Anda di halaman 1dari 14

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan kota berkaitan erat dengan pertambahan


jumlah penduduknya. Jumlah penduduk yang semakin bertambah pada akhirnya
akan meningkatkan kebutuhan produk tersebut, baik untuk menjaga kelangsungan
hidup mereka maupun untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Faktor social
ekonomi merupakan salah satu pertimbangan utama, dimana penduduk akan
menyesuaikan pemilihan tempat pemenuhan kebutuhan dengan kondisi social
ekonomi mereka. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi, semakin tinggi juga
kualitas dan kuantitas kebutuhan yang mereka inginkan. Sebaliknya terjadi pada
penduduk dengan tingkat social ekonomi rendah dimana mereka tidak dapat
mengakses berbagai kebutuhan tersebut karena keterbatasan yang mereka miliki.

Pusat perbelanjaan adalah sekelompok penjual eceran dan usahawan


komersial lainnya yang merencanakan, mengembangkan, mendirikan, memiliki
dan mengelola sebuah properti tunggal, sedangkan tujuan dan ukuran besar dari
pusat perbelanjaan ini umumnya ditentukan dari karakteristik pasar yang dilayani
(Nindyo Cahyo,2017). Sehingga pusat perbelanjaan bisa dikatakan sebagai salah
satu titik kegiatan ekonomi, mempunyai intensitas yang cukup tinggi dalam
menarik pergerakan karena tidak terlepas dari gaya hidup berbelanja untuk
memenuhi kebutuhan. Besarnya aktivitas pada pusat perbelanjaan akan
menyebabkan potensi tarikan dan bangkitan pergerakan kendaraan. Tarikan dan
bangkitan ini tentunya akan berpengaruh terhadap lalu lintas pada jalan-jalan
akses ke pusat perbelanjaan tersebut.

Adanya berbagai kebutuhan dan perbedaan sosial ekonomi tersebut akan


membuat penduduk melakukan pergerakan dari tempat tinggal mereka menuju
tempat-tempat pemenuhan kebutuhan, seperti pasar, sekolah, kantor, dan tempat-
tempat rekreasi yang biasanya hanya dapat diakses oleh penduduk golongan
menengah ke atas. Selanjutnya untuk melakukan pergerakan tersebut tentu saja
penduduk membutuhkan alat/moda transportasi (sarana) dan media (prasarana)
tempat moda tersebut bergerak (Tamin,2008). Tempat pemenuhan kebutuhan
(system aktivitas), pergerakan penduduk (system pergerakan), serta sarana dan
prasarana (sistem jaringan) yang digunakan untuk mencapai tempat pemenuhan
kebutuhan tersebut pada akhirnya akan membentuk suatu sistem yang disebut
dengan transportasi.

Di Indonesia, permasalahan transportasi sudah sedemikian parahnya


sehingga kota-kota besar yang berpenduduk lebih dari 1-3 juta jiwa dapat
dipastikan mempunyai permasalahn transportasi. Dari kota-kota besar yang
merupakan ibukota provinsi hingga kota-kota yang sedang berkembang. Beberapa
permasalahan transportasi seperti kemacetan dan ketidakteraturan lalu lintas sudah
menjadi hal yang umum terjadi yang merupakan akumulasi dari berbagai mcam
pergerakan yang dilakukan oleh penduduk kota.

Kota Bandung merupakan ibukota provinsi Jawa Barat merupakan kota


yang selalu tumbuh dan berkembang, dengan tujuan utama berusaha untuk
meningkatkan pelayanan dan memenuhi kebutuhan penduduknya. Visi kota
Bandung untuk masa depan yaitu “Terwujudnya Kota Bandung Yang Unggul,
Nyaman, Sejahtera, Dan Agamis, yang mengandung makna layanan dasar yang
unggul dalam hal birokrasi, pembangunan manusia, infrastruktur dan layanan
public lainnya akan menghadirkan kenyamanan dalam melakukan aktivitas sosial
ekonomi sehari-hari, serta kemudahan dalam berinvestasi dan berwirausaha yang
dipercaya akan terus menerus meningkatkan kesejahteraan warga dan atau
masyarakat..”(RPJMD Kota Bandung 2018-2023). Sebagai ibukota provinsi
menyebabkan arus masuk penduduk yang begitu besar dengan asumsi unutk
membuka usaha jasa maupun para pengguna jasa itu sendiri, sedangkan
penggunaan lahan pada umumnya terjadi di zona-zona permukiman yang berubah
fungsi menjadi kegiatan jasa dan komersil.

