OLEH :
KELOMPOK 3
SELVIANA (105131100319)
PRODI S1 FARMASI
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, puja
dan puji syukur kita panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah tentang Sumber Hukum Islam Adalah
Ijtihad
Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah tentang Sumber Hukum Islam Adalah
Ijtihad dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
a. Latar Belakang............................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
c. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
a. Pengertian Ijtihad......................................................................................... 3
b. Fungsi Ijtihad............................................................................................... 4
c. Macam-Macam Ijtihad................................................................................. 5
d. Syarat Mujtahid............................................................................................ 8
e. Contoh Ijtihad.............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya ijtihad adalah suatu cara untuk mengetahui hukum sesuatu melalui
dalil-dalil agama yaitu Al-Qur’an dan Al-hadits dengan jalan istimbat. Adapun mujtahid itu
ialah ahli fiqih yang menghabiskan atau mengerahkan seluruh kesanggupannya untuk
memperoleh persangkaan kuat terhadap sesuatu hukum agama. Oleh Karena itu kita harus
berterima kasih kepada para mujtahid yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk menggali hukum tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam baik yang
sudah lama terjadi di zaman Rasullullah maupun yang baru terjadi. Islam bukan saja
melegalkan ijtihad, akan tetapi juga mentolerir adanya perbedaan pendapat sebagai hasil
ijtihad. Hal ini antara lain diketahui dari hadits nabi yang artinya “apabila ada seorang
hakim akan memutuskan perkara, lalu ia melakukan ijtihad, kemudian ijtihadnya benar,
maka ia memperolaeh dua pahala (pahala ijtihad dan pahala kebenaran). Jika hakim akan
memutuskan perkara, dan ia berijtihad , kemudia hasil ijtihadnya salah, maka ia mendapat
satu pahala (pahala ijtihad).” Hadits tersebut memberikan legalitas dan menunjukka
perbedaan berijtihad ditolerir. Prinsip tersebut dipegang teguh oleh para imam mujtahid,
sehingga muncullah ucapan mereka yang sangat populer.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
1. Agar mengetahui apa itu Ijtihad
2. Agar mengetahui peran dan fungsi Ijtihad dalam kehidupan sehari-hari
3. Agar mengetahui macam-macam Ijtihad
4. Agar mengetahui contoh produk Ijtihad
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad
Ijtihad ( )اجتهدartinya ialah: bersungguh-sungguh, rajin, giat. Sedang apabila kita
meneliti ma’na ja-ha-da, artinya ialah mencurahkan segala kemampuan. Jadi dengan
demikian, menurut bahasa ijtihad itu ialah berusaha atau berupaya yang sungguh-sungguh
seseorang individu dalam melakukan sesuatu perkara.Allah SWT. telah berfirman di dalam
al-Quran yang membawa maksud :
…“ Dan ( mencela ) orang yang tidak memperoleh (sesuatu untuk disedekahkan) selain
kesanggupan” ( surah At-Taubah : 79 )
Ayat di atas membawa maksud, jika kita melakukan sesuatu perkara, kita hendaklah
melakukannya dengan ikhlas dan niat kerana Allah SWT. Baginda Rasululah S.A.W pernah
bersabda yang membawa maksud:
“ Bacalah selawat ke atasku dan bersungguhlah dalam berdoa.”
Sesungguhnya seseorang yang merendah diri dan bersungguh-sungguh dalam
berdoa dengan berterusan akan dimakbulkan oleh-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali
sebagaimana yang diterjemahkan oleh Nasrudin Rusli, ijtihad hanya berlaku pada perkara
yang sukar dilakukan.Contohnya :
3
berijtihad iaitu mampu mengistinbatkan hukum-hukum syarak yang amali berdasarkan
dalil-dalil yang jelas. Mujtahid juga dikenali sebagai faqih( usuliyyin ).
Menurut Abu Zahrah, ijtihad dari segi istilah juga membawa maksud kemampuan
seorang ahli fiqh( mujtahid ) dalam keupayaan beliau menemukan hukum-hukum yang
berkaitan dengan amalan-amalan daripada dalil-dalil yang jelas. Ada juga sesetengah
pendapat para ulama menyatakan bahawa ijtihad adalah qiyas namun begitu terdapat
perselisihan pendapat antara mereka. Secara kesimpulannya, berdasarkan daripada
beberapa pandangan, ijtihad membawa maksud usaha yang bersungguh-sungguh yang
dilakukan oleh seseorang ahli fiqh (mujtahid) dengan tujuan ijtihad yaitu dengan
menemukan hukum-hukum syarak atau yang berhubungan dengan perbuatan daripada
sumber-sumber yang sahih. Ijtihad itu lebih luas berbanding qiyas kerana qiyas merupakan
salah satu cara dalam berijtihad.
