Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENGHAYATAN DIRI 1

MATERI : PERSEPSI

Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Fungsi Dasar

Nama Dosen : Ayu Riana Sari, M.Si, Psi.


Nama Mahasiswa : Hanifah Zahra
NIM : 7111171052
Kelas : 2B

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2018
BAGIAN 1

TEORI

Otak memberikan makna terhadap sensasi melalui persepsi. Persepsi


(persepstion) adalah proses mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk
memberikan makna. ( Laura A. King. 2004, 225)

Proses dari bawah-ke-atas dan dari atas-ke-bawah. Pemprosesan dari


bawah-ke-atas pemprosesan yang diawali oleh reseptor sensoris memcatat
informasi dari lingkungan dan mengirimkannya ke otak untuk analisis dan
interpretasi. Pemprosesan dari atas-ke-bawah pemprosesan informasi persepsi
yang dimulai dengan proses kognitif pada tingkat otak yang lebih tinggi.

Tujuan persepsi adalah perwakilan internal dari dunia luar. (David


Marr. 1982) dalam buku ( Laura A. King. 2004, 227)

Motivasi berprestasi diartikan sebagai dorongan individu untuk


berperilaku mencapai standar keunggulan, yang ditunjukan melalui perilaku
menyelesaikan tugas dengan baik, lebih cepat, dan lebih efisien sesuai dengan
standar dirinya lebih dari yang dulu, guna memperoleh hasil semaksimal
mungkin. (kusumanigtyas, 2007)

Orang tua memiliki peran penting dalam meningkatkan motivasi anak. Penelitian
yang dilakukan oleh Jeynes (2007,h.99) dalam jurnal yang ditulis oleh
kusumaningtyas, 2007)

Schultz & Schultz (2002, h.225) motivasi berprestasi adalah keinginan


untuk menyelesaikan dan mengerjakan tugas dengan baik serta untuk menjadi
yang terbaik. Peningkatan prestasi siswa memiliki pengaruh yang kuat terhadap
motivasi berprestasi siswa. Motivasi berprestasi yang rendah pada siswa membuat
siswa tersebut malas untuk menyelesaikan tugas-tugas pendidikannya.

Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor


intirinsik dan ekstrinsik. Menurut hawadi (2001, h.44), faktor instrinsik
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri dari tujuan yang
ditetapkan, harapan yang diinginkan, cita-cita, harga diri yang tinggi, rasa takut
untuk sukses, dan potensi dasar yang dimiliki. Faktor ekstrinsik merupakan faktor
yang berasal dari luar diri individu baik dari lingkungan rumah maupun
lingkungan sekolah.

Interaksi antara anak dengan orang tua terjadi dalam praktik pengasuhan
orang tua. Pengasuhan orang tua dalam keluarga tidak hanya mencakup upaya
orang tua memelihara dan melindungi anak, tetapi mencakup aktivitas yang
kompleks yang menggambarkan peran orang tua dalam memengaruhi
perkembanagan anak yang dilakukan baik secara individual maupun kelompok
termasuk upaya mengontrol dan mensosialisasikan anak (Baumrind, 1971).

Pengawasan terhadap anak dapat dilakukan secara langsung maupun


secara tidak langsung. Pemantauan lansung dilakukan dengan managamati secara
aktif keberadaan dan aktivitas anak setiap saat atau secara periodik di sekolah
maupun di luar sekolah. (syamsul B. Thalib. 2010).

Pengasuhan orang tua, sebagai proses interaktif antar-anggota keluarga,


berhubungan dengan keterampilan dalam menerapkan pengawasan (monitoring)
penggunaan disiplin dan hukuman yang efektif, pemberian dorongan atau
penguatan yang mendukung perkembangan keterampilan proposional dan
keterampilan pemecahan masalah (parental monitoring) menggambarkan adanya
kontrol dan harapan orang tua terhadap keberadaan dan aktivitas anak.

Patterson dan stouthamer-Loeber (1984) mengasumsikan bahwa orang tua


yang tidak efektif dalam memantau permasalahan anak, cenderung menjadi tidak
efektif dalam berbagai disiplin yang digunakan sebagaimana halnya tidak
efektifnya dalam pemecahan masalah keluarga dan kurangnya penguatan terhadap
perlaku positif untuk mengembangkan keterampilan proposional anak.
BAGIAN 2

PENGHAYATAN DIRI

Setiap manusia membutuhkan dorongan positif yang berasal dari luar


dirinya sehingga dia bisa menyadari keberadaan dan segala potensi yang ada pada
dirinya. Dengan motivasi itu, seorang individu bisa bertindak dengan tepat untuk
mencapai goalnya. Motivasi dan dorongan menjadi persepsi yang dihadirkan
orang tua ke pada anaknya, dengan berbagai cara orang tua, beberapa kasus orang
tua terkadang sangat menekannya harapannya kepada anaknya tersebut, demi
mendapatkan keinginan orang tua terhadap anaknya.

Banyak orang tua yang sangat mengharapkan anaknya memiliki prestasi


yang baik dalam bidang pendidikannya. Sehingga orang tua tekadang memberikan
treatment tersendiri terhadap anaknya. Bisa berupa memberikan kelas tambahan
di luar jam sekolah, maupun mendampingi anaknya yang sedang belajar. Dalam
hal ini juga sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Baumrind (1971),
yaitu interkasi antara anak dengan orang tua terjadi dalam praktik pengasuhan
orang tua. Seperti yang sudah dikemukakan dalam bagian teori.

