Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN ALAM

PRAKTIKUM III
TARU PRAMANA: SIMPLISIA KERING

Dosen Pembimbing :

- GA. Md. Ratih K.R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.


- Nur Habibah, S.Si., M.Sc
- I Wayan Karta, S.Pd., M,Si
- Jannah Sofy Yanty, S.Si., M.Si

Oleh :
Nama : Ni Kadek Septa Dwi Adnyani
Nim : P07134019123
Semester : III/C

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
Judul Praktikum : Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam Taru Pramana: Simplisia
Kering.

Hari/Tanggal : Jumat/ 28 Agustus 2020

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia kering dari bahan alam
B. Metode Praktikum
Dalam praktikum kali ini, metode yang saya lakukan dalam pembuatan Simplisia kering
adalah dengan melakukan pengeringan terhadap bahan yang akan saya coba dalam
praktikum.
C. Dasar Teori
Simplisia merupakan bahan obat yang berasal dari alam (natural product), baik
berasal dari tumbuhan, hewan, dan atau mineral yang dikumpulkan dan dikeringkan
tanpa mengalami proses selanjutnya. Simplisia dapat berbentuk padat, setengah padat,
atau cair. Pada umumnya, simplisia diolah lebih lanjut untuk mengambil bahan aktif
yang terkandung didalamnya dengan cara ekstraksi, destilasi, pencampuran, dll.
Pengolahan simplisia ini disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia bahan. Syarat baku
simplisia agar dapat diolah lebih lanjut adalah:
1. Kadar air simplisia tidak lebih dari 10%
2. Kadar abu tidak lebih dari 10%
3. Angka lempeng total tidak lebih dari 10
4. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10
5. Mikroba pathogen negative
6. Aflatoksin tidak lebih dari 30 ppm
Pembuatan simplisia kering dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sortasi basah, yaitu proses pemilihan bahan baku yang akan digunakan. Bahan baku
yang akan dibuat simplisia keringnya harus dipastikan merupakan spesies yang sama,
dengan bentuk, ukuran, warna dan umur yang seragam serta tumbuh di lingkunan
yang sama disatu daerah yang sama.
2. Pencucian, dilakukan agar bahan baku yang akan digunakan benar-benar bersih. Jika
memungkinkan proses pencucian bahan baku sebaiknya dilakukan dibawah air
mengalir agar kotoran yang menempel dapat benar-benar dihilangkan.
3. Penirisan, dilakukan agar sisa air dari proses pencucian dapat dihilangkan.
4. Pengirisan/perajangan, dilakukan untuk memperbesar luas permukaan bahan
sehingga proses pengeringan dapat berlangsung lebih cepat.
5. Penimbangan awal, dilakukan untuk mengetahui massa awal bahan dalam kondisi
bahan. Data massa ini akan diperlukan untuk menghitung kadar air simplisia kering
yang dihasilkan setelah proses pengeringan.
6. Pengeringan, dilakukan untuk menghilangkan air yang terkandung di dalam bahan.
pengeringan sebaiknya diakukan disuhu ruang, dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena sinar matahari secara langsung. Hal ini dilakukan ntuk menghindari
kerusakan senyawa kimia yang ada dalam bahan. Jika senyawa kimia yang
terkandung dalam bahan alam memiliki stabilitas yang cukup tinggi terhadap panas,
maka pengeringan dapat dilakukan menggunakan oven dengan suhu tidak lebih dari
50 °C.
7. Pengumpulan bahan kering dan penimbangan, penimbangan bahan yang telah
dikeringkan dilakukan untuk menghitung kadar air yang masih terkandung dalam
bahan. Kadar air yang diperbolehkan untuk simplisia kering tidak boleh melebihi
10%. Jika kadar air dalam bahan masih relatif tinggi, simplisia akan lebih cepat ruak
karena air yang terkandung dalam bahan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri serta jamur.
8. Sortasi kering, dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing atau bagian tanaman
yang tidah diperlukan, serta untuk memilih bahan kering yang akan dihaluskan.
Bahan kering yang akan digunakan harus benar-benar bersih dan bebas dari pengotor
yang masih tertinggal.
9. Menghaluskan bahan kering, dilakukan untuk memperkecil ukuran butiran bahan
kering, sehingga proses ekstraksi dapat lebih muda dilakukan.
10. Pengayakan, dilakukan untuk mendapatkan simplisia kering dengan ukuran butiran
yang seragam.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah toples plastic atau wadah blender,
blender, timbangan, Koran, nampan.