Salah satu pusat dan tujuan jasa di Kota Bandung adalah pusat
perbelanjaan atau mall. Menurut davis dan Newstorm(1989), hirarki kebutuhan
manusia terdiri dari dua tingkat. Tingkat pertama disebut low order, yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar(primer) dan kebutuhan akan keamanan dan
kenyamanan. Tingkat kedua dengan high order, yaitu kebutuhan untuk
bersosialisasi, penegasan status social, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi diri.
Pusat perbelanjaan/mall saat ini sudah menyediakan semua kebutuhan tersebut
dengan focus utama untuk dapat mengakomodasi kebutuhan penduduk di tingkat
lebih tinggi.

Pusat perbelanjaan/mall yang tersedia di Kota Bandung pada umumnya


sudah memiliki fasilitas yang cukup baik, dengan adanya bioskop, restoran
(tempat makan), department store, supermarket, arena permainan, ruangan
berpendingin udara (air conditioner), diiringi music dan tempat parker yang
memadai. Keberadaan pusat perbelanjaan/mall pada umumnya didukung oleh satu
atau lebih anchor tenant yang diposisikan sebagai penarik utama bagi para
pengunjung.
2 BAB II
SISTEM TRANSPORTASI
2.1 Transportasi

Menurut Adisasmita Adji Sakti (2011:7), Transportasi atau transport


merupakan suatu tindakan atau kegiatan mengangkut atau memindahkan muatan
(barang dan orang) dari suatu tempat ketempat lain, atau dari tempat asal ketempat
tujuan. Tempat asal dapat merupakan daerah produksi, dan tempat tujuan adalah
daerah konsumen (atau pasar). Tempat asal dapat merupakan daerah perumahan
(permukiman), sedangkan tempat tujuannya adalah tempat bekerja, toko, pusat
perbelanjaan, hotel, pelabuhan, bandar udara, ataupun dalam arah sebaliknya yaitu
tempat tujuan merupakan tempat asal dan tempat asal merupakan tempat tujuan.

2.1.1 Definisi Transportasi


Transportasi merupakan prasarana perhubungan atau yang
menghubungkan antara daerah produksi dan pasar, atau dapat dikatakan
mendekatkan daerah produksi dan pasar. Peran transportasi sebagai sarana
penghubung mendekatkan dan menjembatani antara pihak-pihak yang saling
membutuhkan. Adisasmita Adji Sakti (2011:7)

Menurut Salim, H.A.Abbas (2002:6), Transportasi sebagai dasar untuk


industrialisasi. Transportasi suatu barang atau komoditi mempunai nilai menurut
tempat dan waktu, jika barang dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain.
Dengan menggunakan transportasi dapat menciptakan suatu barang atau komoditi
berguna menurut waktu dan tempat (Time utility and Place utility). Transportasi
memiliki dua kategori :

1. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan


alat angkut.
2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ketempat lainnya.
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang
dari satu tempat ketempat lain. Dalam transportasi memiliki dua unsur penting,
yaitu :

1. Pemindahan atau oergerakan (movement)


2. Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang
ketempat lain.

