Anda di halaman 1dari 2

Fungsi bidang kimia klinik:

1. Memastikan dugaan klinis (memastikan diagnose)


2. Membantu pemilihan, optimisasi dan pemantauan pengobatan
3. Memberikan prognosis
4. Skrining penyakit sebelum gejala sakit muncul

Profesional yang berkecimpung di bidang kimia klinik yaitu ilmuwan laboratorium medis (medical
laboratory scientist) dan teknisi laboratorium medis (medical laboratory technician). Selain mengerjakan
pemeriksaan rutin, professional di laboratorium lebih berperan dalam fase pre-analitik dan post-analitik.

Beberapa hal terkait kode etik tenaga laboratorium medis yang perlu diperhatikan dalam bidang kimia
klinik adalah

1. Kerahasiaan informasi genetic


2. Kerahasiaan informasi kesehatan pasien
3. Alokasi sumber daya
4. Permasalahan dalam penerbitan karya ilmiah
5. Konflik kepentingan

Proses pertama yang dilakukan di laboratorium klinik adalah pengumpulan, pemrosesan dan
penanganan sampel. Kualitas sampel akan mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan di
laboratorium. Kualitas sampel tergantung pada cara pengambilan, transportasi dan pemrosesan sampel
tersebut.

1. Pengambilan Sampel
- Darah
 Venipincture (darah vena)
 Skinpuncture (darah kapiler)
- Urin
- Cairan tubuh lain
Beberapa cairan tubuh atau material dari tubuh yang dapat digunakan untuk pemeriksaan di
laboratorium yaitu, cairan seresbropinal, pleural, pericardial, peritoneal, synovial, seminal,
vaginal dan feces.
2. Pemerosesan dan Penanganan Sampel
Tahap pemrosesan dan penanganan sampel merupakan tahap yang menentukan kualitas
sampel dan pada akhirnya mempengaruhi kualitas hasil pengukuran atau analisis. Ada empat hal
yang menentukan validitas sampel, yaitu : identifikasi, pengawetan, pemisahan, penyimpanan
dan transportasi sampel.

Parameter validasi metode untuk metode analisis klinik diantaranya yaitu; (1) kebenaran (trueness,
sebelumnya disebut akurasi), (2) presisi, (3) rentang analitis (analytical range), (4) batas deteksi, dan (5)
spesifisitas analitis (analytical specificity).

Fase pre-analitik merupakan fase yang rentan karena dua per tiga dari keseluruhan kesalahan hasil
pengukuran di laboratorium disebabkan hal-hal yang terjadi sebelum proses analisis/pemeriksaan. Hal
tersebut diantaranya adalah kesalahan identifikasi, pengambilan, pelabelan, pemrosesan, penyimpanan
serta transportasi sampel.
Kegiatan pemantapan mutu terdiri dari dua yaitu:

1. Pemantapan mutu internal, biasa disebut pengendalian mutu internal (internal quality control).
2. Pemantapan mutu eksternal /uji kecakapan (proficiency testing)

Ada tiga alur kerja yang mempengaruhi mutu hasil pemeriksaan, yaitu:

1. Fase pra-analitik
2. Fase analitik
3. Fase pasca-analitik

Faktor non-analitik yang mendukung kualitas pemeriksaan diantaranya adalah:

1. Personel yang bermutu


2. Kebijakan di laboratorium yang mapan
3. Panduan prosedur laboratorium
4. Permintaan uji
5. Identifikasi pasien, pelabelan dan pengadaan spesimen
6. Prosedur yang memadai untuk pengumpulan dan penyimpanan sampel
7. Pengiriman dan pemrosesan spesimen
8. Perawatan peralatan secara berkala
9. Metode yang memenuhi syarat untuk digunakan

Berkaitan dengan mikroba patogen, ada empat tingkat keamanan hayati untuk laboratorium klinik
yaitu :

1. Biosafety Level 1
2. Biosafety Level 2
3. Biosafety Level 3
4. Biosafety Level 4

Untuk mencegah penularan akibat paparan dengan mikroba pathogen, Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) di Amerika Serikat memberikan aturan laboratorium

Untuk mencegah kecelakaan karena paparan senyawa kimia berbahaya, OSHA memberikan aturan
laboratorium

Selain pelaksanaan aturan, kecelakaan kerja di laboratorium dapat dihindari dengan menyediakan dan
menggunkan peralatan keamanan laboratorium termasuk lemari pengaman biologis, lemari asam,
sistem pemadaman kebakaran, alat bantu pemipetan, stasiun pencuci mata, dan pancuran darurat.

Anda mungkin juga menyukai