Anda di halaman 1dari 17

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Karet

Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya

Brasil. Karenanya, nama ilmiahnya Hevea brasiliensis. Sebelum dipopulerkan

sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli

di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa

jenis tanaman penghasil getah.

Di Argentina, masyarakat setempat memanfaatkan pohon guayale

(Parthenium argentatum), di Afrika orang-orang mengunakan Funtumia elastica,

dan bangsa india menyadap Ficus elastica. Ketiga jenis tanaman tersebut

menghasilkan sejenis lateks yang difungsikan sebagai karet. Meskipun demikian

setelah karet Hevea brasiliensis dikembangkan secara besar-besaran, ketiga jenis

tanaman penghasil getah tersebut tersingkir, sehingga akhirnya setiap

pembahasan tentang karet yang dimaksud adalah Hevea brasiliensis.

Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter

dengan diameter batang yang cukup besar. Umumnya, batang karet tumbuh lurus

keatas dengan percabangan di bagian atas. Dibatang inilah terkandung getah yang

lebih dikenal dengan nama lateks.

Batang merupakan bagian tumbuhan yang amat penting, batang

mempunyai tugas:

1. Mendukung bagian tanaman bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu

daun, bunga, dan buah.

5
2. Dengan percabangan memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-

bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi

kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling

menguntungkan.

3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat cadangan makanan.

4. Khususnya pada tanaman karet, batang tanaman merupakan sumber produksi

lateks. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan bercabang

cukup besar. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 15-25 meter. Batang

tanaman biasanya tumbuh lurus dan mempunyai percabangan yang tinggi di

atas. Batang tanaman mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

Pada tanaman karet titik tumbuh terdapat pada ujung-ujung batang

tanaman atau maristem apikal sehingga dengan demikian pertumbuhan batang

arah ke atas lebih pesat (Sigalingging, 2011).

Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan 3-10 cm

dengan kelenjar diujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak

daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini

berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti

kebanyakan tanaman tropis, daun-daun karet akan rontok pada puncak musim

kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman.

Karet termasuk tanaman sempurna karena memiliki bunga jantan dan

bunga betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai payung yang jarang.

Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan diujungnya terdapat lima taju yang

6
sempit. Bunga betina berambut vilt dengan ukuran sedikit lebih besar

dibandingkan dengan jantannya dan mengandung bakal buah yang beruang tiga.

Kepala putik yang merupakan organ kelamin betina dalam posisi duduk

berjumlah tiga buah. Organ kelamin jantan berbentuk tiang yang merupakan dari

gabungan 10 benang sari. Kepala sari terbagi menjadi dua ruangan, yang satu

letaknya lebih tinggi dari pada yang lainnya.

Buah karet yang diamater 3-5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet

dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap ruangan

berbentuk setengah bola. Jika sudah tua, buah karet akan pecah dengan

sendirinya menurut ruang-ruangnya dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi

individu baru jika jatuh ke tempat yang tepat.

Sebagai tanaman berbiji belah, akar pohon karet berupa akar tunggang

yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi ke atas. Dengan akar

seperti itu pohon karet bisa berdiri kokoh, meskipun tingginya bisa mencapai 25

meter (Setiawan, 2008).

Gambar 1 : Tanaman Karet (Hevea brasillensis)

7
Dalam dunia tumbuhan karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brazilliensis (Setiawan, 2008).

B. Syarat Tumbuh

1. Iklim

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk

tanaman karet adalah pada zona antara 15º LS dan 15º LU. Pertumbuhan tanaman

karet sangat ideal bila ditanam pada ketinggian 0 -200 m di atas permukaan laut.

Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman

karet. Bila ditanam di luar zona tersebut, pertumbuhannya agak lambat,

sehingga memulai produksinya pun lebih lambat.

2. Curah hujan

Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak

kurang dari 2.000 mm. optimal antara 2.500 -4.000 mm/tahun, yang terbagi

dalam 100 – 150 hari hujan. Pembagi hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata

setahunnya mempengaruhi produksi. Daerah yang sering mengalami hujan pada

pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim Indonesia yang cocok untuk

8
tanaman karet ialah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa

dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah.

3. Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang

kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada

tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin

kencang.

4. Tanah

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-

tanah vulkanis muda atau pun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut.

Tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik,

terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi, dan

draniasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya sudah kurang baik,

karena kandungan haranya relatif rendah. Tanah-tanah aluvial umumnya cukup

subur, tetapi sifat fisisnya terutama draniase akan menolong memperbaiki

keadaan tanah ini.

