Anda di halaman 1dari 12

INFEKSI NEONATORUM

OLEH :
KELOMPOK V

1. ANNA HERLINDA
2. ANDI ISTIANA
3. HARIANI
4. INDIRIANI
5. NURMAWATI
6. TRIVINA AHMAD PENDI

DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL BIDAN AHLI ANGKATAN I


TAHUN 2020
BAB I       
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari lima
juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi
pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: infeksi,
tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007).
Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per
1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka
kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi
meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi
Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi
neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering
timbul sebagai komplikasi infeksi neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka morbiditas dan mortalitas
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama mortalitas
BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan nafas, infeksi, serta komplikasi
hipotermi. Di Indonesia sekitar 70% persalinan terjadi di pedesaan dan di tolong oleh dukun
bayi, mungkin pula ditolong oleh mertua, anggota keluarga yang lain atau tetangga. Faktor utama
yang memberikan peluang terjadinya kematian neonatus di rumah adalah kegagalan untuk
mengenal faktor resiko tinggi pada kehamilan, persalinan, periode neonatus dan tidak merujuk
pada saat yang tepat. Upaya perawatan BBLR dengan praktek “metode botol panas dan bedong”
serta praktek tradisional lainnya yang bersifat pendekatan supernatural, terbukti tidak dapat
membantu bahkan seringkali memberikan dampak buruk terhadap kondisi fisik bayi, seperti
kasus luka bakar akibat teknologi pemanasan dengan lampu petromaks. (Bangun lubis, 2008)
Menurut dr. Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan ketua I
Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinsia) dalam seminar “Orientasi Metode Kanguru” yang
diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan Indonesia, bayi premature maupun bayi cukup bulan
yang lahir dengan berat badan rendah, terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat
hipotermi yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,50c disamping asfiksia dan infeksi. (Imral
Chair,2007).
Untuk mengetahui kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat, karena bedah
mayat sangat susah dilakukan di Indonesia maka kematian janin dan neonatus hanya didasarkan
pada pemeriksaan klinik laboratorium. Dengan dasar pemeriksaan itu, sebab utama kematian
perinatal di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta adalah infeksi, asfiksia neonatorum,
trauma, kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan prematuritas, immaturitas, dan
lain-lain. (Sarwono, 2002).
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas dan
mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru
lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. (Rachma, 2005). Angka
kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada
neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.Kerentanan neonatus terhadap
infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan
mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin
yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah
terkena infeksi neonatorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan resiko
terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).
Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum sehingga
gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di atas adalah
malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan
tiba-tiba menurun, muntah dan diare.

B.       Tujuan Penulisan


a.       Tujuan Umum
  Mengetahui bagaimana Asuhan perawatan Infeksi pada Bayi Baru Lahir
b.      Tujuan Khusus :
   Mengetahui pengkajian Infeksi pada Bayi Baru Lahir
    Mengetahui pengertian Infeksi pada Bayi Baru Lahir
    Mengetahui Etiologi, gejala, tindakan yang tepat untuk mengatasi Infeksi  pada bayi baru
lahir
   Mengetahui evaluasi yang di harapkan
BAB II
KONSEP DASAR

A.    Pengertian Infeksi Neonatrum


Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya
terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi
adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang
parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000,
hal 871). Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh
penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan
perubahan psikologis yang sangat besar. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain.
 Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30%
kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang
berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih
dari 50% kasus, infeksi mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan
muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih
kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian Inkfesi:
1.        Inkfesi Dini terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya
fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2.        Inkfesi lanjutan/nosokomial
yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang
ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.

B.     Etiologi
Etiologi terjadinya infeksi pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan protozoa
(jarang). Penyebab yang paling sering dari infeksi awitan awal adalah Streptokokus grup B dan
bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Infeksi awitan lanjut dapat disebabkan oleh
SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang
paling umum pada infeksi awitan lanjut. Jika dikelompokan maka didapat:
a. Bakteri Gram Positif
   Streptokokus grup B → penyebab paling sering.
   Stafilokokus koagulase negatif → merupakan penyebab utama bakterimia nosokomial.
   Streptokokus bukan grup B.
b. Bakteri Gram Negatif
   Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
   H. influenzae.
   Listeria monositogenes.
   Pseudomonas
   Klebsiella.
   Enterobakter.
   Salmonella.
   Bakteria anaerob.
   Gardenerella vaginalis.

Walaupun jarang terjadi, terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan
pneumonia dan infeksi dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia neonatus.
Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di masyarakat
merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.

C.      PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara yaitu :
1.     Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati
plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman
penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella,
herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur
ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
2.      Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang
ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis
dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu
saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk
ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi
tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi
atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis.
Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea).
3.      Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya
terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat;
pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nasokomial, infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

D.      Tanda dan Gejala


1.      Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema
2.      Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.      Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih,  sianosis
4.      Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi,
bradikardia.
5.      Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6.      Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008).

Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat
berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung. Gejala dari
infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
1.      Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.
2.     Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
3.     Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena.
4.     Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi
yang terkena teraba hangat.
5.     Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.

E.       Komplikasi
1.      Meningitis
2.      Hipoglikemia, asidosis metabolic
3.      Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
4.      Ikterus/kernikterus

F.       Manifestasi Klinis


Hanya sebatas pada organ tunggal atau mungkin  melibatkan banyak organ (setempat atau
sistemik).
   Dapat ringan, sedang atau berat.
   Akut, sub akut atau kronis.
   Atau mungkin asimtomatik.
   Ketidakmampuan mentoleransi makanan.
   Iritabilitas.
   Lesu

G.      PENCEGAHAN
1.      Pada masa Antenatal  :
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin.
Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
2.      Pada masa Persalinan :
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
3.      Pada masa pasca Persalinan :
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan
tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

H.      PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.      Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga
suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2.      Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh.
Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.

3.      Leukositosis (>34.000×109/L)

4.      Leukopenia (< 4.000x 109/L)

5.      Netrofil muda 10%

6.      Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2

7.      Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

8.      CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

Factor-faktor pada masalah hematology:

   Peningkatan kerentaan kapiler

   Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)

   Perlambatan perkembangansel-sel darah merah

   Peningkatan hemolisis

   Kehilangan darah akibat uji  laboratorium yang sering dilakukan

I.         PENATALAKSANAAN
1.     Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v  (dibagi
2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan
Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-
hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus
diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).
2.      Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi
lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos
dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3.      Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4.      Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah
dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5.      Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem
dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari
i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes
kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian
antibiotika minimal 21 hari.
6.      Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok,
koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Neonatrum merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro
30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir
yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Untuk mencegah terjadinya infeksi neonatorum akibat adanya infeksi nosokomial adalah :
1.      Kebersihan tangan
Mencuci tangan adalah cara yang paling sederhana dan merupakan tindakan utama dalam
pengendalaian infeksi nosokomial.
2.      Penggunaan air susu ibu (asi)
Bayi yang mendapat ASI mempunyai resiko lebih kecil untuk memperoleh infeksi dari pada
bayi yang mendapat susu formula. Efektivitas ASI tergantung dari jumlah yang diberikan,
semakin banyak ASI yang diberikan semakin sedikit resiko untuk terkena infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Sudarti,M.Kes. 2010. Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan


Anak .Yogyakarta :Medical books
Ai Yeyeh Rukiyah S.SiT. 2010 .Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.
Jakarta:Trans info
Media Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta:
Infomedika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta:
Infomedika.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : CV.
Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai