Anda di halaman 1dari 11

BAHAN KOMPOSIT DAN TAHAP PENUMPATAN KLAS II SANDWICH

Disusun guna memenuhi tugas sebagai mahasiswa profesi Klinik Konservasi Gigi Putaran 1
semester ganjil tahun akademik 2020/2021

Oleh :

Shinta Permata Sari


(141611101012)

Dosen pembimbing:

drg. Raditya Nugroho, Sp.KG

BAGIAN KONSERVASI GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER

2020
Definisi Resin Komposit
Resin komposit menurut ilmu kedokteran gigi secara umum adalah penambahan
polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin.Resin komposit digunakan
untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya
diharapkan dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit memiliki tiga komponen atau
bahan utama yaitu resin matriks sebagai komponen organik, partikel bahan pengisi atau
fillersebagai bahan anorgnik, dan bahancouplingagentyang menyatukan kedua bahan organic
dan anorganik( Noort, 2013).Resin komposit dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih bahan
yang berbeda dengan sifat-sifat yang unggul. Perkembangan bahan restorasi resin kedokteran
gigi resin komposit dimulai dari akhir tahun 1950 dan awal 1960, ketika bowen memulai
percobaan untuk memperkuat resin epoksi , seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan
berubah warna, mendorong bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat.
Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul bis-GMA. Molekul tersebut
memenuhi persyaratan matriks resin suatu komposit gigi. Dengan penemuan ini resin
komposit dengan cepatdan pesatmenggatikan semen silikat dan resin akrilik untuk restorasi
anteriordi dunia kedokteran gigi ( Anusavice, 2013).

Klasifikasi Resin komposit


Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau
kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul. Resin komposit
dapat pula didefinisikan sebagai material yang tersusun dari matriks organik dan partikel
bahan pengisi anorganik yang dihubungkan oleh coupling agent. Selain mengandung tiga
komponen utama tersebut, resin komposit juga mengandung pigmen warna agar resin
komposit dapat menyerupai warna struktur gigi dan inisiator serta aktivator untuk
mengaktifkan mekanisme pengerasan( Wataha, 2017).
Berdasarkan bahan pengisi utamanya resin komposit diklasifikasikan menjadi 3 jenis
yaitu resin komposit konvensional (makrofil), resin komposit berbahan pengisi kecil
(mikrofil), resin komposit hibrid, dan resin komposit nanofil (Cabe and Walls, 2012).
1) Resin Komposit Konvensional (Makrofil)
Mempunyai ukuran bahan partikel pengisi yang relatif besar yaitu rata-rata 8-12um
dan banyaknya pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65%volume. Resin komposit
konvensional ini terbuat dari quartzyang digiling Ukuran bahan pengisi resin
komposit yang relative besar ini menjadikan permukaan resin komposit jenis
konvensional atau makrofil kasar dan tahan terhadap abrasi, sehingga sering
digunakan sebagai bahan restorasi pada bagian posterior. Permukaan yang kasar pada
resin komposit konvensional ini juga menjadi kekuranganya yaitu mudah menyerap
cairan sehingga rentan terjadi diskolorasi (Anusavice, 2013, Manaphallil, 2007).
2) Resin Komposit Berbahan pengisi Kecil (Mikrofil)
Resin komposit konvensional dianggap memiliki struktur yang terlalu besar dan kasar
sehingga resin komposit mikrofil dikembangkan untuk mengatsi masalah tersebut
dengam bahan utama yaitu menggunakan silika kolonial.Resin komposit mikrofil
memiliki ukuran partikel kurang lebih 0,04-0,4 μm, ukuran partikelnya yang kecil
menjadikan bahan restorasi ini kekuatan terhadap fraktur yang rendah tetapi memiliki
permukaan yang halus sehingga etetiknya cukup baik (Anusavice, 2013).
3) Resin Komposit Hybrid
Resin komposit hybrid merupakan resin komposit kombinasi antara resin komposit
konvensional (makrofil) dan resin komposit berbahan partikel kecil (mikrofil) yang
mempunyai ukuran partikel filler rata-rata sebesar 0,6-1,0 um. Kelebihan resin
komposit jenis ini adalah memiliki tingkat kekuatan yang tinggi dan memiliki
permukaan yang halus sehingga resin komposit jenis hybrid sering digunakan untuk
bahan restorasi gigi anterior maupun posterior. Resin komposit hybridjuga memliki
kekurangan seperti resin konvensional yaitu mudah mengalami diskolorasi atau
perubahan warna.Ada dua jenis resin komposit hybrid yaitu :
a) Resin Komposit Mikrohibrid
Resin komposit mikrohibrid merupakan gabungan antara resin komposit
makrofildan mikrofil. Komposit ini dikembangkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan bahan restorasi yang kuat namun tetap estetik, sehingga resin komposit
mikrohibrid lebih ungguldibandingkan dengan resin komposit mikrofil
(Anusavice, 2013; Wataha, 2017).
b) Resin Komposit Nanohibrid
Komposit nanohibrid merupakan gabungan antara komposit mikrofil dan
komposit nanofil. Komposit nanohibrid memiliki kekuatan yang baik serta
permukaan yang baik ketia dipoles(Anusavice, 2004; St, Paul. 2010).
4) Resin Komposit Nanofil
Komposit nanofil mempunyai ukuran partikel yang sangat kecil yaitu rata-rata sekitar
0,005-0,01um sehingga memiliki kekuatan dan permukaan yang sangat kuat dan
estetik. Partikel nano yang kecil menjadikan resin komposit nanofil dapat mengurangi
polymryzation shrinkagedan mengurangi adanya microfissurepada tepi email yang
berperan pada marginal leakage, dan perubahan warna (Cabe and Walls, 2012)