Reaksi tanah yang umum ditanami karet mempunyai pH antara 3.0 – 8.0.

Ph tanah dibawah 3.0 atau di atas 8.0 menyebabkan pertumbuhan tanaman yang

terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sbb:

a. Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan,

b. Aerasi dan draniase baik,

c. Remah, porus dan dapat menahan air,

d. Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir,

9
e. Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm,

f. Kandungan unsur hara N, P dan K cukup dan tidak kekurangan unsur mikro,

g. kemiringan tidak lebih dari 16%

h. permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm (Setyamidjaja, 1993).

C. Anatomi Kulit dan Pembuluh Lateks

Lateks yang diperoleh dengan cara penyadapan berasal dari pembuluh

lateks yang terdapat didalam kulit batang tanaman karet. Oleh karena itu,

anatomi kulit dalam hubungnannya dengan pembuluh lateks perlu diketahui

sebelum melakukan penyadapan. Susunan penampang melintang batang karet

bila diperhatikan dari luar kearah pusat batang terdiri dari :

Gambar 2 : Anatomi Batang Karet

Keterangan : X. Xylem, Floem, kk. Kulit keras, kl. Kulit lunak, L. pembuluh
lateks, C.Kambium, dan PV. Pembuluh vaskuler.
Pembuluh lateks terletak dikedalaman 0,5 – 1,5 mm dari lapisan kulit

paling luar, penyadapan yang terlalu dangkal hanya mengeluarkan sedikit lateks,

10
tetapi penyadapan yang terlalu dalam sampai melukai kambium akan merugikan

tanaman.

Sel-sel pembuluh lateks sebenarnya sudah ada sejak tanaman berbentuk

kecambah, berbentuk memanjang dan lebih sempit dibanding sel-sel yang ada

disekitarnya dan di daun dan buah. Kelompok lateks yang berdifusi memanjang

kearah vertikal batang disebut berkas pembuluh lateks, ukuran pembuluh lateks

tergantung pada jenis klon dan kecepatan pertumbuhan tanaman, umumnya

tanaman yang pertumbuhannya lambat mengandung jumlah pembuluh lateks lebih

banyak tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan klon yang pertumbuhannya

lebih cepat. Rata-rata ukuran pembuluh lateks adalah 25,6 mikron

(Setiawan.H.D, dkk, 2005).

Jumlah berkas pembuluh lateks bertambah secara linier seiring dengan

pertumbuhan tanaman hingga umur 15 tahun, setelah itu berkas pembuluh

tanaman tidak akkan tumbuh lagi, oleh sebab itu dapat dipahami puncak

produktivitas lateks terjadi pada saat umur tanaman 15 tahun.

Berkas pembuluh lateks membentuk sudut dari arah kiri bawah kearah

kanan atas sebesar 37º terhadap bidang vertikal batang dengan pola spiral.

Penyadapan dilakukan membentuk sudut 30-40º dari kiri atas ke kanan bawah

menghasilkan potongan atau pelukaan yang paling banyak.

11
Gambar 3 : Sudut Penyadapan Tanaman Karet

Secara anatomis 20-55 % berkas pembuluh lateks terletak 1 mm pertama

dari kambium. Sedangkan pada tanaman tua (umur 20 tahunan) letak berkas

pembuluh lateks semakin jauh dari kambium (Setiawan. H. D, dkk, 2005).

D. Komposisi Kimia Lateks

Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuning-kuningan

yang diperoleh dengan cara penyadapan (membuka pembuluh lateks) pada kulit

tanaman karet (Hevea brasiliensis) kandungan kimia lateks dalam tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi Lateks Hevea brasiliensis


NO. Fraksi Lateks Zat yang dikandung
1 Fraksi Karet (37%) - Karet (Isoprene)
- Protein
- Lipida
- Ion logam

2 Fraksi Frey Wyssling (1-3%) - Karotenoida


- Lipida
- Air
- Karbohidrat & Inositol
- Protein dan turunannya

3 Fraksi serum (48%) - Senyawa nitrogen


- Asam Nucleat & Nucleosida
- Senyawa organik
- Ion organik & Logam
- Lipida & Ion logam

12
4 Fraksi dasar (14%) - Air
- Protein & senyawa Nitrogen
- Karet & Karotenoida
- Lipida & Ion Logam

(Anonim, 1997)

Gambar 4 : Fraksi Karet Setelah Sentrifugasi 50000 g (gravitasi) Selama 60


Menit.

