan yang
dilanjutkan dengan peserta didik melaksanakan penyelidikan untuk menguji
masalah dan menghasilkan suatu penjelasan. Peserta didik mampu menggunakan
informasi dari sebelumnya, ataupun sekarang untuk membuat prediksi,
mendasarkan prediksi pada pola yang ada, dan membedakan prediksi dari
tebakan/ramalan.
f. Analisis sistem
Menganalisis bagian-bagian sistem dan cara mereka berinteraksi, Dinyatakan
lebih sederhana, itu adalah proses menggambarkan bagaimana bagian-bagian dari
suatu sistem bekerja bersama. Salah satu jenis pemikiran terkuat yang dapat kita
gunakan adalah analisis sistem. Kemampuan analisis peserta didik dalam hasil
belajar berkenaan dengan kemampuan untuk membagi materi ke dalam bagian-
bagian yang lebih kecil (komponen), sehingga struktur organisasinya dapat
dipahami kemudian menghimpun bagian-bagian itu ke dalam suatu sistem
sehingga membentuk suatu pola atau struktur baru berdasarkan berbagai
informasi atau fakta. Jenjang ini meliputi identifikasi bagian-bagian menjadi
suatu komponen diketahui, ditanya dan dijawab. Kemudian dapat dianalisis
sintesis keterkaitan diatara bagian-bagian yang telah dijabarkan ke dalam sebuah
rumus standar, serta mengenal prinsip-prinsip peng-organisasian yang termuat.
Di dalam tahap analisa sistem terdapat beberapa langkah-langkah dasar yang
harus dilakukan oleh analis sistem, sebagai berikut yakni:
1. Identify, merupakan mengidentifikasikan masalah
2. Understand, merupakan memahami kerja dari sistem yang ada
3. Analyze, merupakan menganalisis sistem
4. Report, merupakan membuat laporan hasil analisi
Tingkat berpikir analisis merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi
dengan istilah-istilah serupa yang sering digunakan seperti berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Keterampilan prosedural peserta didik
menggambarkan keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan persoalan
dengan mengikuti langkah-langkah sesuai dengan metode pembelajaran yang
digunakan. Hasil belajar di sini menggambarkan tingkat intelektual yang lebih
tinggi dari pemahaman dan aplikasi karena memerlukan pemahaman isi dan
bentuk struktural dari materi (Bloom dalam Pratama, 2011).
Meskipun pun nyatanya banyak variasi sistem yang berbeda-beda, semuanya
terlhat memiliki beberapa ciri khas yang sama. Seperti, semua sistem mempunyai
bagian yang mungkin terdiri dari individu maupun kelompok. Seperti sekolah
jika dipandang sebagai suatu sistem mempunyai bagian-bagian. Tentunya
bagian-bagian tersebut terdiri dari kelompok maupun juga individu. Sebagai
ilustrasi, salah satu bagian dari sekolah adalah para guru yang diambil secara
berkelompok. Orang tua sebagai suatu kelompok dapat kita anggap sebagai
bagian lain dari sekolah, seperti halnya juga peserta didik. Beberapa bagian
sekolah terdiri dari beberapa individu. Sebagai contoh, salah satu bagian dari
sekolah seperti sekretaris sekolah. Kepala sekolah dapat kita anggap sebagai
bagian lain yang terdiri dari seorang individu. Setiap bagian menerima sesuatu
dari dan / atau memberikan sesuatu kepada bagian lainnya. Biasanya sesuatu
yang diberikan maupun diterima melibatkan informasi. Sebagai contoh, kepala
sekolah memberikan informasi kepada sekretaris sekolah dan menerima
informasi dari sekretaris sekolah. Orang tua pun menerima informasi dari
sekretaris sekolah, peserta didik, dan guru; peserta didik menerima informasi dari
guru dan memberikan informasi kepada guru, dan seterusnya. Semua sistem
saling terpengaruh jika salah satu bagian yang berfungsi terpengaruh pula.
Misalnya, jika guru berhenti memberikan informasi kepada kepala sekolah,
semua orang dalam sistem akan terpengaruh. Singkatnya, meskipun ada banyak
variasi maupun jenis sistem yang ada di sekitar kita, semua sistem terlihat
memiliki karakteristik yang hamper sama dan berperilaku hamper sama pula.
Peserta didik menerima informasi dari guru dan memberikan informasi kepada
guru, dan seterusnya.
Revolusi Pembelajaran
Menyongsong Generasi Abad 21
Pembelajaran di era revolusi 4.0, sumber belajar tidak hanya berasal dari guru,
guru bukan satu-satunya sumber informasi, tapi informasi dapat di dapat diberbagai
sumber, seperti alat elektronik. kendala pembelajaran di era revolusi indutri 4.0
biasanya seperti memerlukan media yang banyak, serta membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Tetapi dengan adanya semua itu peserta didik nantinya akan mampu
berpikir tingkat tinggi akan mampu bersaing di era yang seperti itu, di era industry
4.0. Pendidikan berupaya untuk mewadahi potensi peserta didik dan membekali
peserta didik untuk menyiapkan kehidupan di masa yang akan datang Dengan adanya
generasi yang mampu berpikir tingkat tinggi serta mampu bersaing tentu akan
menjadi generasi yang kreatif, cerdas, memiliki kepekaan terhadap permasalahan
yang terjadi di lingkungan masyarakat saat ini, sehingga nantinya mereka akan dan
siap dan mampu bersaing serta menciptakan suatu inovasi yang luar biasa untuk
menyongsong kebutuhan kita dimasa yang akan datang.