Komposisi Resin Komposit


Resin komposit memiliki tiga komponen utama yang terdiri dari bahan organik dan
anorganik kemudian disatukan oleh bahan interfasial atau coupling agent. Bahan organik
yang menyusun komposit adalah resin yang menghasilkan matriks, bahan anorganik yang
menyusun komposit adalah filler kemudian kedua unsur ini diikat atau disatkan oleh bahan
coupling agent dan bahan-bahan lain yaitu champoroquinone, diphenyliodoium
hexaflourophosphate,ethilaminobenzoine,butylated hydroxytoluene (Cabe and Walls, 2012).
1) Matriks resin
Matriks resin tersusun dari monomer aromaticatau aliphaticdiakrilat. Dimetakrilat
yang sering digunakan adalah Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis GMA), Uretan
dimetakrilat (UEDMA) dan tri eltilen glikol dimetakrilat(TEGMA) (Cabe and Walls, 2012).
Kegunaan matriks Glycidyl Methacrylate (Bis GMA) adalah untuk membentuk
polimer cross linkedyang kuat pada bahan komposit dan mengontrol konsistensi pada resin
komposit. Tri eltilenglikol dimetakrilat(TEGMA) adalah matriks yang megatur viskositas
dari komposit itu sendiri matriks ini merupakan matriks yang dianggap sebagai faktor internal
terjadinya diskolorasi resin komposit. Matriks resin mengandung monomer dengan viskositas
tinggi (kental) yaitu BISGMA yang disintesis melalui reaksi antara bisphenol Adan glycidyl
methacrylateoleh Bowen. Monomer dengan viskositas rendah juga terkandung didalamnya
yaitu TEGDMA dan UDMA. Matriks resin memiliki kandungan ikatan ganda karbon reaktif
yang dapat berpolimerisasi bila terdapat radikal bebas (Cabe & Walls, 2007).
2) Partikel bahan pengisi
Partikel bahan anorganik yang ditambahkan pada resin komposit adalah bahan pengisi
atau filler. Filler yang berikatan dengan matriks akanmeningkatkan sifat bahan mariks
tersebut. Filleryang ditambahkan pada komposit secara signifikan akan mengurangi
terjadinya pengerutan pada saat polimerisasi, mengurangi penyerapan cairan, ekspansi
koefisien panas, serta meningkatkan sifat mekanis diantaranya seperti, kekerasan, kekuatan,
kekakuan, danketahanan terhadap abrasi atau pemakaian (Annusavice, 2013). Partikel
filleryang digunakan pada resin komposit adalah silika organik. Faktor penting lain dari
filleryang perlu diperhatikan adalah banyaknya bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran
filleryang digunakan dan distribusinya, kekerasan, radiopak. Faktor-faktor tersebut akan
mempengaruhi sifat komposit dan aplikasi klinis ( Annusavice, 2013).
Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan
meningkatkan sifatnya, seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,
berkurangnya penyerapan air, meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan,
kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor –faktor penting lainnya yang menentukan sifat dan
aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan
distribusinya, dan kekerasan. Ukuran fillerterbagi dalam beberapa ukuran dari yang terbesar
hingga terkecil yaitu, makrofiler (konvensional) dengan ukuran filler 8-12um, mikrofiler
dengan ukuran filler0,04-0,4 μm, hybrid dengan rata-rata ukuran filler 0,6-1,0 um, dan yang
terkecil adalah nanofildengan ukuran filler0,005-0,01 um. Semakin besar ukuran bahan
pengisi maka kekuatanya akan semakin baik, akan tetapi permukaan yang dihasilkan lebih
kasar dan penyerapan terhadap cairan akan semakin banyak. Begitu juga sebaliknya (Cabe
and Walls, 2012).
3) Coupling agent ( Bahan pengikat )
Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin
matriks. Kegunaan bahan pengikat yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan sifat fisik
resin, bahan ini berfungsi untuk mengikat fillerke matriks dan juga sebagai bahan stress
absorberyang akan meneruskan tekanan dari matriks ke partikel pengisi. Bahan pengikat yang
paling sering digunakan adalah organosilanes (3-metoksi-profil-trimetoksi silane), Zirconates
dantitanates (Noort 2013).