Lateks yang keluar dari penyadapan pohon karet sebenarnya merupakan

sitoplasma dari sel-sel pembuluh lateks yang mengandung antara lain pertikel

karet, lutoid, nukleus, mitokondria, ribosom dan partikel wyssling.

Dengan cara sentifugasi pada 50.000 g (gravitasi) selama 60 menit, lateks

akan terpisah menjadi tiga bagian utama yaitu lapisan atas berupa partikel karet

yang berwarna putih, lapisan tengah merupakan cairan bening yang dinamakan

serum C (sitosol), dan endapan kuning pada dasar tabung disebut sebagai ‘fraksi

bawah’ yang terdiri atas partikel lutoid (IPB).

E. Penyadapan Tanaman Karet

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan

karet (menderes, menoreh, tapping) adalah mata rantai pertama dalam proses

produksi karet. Penyadapan dilaksanakan dikebun produksi dengan menyaat atau

13
mengiris (dewasa ini juga menusuk) kulit batang dengan cara tertentu, dengan

maksud untuk memperoleh lateks atau getah. Kulit batang yang disadap adalah

modal utama untuk berproduksinya tanaman karet. Kesalahan dalam penyadapan

akan membawa akibat yang sangat merugikan baik bagi pohon itu sendiri maupun

bagi produksinya.

Pada tanaman muda, penyadapan umumnya telah dimulai pada umur 5 – 6

tahun, tergantung pada kesuburan pertumbuhannya. Penyadapan pada tanaman

muda, sebelum sadapan rutin berjalan, terlebih dahulu dilakukan bukaan sadapan

yang merupakan saat-saat pertama dimulainya penyadapan pada tanaman yang

telah memenuhi syarat untuk disadap (Setyamidjaja, 1993).

F. Stimulan Ethrel

Stimulan ethrel mengandung persenyawaan 2 - chloroethylphosphonic

acid atau etefon yang akan berurai secara spontan didalam air atau didalam

jaringan tanaman. Aplikasi stimulan ini pada kulit tanaman yang sudah dikerok

akan menyebabkan penetrasi dari persenyawaan 2 - chloroethylphosphonic acid

ke dalam jaringan tanaman yang kemudian bercampur dengan cairan sel. Di

dalam cairan sel, zat ini berurai yang antara lain menghasilkan ethylene.

Ethylene inilah yang menyebabkan induksi produksi.

Penelitian mengenai mekanisme induksi yang diakibatkan oleh ethylene

terhadap produksi menunjukkan bahwa induksi produksi terjadi karena adanya

modifikasi dari metabolisme yang bertanggung jawab untuk menstimulasi

produksi. Regenerasi lateks tergantung kepada metabolisme sel dan pengaliran

lateks ke luar pembuluh lateks tergantung kepada tersedianya energi biokimia di

14
dalam jaringan sel. Semua modifikasi metabolisme yang disebabkan ethylene

adalah bersifat sementara.

Puncak produksi mulai dari penyadapan kedua atau ketiga setelah

distimulasi dan kemudian menurun secara cepat. Peningkatan produksi terutama

disebabkan bertambah panjangnya waktu pengaliran lateks beberapa jam

dibandingkan dengan yang tidak distimulasi. Perpanjangan waktu pengaliran

lateks ini disebabkan oleh penundaan terbentuknya sumbat pembuluh lateks dan

perluasan areal aliran lateks (Lukman, 1995).

Dalam usaha perkebunan karet saat ini sudah lazim dikenal pengguanaan

stimulan lateks berupa etefon, atau dalam merek dagang disebut Ethrel® atau

Cepha®. Istilah etefon secara ilmiah adalah 2-chloroethylphosphonic acid

(CEPA) yang merupakan senyawa yang bersifat asam yang dikenal sebagai

generator etilen (H₂ C=CH₂ ).

