Anda di halaman 1dari 116

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP LANSIA TERHADAP


DIET HIPERTENSI DI PANTI TRESNA WERDA MAGETAN

Diajukan Untuk Memenuhi


Salah Satu Persyaratan Dalam Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

FARA IKA NASTITI


NIM : 201402018

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya………

Segala puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan

limpah nikmat,rahmat serta ilmunya yang tak terhingga. Atas karunia serta

kemudahan yang engkau berikan akhirnnya SKRIPSI yang sudah saya susun ini

terselesaikan waktu. Sholawat serta salam senantiasa terlimpah keharibaan

Rasulullah Muhammad SAW…

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

1. Bapak Dan Ibu

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku

persembahkan karya kecil ini kepada Sunardi Dan Purwati Ningsih terima

kasih sudah memberikan doa yang tiada henti, motivasi dan memberi

dorongan semangat.

2. Keluargaku
Adek – Adek ku yang ku sayang, Isyaroh Nafi Isbat Dan Ibal Jodi Setiyawan.

walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tidak akan bisa

tergantikan, terima kasih atas do’amu, hanya karya kecil ini yang dapat aku

persembahkan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu

menjadi kakak yang terbaik untukmu. Dan Mas Agung Fachreza Pratama terima

kasih sudah menemani dan mendampingi saya selama menyelesaikan skripsi ini, baik

waktu, tenaga, bahkan pikiran. terimakasih telah memberiku semangatt yang tiada

henti, mendengarkan keluh kesahku yang bertujuan untuk menyelesaikan SKRIPSI

ini.

iv
3. Bapak Kuswanto,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing 1 yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dan motivasi yang sangat luar

biasa dalam menyusun skripsi ini.

4. Ibu Dian Anisia W,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran.

5. Ibu Retno Widiarini, SKM.,M.Kes selaku sebagai penguji saya terimakasih atas

bimbingan yang di berikan.

6. Sahabatku Risma Palupi, Eka Evi Yuliana, Qurrotu Ainin. Terima kasih yang sudah

mau menemaniku selama 4 tahun ini, sudah memberiku semangat dan motivasi untuk

segera menyelesaikan skripsi ini. Kuharap kau tetap menjadi teman dan keluarga

kedua setelah keluargaku.

7. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen prodi S1 Keperawatan dan

seluruh dosen STIKES BHM MADIUN atas semua ilmu, didikan dan bimbingan

yang telah di berikan.

8. Teman- teman satu angkatan prodi S1 Keperawatan tahun 2014

kelas A yang tidak mungkin saya sebut satu persatu, terimakasih atas kerjasama dan

motivasinya.

9. Serta almamaterku SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA

MULIA MADIUN.

MOTTO

Hidup adalah pelajaran tentang kerendahan hati

Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana tapi sedikit berpikir Jika
orang lain bisa, maka aku juga termasuk bisa. Belajar dari kegagalan adalah
hal yang bijak Kesuksesan tidak akan bertahan jika dicapai dengan jalan
pintas.

v
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fara Ika Nastiti

NIM : 201402018

Judul : Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Terhadap Diit Hipertensi

Di Panti Tresna Werda Magetan.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar

(ahli madya/sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun

belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar

pustaka.

Madiun, Juli 2018

Fara Ika Nastiti

NIM. 201402018

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fara Ika Nastiti

Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 07 Juli 1995

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Ds. Mranggen Rt. 01 Rw 01 Kec. Maospati Kab.