2. Bahan
Bahan yang saya perlukan dalam praktikum ini adalah sampel bahan alam berupa 40
gram daun katuk.
E. Prosedur Kerja
1. Kumpulkan daun yang akan digunakan untuk praktikum dan sortasi bahan alam yang
akan digunakan, pastikan jenis, ukuran dan warnanya seragam.

2. Cuci bersih daun katuk di air mengalir dan tiriskan daun yang telah dicuci.

3. Timbang daun yang akan dikeringkan.

4. Keringkan daun dengan cara diangin – anginkan pada suhu ruang, dan pada saat
mengeringkan gunakan koran atau kertas.
5. Sortasi kering daun, agar dapat dipisahkan dari pengotor seperti daun lainnya yang
dibawa oleh angin saat proses pengeringan.

6. Timbang daun yang telah kering.

7. Blender daun yang telah kering ( daun yang telah kering akan terlihat lebih crispy,
atau lebih renyah).
8. Setelah daun diblender dan sudah menjadi halus, kemas daun dan letakkan didalam
toples plastic atau didalam wadah blender.

F. Hasil Praktikum
Hasil simplisia daun katuk yang telah kering dan telah dihaluskan.

G. Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan dalam membuat simplisia kering menggunakan daun
katuk. Didapatkan daun katuk sudah sepenuhnya kering (sudah mencapai tahap crispy)
dalam proses pengeringan selama 1 minggu, berat simplisia kering daun katuk mecapai
30 gram dari bobot awal 40 gram. Daun katuk memiliki kadar air sebesar 81% sehingga
memerlukan proses pengeringan. Daun katuk dikeringkan dengan cara diangin anginkan
pada suhu ruang yang tidak terpapar oleh sinar matahari.
Proses pengeringan dapat mengurangi kadar air pada bahan sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, serta mengurangi aktifitas enzim yang
dapat merusak bahan. Uji kualitatif fitokimia analisis dari ekstrak daun katuk
menunjukkan adanya alkaloid, karbohidrat, protein, asam amino, tanin, dan senyawa
fenolik seperti steroid, glikosida, dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan.
Daun katuk bisa dijadikan salah satu tanaman obat yang sangat berguna dan dapat dibuat
inovasi yang lain seperti obat herbal.
Daun katuk atau Sauropus androgynus, spesies tumbuhan yang terdapat di asia
tenggara yang termasuk ke dalam genus sauropus dalam suku phylallanthaceae. Daun
katuk dapat tumbuh di dataran rendah seperti daerah pantai namun agak sedikit jauh, dan
dapat tumbuh ditanah subur, gembur, dengan kadar air yang cukup. Daun katuk dapat
bermanfaat untuk menyembuhkan kanker payudara, kanker rahim, dan kista, daun katuk
kaya dengan provitamin A yang berperan dalam kesehatan mata dan reproduksi. Daun
Katuk juga mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan alami, zat besi
pada daunnya bermafaat sebagai pencegah anemia. Daun katuk juga dapat digunakan
untuk ibu ibu menyusui karena bagus untuk memperlancar keluarnya ASI.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa simplisia
merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan
proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
dikeringkan. Tahap pembuatan simplisia antara lain pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, dan penghancuran atau
penggilingan. Praktikum ini merupakan pembuatan simplisia kering yang berasal dari
daun katuk. Pemeriksaan secara makroskopik didapatkan berat simplisia sebesar 30
gram dari bobot awal 40 gram, berwarna kehijauan dan tidak beraroma.

Anda mungkin juga menyukai