2.1.2 Manfaat Transportasi


Menurut Adisasmita Adji Sakti (2011:9-10), Jasa transportasi menciptakan
guna tempat dan guna waktu. Guna yang diciptakan jasa transportasi merupakan
manfaat dalam bidang ekonomi, sosial dan politik atau strategis. Menfaat jasa
transportasi dalam lingkup local, perkotaan, nasional dan internasional yang
bersifat multi sektoral, dan multi disiplin. Multi sektoral yang berarti sektor
transportasi terkait dengan sektor-sektor lain, yang ditunjukan bahwa fungsi
transportasi menunjang pengembangan kegiatan sektor-sektor lain, yang
ditunjukan bahwa fungsi transportasi menunjang pengembangan kegiatan sektor-
sektor lain (seperti sektor perdagangan, industry, Pendidikan, kesehatan,
pariwisata, transmigrasi). Sedangkan untuk multi disiplin memiliki arti disiplin
transportasi yang terkait disiplin pengembangan wilayah, disiplin pembangunan
pedesaan, pembangunan perkotaan, dan lainnya. Manfaat jasa transportasi
dijelaskan berikut ini (L.A Schumer, 1968) :

1. Manfaat Ekonomi Jasa Transportasi

Tersedianya jasa transportasi yang berkapasitas memberikan manfaat


ekonomi, seperti :

a. Memperluas pasar dengan tersedianya jaringan transportasi yang luas


maka pengiriman barang keberbagai pasar yang jauh letaknya dapat
dilaksanakan secara lancar.
b. Dapat menstabilkan harga barang, dengan tersedianya fasilitas
transportasi yang lancar maka kekurangan barang disuatu daerah dapat
didatangkan barang yang dibutuhkan dari daerah lain yang kelebihan
barang tersebut sehingga tingkat harga di kedua daerah menjadi harga
yang stabil.
c. Tersedianya pelayanan transportasi yang lancar, akan mendorong daerah-
daerah untuk melakukan spesialisasi produk sesua dengan potensi
sumberdaya yang dimiliki.
2. Manfaat Sosial Jasa Transportasi

Tersedianya pelayanan transportasi yang cukup dan lancar memberikan


manfaat sosial, seperti :

a. Memberikan pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan ke berbagai


tempat di daerah-daerah pedesaan.
b. Dapat mempererat persaudaraan dan hubungan sosial kemasyarakatan
antar daerah melalui pekan olahraga, pekan kesenian dan budaya, serta
pertemuan ilmiah lainnya.
c. Dapat membantu daerah-daerah yang mengalami bencana alam dan
menderita penyakit (melalui transportasi udara) meskipun daerah-daerah
tersebut susah dijangkau dengan transportasi darat.
3. Manfaat Politik Jasa Transportasi

Terwujudnya system transportasi nasional efektif dan efisien merupakan


fasilitas yang handal, untuk mengatasi segala bentuk gangguan keamanan yang
timbul didalam negeri dan mencegah segala bentuk infiltrasi dan gangguan
keamanan yag berasal dari luar negeri.

2.1.3 Fungsi Transportasi


Menurut Adisasmita Adji Sakti (2011:11-12), Ttransportasi sebagai
fasilitas yang membantu (supporting facility) sektor-sektor lainnya, yang
mempunyai fungsi yang sangat penting dan strategis dalam perekonomian dan
pembangunan. Fungsi transportasi yang dimaksudkan sebagai berikut :

a) Sebagai penunjang (servicing facility) dimaksud sebagai jasa


transportasi untuk melayani oengembangan kegiatan sektor-sektor
lain yaitu sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, pendidkan,
kesehatan, pariwisata, transmigrasi, dan lainnya.
b) Sebagai pendorong pembangunan fasilitas (sarana dan prasarana)
transportasi yang diharapkan dapat membantu membuka
keterisolasian, keterpencilan, keterbelakangan dan daera-daerah
perbatasan.

2.1.4 Peranan Transportasi


Menurut Salim,H.A. Abbas (2004-11), Transportasi mempunyai pengaruh
besar terhadap perorangan, masyarakat pembangunan ekonomi, dan sosial politik
suatu negara.

1. Transportasi Dan Kehidupan Masyarakat

Transportasi bermanfaat bagi masyarakat, yang mana hasil-hasil produksi dan


bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industry dan barang
jadi dapat diproduksi oleh perusahaan dan dijual oleh produsen kepada
masyarakat ataupun perusahaan yang bergerak dibidang pemasaran. Untuk
mengangkut bahan baku dan barang-barang jadi yang dibutuhkan jasa transportasi
(darat, laut, dan udara). Transportasi melaksanakan penyebaran penduduk dan
pemerataan pembangunan.