Magetan

No Hp/Wa : 085234888320

Email : faraika1995@gmai.com

Riwayat Pendidikan : SDN Mranggen 1

SMPN 2 Maospati

SMA Negeri 1 Barat

STKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Riwayat Pekerjaan : Belum Pernah Berkerja

vii
Program Studi Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2014

ABSTRAK

Fara Ika Nastiti

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP LANSIA TERHADAP


DIET HIPERTENSI DI PANTI TRESNA WERDA MAGETAN

80 Halaman + 10 Tabel + 3 Gambar + 13 Lampiran

Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi. Faktor


makanan merupakan hal yang penting untuk di perhatikan pada penderita
hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar
dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang sadar memeriksakan diri
akan penyakit hipertensi sangatlah minim, artinya pengetahuan dengan sikap
lansia terhadap diit hipertensi sangatlah perlu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap diit hipertensi di Panti
Tresna Werda Magetan.
Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross
sectional, dengan jenis korelasi. Sampel penelitian berjumlah 30 lansia di Panti
Tresna Werda Magetan, untuk mengambil sampel dengan teknik sampling total
sampling dan alat ukur yang di gunakan adalah kuisioner. Analisis data
menggunakan uji statistik spreamen Rank.
Hasil peelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang yaitu sejumlah 14 responden (46,7%), dan sebagian
besar responden mempunyai sikap yang kurang terhadap diit hipertensi yaitu
sejumlah 14 responden (46,7%).
Analisis spearman rank diperoleh nilai p 0,001 sehingga H1 di terima dan H0
di tolak. Dengan nilai keeratan r 0,561 (sedang). yang berati terdapat hubungan
pengetahuan dengan sikap lansia terhadap diit hipertensi dip anti tresna werda
magetan dengan derajat keeratan sedang.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan pihak Panti Tresna Werda
Magetan memberikan pendidikan mengenai diit hipertensi pada lansia sehingga
lansia mengerti dan memahami diit hipertensi.

Kata Kunci : Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Terhadap Diet Hipertensi

viii
Nursing Study Program Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2014

ABSTRACT

FaraIkaNastiti

THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE WITH ELDERLY


ATTITUDE TOWARDS HYPERTENSION DIET IN TRENA WERDA
SOCIAL INSTITUTION MAGETAN

80 Pages + 10 Tables + 3 Pictures + 13 Attachments


Diet was a way to reduce hypertension. Food factors are important things
to note in patients with hypertension. Hypertension patients should obey running a
hypertension diet in order to prevent further complications. The prevalence of
hypertension in Indonesia was 26.5% in 2013, but those who were aware of
hypertension were very minimal, meaning that the knowledge of the attitudes of
the elderly towards hypertension diet is very necessary, this study aims to
determined the relationship of knowledge with attitudes toward hypertension diet
in TresnaWerdhaSocial Institution Magetan.
The design used in this study was Correlation design with
Crosssectionalapproach,The research sample consisted of 30 elderly at
TresnaWerdaSocilaInstitution, to take samples with total sampling technique and
the measuring instrument used was a questionnaire. Data analysis using Spreamen
Rank statistical test.
The results of the study indicated that 14 respondents (46.7%), had less
knowledge, and 14 respondents (46.7%) have a less attitude towards hypertension
diet.
Spearman rank analysis obtained p value of 0.001 so that H1 was accepted and
H0 was rejected. With a close value of r 0.561 (medium). which means there was
a relationship of knowledge with the attitudes of the elderly to hypertension diet
with a moderate degree of closeness.
Based on the results of the study, it was expected that the TresnaWerda
provides education about hypertension diet in the elderly so that the elderly
understand and understand hypertension.

Keywords: Knowledge with the attitude of the elderly to hypertension diet

ix
DAFTAR ISI
Sampul Dalam .................................................................................................... i
Lembar Persetujuan ............................................................................................ ii
Lembar Pengesahan............................................................................................. iii
Persembahan........................................................................................................ iv
Halaman Peryataan ............................................................................................ v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ vi
Abstrak................................................................................................................. vii
Daftar Isi ............................................................................................................ ix
Dafatr Tabel ....................................................................................................... xi
Daftar Gambar .................................................................................................. xii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiii
Daftar Istilah ..................................................................................................... xiv
Daftar Singkatan ............................................................................................... xvii
Kata Pengantar ................................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan 6
2.1.1 Pengertian Pengetahuan 6
2.1.2 Tingkat Pengetahuan 8
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 10
2.2 Konsep Sikap
2.2.1 Pengertian Sikap 12
2.2.2 Ciri-Ciri Sikap 14
2.2.3 Tingkatan Sikap 15
2.2.4 Fungsi Sikap 16
2.2.5 Bentuk Sikap 17
2.3 Konsep Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi 18
2.3.2 Tabel Klasifikasi Hipertensi 19
2.3.3 Jenis-Jenis Hipertensi 19
2.3.4 Patogenesis Hipertensi 20
2.3.5 Diit Hipertensi 21
2.3.6 Jenis Diit Hipertensi 22
2.4 Konsep Lansia
2.4.1 Pengertian Lansia 26
2.4.2 Batasan Lansia 27
2.4.3 Fasiologi Lansia 27
2.4.4 Karakteristik Lansia 27
2.4.5 Tipe-Tipe Lansia 28
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual 30

