Anda di halaman 1dari 7

Pertama, warga sekolah sebaiknya menyepakati tentang budaya sekolah damai yang hendak

ditanamkan di lingkungan sekolah dan bagaimana mekanisme penghargaan dan hukuman yang
bersifat edukatif untuk membiasakan budaya tersebut. Kedua, pihak sekolah mengembangkan
kurikulum sekolah yang damai dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai perdamaian dan resolusi
konflik. Seperti pemecahan masalah, kerja sama, dan toleransi, ke dalam unsur-unsur kurikulum
(tujuan, materi, strategi pembelajaran, dan penilaian akademik murid). Kemudian merancang
pengetahuan dan keterampilan manajemen konflik sebagai mata pelajaran tersendiri, atau
mengadakan pelatihan manajemen konflik di luar jam belajar. Ketiga, kelas yang damai memiliki lima
ciri utama, yaitu kerja sama, komunikasi, ekspresi emosional, apresiasi terhadap perbedaan, dan
resolusi konflik. Guru berperan sentral dalam menciptakan suasana kelas yang mencerminkan kelima
ciri tersebut. Keempat, murid dilatih untuk menjadi mediator untuk menengahi konflik teman-
temannya melalui program mediasi sejawat. Dengan mediasi sejawat, guru-guru dapat
berkonsentrasi dengan tugas pokoknya, sedangkan murid bisa bertanggung jawab menyelesaikan
masalahnya sendiri. Kelima, masyarakat, termasuk keluarga, berpartisipasi aktif dalam memastikan
anak-anak memegang teguh nilai-nilai damai dan resolusi konflik yang telah didapat dari sekolah.
Misalnya, mereka memastikan lingkungan keluarga dan masyarakat bebas dari kekerasan, seperti
kekerasan dalam rumah tangga, main hakim sendiri, dan politik SARA.

2. Biasakan kerja sama

Anda bisa membiasakan murid-murid untuk tergabung dalam sebuah proyek kolaborasi.
Kebersamaan untuk membuat sebuah karya bisa memupuk kerja sama satu sama lain. Interaksi
dalam satu kelompok ini mengajarkan mereka berkompromi sekaligus bersikap tegas tanpa
menuntut.

3. Responsif

Segera ambil tindakan bila melihat gelagat bullying, misalnya dalam bentuk intimidasi. Seluruh guru
dan staf di sekolah harus menunjukkan ke anak-anak bahwa mereka peduli dan takkan membiarkan
siapapun diperlakukan dengan buruk

5. Libatkan orang tua

Beri tahu orang tua baik dari pihak pelaku bullying maupun korban. Konfrontasi apa yang terjadi.

Dikutip dari Violence Prevention, Anda harus mendengarkan orang tua yang melaporkan tindakan
intimidasi dan selidiki kasus perundungan. Dengan begitu pihak sekolah pun bisa menentukan
keputusan yang tepat dan langkah selanjutnya. Dorong orang tua korban untuk ikut melaporkan dan
mengawal isu pencegahan bullying.

Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa dapat mencapai
prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik. Untuk menciptakan kondisi
yang baik sangat diperlukan perhatian, kepedulian, dan kerjasama dari semua elemen (stake holder)
yang ada, mulai dari pimpinan/kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite sekolah, dan
masyarakat sekitar sebagai pendukung pendidikan. Semua elemen ini bertanggungjawab
menciptakan suasana yang aman, nyaman dan efektif bagi terlaksananya pendidikan yang baik.
Dalam hal ini pembelajaran akan sukses bila suasana sekolah aman,nyaman dan tertib.

Berikut cara menciptakan sekolah aman, nyaman, dan efektif:


Meningkatkan keamanan lingkungan fisik sekolah

Untuk meningkatkan keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik sekolah, tata
letak dan kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dan
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul. Bangunan sekolah, kelas, ruang lab, kantor,
perpustakaan, lapangan olah raga dan halaman sekolah harus direview. Selain itu, berbagai
kebijakan dan prosedur juga akses masuk sekolah harus dinilai kembali. Penggunaan teknologi untuk
mencegah orang masuk penyusup masuk dari luar seperti alarm, pagar, teralis harus
dipertimbangkan.