Sifat Resin Komposit


Resin komposit dipilh sebagai bahan restorasi dalam dunia kedokteran gigi karena
keunggulanya diantaranya yaitu :
1) Biokompabilitas
Resin komposit memiliki sifat biokompabilitas yang baik dibandingkan dengan bahan
restorasi amalgam. Penggunaan resin komposit dalam jangka waktu yang lama tidak
akanmeghasilkan toksik maupun merkuri yang berbahaya bagi pasien, untukitulah komposit
dipilih sebagai bahan restorasi gigi yang aman.
2) Estetik
Bahan resin komposit ini memiliki kelebihan etetik yang sangat baik, dianggap
memiliki warna dan struktur yang menyerupai gigi bahan tumpat ini sering digunakan sebagi
bahan restorasi gigi anterior yang membutuhkan estetik begitu juga restorasi posterior.
3) Warna yang menyerupai dengan struktur gigi
Dalam perkembanganya telah diciptkan resin komposit yang berwarna opak sehingga
benar-benar menyerupai email gigi.
4) Mudah diaplikasin kedalam kavitas
Salah satu kelebihan resin komposit yang digemari oleh operator adalah
pengaplikasianya yang mudah serta efisien. Dengan bentuknya yang pasta memudahkan resin
komposit ketika diaplikasikan kedalam kavitas yang sudah dipreparasi serta mudah
dimanipulasi.
5) Kompresif strenght tinggi
Kekuatan bahan komposit dalam perkembangan sudah sangat baik shingga dapat
diaplikasikan atau dapat digunakan sebagain bahan restorasi gigi posterior (Mahajan et al.,
2015).Meskipun resin komposit memilikibanyak keunggulan seperti yang sudah
dijelaskan,bahan ini memiliki suatu kekurangan diantaranya:
1) Menyerap cairan
Meskipun resin komposit memiliki estetik yang baik dan sewarna dengan gigi bahan
ini meiliki kekurangan yaitu menyerap cairan sehingga mudah terjadi diskolorasi
setelah pemakaian dalam jangka waktu yang lama namun bisaterjadi lebih cepat
apabila pasien mengkonsumsi teh, kopi, nikotin, dll.
2) Isolasi harus selalu diperhatikan
Resin komposit sebagai bahan restorasi berikatan dengan gigi dengan cara
adhesivedari etsa asam sehingga sangat perlu diperhatiakan keadaan di sekitar
maupun di daerah kerja yang harus selalu dipastikan terbebas dari saliva. Daerah kerja
yang terkena saliva akan menyebabkan proses bonding yangkurang baik sehingga
hasil restorasi akan mudah terjadi kebocoran tepi,
3) Tidak melepas flour
Salah satu kekurangan komposit jika dibandingkan dengan glass ionomer cementyaitu
komposit tidak memiliki kemampuan melepas flour seperti yang dimiliki oleh glass
ionomer cement.
4) Terjadi mikroleakage
Pada bahan tambal resin komposit banyak ditemukan kasus kebocoran pada tepi
restorasi atau sering disebut microleakage. Kebocoran mikro yang terjadi pada resin
komposit dapat menyebabkantejadinya perubahan warna pada tepi restorasi,