Persepsi anak terhadap harapan orang tua, sangat dipengaruhi oleh


motivasi yang diberikan oleh orang tua terhadap anak, seberapa sering orang tua
memberikan perhatian dan motivasi terhadap anaknya yang menjadikan anak
semanagat belajar sebuhungan dengan tingginya prestasi yang akan dicapai oleh
anak tersebut. Dan orang tua memberikan pengawasan (monitoring) terhadap
anaknya, terkadang orang tua juga menggunakan tindakan disiplin dan hukuman
yang efektif.

Sedangkan jika motivasi yang diberikan orang tua kurang, akan


mempengaruhi persepsi dan atensi pada anak tersebut, bisa jadi persepsi yang
ditangkap anak tersebut merasakan bahwa orang tuanya kurang memperhatikan
dan cenderung kurang memperdulikan tingkat prestasi disekolah.
Motivasi yang diberikan berpengaruh terhadap persepsi yang akan
diterima oleh anak tersebut. Seperti pengalaman yang saya alami sewaktu SMA,
teman saya yang sewaktu mendapatkan hasil Ujian Tengah Semester
mendapatkan tindakan disiplin oleh orang tuanya yang dapat dikatakan juga
sebagai praktik motivasi terhadap teman saya dikarenakan nilai yang didapatkan
tidak memuaskan, dibandingkan dengan teman yang lain yang mendapat nilai
lebih tinggi dari siswa tersebut. Sehingga mendapatkan persepsi kepada siswa
tersebut agar mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai yang sudah
didapatkan sebelumnya.

Berbanding terbalik dengan kasus yang terjadinya dengan teman saya yang
lain yang tidak mendapatkan tindakan disiplin bahkan, ada juga yang orang
tuanya tidak sempat atau tidak mau mengambil hasil rekapan nilai yang diberikan
secara berkala oleh sekolah. Hal ini juga dapat menjadikan persepsi negative
terhadapa anak tersebut. Persepsi siswa tersebut bisa berasumsi bahwa orang
tuanya tidak perhatian bahkan mengganggap dirinya tidak terlalu penting
dibandingkan pekerjaanya.

Hal ini juga sempat disebutkan oleh Patterson dan stouthamer-Loeber


(1984) mengasumsikan bahwa orang tua yang tidak efektif dalam memantau
permasalahan anak, cenderung menjadi tidak efektif dalam berbagai disiplin yang
digunakan sebagaimana halnya tidak efektifnya dalam pemecahan masalah
keluarga dan kurangnya penguatan terhadap perlaku positif untuk
mengembangkan keterampilan proposional anak. Dan dapat mempengaruhi nilai
atau prestasi di sekolah.

Disisi lain juga terdapat kasus teman saya yang mereka tidak mendapatkan
tindakan disiplin dari orang tuanya, tetapi dia mendapatkan sendiri motivasi
belajar dari teman sebayanya atau teman sekelasnya. Motivasi yang cukup dari
orang tuanya dan mendapatkan motivasi lain yang berasal dari temannya.
Sehingga persepsi yang didapatkan oleh siswa itu tidak hanya berasal dari ruang
lingkup keluarganya tetapi juga mendapatakan motivasi belajar dari temannya,
yang meningkatkan motivasi belajar yang dating dari dalam dirinya sendiri.

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh kusumaningtyas yang ditulis


pada jurnalnya, mengemukakan bahwa hasil penelitian yang menunjukan bahwa
persepsi siswa SMP Negeri 31 Semarang terhadap harapan orang tua berada di
keregori positif dikarenakan hasil 93,06% dari sample yang sudah diteliti
memiliki persepsi positif terhadap harapan orang tua.

Persepsi yang diterima siswa pada harapan orang tua, memiliki persepsi
positif dan negatif. Siswa bisa berpersepsi jika orang tuanya terlalu memberikan
beban yang besar terhadap siswa sehingga siswa bukannya menjadi lebih rajin dan
berprestasi di sekolah. ini juga berpengaruh terhadap interaksi yang tejadi antara
orang tua dan anak, atau pola pengasuhan yang diberikan oleh orang tua terhadap
anaknya.

Disisi lain lebih banyak siswa yang berpersepsi bahwa harapan orang tau
yang diberikan menjadikan motivasi yang baik pada dirinya. Sehingga menjadi
dorongan terhadap dirinya agar lebih berprestasi disekolah.

Persepsi positif siswa terhadap harapan orangtua terbentuk karena adanya


rangkaian kerjasama dari aspek kognisi dan aspek afeksi yang kedua-duanya
sama-sama positif. Semakin positif persepsi siswa terhadap harapan orangtua akan
diikuti tingginya motivasi berprestasi.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi atau cukupnya motivasi yang


diberikan oleh orang tua terhadap anaknya atau siswa tersebut, akan semakin pula
berpengaruh terhadap persepsi yang ditangkap oleh anak tersebut, yang akan
mempengaruhi terhadap motivasi prestasi yang dihasilkan olehnya disekolah.
Seberapa baik oang tua dapat menyampaikan motivasi anaknya dengan cara
monitoring yang dilakukan oleh orangtuanya. Komunikasi yang baik dapat
berpengaruh terhadap persepsi motivasi anak tersebut.
BAGIAN 3

DAFTAR PUSTAKA

King. Laura A. 2012. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Terj.


Marwendsdy, Brian. Jakarta : Salemba Humanika.

Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi pendidikan berbasis analisi empiris


aplikatif. Jakarta. Fajar Interpratama Offset.

Kusumaningtyas,Wahyu. Endah Kumala Dewi & Jati Ariati. 2007. “hubungan


antara persepsi terhadap harapan orangtua dengan motivasi berprestasi
pada siswa SMP Negeri 21 Semarang” dalam
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/7435.

Anda mungkin juga menyukai