Meningkatkan disiplin siswa

Disiplin menurut paradigma baru adalah langkah-langkah atau upaya yang perlu guru, kepala
sekolah orang tua dan siswa ikuti untuk mengembangkan keberhasilan prilaku siswa secara
akademik maupun sosial. Jadi disiplin dianggap sebagai alat untuk untuk menuju keberhasilan untuk
semua guru, dan semua siswa di berbagai situasi.

Menghilangkan hukuman fisik dan merendahkan oleh guru terhadap siswa

Siswa memang perlu belajar untuk disiplin terutama disiplin diri. Akan tetapi untuk mengajarkan
disiplin tersebut bukan dengan cara memberikan hukuman fisik dan hukuman merendahkan karena
hukuman ini terbukti tidak efektif untuk menegakkan disiplin. Sebaiknya guru menasehati atau
memberitahu dan menjelaskan kepada siswa kesalahan apa yang telah mereka lakukan bukan
dengan cara memberi hukuman fisik atau hukuman merendahkan.

Menghilangkan kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah di sekolah

Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah (bullying) adalah suatu situasi dimana seorang siswa
atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang menyebabkan siswa lain menderita. Agar
kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini tidak terjadi maka perlu dibuat aturan sekolah untuk
melindungi siswa korban kekerasan.

Strategi anti kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah antara lain:
Pencegahan

Pencegahan preventif diintegrasikan dalam semua kurikulum mata pelajaran, termasuk hubungan,
tanggung jawab, dan akibat negatif dari kekerasan.

Dukungan antar teman

Prosedur yang jelas

Prosedur untuk menyampaikan keluhan tindakan kekerasan antar teman harus tersedia, misalnya
kepada unit bimbingan dan konseling, atau konseling antar teman.

Promosi

Promosi ini dapat berupa leaflet, poster, laporan berkala dan bentuk penerbitan lain yang berisi
kebijakan anti kekerasan sekolah.
ubungan Sosial Pendidikan di Sekolah

Pihak yang harus bekerjasama dalam proses belajar anak-anak di sekolah


adalah orangtua dan guru. Jadi, hubungan yang baik harus terjalin antara
orangtua, anak, dan guru. Bagaimanakah hubungan baik yang dimaksud di
sini? Hubungan baik yang dimaksud adalah terbangunnya kenyamanan,
kepercayaan, dan keterbukaan (komunikasi yang intens) dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari. Hubungan yang baik ini harus terbangun antara
orangtua dan anak, anak dan guru, maupun guru dan orangtua untuk
mencegah tindakan kekerasan yang mungkin saja terjadi di antara mereka.

Cara Meningkatkan Kualitas Hubungan Pendidikan bagi Guru


dan Orangtua
 Memahamai Karakteristik dan Kebutuhan Anak
Setiap anak itu unik. Kita sebagai pihak dewasa semestinya tidak
menyeragamkan cara pendampingan untuk semua anak, baik anak-anak di
sekolah (anggota kelas) maupun di rumah (adik-kakak). Oleh karenanya,
langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah memahami karakteristik
mereka. Pelajari lebih jauh keunikan setiap anak, apakah ia tipe anak yang
aktif, sensitif, temperamen, kritis, dan sebagainya. Apa yang ia sukai,
bagaimana cara belajarnya, bagaimana hubungan pertemanannya, dan
sebagainya. Bahkan, kita juga perlu mengetahui bagaimana biasanya
karakteristik dari anak pertama, kedua, dan seterusnya. Semua hal ini bisa
kita ketahui dengan berbagai cara mulai dari membuka dokumen akademik
hingga mengamatinya secara langsung.

Setelah mengetahui karakteristiknya, hal yang perlu kita pahami adalah apa
yang ia butuhkan terutama dalam proses belajarnya.
Seorang anak yang belum mengasah kemampuan kreatifitasnya tentu
memiliki kebutuhan untuk memperkaya referensinya tentang cara
mengkreasikan sesuatu.