masuknya bakteri kedalam kavitas sehingga memungkinkan terjadinya karies
sekunder (Abolghasemzade, Alaghehmand and Judi, 2015).
Diskolorasi Resin Komposit
Diskolorasi resin komposit adalah perubahan warna pada tumpatan resin komposit
yang berubah warna menjadi lebih kuning atau lebih gelap seiring bertambahnya waktu dan
diperparah akibat mengkonsumsi makanan dan minuman yang berwarna. Perubahan warna
yang terjadi pada tumpatan resin komposit dapat terjadi hanya pada satu gigi dan lebih dari
satu gigi baik seluruh permukaan maupun hanya satu permukaan saja, bahkan sampai pada
bagian terdalam.
Perubahan warna pada resin komposit setelah penumpatan dapat terjadi karena dua
faktor. Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor dari dalam bahan
tumpatan itu sendiri yang dapat mempengaruhi perubahan warna resin komposit adalah
komposisi resin matriks dan ukuran partikel filler. Matriks resin dapat mempengaruhi adanya
perubahan warna pada tumpatan karena komponen tri eltilen glikol dimetakrilat (TEGMA)
yang dimiliki oleh resin. Faktor ekstrinsik adalah faktor dari luar yang dapat menyebabkan
diskolorasi akibat adanya absorbsi zat warna dari minuman, makanan, tembakau, bahan
kumur dan pengaruh sinar ultraviolet (Anusavice, 2004; Cabe & Walls, 2012).
Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh kontak langsung yang terlalu sering
dengan berbagai minuman berwarna seperti kopi, teh, jus, arak, dan minyak wijen.Paparan air
dapat melunakkan matriks resin, sehingga terjadi hidrolisis yang berakibat terjadinya celah
mikro yang diikuti degradasi material. Celah mikro yang telah terbentuk mengakibatkan
peningkatan kekasaran permukaan resin komposit, yang selanjutnya dapat menimbulkan
perubahan warna pada resin komposit.

Tahapan perawatan Klas II Sandwich dengan teknik Open Sandwich

1. Operator melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan


pasien. begitupun juga dengan pasien. Berikut enam langkah cara
cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :
 Tuang cairan handrub/handwash pada telapak tangan kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
 Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

 Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

 Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

 Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian


 Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

2. Operator menggunakan handscoon lapisan pertama, surgical scrub gown all


cover dan apron, sepatu boots, masker N95, face shield/googles, headcap, dan
handscoon lapisan kedua secara berurutan.
3. Pasien diintruksikan untuk berkumur menggunakan oral rinse. Bahan oral rinse
yang direkomendasikan mengandung H2O2 1% dan povidon iodine.

