Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

FARMAKOTERAPI I
“STUDY KASUS LUNG CANCER”

OLEH :

NAMA : PUTRI LISTIYA SARI


NIM : O1A118158
KELAS :C
DOSEN : apt.SUNANDAR IHSAN,S.Farm.,M.Sc

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KASUS FARMAKOTERAPI LUNG CANCER

Ny. Mc umur 85 tahun mengalami batuk sedang yang berdahak tidak disertai darah. Dia
mengalami demam dan napas pendek-pendek. Pergi ke dokter dan menerima antibiotic untuk
kemungkinan pneumonianya.

Hasil radiogram ada infiltrat pada lobus kiri atas paru dengan hasil CT scan ditemukan massa 6 x
3 x 3,6 cm dan sudah menyebar bagian superior kiri hilum.

Terlihat adanya adenopati berupa jaringan parut ukuran 14x9 mm bagian mediastial dan
beberapa modul/kelenjar limfe.

Hasil biopsi : tipe histology sel yaitu adenokarsinoma, hasil tes patologi yaitu grade 3 dari 4,
metastase pada bagian kontralateral paru.

Riwayat penyakit hipertensi dan hyperlipidemia. Pernah hemangioma umur 23 tahun, kanker
serviks umur 25 tahun. Tidak pernah merokok

Data laboratorium : Hb = 11,3 g/dl

WBC = 5.200 cells/uL

Platelet = 245.000 cells/uL

Sodium normal = 14,3 mEq/L

Potasium normal = 4,4 mEq/L

Kreatinin = 1,08 mg/dl dan Clcr = 48 ml/ menit

Status performen = 0 – 1

Tentukan permasalahan utama pasien dan bagaimana tata laksana terapi pasien ?

Jika hasil analisis status mutasi gen yaitu positif mutasi dengan wiltype EGFR bagaimana
terapinya?
A. PENDAHULUAN
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel
tidak normal/ terus menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya
serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis. Sel kanker
bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel ditubuh manusia (Arafah
dkk., 2017). Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia mencapai 13%
dari semua pasien saat terdiagnosis kanker. Di Indonesia. kanker paru merupakan
penyebab pertama kematian akibatkanker padalaki-laki (21.8%) dan penyebab kematian
kedua akibat kanker pada perempuan(9.1%) setelah kanker payudara (21.4%)
(Damayanti., 2018).
Kebanyakan pasien kanker paru terdiagnosa pada stadium lanjut (III A, III B, dan
IV) karena kanker paru bersifat apitik yang artinya tidak mempunyai gejala yang spesifik.
Pada pasien kanker paru stadium lanjut pilihan terapi yang utama adalah kemoterapi dan
terapi target. Tujuan utama terapi pada pasien kanker paru dengan stadium lanjut bukan
menekankan pada kesembuhan pasien tetapi lebih menekankan pada pemeliharaan dan
peningkatan kualitas hidup pasien kanker paru (Reynaldi, dkk., 2020). Keluhan yang
ditemukan pada pasian kanker paru dapat berupa batuk, nafas pendek, nyeri dada, batuk
darah, mual, nyeri, kelelahan dan beberapa keluhan lainnya. Nyeri adalah keluhan utama
yang sering dikeluhkan. Penelitian yang membandingkan antara kanker paru dan
penyakit kronik paru lainnya, diadapatkan data bahwa rasa nyeri lebih banyak dirasakan
oleh pasien dengan kanker paru (62%) (Ananda, dkk., 2018).