Praktek stimulasi tanaman karet dengan ethrel sudah sangat meluas karena

pengaruhnya yang relatif sepontan terhadap produksi lateks. Sistem eksploitasi

tanaman karet yang benar dan bertanggung jawab berarti memperhatikan cara-

cara pemberian ethrel dengan tepat. Saat ini tampaknya mulai disepakati oleh

semua pihak bahwa penggunaan ethrel lebih diarahkan terhadap langkah efisiensi

eksploitasi, dari pada sebagai upaya untuk peningkatan produksi tanaman yang

sifatnya hanya sesaat dan terkadang malah berisiko. Dengan aplikasi etefon,

tanaman karet – khususnya bagi klon yang responsif – akan memberikan produksi

sama tetapi cukup dengan frekuensi sadap yang lebih sedikit. Misalnya produksi

15
yang diperoleh dari penyadapan 2 hari sekali (d/2), dapat disamai oleh

penyadapan 3 hari sekali (d/3) bila digunakan ethrel.

Dengan demikian, pengguanaan tenaga penyadap sekaligus konsumsi kulit

bidang sadap dapat dihemat, meskipun ada tambahan biaya ethrel. Dengan

adanya teknologi ethrel tersebut, maka terbuka alternatif pilihan bagi usaha

perkebunan karet agar lebih menguntungkan (Sumarmadji, 2002).

Pemberian stimulansia mengakibatkan tertundanya proses penyumbatan

pembuluh lateks, sehingga waktu menetes lateks lebih lama yang berarti jumlah

lateks diperoleh akan lebih banyak. Disamping itu, dengan pemakaian

stimulansia keuntungan yang diperoleh antara lain:

 Menghemat tenaga kerja

 Menghemat pemakaian kulit

 Meningkatkan pendapatan penyadap (sigalingging, 2011).

NORMAL STIMULASI

Gambar 5 : Pengaruh Stimulasi Ethrel Terhadap Daerah Aliran Lateks

Namun dengan menggunakan ethrel maka produksi akan naik sehingga

beban tanaman lebih berat oleh sebab itu penggunaan ethrel harus lebih hati-hati.

Pemakaian ethrel yang berlebihan dapat mengakibatkan penyimpangan proses

16
metabolisme, seperti penebalan kulit batang, nekrosis, terbentuknya retakan

kulit, dan timbulnya bagian yang tidak produktif pada irisan sadap (Paranjothy et

al 1979). Selain itu, pemakaian ethrel yang berlebihan juga dapat menghentikan

aliran lateks yang disebabkan oleh koagulasi partikel yang dikenal dengan kering

alur sadap (KAS) (IPB).

Tabel 2. Sifat Beberapa Klon Skala Besar (Dalam Nilai Skor)


Respon terhadap
No. Klon Produksi Stimulan Pelukaan KAS
1 BPM 1 4-5 2 4 3
2 BPM 2 5 2 3 3
3 GT 1 4-5 2-3 4 4
4 PR 261 5 4 3 4
5 PR 300 4-5 4 3 2
6 AVROS 2037 3-4 5 4 4
7 RRIM 600 4-5 5 2 4
8 RRIM 712 5 3 2 4
Keterangan : skor; 1 = buruk, 2 = kurang, 3 = sedang, 4 = baik, 5 = sangat baik

1. Syarat Penggunaan Stimulan

Untuk tanaman yang akan distimulan sebaiknya harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Tanaman tidak sedang terserang penyakit

b. Tanaman tidak mengalami kering alur sadap (KAS)

c. Stimulan lateks maksimum dilakukan selama 9 bulan

d. Stimulan lateks digunakan pada sistem sadap frekuensi rendah (d/3, d/4)

e. Stimulan lateks tidak boleh digunakan pada sistem sadap frekuensi tinggi

(d/1,d/2)

f. Pemberian bahan stimulan lateks hanya diberikan pada tanaman berumur di

atas atau pada kulit pulihan

17
g. Jangan menggunakan bahan stimulan lateks pada saat terjadi musim gugur

daun dan pembentukan daun baru atau pada pertengahan musin hujan.

h. Jangan menggunakan bahan stimulan lateks pada tanaman karet yang kerdil,

tanaman dengan pertumbuhan kurang baik atau pada pemulihan kulit yang

kurang baik (Tim Penulis Vademikum Karet, 2003).