2. Produksi Yang Ekonomis

Suatau produksi akan bermanfaat dan ekonomis, bila tersedia moda


transportasi. Terdapat keterkaitan antara transportasi dengan produksi. Hal
tersebut untuk pelemparan komoditi ke pasar (market). Terdapat saling
keterkaitan antara transportasi dengan produksi :

a) Dengan tidak tersedianya transportasi, masyarakat tidak akan


mendapatkan keuntungan dari produksi. Oleh karena itu harus diusahakan
pemanfaatan alat angkut seefektif dan seefisien mungkin.
b) Dengan efektif dan efisien pengelolaan moda transportasi dapat
memberikan dampak makro damikro dalam suatu pembangunan ekonomi.
2.1.5 Karakteristik Transportasi
Menurut Putranto.S.Leksmono (2013-8), Karakteristik transportasi dapat
dilihat dari pengemudi, kendaraan, pejalan kaki dan jalan. Keempat unsur tersebut
merupakan transportasi lalulintas utama dan saling berkaitan satu sama lain.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

PENGEMUDI KENDARAAN

PEJALAN KAKI JALAN

Sumber : Putranto.S. Leksomono. Rekayasa Lalu Lintas

Gambar II. 1
Keterkaitan Empat Unsur Utama Transportasi Jalan Raya
Dari keempat unsur transportasi maka terdapat karakteristik dari masing-masing
unsur diantaranya :

1. Karakteristik Pengemudi

Kemampuan pengemudi memiliki rentang yang lebar dalam hal kemampuan


mendengar, melihat, menilai, dan bereaksi terhadap informasi. Pengemudi
memiliki beberapa macam karakteristik diantaranya dengan daya tangkap
pendengaran dan pengelihatan yang sangat tinggi, pengemudi yang sangat cepat
menilai dan bereaksi terhadap informasi, dan adapula yng lambat. Hal tersebut
dapat mengindikasikan kemampuan pengemudi yang bervariasi dalam hal
mendengar, melihat, menilai dan bereaksi terhadap informasi.

2. Karakteristik Pejalan Kaki

Salah satu karakteristik yang penting adakah kecepatan berjalan, terutama


saat menyeberang jalan. Dalam perwaktuan sinyal pada simpang yang diatur
lampu lalu lintas (sinyal), kecepatan penyeberang jalan harus dapat menyeberang
dari suatu tempat terlindung (trotoar) ketempat terlindung lainnya (median)
dengan aman sebelum bagian jalan digunakan oleh kendaraan yang melintas.
Karakteristik fisik antara perempuan dan laki-laki ikut berpengaruh dalam
karakteristik pejalan kaki, dimana laki-laki berpotensi untuk berjalan lebih cepat
dibandingkan dengan perempuan, dan faktor budaya local diperkirakan sangat
mempengaruhi perbedaan kecepatan berjalan berdasarkan perbedaan jenis
kelamin.

3. Karakteristik Kendaraan

Karakteristik kendaraan dibagi menjadi dua karakteristik, yaitu :

a. Karakteristik kinematic kendaraan


b. Karakteristik dinamik kendaraan

Karakteristik kendaraan sendiri meliputi ukuran dan berat kendaraan. Ukuran


kendaraan dirancang untuk jalan yang merupakan masukan penting bagi
penentuan standar rancangan bagi beberapa komponen fisik jalan seperti :

 Lebar lajur, tinggi bebas, dan ruang untuk gerakan belok atau berbalik
arah dan atau berputar
 Lebar bahu
 Panjang dan lebar tempat parkir
 Panjang lengkung vertical dan lain-lain