Terapi kanker paru makin berkembang dengan dikenalnya terapi berbasis molekul
yang bersifat spesifik menghambat suatu gen, sehingga kaskade karsinogenesis dapat
dihambat. Saat ini fokus utama penelitian meliputi penghambat epidermal growth factor
receptor (EGFR), penghambat vascular endothelial growth factor (VEGF), penghambat
transduksi sinyal, induksi apoptosis, dan imunoterapi. Terapi target pada KPKBSK saat
ini adalah penghambat EGFR antibodi monoklonal (trastuzumab, cetuximab),
penghambat angiogenesis VEGF antibodi monoklonal bevacizumab, penghambat EGFR
tyrosine kinase (EGFR-TKI) gefi tinib dan penghambat echinoderm
microtubuleassociated protein-like – anaplastic lymphoma kinase (EML4-ALK)
(Putra,dkk., 2015).
B. TATA LAKSANA TERAPI KANKER PARU-PARU
1. Contoh Kasus
Ny. Mc umur 85 tahun mengalami batuk sedang yang berdahak tidak disertai darah.
Dia mengalami demam dan napas pendek-pendek. Pergi ke dokter dan menerima
antibiotic untuk kemungkinan pneumonianya.
Hasil radiogram ada infiltrat pada lobus kiri atas paru dengan hasil CT scan ditemukan
massa 6 x 3 x 3,6 cm dan sudah menyebar bagian superior kiri hilum.
Terlihat adanya adenopati berupa jaringan parut ukuran 14x9 mm bagian mediastial
dan beberapa modul/kelenjar limfe.
Hasil biopsi : tipe histology sel yaitu adenokarsinoma, hasil tes patologi yaitu grade 3
dari 4, metastase pada bagian kontralateral paru.
Riwayat penyakit hipertensi dan hyperlipidemia. Pernah hemangioma umur 23 tahun,
kanker serviks umur 25 tahun. Tidak pernah merokok
Data laboratorium : Hb = 11,3 g/dl
WBC = 5.200 cells/uL
Platelet = 245.000 cells/uL
Sodium normal = 14,3 mEq/L
Potasium normal = 4,4 mEq/L
Kreatinin = 1,08 mg/dl dan Clcr = 48 ml/ menit
Status performen = 0 – 1
Tentukan permasalahan utama pasien dan bagaimana tata laksana terapi pasien ?
Jika hasil analisis status mutasi gen yaitu positif mutasi dengan wiltype EGFR
bagaimana terapinya?
2. Penyelesaian Kasus
a. Identitas Pasien
- Nama : Ny. Mc
- Usia : 85 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
b. Identifikasi masalah pasien
 Keluhan : batuk sedang yang berdahak dan tidak disertai darah, demam dan
napas pendek-pendek
 Riwayat Penyakit : Hipertensi dan hiperlipideemia, hemangioma umur 23 tahun
dan kanker serviks umur 25 tahun.
 Riwayat terapi : -
 Data hasil lab :
- Hasil radiogram ada infiltrate pada bolus kiri atas paru
- CT Scan ditemukan massa 6x3x3,6 dan sudah menyebar bagian superior kiri
hilum
- Adanya edopati berupa jaringan parut ukuran 14 x 9 mm bagian mediastinal
beberapa nodul/ kelenjar limfe
- Biopsy : tipe histology sel yaitu adenokarsinoma
- Tes patologi yaitu grade 3 dari 4 adenokarsinoma
 Data laboratorium : Hb = 11,39 g/dL
WBC = 5.200 cells/µL
Platelet = 245.000 cells/µL
Sodium normal = 14,3 mEq/L
Potassium normal = 4,4 mEq/
Kreatinin = 1,08 mg/Dl dan Clcr = 48 Ml/menit
Status performen = 0-1
 Permasalahan utama pasien :

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, pasien atas nama Ny. Mc menderita kanker paru
stadium IV (Lanjut), berdasarkan dari hasil tes patologis yaitu grade 3 dari 4
metastase pada bagian kontralateral paru, hasil CT scan massa 6 × 3 × 3,6 sudah
menyebar bagian superior kiri hilum dan metastasis bebarap nodul/ kelenjar
limfe.