4. Asepsis dan isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll di bukal fold dan saliva
ejector di lingual.

5. Membersihkan jaringan karies dan melakukan preparasi menggunakan bur


fissure silindris.
- Membuka akses menggunakan bur fisur silindris round end
- Membersihkan jaringan karies menggunakan eskavator
- Melebarkan kavitas menggunakan bur fisur flat end dan Bentuk boks
proksimal dengan bur fissure tappered
- Lebar isthmus 1/3 jarak cusp pulpo bukal dan ¼ mesio distal

- Dibuat short bevel pada cavosurface enamel pada bagian proksimal (bukal,
palatal, gingiva), dan slight bevel axio-pulpa line angle.
Melakukan preparasi harus memperhatikan prinsisp-prinsip preparasi, yaitu:

a. Extension for prevention yang berarti perluasan untuk pencegahan, bahwa


pit dan fissure yang dalam perlu diikutsertakan dalam preparasi untuk
mencegah terjadinya karies sekunder. Pada kasus kelas 2, dibuat boks
proksimal. Namun pada penggunaan komposit dan GI tidak selalu
menggunakan prinsip ini.
b. Resistance form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan tidak
terlalu banyak membuang jaringan gigi yang sehat sehingga sisa jaringan
gigi tersebut cukup kuat menahan beban daya kunyah dan restorasi
disanggah oleh jaringan dentin yang sehat. Pada kasus kelas 2, dibuat
isthmus pada permukaan oklusal dan juga kesejajaran dinding tegak pada
boks proksimal.
c. Retention form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan
mengingat bahan restorasi tidak mudah lepas, jadi perlu dilakukan
pembuatan retensi, misalnya berupa undercut atau pembuatan dinding aksial
yang tegak atau konvergen kearah oklusal/divergen kearah servikal. Pada
kasus kelas 2, retention form dapat berupa cavosurvace enamel margin pada
proksimal, slight bevel pada axio pulpo line angle, kehalusan dinding
kavitas serta bentukan dove tail pada permukaan oklusal.
d. Removal of caries yang berarti membuang seluruh jaringan karies yang
infeksius terutama jaringan dentin yang lunak
e. Finish of the enamel wall yang berarti menghaluskan seluruh bidang
preparasi.

f. Convenience form yang berarti bahwa preparasi dilakukan sedemikian rupa


sehingga memudahkan operator dalam menggunakan peralatan dan
menempatkan bahan tumpatan ke dalam kavitas gigi.
g. Toilet of the cavity yang berarti melakukan pembersihan sisa jaringan
nekrotik dan bekas preparasi serta sterilisasi kavitas dengan menggunakan
bahan sterilisasi kavitas yang ada.
6. Irigasi dengan aquadest steril dan keringkan