Dengan kunci kreativitas seorang guru yang memiliki keinginan besar untuk
maju tentu dapat membawa kelas menjadi sumber untuk menghasilkan generasi muda
yang berkualitas. Tak lupa kita juga mengenal yang namanya HOTS (High Other
Thingking Skills) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi, itu pula sangat
dibutuhkan oleh generasi muda di era revolusi industri 4.0. jadi kita sebagai guru
yang akan berhadapan langsung dengan peserta didik harus memiliki kemampuan
untuk menciptakan proses pembelajaran keterampilan seperti ini. Untuk itu yang
dibutuhkan untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 adalah sebagai berikut:
a. Creativity (berpikir kreatif)
Creativity (berpikir kreatif) adalah kemampuan berpikir yang dimiliki
individu dan dapat mengarahkan individu tersebut pada pemikiran yang penuh
dengan kreativitas, sehingga dirinya mampu menciptakan sesuatu yang baru dan
karya unik yang berbeda dari karya-karya sebelumnya.
b. Critical thinking (berpikir kritis)
Critical thinking (berpikir kritis) adalah kemampuan untuk berpikir jernih dan
rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang ingin diyakini sebagai
kebenaran
c. Communication (berkomunikasi)
Communication (berkomunikasi) adalah kemampuan atau kepandaian dalam
berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi dibutuhkan untuk mampu membina
hubungan yang sehat dimana saja, seperti di lingkungan sosial, sekolah,
pekerjaan, usaha dan lain-lain.
d. Collaboration (bekerja sama)
Collaboration (bekerja sama) adalah kemampuan yang dimiliki suatu
kelompok atau tim kerja dalam bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan,
visi dan misi yang sama. Manfaat kerja sama tim nantinya akan dirasakan
bersama-sama oleh seluruh anggota tim yang terlibat
Keterampilan inilah yang harus kita terapkan dalam proses pembelajaran dan
juga kita integrasikan ke dalam model pembelajaran. Meningkatnya kualitas belajar
tentu akan sangat berdampak positif bagi peserta didik, salah satu pemicunya adalah
kualitas guru yang meningkat dalam pengelolaan pembelajaran di kelas. Pengelolaan
pembelajaran dimaksud antara lain dalam pengelolaan pembelajaran yang
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Untuk itu sudah saatnya guru untuk merubah pola dalam proses pembelajaran
yang sebelumnya pembelajaran yang bersifat konvensional dihapuskan menjadi
pembelajaran yang lebih bervariasi. Pembelajaran dapat kita lakukan dimana saja dan
kapan saja. Pembelajaran harus bersifat fleksibel, pembelajaran menempatkan guru
sebagai mentor yang akan membimbing peserta didik, bukan malah hanya sebagai
pentransfer materi saja. Guru harus selayaknya menjadi fasilitator bukan malah
menjadi satu-satunya sumber belajar. Pembelajaran berbasis praktek harus di sering
terjadi dalam pembelajaran dan harus sesuai aplikasi. Belajar sekarang ini pun harus
membahas mengapa sesuatu terjadi dan bagaimana sesuatu itu terjadi. Itulah yang
seharusnya kita bahas sebagai seorang guru. Guru juga harus mampu membangkitkan
kreativitas peserta didik dan harus mampun terus menjaga antusias peserta didik dan
motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, serta didukung pula oleh fasilitas
yang lengkap. Tentu akan menghasilkan generasi muda yang memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang mampu bersaing dimasa yang akan datang.
Pada tahun 1999 (L. Dee Fink) telah dicetuskan bagaimana pembelajar aktif.
Pembelajaran aktif adalah proses dimana peserta didik belajar dengan mengalami,
melakukan dan mengamati, serta peserta didik harus berkomunikasi dengan orang
lain maupun dirinya sendiri.
Melakukan
Bagaimana peserta didik melakukan sesuatu secara langsun peserta didik
terlibat langsung untuk menghasilkan sesuatu Kemudia peserta didik bermain
peran, mensimulasikan apa yang ada dimateri pelajaran.
Mengamati
- Secara langsung
Bagaimana peserta didik mengamati secara langsung sesuatu, peserta didik
dapat belajar mengamati objek-objek yang jadi garapannya. Objek yang menjadi
bahan atau materi saat itu. Pembelajaran ini biasa kita kenal dengan
pembelajaran kontekstual.
- Secara tidak langsung
Bagaiman peserta didik mengamati tiruan benda atau film tentang suatu
kejadian, maupun media pembelajaran. Dan guru sebagai fasilitator harus
menyediakan media-media pembelajaran yang kontekstual yang sesuai dengan
apa yang dibahas di dalam materi tersebut.