Pemberian stimulan harus selalu dihubungkan dengan keadaan tanaman,

iklim dan pemupukan yang antara lain dapat diterangkan sebagai berikut:

a. Keadaan tanaman

Pada tanaman karet muda, pemberian stimulan hendaknya dilakukan

secara groove application, karena itu bila pemberian secara bark application maka

kulit yang relatif masih tipis akan bertambah tipis lagi dengan adanya scraping,

sehingga dapat menimbulkan pelukaan kayu pada waktu penyadapan. Pada waktu

penyadapan bidang sadap atas ke arah atas. Pemberian stimulan dilakukan secara

bark application. Pada waktu tanaman mengalami gugur daun, pemberian

stimulan dihentikan selama 2 bulan.

b. Iklim

Pemberian stimulan secara groove carrier air pada waktu musim hujan

harus hati-hati. Bila pada hari pelumasan keadaan udara telah mendung maka

pemberian stimulan lebih baik ditunda ke hari berikutnya. Stimulan carrier air

yang diberi secara groove application pada alur sadap membutuhkan waktu 8 jam

untuk meresap ke dalam kulit (tubuh tanaman). Jadi bila hujan turun sebelum 8

jam sesudah pelumasan, maka pelumasan stimulan harus diulang karena ethrel

yang telah dilumas tercuci oleh air hujan. (BPP Sungai Putih, 1985).

18
c. Cara Penstimulasian

Pemakaian stimulan ethrel dewasa ini untuk karet rakyat boleh dengan

kepekatan 2,5 – 5,0%. Untuk mendapatkan konsentrasi ini boleh dengan

pengenceran Ethrel 10% dengan minyak sawit atau dengan air sehingga

menghasilkan konsentrasi yang dikehendaki.

Pada sistim sadap iris, cara penstimulasian dapat dibagi sebagai berikut:

 Aplikasi pada kulit

Bagian kulit yang akan dioles terlebih dahulu dikerok hinggalapisan pasir

(terasa kasar kalau diraba) bagi kulit murni. Pada kulit yang akan distimulasi

pengerokan sampai terlihat lapisan berwarna merah. Stimulan dioleskan pada

kulit yang sudah dikerok.

 Aplikasi pada groove (irisan sadapan)

Ethrel dipulaskan langsung diatas irisan sadapan. Konsentrasi yang

dianjurkan ialah sekitar 2,5 – 5,0% ethrel dengan frekuensi penstimulan sekali 2

minggu.

 Aplikasi pada panel (bidang sadap)

Untuk tanaman dimana kulit pulihannya sudah terlalu jelek, berbintil-

bintil, sehingga sukar untuk dikerok, penstimulansia bisa dilakukan langsung

pada bidang sadapan (Panel application) diatas dari irisan sadapan tanpa

mengerok terlebih dahulu. Konsentrasi ethrel yang digunakan bisa dengan

kepekatan 5% dengan frekuensi pelumasan sekali sebulan. Lebar jalur yang

dilumas, sebanding dengan lebar konsumsi kulit per bulan.

19
 Aplikasi pada lace (irisan sadapan yang tertutup oleh getah tarik atau skrep)

Stimulan dipulaskan langsung pada irisan sadapan yang masih tertutup

oleh getah tarik tanpa membuangnya terlebih dahulu.

 Aplikasi pada kayu (lobang pada kayu)

Cairan stimulan dimasukkan ke dalam kayu melalui sebuah lobang yang

dibuat sampai ke kayu, kemudian ditutup memakai penutup seperti kertas, gabus,

dan sebagainya. Cara ini misalnya digunakan pada aplikasi copper sulphate.

 Aplikasi pada pita (tape)

Kulit dekerok tegak lurus (biasanya pada bidang sadap atas) kemudian

dipulas dengan stimulan. Hal ini biasanya dilakukan pada sadap ke atas.

 Aplikasi pada tanah

Stimulan dibenamkan di atas tanah dan kemudian ditutupi dengan lapisan

tanah. Stimulan yang biasa digunakan ialah karbit. letak tanah yang ditaburi

karbit harus berhadapan dengan letak irisan sadapan. untuk tanah yang cukup

lembab (BPP Sungai Putih, 1985).

Gambar 6 . Cara Aplikasi Stimulan.


(a. Groove application, b. lace application, c. scraping application )

Pada dasarnya lateks adalah suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan

kimia yang terdapat di dalamnya. Bagian-bagian tersebut tidak larut sempurna,

20
tetapi terpencar secara merata di dalam air. Partikel koloidal ini sangat kecil,

sehingga bias menembus saringan. Sistem koloidal lateks sebenarnya bisa

dipertahankan sampai 24 jam atau lebih karena bagian-bagian karet yang

dikelilingi oleh lapisan sejenis protein tipis yang memiliki kestabilan tersendiri.

Jika kestabilan berkurang terjadilah prakoagulasi (Setyamidjaja, 1993).

21

Anda mungkin juga menyukai