1. Menetapkan hukum yang sebelumnya tidak diatur secara rinci dalam Alquran dan
Hadits.
Pernyataan ini bukan berarti mengatakan bahwa Alquran dan Hadits tidak cukup lengkap,
namun kedua sumber hukum tersebut memiliki banyak makna tersirat yang masih bisa
digali dan diuraikan dengan rinci.
Ada banyak persoalan baru di masyarakat yang tidak secara jelas diatur dalam suatu
hukum. Misalkan saja persoalan tentang bayi tabung. Dahulu di zaman Nabi, tidak ada
praktik bayi tabung sehingga kita tidak menemukan hadits yang menjelaskan tentang itu.
Nah, di sinilah peran ijtihad untuk menetapkan hukum bagi persoalan itu.
4
3. Menyesuaikan hukum dengan perubahan zaman.
Sebuah hukum akan mudah diterima saat sesuai dengan zamannya. Hukum diatur agar ada
pedoman yang relevan atau cocok dengan perkara yang terjadi. Misalnya dahulu orang
kaya di zaman Nabi adalah pedagang atau peternak sehingga mereka dikenakan zakat.
Sedangkan saat ini banyak profesi lain yang juga diwajibkan untuk bersedekah.
C. Macam-Macam Ijtihad
1. Qiyas
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum
suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga
dihukumi sama.
Menurut bahasa adalah mengukur sesuatu dengan lainnya dan mempersamakannya.
Menurut istilah adalah menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuan
hukumnya, berdasarkan sesuatu hukum yang sudah ditentukan oleh nash, disebabkan oleh
adanya persamaan diantara keduanya.
Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata
belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
Beberapa definisi qiyâs (analogi):
a. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik
persamaan di antara keduanya.
b. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu
persamaan di antaranya.
c. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an]
atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).
d. Menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum di terangkan oleh al-
qur'an dan hadist.
5
Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’,
atau ‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau
menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
Contoh lain yaitu bila masalah yang sedang dihadapi dianggap mirip dengan yang
ada di dalam kitab suci maupun hadits, maka para ulama akan menggunakan hukum yang
ada di dalam sumber agama tersebut untuk menyelesaikan masalah. Namun tidak mudah
pula mencari kemiripan satu masalah yang terjadi jaman sekarang dengan yang terjadi pada
masa lalu. Di sinilah sebenarnya kenapa seorang mujtahid atau yang melakukan ijtihad
diperlukan memiliki keluasan pengetahuan tentang agama dan masalah-masalah lain yang
terkait dengannya.
2. Ijma
Menurut bahasa adalah sepakat, setuju atau sependapat. Sedangkan menurut istilah
adalah kebulatan pendapat atau kesepakatan semua ahli ijtihad umat setelah wafatnya nabi
Saw. Biasanya dilakukan dengan cara berunding, berdiskusi, lalu akhirnya muncul suatu
kesepakatan. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli
agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat. Contoh: Mengangkat Abu Bakar as-
Siddiq sebagai khalifah pertama, Fatwa Majelis Ulama Indonesia, pada 7 maret 1981
mengharamkan mengikuti natal bersama bagi umat islam.
3. Istihsan
Istihsan adalah salah satu macam ijtihad yang dilakukan oleh pemuka agama untuk
mencegah terjadinya kemudharatan. Ijitihad ini dilakukan dengan mengeluarkan suatu
argumen beserta fakta yang mendukung tentang suatu permasalahan dan kemudian ia
menetapkan hukum dari permasalahan tersebut. Dalam penetapan hukum ini bisa jadi pada
akhirnya akan memunculkan pertentangan dari yang tidak sepaham.
6
Contohnya menurut Qiyas, Haid=junub sama dengan haram membaca Al-Qur’an.
Sedangkan menurut istihsan, untuk kepentingan wanita, karena haid waktunya lama maka
boleh baca al-Qur’an.
4. Maslahatul Mursalah
Salah satu dari macam ijtihad yang juga dilakukan untuk kepentingan umat
adalah maslahatul murshalah. Jenis ijtihad ini dilakukan dengan cara memutuskan
permasalahan melalui berbagai pertimbangan yang menyangkut kepentingan umat. Hal
yang paling penting adalah menghindari hal negatif dan berbuat baik penuh manfaat.
Contoh:menulis al-Qur’an dan membukukannya, Tanah di Irak ketika islam masuk
tetap milik penduduk tetapi harus bayar pajak, adanya surat nikah, peringatan Maulid Nabi,
Isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an, 1 Muharam, membangun rumah tahanan.
5. Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat.
6. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan
prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai
pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga
telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
7
7. Istishab
Upaya untuk menyelesaikan suatu masalah yang dilakukan para pemuka agama
dengan cara menetapkan hukum dari masalah tersebut. Namun, bila suatu hari nanti ada
alasan yang sangat kuat untuk mengubah ketetapan tersebut, maka hukum yang semula
ditetapkan bisa diganti, asalkan semuanya masih dalam koridor agama Islam yang benar.
Contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang perempuan menikah lagi
apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan tidak jelas
kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan
tersebut statusnya adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas
kematian suaminya atau jelas perceraian keduanya.
Contoh lainnya yaituseseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau
belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum
berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
D. Syarat Mujtahid
Orang yang berijtihad dinamakan mujtahid. Syarat seseorang menjadi mujtahid sehingga
boleh melakukan ijtihad adalah sebagai berikut:
2. Menguasai dan memahami sunah dan hadits, termasuk asbabul wurud, kaidah hadits, dan
lain sebagainya
8
E. Contoh Ijtihad
Istilah produk mengandung arti barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya
atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu.
Produk bisa pula berarti benda atau yang bersifat kebendaan. Selanjutnya produk juga
mengandung arti, hasil kerja. Arti yang terakhir ini sangat relevan bila dikaitkan dengan
istilah produk hukum Islam,yakni hasil kerja para ulama, atau hasil pemikiran ahli fikih /
pakar hukum Islam tentang hukum Islam itu sendiri.
Berikut ini salah satu contoh yang sering dilakukan pada zaman sekarang ialah
penentuan tarikh 1 Syawal. Para ulama berkumpul untuk berbincang dan mengeluarkan
pendapat masing-masing untuk menentukan tarikh 1 Syawal dan 1 Ramadhan. Setiap para
ulama memiliki dasar hukum dan cara dalm perhitungannya. Apabila satu kesepakatan
telah berlaku, maka mereka akan menetapkan tarikh bagi 1 Syawal.
Selain itu, contoh tentang anak tabung uji. Konsep anak tabung uji ini tidak ada
pada zaman Rasulullah S.A.W..Pada zaman teknologi sekarang, anak tabung uji ini telah
dijadikan salah satu penyelesaian kepada masalah sukar untuk mendapat zuriat. Jadi dengan
cara ni, mereka berharap dapat menemukan jalan penyelesaian dalam mendapatkan
keturunan.
Para ulama telah merujuk kepada hadis-hadis agar dapat menemukan hukum yang
telah dihasilkan oleh teknologi ini. Menurut MUI, anak tabung uji yang dihasilkan dengan
sperma dan ovum suami isteri adalah sah dan hukumnya harus. Hal ini merupakan ikhtiar
yang berdasarkan agama. Allah sendiri mengajarkan kepada manusia untuk selalu berusaha
dan berdoa. Para ulama melarang penggunaan teknologi anak tabung uji daripada suami
isteri yang menitipkan ke rahim perempuan lain. Jika ada yang demikian maka, hukumnya
haram.Hal ini keranaakan menimbulkan masalah yang rumit dikemudian hari terutama soal
warisan. Dalam Islam anak yang berhak mendapat warisan adalah anak kandung, Jika hal
ini berlaku, bagaimana status hubungan anak dari hasil titipan tersebut? Dikandung tapi
bukan milik sendiri, jadi hanya sekedar pinjam tempatnya saja, tentu hal ini menjadi rumit.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata ijtihad berasal dari kata ijtahada yang berarti mengerahkan segala
kemampuan untuk menanggung beban. Menurut bahasa, ijtihad artinya bersungguh-
sungguh dalam mencurahkan pikiran. Sedangkan, menurut istilah, pengertian ijtihad adalah
mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk menetapkan
suatu hukum.
Ijtihad memiliki fungsi untuk mendapatkan solusi hukum jika ada suatu masalah
yang harus diterapkan hukumnya, tetapi tidak dijumpai dalam Al-Quran maupun Hadits.
Ijtihad terbagi menjadi beberapa macam, yaitu: qiyas, ijma, istihsan, maslahatul
mursalah, sududz dzariah, urf, istishab.
Salah satu contoh yang sering dilakukan pada zaman sekarang ialah penentuan
tarikh 1 Syawal .Para ulama berkumpul untuk berbincang dan mengeluarkan pendapat
masing-masing untuk menentukan tarikh 1 Syawal dan 1 Ramadhan.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat menjadikan ijtihad sebagai sumber
ajaran islam setelah Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam memecahkan berbagai problematika
masa kini.
10
DAFTAR PUSTAKA
11