Seorang anak yang tidak apresiatif tentu membutuhkan pemahaman tentang


arti penting dari sikap menghargai.

Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam menghitung tentu perlu


dampingan yang lebih saat mempelajari matematika.

Seorang anak yang senang mencari perhatian dengan berbagai cara,


termasuk dengan berbuat hal yang tidak baik, mungkin membutuhkan
perhatian dan waktu kebersamaan yang lebih dari orangtua dan gurunya.

Menjadikan Hubungan Orangtua-Guru sebagai Partner

Seringkali sekolah menjadi tempat “penitipan” anak sementara orangtua


bekerja. Banyak juga orangtua yang hingga kini masih percaya jika sekolah
adalah tempat mendidik anak yang utama tanpa perlu bantuan atau
kerjasama dari rumah. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya
komunikasi yang terjalin antara rumah dan sekolah sehingga pendampingan
anak menjadi tidak utuh. Maka, dengan menjadikan guru sebagai partner,
orangtua dapat mulai membangun komunikasi dan kerjasama untuk saling
mengetahui perkembangan anak, apa pencapaian-pencapaian kecil yang
telah mereka raih, dan apa kendala yang sedang mereka hadapi dalam
kesehariannya. Berangkat dari itu, orangtua dan guru dapat saling
mengetahui kesulitan dan tantangan yang sedang dihadapi dalam
mendampingi proses belajar setiap anak.

Meningkatkan Intensitas Obrolan

Biasanya, jauh dekatnya hubungan antara dua orang dipengaruhi oleh


seberapa banyaknya mereka saling berkomunikasi (misalnya dengan cara
mengobrol). Dengan sering mengobrol, kita dapat mengetahui lebih banyak
hal-hal tentang lawan bicara kita, termasuk karakteristiknya. Oleh karenanya
orangtua harus dapat mencoba mengalokasikan waktu untuk saling
mengobrol dan berbagi, baik dengan anak maupun dengan guru. Intensitas
komunikasi yang cukup akan membuat kita saling terbuka satu sama lain
sehingga orangtua dan guru dapat mengidentifikasi permasalahan yang
sedang dihadapi anak sejak awal sebelum masalah yang mereka hadapi
berlarut larut dan semakin membesar.

Membangun Hubungan yang Cair (Multiperan)

Sebagai orang dewasa, kita perlu menghadirkan diri secara fleksibel di


hadapan anak-anak. Ada saatnya seorang guru berperan sebagai teman
diskusi atau sosok kakak (orang dewasa) yang dapat mengerti permasalahan
remaja. Orangtua juga dapat menjadi teman yang asyik di saat tertentu
ketika di saat yang lain ia adalah sosok pengayom yang “ditakuti” dengan
segala otoritas yang dimilikinya. Peran tunggal seperti guru yang hanya
bertugas mengajarkan ilmu di sekolah dan orangtua yang hanya bertugas
mencari nafkah dan memberikan uang jajan semata akan membuat anak
gagal memahami sosok orang dewasa sebagai manusia yang utuh.

Menerapkan Disiplin Positif

Disiplin positif berkaitan dengan penerapan disiplin tanpa kekerasan. Dalam


disiplin positif terdapat konsep Loving Authority (Otoritas penuh kasih) yang
membuat orangtua dan guru dapat bertindak tegas kepada anak namun
anak memahaminya sebagai bentuk perhatian sehingga hubungan yang
terjalin akan tetap baik. Untuk lebih jauhnya Sahabat dapat mempelajarinya
di artikel ini: Disiplin Positif: Membangun Nilai Kedisiplinan Tanpa Kekerasan.

Mencegah tindakan kekerasan di sekolah dapat dilakukan dengan


memperbaiki hubungan antara orangtua, anak, dan guru. Sedangkan kunci
bagi sebuah hubungan yang baik adalah terjalinnya komunikasi yang juga
baik. Semoga kita sebagai orangtua dapat menjalankan peran penting yang
seharusnya dalam proses pendidikan anak-anak, sehingga keluarga kita
dapat tetap aman dan terhindar dari segala potensi bahaya.

Anda mungkin juga menyukai