x
3.2 Hipotesa Penelitian 31
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian 32
4.2 Populasi,Sampel & Sampling 32
4.2.1 Populasi 32
4.2.2 Sampel 32
4.3 Teknik Sampling 33
4.4 Kerangka Kerja Penelitian 34
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 35
4.5.1 Identitas Variabel 35
4.5.2 Definisi Operasional Variabel 36
4.5.2.1 Tabel Definisi Operasional 36
4.6 Instrumen Penelitian 37
4.6.1 Uji Validitas 38
4.6.2 Uji Reabilita 38
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 38
4.8 Prosedur Pengumpulan Data 39
4.9 Teknik Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data 41
4.10 Etika Penelitian 46
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 47
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum 47
5.2.2 Data Khusus 49
5.3 Pembahasan 51
5.3.1 Pengetahuan Lansia Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna
Werda Magetan 51
5.3.2 Sikap Lansia Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda
Magetan 54
5.3.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Terhadap Diit
Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan 58
5.4 Keterbatasan Penelitian 59
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 60
6.2 Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 62
Lampiran-lampiran 63

xi
DAFTAR TABEL
Nomor JudulTabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO ................................ 19


Tabel 4.1 Tabel Definisi Operasional .................................................. 36
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin .............................. 48
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...................... 48
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .............. 49
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan ........... 49
Tabel 5.5 Karakteristik Responden BerdasarkanS ikap ....................... 50
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap
Lansia Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda
Magetan ............................................................................... 50

xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ……………………… 30
Gambar 4.4 Kerangka Kerja Penelitian ……………………………. 34

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pencarian Data Awal ................................................ 65


Lampiran 2 Permohonan Uji Valid & Reabilitas .................................. 66
Lampiran 3 Izin Penelitian .................................................................... 67
Lampiran 4 Surat Balasan ..................................................................... 68
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden ........................ 69
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .......................... 70
Lampiran 7 Kisi-Kisi Kuisioner............................................................ 70
Lampiran 8 Kuisioner Pengetahuan Diit Lansia Hipertensi ................. 72
Lampiran 9 Kuisioner Sikap Terhadap Diit Lansia Hipertensi............. 74
Lampiran 10 Uji Reabilitas dan Validitas ............................................... 76
Lampiran 11 Reabilitas Variabel ............................................................ 80
Lampiran 12 Uji spramen rank ............................................................... 82
Lampiran 13 Tabulasi kuisioner.............................................................. 83
Lampiran 14 Tabulasi data ...................................................................... 85
Lampiran 15 Output Data ....................................................................... 86
Lampiran 16 Foto Proses Penelitian ....................................................... 87

xiv
DAFTAR ISTILAH
NaCl : Natrium Chlorida
natriumbenzoate : Pengawet makanan
vetsin : Micin
monosodiumglutamate : Garam Natrium
middle age : Paruh Baya
elderly : Tua
old : Tua
very old : Sangat Tua
know : Tahu
recall : Penarikan
comprehension : Pemahaman
Application : Aplikasi
Analysis : Analisis
Synthesis : Perpaduan
Evaluation : Mengefaluasi
Receiving : Menerima
Responding : Merespon
valuing : Menghargai
responsible : Bertanggung Jawab
thesevent report of the joint : Laporan ketujuh nasional gabungan
national on prevention, detection, tentang pencegahan, deteksi, evaluasi, dan
evaluation, and treatment of high pengobatan tekanan darah tinggi
bloodpressur
isolated systolic hypertension :Hipertensi Histolik Terisolasi
diastolic hypertension :Hipertensi Diastolik