Untuk setiap kelas jalan terdapat ketentuan lebar, panjang, dan tinggi
kendaraan maksimum yang boleh melewatinya. Hal tersebut untuk memastikan
kendaraan yang melaju tidak akan mengalami hambatan untuk melaju baik untuk
gerakan lurus maupun berbelok/ berbalik arah/ berputar. Sedangkan untuk
gerakan berbelok/ berbalik arah/ berputar, kendaraan yang diizinkan lewat harus
memiliki radius putar yang cukup untuk melakukan gerakan dengan mulus.
Tabel II. 1
Ukuran Kendaraan Maksimum Untuk Tiap Kelas Jalan
Lebar Kendaraan Panjang Kendaraan
Kelas Jalan Fungsi Jalan
Maksimum (m) Maksimum (m)
I Arteri 2,5 18
II Arteri 2,5 18
III A Arteri/Kolektor 2,5 18
III B Kolektor 2,5 12
III C Lokal 2,1 9
Sumber : Putranto,S,Leksmono, (2013:18)

Table diatas menunjukan bahwa ukuran kndaraan maksimum untuk setiap


kela jalan menurut Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nno. 34 Tahun 1993 tentang
prasarana lalu lintas jalan. Pada table tersebut tidak terlihat perbedaan lebar dan
panjang kendaraan maksimum antara jalan kelas I dan II.

Tabel II. 2
Muatan Sumbu Terberat Untuk Tiap Kelas Jalan
Muatan Sumbu Terberat
Kelas Jalan Fungsi Jalan
(Ton)
I Arteri >10*
II Arteri 10
III A Arteri/Kolektor 8
III B Kolektor 8
III C Lokal 8
Sumber : Putranto,S,Leksmono, (2013:19)

Selanjutnya karakteristik kinematic kendaraan, karakteristik ini melibatkan


pergerakan kendaraan tanpa mempertimbangkan gaya yang menyebabkan
terjadinya pergerakan. Unsur utama pada karakteristik kinematic, kemampuan
percepatan kendaraan antara lain :

- Gerakan menyiap
- Penerimaan gap (gap acceptance)
- Ukuran lajur penghubung jalan bebas hambatan (freeway ramp)
- Ukuran lajur menyiap

Karakteristik dinamik kendaraan mempertimbangkan gaya yang menyebabkan


terjadinya pergerakan. Beberapa hal terkait dengan karakteristik dinamik
kendaraan diantaranya :

- Tahan udara
- Tahan kemiringan
- Tahan gelinding (gesekan dalam mesin dan gesekan roda dengan
perkerasan)
- Tahan lengkung dari system roda
- Kebutuhan daya
- Jarak pengereman jari-jari lengkung
4. Karakteristik Jalan

Terdapat dua hal yang bersinggungan dengan karakteristik pengemudi dan


kendaraan yaitu jarang pandang henti dan jarak pandang menyiap. Jarak pandang
henti adalah jarak pandang minimum yang dibutuhkan pengemudi untuk
menghentikan kendaraan setelah melihat suatu objek di jalur kendaraan tanpa
menabrak objek lainnya. Sedangkan jarak pandang menyiap, merupakan jarak
pandang minimum yang dibutuhkan pada jalan dua-jalur dua-arah yang
memungkinkan pengemudi untuk menyelesaikan gerakan menyiap tanpa
menabrak kendaraan lain dari arah yang berlawanan dan kendaraan yang disiap.
Menurut Garber dan Hoel (1988) terdapat sejumlah asumsi dalam penentuan jarak
pandang menyiap, yaitu :

- Kendaraan yang disiap berkecapatan tetap


- Kendaraan yang akan menyiap berkecapatan sama dengan kendaraan yang
akan disiap sebelum pengemudi memutuskan untuk menyiap bila gerakan
menyiap batal dilaksanakan, kecepatan kendaraan yang menyiap tetap
seerti semula
- Pada saat tiba di daerah penyiapan, sejumlah waktu dibutuhkan selama
pengemudi mengambil keputusan untuk meneruskan gerakan menyiap
atau tidak
- Bila pengemudi memutuskan untuk menyiap, maka kendaraan dipercepat
selama gerakan menyiap sebesar rata-rata 15 km/jam lebih tinggi
dibandingkan kecepatan kendaraan yang telah siap
- Terapat panjang bebas yang cukup diantara kendaraan yang menyiap dan
kendaraan dari arah lawan ketika kendaraan yang menyiap tiba dilajur asal
didepan kendaraan yang disiap.

