Anda di halaman 1dari 6

INFRASTRUKTUR TI

DEFINISI
- Sumber daya teknologi yang menyediakan platform/tempat menjalankan perangkat
lunak untuk aplikasi sistem informasi perusahaan yang rinci.
Infrastruktur TI perangkat yang digunakan meliputi :
- Piranti keras/Hardware : PC, alat2 yang digunakan untuk membangun jaringan, dll
- Piranti Lunak/Software : Aplikasi yang digunakan untuk membantu pengelolaan
infrakstruktur
- Layanan : Konsultasi, pendidikan, dan pelatihan.
Layanan-layanan Infrastruktur TI, meliputi :
- Layanan platform : meliputi mainframe besar, workstation, laptop, dan internet.
- Layanan telekomunikasi: yang menyediakan data, suara, dan konektivitas video.
- Layanan pengaturan data: penyimpanan, pengelolaan data, menganalisis data.
- Layanan peranti lunak aplikasi : sistem perencanaan, manajemen sumber daya,
manajemen hubungan pelanggan, rantai pasokan, manajemen pengetahuan.
- Manajemen fasilitas fisik : mengelola instalasi fisik untuk layanan komputasi,
telekomunikasi dan manajemen data
- Layanan manajemen TI: merencanakan dan mengembangkan infrakstruktur
- Layanan standar TI : kebijakan penentuan TI (kapan, bagaimana, akan digunakan)
- Layanan pendidikan TI : menyediakan pelatihan untuk karyawan dan melatih manajer
dalam merencanakan dan mengelola investasi
- Layanan pelatihan dan pengembangan TI : penelitian proyek-proyek TI
Evolusi Infrastruktur TI :
Ada lima era tahap dalam evolusi:
1. Mainframe keperluan umum dan komputasi komputer mini: (1959)
2. Era Komputer Pribadi: (1981) :
3. Era Jaringan Klien / Server (1983)
4. Era Komputasi Perusahaan (1992)
5. Era Komputasi awan dan mobile (2000 sampai sekarang)
7 Komponenen Infrastruktur
- Platform Hardware
- Platfrom Sistem Operasi
- Platfrom Telekomunikasi/Jaringan
- Manajemen dan Penyimpanan Data
- Platform Software Aplikasi Enterprise
- Platform Internet
- Layanan dan Konsultasi Integrasi Sistem
Pemanfaatan Jaringan Komputer (LAN, MAN, WAN) terhubung pada Internet, Intranet,
Extranet)
Perbaikan dan pengembangan Infrastruktur :
Pengembangan sistem di suatu organisasi/perusahaan dilatarbelakangi karena :
1. Adanya permasalahan yang timbul di sistem lama, hal ini disebabkan karena ketidak
beresan sistem informasi, dan pertumbuhan organisasi,
2. Untuk meraih kesempatan mencapai tujuan manajemen,
3. Adanya instruksi dari manajemen dan/atau pemerintah.
Dengan adanya sistem informasi yang baru diharapkan :
1. Kinerja meningkat karena lebih efektif, misal komunikasi antar bagian/divisi cukup
dengan email tanpa harus dengan kertas.
2. Kualitas informasi, hal ini berkaitan dengan sifat informasi itu sendiri dimana informasi
ada/muncul diwaktu yang dibutuhkan (tidak terlambat).
3. Keuntungan biaya, misal penghematan biaya pekerja.
4. Kontrol (pengendalian), karena merupakan mesin tidak ada kesempatan untuk lobi-lobi.
5. Pelayanan, hal ini berkaitan dengan kepuasan konsumer.

Dalam setiap pengembangan sistem, secara garis besar terdapat langkah-langkah :


1. Survei sistem / preliminary
2. Analisis Sistem
3. Desain Sistem
4. Pembuatan Sistem
5. Implementasi Sistem
6. Pemeliharaan Sistem

Dari hasil pengamatan dan analisis terhadap suatu perusahaan, pengembangan sistem
informasi dapat dilakukan dengan cara :
1. Metode Insourcing, pada intinya perusahaan menggunakan karyawan internal yang
mempunyai kemampuan IT untuk mengembangkan Sistem informasi perusahaan.
Kelebihan :
1. Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan.
2. Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak
perusahaan.
3. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera
melakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.
4. Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan
dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.
5. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem
informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan
tersebut.
6. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk
mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
7. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih
terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
8. Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan lebih mudah dan lebih baik
terhadap sistem yang sudah ada.

