Anda di halaman 1dari 6

BAB III.

ANALISIS KESALAHAN KALIMAT

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menyusun kalimat bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Indikator
Mahasiswa dapat menerapkan struktur kalimat bahasa Indonesia dalam ragam formal.

Materi
1. Struktur Kalimat
1.1. Pola Struktur Bahasa Indonesia
Ketika calon penutur ingin menyampaikan pesan melalui suatu kalimat, maka
penutur harus mampu mengidentifikasikan apakah kalimat yang disusunnya sudah
memenuhi syarat pola struktur kalimat bahasa Indonesia: ( S - P ), ( S - P - O ),
atau ( S - P - O - K ). Pesan atau informasi yang disampaikan tidak banyak
membantu mengetahui apakah kalimat tersebut sudah memenuhi pola kalimat baku.
1.2. Kalimat yang Berpola Struktur ( S - P )
Apabila suatu pernyataan terdiri lebih dari satu kelompok, berarti pernyataan
tersebut telah memiliki lebih dari satu fungsi. Setiap kelompok akan menduduki satu
fungsi yang kemudian di antara kelompok atau fungsi tersebut memungkinkan untuk
dipermutasikan, sedangkan pernyataan yang hanya terdiri dari satu kelompok tidak bisa
dipermutasikan karena distribusinya yang tetap. Contoh berikut akan memperjelasnya.

1a. Saya menangis


S P

1b. Dia mahasiswa


S P
1c. Yang bertandatangan di bawah ini dosen FKIP
Satu kelompok Satu kelompok
1 2
S P

Kalimat 1a, 1b, 1c, bisa dipermutasikan menjadi kalimat 2a, 2b, 2c.

2a. Menangis saya

P S

2b. Mahasiswa dia


P S

2c. dosen FKIP yang bertanda tangan di bawah ini


Satu kelompok Satu kelompok
1 2
P S

3a. Kebun percobaan jurusan Biologi FKIP


Satu kelompok

Pernyataan 3a merupakan pernyataan satu kelompok karena tidak mungkin


dipermutasikan, sehingga kejanggalan itu akan terlihat pada pernyataan 3b, 3c.

3b. Jurusan Biologi FKIP kebun percobaan


3c. FKIP kebun percobaan jurusan Biologi

1.3. Pernyataan yang Hanya Terdiri dari Satu


Fungsi
Pola struktur kalimat ragam formal, minimal memiliki unsur S - P atau P - S.
Pernyataan yang masih berupa frase dapat juga dikenali melalui intonasi. Frase
berintonasi datar dan tidak ada jeda perhentian diantara frase itu sendiri, dari suku
pertama sampai suku terakhir berintonasi 2. Hanya suku kedua dari belakang
berintonasi 3. Lihat contoh berikut:

1a. Tuti yang memakai ba jubiru i tu


22 2 2 2 2 2 23 2

Intonasi 1a adalah intonasi frase berbeda dengan intonasi pada kalimat 1b yang
berpola S - P:

1b. Yang berbaju merah itu / Tuti


2 2 2 2 2 2 32 3 1
1.4. Kalimat yang Berverba Transitif
Kalimat yang berpola struktur S – P - O - (K) dalam bahasa Indonesia ditandai
oleh kehadiran objek yang diisyaratkan oleh verba transitif pengisi predikat. Contoh:
Tuti membawa payung
S P O
Kita akan menggunakan preposisi tertentu
Verba transitif
S P O
1.5. Preposisi dalam Bahasa Indonesia
Preposisi dalam bahasa Indonesia jumlahnya cukup banyak dan frekuensi
pemakaiannya pun cukup tinggi. Kesalahan pemakaian preposisi tampaknya cukup
banyak. Ketidakpahaman tentang preposisi merupakan faktor utama terjadinya
kesalahan.
1.6. Preposisi sebagai Penanda Frase
Eksosentrik
Preposisi sebagai penanda frase eksosentrik berarti kehadirannya selalu
bervalensi dengan unsurnya, dengan kata lain kehadirannya wajib, tidak bersifat mana
suka, dan letaknya selalu di awal frase. Lihat contoh:

1a. Ia marah terhadap saya


2a. Melalui surat ini kami sampaikan salam sejahtera
terhadap pada kalimat 1a adalah preposisi yang tidak bisa dihilangkan sehingga bisa
dikatakan kehadirannya wajib, demikian juga kata melalui. Lihat kalimat 1b di bawah
menjadi tidak berterima;
0
1b. Ia marah ke saya

bandingkan kalimat 1a dengan kalimat 3a berikut:

3a. Ia membicarakan tentang masalah nasib UKTmahaiswa

kata tentang pada kalimat 3a harus dihilangkan karena kata membicarakan adalah
verba transitif sehingga bisa langsung diberi objek masalah.