7. Aplikasi dentin conditioner (asam poliakrilat 10%) menggunakan microbrush


selama 20 detik, kemudian diirigasi dengan aquadest steril dan dikeringkan
dengan cotton pellet sehingga didapatkan kondisi kavitas yang lembab.
8. Aplikasi liner Ca(OH)2 pada dinding yang menghadap pulpa (dinding pulpa dan
dinding aksial) menggunakan liner applicator, ditunggu setengah setting dan
dikondensasi dengan stopper semen.
9. Menyesuaikan warna tumpatan komposit yang akan digunakan dengan warna
gigi sebelahnya menggunakan shade guide.
10. Memasang matriks band dan matriks retainer pada gigi yang akan ditumpat dan
setinggi oklusal (marginal ridge proksimal gigi yang akan ditumpat), serta
diberi wedge dibawah titik kontak pada gingival margin. Wedge dipasang di
daerah proksimal gigi. Wedge berfungsi sebagai fiksasi daerah servikal matriks
dan adaptasi servikal sehingga pada saat proses menumpat tidak over hanging.
11. Manipulasi glass ionomer dengan mengambil 1 sendok powder dibanding 1
tetes liquid (sesuai petunjuk pabrik). Pengadukan dilakukan diatas paper pad dan
spatula agate dengan gerakan memutar dan melipat selama 25-30 detik sampai
tampak mengkilap (putty light consistency). Kemudian aplikasikan glass
ionomer pada dinding pulpa, dinding gingiva dan dinding aksial menggunakan
plastis filling instrumen menyisakan kavitas 2 mm untuk tempat bahan
komposit, kemudian diratakan permukaannya, dikondensasi dengan stopper
semen dan ditunggu sampai setting. Jika sudah setting, maka permukaan dapat
dihaluskan menggunakan fissure silindris flat-end. Kemudian diirigasi dengan
aquadest steril dan dikeringkan.
Apabila menggunakan glass ionomer tipe 2 posterior, maka pemberian tumpatan
komposit dilakukan 24 jam setelah aplikasi GI.
Apabila menggunakan RMGI, maka pemberian tumpatan komposit dapat
dilakukan setelah curing RMGI selama 20 detik.
12. Aplikasi etsa (asam fosfat 37%) dengan teknik total etsa pada enamel yang
dibevel dan dentin (seluruh permukaan kavitas) selama 15-20 detik
menggunakan mikrobrush, kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton
pellet dan hembusan udara secara perlahan sampai jaringan gigi yang di etsa
tampak berwarna keputihan (microporosity).
13. Aplikasi bonding (matriks resin BIS GMA) pada kavitas menggunakan
microbrush, dikeringkan 10 detik, kemudian curing selama 20 detik.
14. Aplikasi tumpatan komposit hybrid (berdasarkan filler) tipe packable pada
kavitas dengan teknik inkremental, tiap lapisnya di curing selama 20 detik.
15. Melepaskan matriks band, matriks retainer dan wedge.

16. Cek oklusi dengan articulating paper, cek proksimal dengan sonde

17. Menghaluskan permukaan tumpatan menggunakan fine finishing bur.

18. Hasil tumpatan dipoles menggunakan silicon rubber.

19. Instruksi dan KIE


Pasien diberitahukan mengenai perawatan yang telah dilakukan,
memberitahukan pasien bahwa tambalan tersebut sewarna dengan gigi dan dapat
berubah warna seiring berjalannya waktu. Sehingga pasien diinstruksikan untuk
menjaga kebersihan rongga mulut meliputi cara menggosok gigi yang benar,
mengurangi konsumsi minuman yang dapat mengakibatkan perubahan warna
seperti teh, kopi, soda, dll. Apabila pasien merasakan ngilu pada gigi yang
ditambal tersebut, pasien diminta datang lagi untuk control.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abolghasemzade, F., Alaghehmand, H., &Judi, R. 2015. The Reasons for
Composite Restoration Replacement in Patients of the Restorative Department of
Babol Dental School, 6(6), 10–13. https://doi.org/10.17795/jjhr-25600
2. Anusavice, K. . 2013. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi (terj). (L. Juwono,
J. Arief Budiman, & S. Purwoko, Eds.) (Ed. 10). Jakarta: EGC.
3. Anusavice, K. J., 2004, Phillip’s Science of Dental Materials, 10thed., W. B.
Saunders Company, Philadelphia.
4. Cabe, J. F. M., & Walls, A. W. 2012. Bahan Kedokteran Gigi.Jakarta : EGC
5. Manappallil, J. J., 2003, Basic Dental Materials, 2nd ed., Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd., New Delhi.
6. Noort R.V. 2013. Introduction to dental materials. Fourth edition. Elsevier, 95-103
7. St. paul, M. 2010. Technical Product Profile filtek.3M ESPE
8. Wataha, Powers. Dental Material Foundation and Applications.Canada: Elsevier,
2017.

Anda mungkin juga menyukai