Kelemahan :
1. Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai teknologi informasi.
2. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi
karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya
menjadi kurang efektif dan efisien.
3. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan
mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang
digunakan kurang canggih (tidak up to date).
4. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada
konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.
5. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi
karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka.
6. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan
kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan kesalahan/resiko yang terjadi
menjadi tanggung jawab perusahaan (ditanggung sendiri).
7. Perubahan budaya yang sulit jika diatur oleh karyawannya sendiri.
8. Metode Co-sourcing, perusahaan bekerjasama dengan pihak ketiga untuk
melaksanakan proses penyusunan, pengembangan dan maintenance sistem
informasi yang sesuai dengan perusahaan dengan melibatkan karyawan perusahaan
dalam proses pengembangan tersebut.

Kelebihan :
1. Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan.
2. Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak
perusahaan.
3. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera
melakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.
4. Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan
dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.
5. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem
informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan
tersebut.
6. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk
mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
7. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih
terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan. Sistem informasi yang
dikembangkan dapat diintegrasikan lebih mudah dan lebih baik terhadap sistem yang
sudah ada.

Kelemahan :
1. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi
karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya
menjadi kurang efektif dan efisien.
2. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan
mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang
digunakan kurang canggih (tidak up to date).
3. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada
konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.
4. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi
karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka.
5. Metode Out-sourcing, perusahaan membeli beberapa paket sistem aplikasi yang siap
diimplementasikan yang dibuat oleh vendor yang memiliki spesialisasi di bidang sistem
aplikasi informasi.

Kelebihan :
1. Perusahaan dapat fokus pada core business-nya dengan tetap menikmati nilai-nilai
positif dari sistem dan teknologi informasi.
2. Teknologi yang maju. IT outsourcing memberikan akses kepada organisasi klien berupa
kemajuan teknologi dan pengalaman personil.
3. Waktu yang digunakan menjadi lebih singkat untuk ketetapan dalam organisasi.
4. Dapat memenuhi kebutuhan perusahaan akan personil IT yang handal.
5. Biaya variabel dapat diubah menjadi biaya tetap dan membuat biaya variabel menjadi
lebih mudah diprediksi dan perusahaan dapat menentukan tingkatan kualitas yang ingin
dicapainya.
6. Akses kepada hak-hak intelektual dan pengalaman dan pengetahuan yang luas karena
Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi ini dan pihak
outsourcer memilikinya.
7. Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan sendiri
secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi dan ahli di bidang tersebut.
vendor dapat menyediakan solusi menggunakan personilnya, infrastruktur, jasa
pengintegrasian, dan jasa pendukung. Vendor yang berpengalaman khususnya jenis
jasa, banyak menguji sistem dan permasalahan potensial sehingga dapat diantisipasi
lebih baik.
8. Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi dan
transfer pengetahuan yang dimiliki oleh outsourcer.
9. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi.
10. Meminimalkan risiko kegagalan investasi yang mahal.
11. Katalisator dalam melakukan sebuah perubahan besar yang mungkin tidak dapat
diperoleh jika dilakukan sendiri oleh internal perusahaan.
12. Meminimalkan resiko melalui sharing risk kepada pihak ketiga.
13. Penggunaan sumber daya Sistem Informasi belum optimal. Jika ini terjadi, perusahaan
hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saat-saat tertentu saja,
sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak dimanfaatkan pada waktu yang
lainnya.
Kelemahan :
1. Tidak secara fleksibel akan mampu menangani permasalahan-permasalahan yang unik
dalam perusahaan.
2. Rentan dapat ditiru oleh pesaing lain bila aplikasi yang dioutsourcingkan adalah aplikasi
strategik.
3. Kesepakatan dari kontraktual outsourcing harus berjangka waktu lama untuk menjamin
keamanan data dan kelanggengan sistem yang sudah berjalan.
4. Memerlukan waktu, kordinasi dan biaya dalam melakukan perubahan terhadap isi dari
kesepakatan kerja sebelumnya.
5. Adanya kecenderungan outsourcer untuk merahasiakan sistem yang digunakan dalam
membangun sistem informasi bagi pelanggannya agar jasanya tetap digunakan.
6. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang dioutsourcekan. Dalam
kasus seperti bila aplikasi tersebut merupakan aplikasi yang harus memerlukan
penanganan khusus dan cepat maka harus terlebih dahulu menghubungi pihakvendor.
7. Memiliki ketergantungan kepada pihak ketiga (pengembang dan pengelola) sehingga
cukup sulit bagi perusahaan untuk mengambil alih kembali sistem yang sudah berjalan
saat ini (memerlukan waktu dan tenaga).
8. Memungkinkan terjadinya pencurian atau hilangnya sistem dan data yang perusahaan
sehingga merugikan perusahaan
 

Anda mungkin juga menyukai