1.7. Preposisi sebagai Penanda Hubungan Makna Tertentu


Setiap preposisi selalu menyatakan makna tertentu, sedangkan makna yang
dimaksud di sini adalah makna yang muncul dari hubungan antar unsurnya. Lihat
contoh:

1a. Kalender itu terletak di ruang tamu

kalimat 1a menggunakan kata depan di yang menyatakan makna berada. Kata depan
di tidak sama maknanya dengan kata depan pada, sehingga kalimat 1a tidak bisa
diubah menjadi kalimat 1b karena makna pada menyatakan arah. Lihat di bawah:
1a. Kalender itu terletak pada ruang tamu

1.8. Preposisi Memiliki Valensi Tertentu


Pemakaian preposisi tidak hanya dilihat dari aspek wajib dan tidaknya serta
maknanya saja, tetapi unsur yang mengikutinya juga harus diperhatikan. Lihat contoh di
bawah:

1a. Ia berbicara kepada saya

pemakaian kata kepada kalimat 1a bila dilihat unsur yang mengikutinya berupa kategori
“bernyawa / manusia” bisa dikatakan benar. Akan tetapi kata kepada tidak bisa diganti
ke karena ke harus diikuti oleh kategori yang menyatakan “tempat” walaupun ke dan
kepada sama-sama bermakna menyatakan arah tetapi dilihat dari valensinya berbeda.
Lihat kalimat 1b berikut yang tidak berterima:

1b. Ia berbicara ke saya

1.9. Kehadiran Preposisi di awal Subyek dan Obyek Selalu Bersifat Opsional
Pola struktur kalimat bahasa Indonesia tidak selalu dimulai dengan subyek,
namun terdapat juga pola struktur yang diawali keterangan sehingga dimungkinkan
terjadi pola struktur ( K - S - P - O ), ( K - S - P ). Preposisi biasanya selalu mengawali
frase yang mengisi fungsi keterangan, sehingga dimungkinkan preposisi di awal
kalimat. Lihat contoh berikut:

1a. Sejak tahun 1994 Indonesia sudah mengalami


krisis ekonomi

1b. Mengenai hal itu saya tidak mengerti

sejak pada kalimat 1a dan mengenai pada kalimat 1b adalah preposisi di awal kalimat.

1.10. Kata Penghubung atau Konjungsi dalam


Bahasa Indonesia
Konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang bersifat non referensial,
maksudnya kata yang tidak dapat dijelaskan maknanya tanpa kehadiran unsur lain.
Konjungsi meiliki fungsi gramatik menghubungkan dua klausa / predikat atau lebih.
1.11. Fungsi Konjungsi
Kalimat yang memiliki dua klausa / predikat atau lebih sering dikatakan kalimat
luas. Adapun konjungsi berfungsi untuk menghubungkannya. Lihat contoh berikut:

Iacantik Iapelit
S P S P

Ia cantik tapi pelit


S Predikat Konjungsi Predikat

Peterpan naik panggung


S P

Penonton histeris
S P

Lampu menyala dari segala penjuru

Ketika Peterpan naik panggung penontonhisteris


S P1 S P2
dan lampu pun menyaladari segala penjuru.
S P3 Ket

Ketika, adalah penghubung antara P1 dan P2, dan sebagai penghubung P2 dan P3.

1.12. Makna yang Dinyatakan oleh Konjungsi


Kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih memiliki hubungan makna antar
klausanya, adapun makna yang dinyatakan oleh hubungan antar kalusa ditandai suatu
konjungsi tertentu, lihat contoh berikut:
Ia mendendangkan lagu 1
S P O

Ia menghentak-hentakkankakinya
S P O 2

Penontonhisteris 3
S P 3

Ia mendendangkan lagu sambil menghentak-hentakkan kaki, sehingga penonton


histeris.

Pernyataan 1 dan 2 menyatakan hubungan makna kebersamaan. Kata penghubung


yang digunakan yaitu sambil.
Pernyataan 1,2 dan 3 menyatakan hubungan makna sebab akibat sehingga
menggunakan kata sehingga.

DAFTAR PUSTAKA

Ramlan, M. 1985. Sintaksis Bahasa Indonesia.


Gadjah Mada Express.
Pusat Bahasa Indonesia. 1985. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia.
Kaswanti, Bambang. 1980. Untaian Sintaksis. Arcan.

Anda mungkin juga menyukai