2.2 Sistem Transportasi


Menurut Tamin, Z.Ofyar (2000:26-29), Sistem transportasi merupakan gabungan
dari beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam setiap
organisasi system, perubahan apada satu komponen dapat menyebabkan
perubahan pada komponen lainnya. System transportasi dipecahkan menjadi
beberapa system yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan
saling mempengaruhi. System transportasi mikro terdiri dari :

- System kegiatan
- System jaringan
- System pergerakan
- System kelembagaan

Sumber : Tamin, Z. Ofyar. 2000


Gambar II. 2
Sistem Transportasi Makro
Pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan.
Kita perlu bergerak karena kebutuhan kita tidak bias dipenuhi di tempat kita
berada. System kegiatan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan
membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses
pemenuhan kebutuhan.

Sistem di atas merupakan system pola kegiatan tata guna lahan yang
terdiri dari system pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lainnya.
Kegiatan timbul dalam system ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuh
kebutuhan yang dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna
lahan. Pergerakan berupa pergerakan manusia dan atau barang jelas membutuhkan
moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi
tersebut bergerak. Prasarana transpotasi yang diperlukan merupakan system mikro
yang dikenal dengan system jaringan yang meliputi system jaringan jalan raya,
kereta apo, bandara, dan pelabuhan laut.

Interaksi antar system kegiatan dan system jaringan menghasilkan


pergerakan manusia dan atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan atau
orang (pejalan kaki). System pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah,
handal, dan sesuai dengan lingkungannya dapat tercipta jika pergerakan diatur
oleh system rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik. System kegiatan,
system jaringa, dan system pergerakan akan saling mempengaruhi. Adanya
perubahan pada system kegiatan jelas akan mempengaruhi system jaringan
melalui perubahan pada tingkat pelayanan dan system pergerakan. Begitupun
system jaringan dapat mempengaruhi system kegiatan melalui peningkatan
mobilitas dan aksesibilitas dari system pergerakan tersebut. System pergerakan
memegang peranan penting dalam menampung pergerakan agar terciptanya
pergerakan yang lancar da mempengaruhi kembali system kegiatan dan system
jaringan yang ada dalam bentuk aksesibilitas dan mobilitas. Ketiga system mikro
tersebut saling berinteraksi dalam system transportasi makro. Selain itu dalam
system transportasi mikro terdapat system kelembagaan dimana system ini
mampu menjamin terwujudnya system pergerakan yang aman, nyaman, lancar,
murah, handal, dan sesuai dengan lingkungan nya. System kelembagaan meliputi
individu, kelompok, Lembaga, dan instansi pemerintah serta swasta yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap system mikro tersebut.
Tamin,, Z.Ofyar (2002:26-29).

Menurut Ralahalu. A. Karel, Jinca. Yasmin. M, Siahaan. Denny. L,


Sihaloho Antonius (2013:112-113), Sistem transportasi merpukan perencanaan
jaringan jalan yang ditetapkan berdasarkan peranan, fungsi, dan kelas dari tiap-
tiap jalan. Hirarki fungsi dan kelas jalan merupakan bagian terpenting dalam
menetapkan rencana jaringan jalan, dimana keselarasan hirarki jalan akan menjadi
Fungsi Jalan
penentu efektivitas dan efisiensi operasi jaringan dalam melayani pergerakan.

Jaringan Transportasi Kapasitas Lalu Lintas


Fungsi Jalan Jalan

Kelas Jalan

Sumber : A. Karel, Jinca. Yamin. M, Siahaan. Denny.L, Sihaloho Antonius, Pembangunan Transportasi
Kepulauan di Indonesia

Gambar II. 3 Konsep Pengembangan Jaringan Jalan

Anda mungkin juga menyukai