3. Penentuan atau Tatalaksana Terapi


Tujuan utama terapi pada pasien kanker paru dengan stadium lanjut bukan
menekankan pada kesembuhan pasien tetapi lebih menekankan pada pemeliharaan
dan peningkatan kualitas hidup pasien kanker paru (Reynaldi dkk., 2020). Sehingga
pilihan terapi yang dapat diberikan adalah kemoterapi dan terapi target.
 Kemoterapi dan Terapi Target Kombinasi Berbasis Platinum
Kemoterapi kombinasi berbasis platinum memberikan perbaikan respons
dan memperpanjang kesintasan terutama pada kanker paru lanjut usia dengan status
tampilan baik. Kombinasi kemoterapi berbasis platinum dengan terapi target
merupakan salah satu strategi pengobatan kanker paru stage lanjut. Bevacizumab
merupakan antibodi monoklonal yang menghambat VEGF. Antibodi monoklonal ini
tidak diberikan secara tunggal dan sering dikombinasikan dengan kemoterapi basis
platinum seperti carboplatin dan paclitaxel. Kombinasi kemoterapi tersebut dengan
bevacizumab menghasilkan perbaikan kesintasan terutama pada pasien KPKBSK
non-skuamous. Efek samping bevacizumab pada lanjut usia dilaporkan cukup sering
seperti neutropenia, trombositopenia, perdarahan, proteinuria, dan hipertensi. Studi
lain juga melaporkan kombinasi kemoterapi dengan cetuximab, yaitu suatu antibodi
monoklonal penghambat EGFR. Hasilnya terdapat perpanjangan kesintasan pada
pasien kanker paru stage lanjut yang mempunyai mutasi EGFR (Dipiro,2016).
Gefitinib dan erlotinib merupakan EGFR-TKI yang diberikan secara oral.
Gefitinib telah direkomendasikan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada
tahun 2003. FDA pada bulan November 2004 dan European Medicines Agency pada
bulan Juni 2005 telah menetapkan erlotinib sebagai terapi lini kedua dan ketiga untuk
pasien KPKBSK stage lanjut. Gefitinib dan erlotinib bekerja secara kompetitif
menghambat ikatan adenosin trifosfat (ATP) dengan reseptor di domain tyrosine
kinase di EGFR, sehingga dapat menghambat aktivasi jalur sinyal yang dicetuskan
EGFR. Penelitian pada tikus percobaan menunjukkan gefitinib menghambat EGFR
yang merangsang pertumbuhan sel tumor. Gefitinib dan erlotinib diberikan setiap hari
dan dapat dilanjutkan bila tampilan klinis baik serta penyakit tidak progresif. Dosis
gefitinib yang direkomendasikan adalah 250 mg/ hari, sedangkan dosis erlotinib 150
mg/hari. Evaluasi klinis dan radiologis pemberian gefitinib dan erlotinib sebaiknya
dilakukan setiap bulan (Nurwidya,dkk.,2015).
OBAT TERPILIH :
Gefitinib®
Indikasi : Terapi awal kanker paru non small cell lanjut yang masih terlokalisir
atau metastase pada pasien yang mengalami mutasi EGFR TK
(Epidermal Growth Factor Receptor Tyrosine Kinase), kanker paru non
small cell lanjut yang masih terlokalisir atau metastase yang gagal
diatasi atau tidak dapat mentoleransi kemoterapi sebelumnya.
Dosis : 250 mg
Aturan pakai: 250 mg/ hari
Efek samping : Sangat umum: diare, mual, muntah, anoreksi, stomatitis, peningkatan
alanin aminotrans ferase, anoreksia, reaksi kulit seperti ruam
pustular, rasa gatal dengan kulit kering, skin fissures on an
erythematous base ,asthenia; umum: dehidrasi, mulut kering,
hemoragik seperti epistaksis dan hematuria, peningkatan aspartat
aminotransferase, peningkatan bilirubin total, peningkatan kreatinin
darah yang tidak bergejala, proteinuria, gangguan kuku, alopesia,
pireksia, konjungtivitis, blefaritis, mata kering, penyakit paru
interstisial; tidak umum: pankreatitis, perforasi gastrointestinal,
hepatitis, erosi kornea, reaksi alergi, angioedema, urtikaria; jarang:
nekrolisis epidermal toksik, sindroma Stevens Johnson, multiform
eritema
Kontraindikasi : Hipersensitivitas
Peringatan :Idiopati pulmonary fibrosis/ interstisial pneumonia/ pneumo-koniosis/
pneumonia radiasi/ pneumonia karena obat, monitor fungsi hati secara
periodic, gefitinib harus digunakan dengan hati-hati pada kondisi terjadi
peningkatan transaminase hati ringan sampai sedang, dan jika parah
harus dihentikan, monitor secara teratur perubahan waktu pembentukan
protrombin atau INR pada pasien yang menggunakan warfarin,
kehamilan, menyusui, tidak direkomendasikan penggunaannya pada
anak dan remaja.
OBAT TERPILIH :
Erlotinib®
Indikasi :Digunakan untuk terapi pengobatan kanker paru_paru.
Dosis :150 mg/hari
Efek samping : Ruam eritematosa dan papulopustular ringan atau sedang. Kondisi
kulit bulosa, melepuh, dan terkelupas. Diare, mual,
muntah,stomatitis,perdarahan GI, sakit perut, anoreksia, alopecia.
Berpotensi Fatal: Sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal
toksik, gagal hati, sindrom hepatorenal, penyakit paru interstitial,
perforasi GI, hipokalaemia, dan gagal ginjal.
Kontraindikasi : Hati-hati pemberian kepada pasien yang merokok karena merokok
dapat menyebabkan konsentrasi erlotinib dalam plasma berkurang.
Aturanpakai :150 mg sampai penyakit membaik atau unacceptable toxicity

4. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

a. Memberikan penjelasan dan informasi yang tepat pada pasien mengenai waktu
mengonsumsi obat untuk mencegah ketidak patuhan dalam mengonsumsi obat :
- Obat Gefitinib dan erlotinib ® diminum 1 tablet sekali sehari.
b. Pasien dikomunikasikan bahwa akan ada efek samping yang mungkin akan timbul
setelah mengonsumsi obat :
- Gefinitib : Sangat umum: diare, mual, muntah, anoreksi, stomatitis, peningkatan
alanin aminotrans ferase, anoreksia, reaksi kulit seperti ruam pustular,
rasa gatal dengan kulit kering.
- Erlotinib : Ruam eritematosa dan papulopustular ringan atau sedang. Kondisi
kulit bulosa, melepuh, dan terkelupas. Diare, mual, muntah,
stomatitis, perdarahan GI, sakit perut, anoreksia, alopecia.
c. Diinformasikan kepada pasien bahwa dosis yang direkomendasikan pada obat
gefinitib adalah 250 mg/hari dan obat erlotinib adalah 150 mg/hari. Evaluasi klinis
dan radiologis pemberian gefitinib dan erlotinib sebaiknya dilakukan setiap bulan
5. Monitoring dan Follow Up
a. Monitoring efek samping yang terjadi setelah pengobatan atau mengonsumsi obat :
- Gefinitib : Sangat umum: diare, mual, muntah, anoreksi, stomatitis, peningkatan
alanin aminotrans ferase, anoreksia, reaksi kulit seperti ruam pustular,
rasa gatal dengan kulit kering.
- Erlotinib : Ruam eritematosa dan papulopustular ringan atau sedang. Kondisi
kulit bulosa, melepuh, dan terkelupas. Diare, mual, muntah, stomatitis,
perdarahan GI, sakit perut, anoreksia, alopecia.
b. Monitoring efektivitas pengobatan dilihat dari kualitas hidup pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, R.R., Sabrina, E., dan Abdiana., 2018. Hubungan Stanging Kanker Paru dengan Skala
Nyeri Pada Pasien Kanker Paru yang Dirawat di Bagian Paru RSUP DR M Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 7(3).

Arafah, A.B.R., dan Hari, B.N., 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Rumah
Tangga Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari). The Indonesian Journal of
Public Health, Vol. 12(2).

Chisholm-Burns, M.A., Schwinghammer T.L., Wells B.G., Malone P.M., Koloesar J.M., dan
Dipiro J.T., 2016, Pharmacotherapy Principles and Practice, Mc Graw-Hill
Campenies: New York

Damayanti, D., 2018. Aplikasi Model Konservasi Levin Pada Pasien Kanker Paru Dengan Efulsi
Pleura Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Jurnal kesehatan Panca Bhakti
Lampung, Vol. 6(1).

Putra, A.C., Fariz, N., Sita, A., Jamal, Z., Elisna, S., Hudoyo, A., dan Anwar, J., 2015. Masalah
Kanker Paru Pada Lanjut Usia. CDK-234, Vol. 42(11).

Reynaldi,A., Yanny,T.W., dan Dian,A., 2020, Kualitas Hidup Pasien Kanker Paru Stadium
Lanjut, Jurnal JNC, Vol. 3 (2).

Anda mungkin juga menyukai