xv
DAFTAR SINGKATAN

NaCl : Natrium Klorida


WHO : World Health Organization
GBHN : Garis-garis Besar Haluan Negara

xvi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Terhadap Diet Hipertensi

Di Panti Tresna Werda Magetan” dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak

lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua Panti Drs.Setyo Budi,MM terimakasih yang sudah memberikan izin

dan kesempatan untuk melakukan penelitian di Panti Tresna Werda

Magetan.

2. Bapak Kuswanto,S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku pembimbing 1 yang telah

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Dian Anisia W,S.Kep.,Ns.,M.Kep, Juga selaku pembimbing 2 yang telah

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Retno Widiarini, SKM.,M.Kes Selaku Dewan Penguji dalam skripsi ini.

5. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah membantu

dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Staf, Kepala Di Panti Tresna Werda Magetan yang telah

memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

xvii
7. Kedua Orang tua saya Bapak Sunardi dan Ibu Purwati Ningsih yang telah

memberi dorongan, semangat dan doa tanpa henti.

8. Sahabat saya Risma Palupi, Eka Evi Yuliana, Qurrotu Ainin, dan seluruh

teman-teman yang telah memberi motivasi, kesetiaannya mendampingi

dan memberi masukan selama penyusunan skripsi ini dan bantuan berupa

apapun.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Wassalamualaikum Wr.Wb

Madiun, Juli 2018

Peneliti

Fara Ika Nastiti


NIM. 201402018

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketidakpatuhan terhadap program diit merupakan masalah yang besar

pada lanjut usia karena akan menjadikan penyakitnya semakin parah, bila hal ini

terus di lakukan dapat menyebabkan komplikasi lanjut. Hasil penelitian yang di

lakukan oleh Effendi & Rosyid (2011) menunjukan bahwa rendahnya angka

kepatuhan diit rendah garam membuat meningkatnya angka kejadian kekambuhan

hipertensi, sehingga perlu dilakukan perbaikan intervensi lain untuk meningkatkan

angka kepatuhan diit rendah garam pada penderita hipertensi. Kemudian

penelitian yang di lakukan oleh Jarbose (2002) menunjukan bahwa pasien yang

tidak patuh pada akhirnya akan diikuti dengan berhentinya pasien untuk

mengkunsumsi obat dan melanggar kepatuhan diit, sehingga dapat mengakibatkan

komplikasi lanjut dari hipertensi itu sendiri.

Berdasarkan survey pendahuluan yang di lakukan peneliti, di dapatkan

data 30% Lansia di Panti Tresna Werda Magetan, jumlah lansia 87 lansia dan

yang terkena hipertensi 30 lansia. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar

26,5% pada tahun 2013, tetapi yang sadar memeriksakan diri akan penyakit

hipertensi sangatlah minim. "Survei Indikator Kesehatan Nasional tahun 2016 kita

sudah menunjukkan prevalensi hipertensi ini meningkat jadi 32,4%. Dan di

Magetan angka penyakit hipertensi meningkat yang pria 42,38% dan wanita

57,62%.
1
Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi. Faktor

makanan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada penderita

hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar

dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita hipertensi

harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari dengan ada atau tidaknya sakit

dan gejala yang timbul. Hal ini di masukan agar keadaan tekanan darah penderita

hipertensi tetap stabil sehingga dapat menghindar dari penyakit hipertensi dan

komplikasinya (Agrina, 2011).

Diet untuk penderita hipertensi biasanya disebut dengan “diet rendah

garam”. Garam yang dimaksud adalah garam natrium yang terdapat di dalam

garam dapur (NaCl), soda kue, baking powder, natrium benzoat, dan vetsin

(monosodium glutamat). Natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa

tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Makanan sehari-

hari umumnya mengandung lebih banyak natrium dari pada yang dibutuhkan

tubuh.

Dalam kondisi normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui

urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan.

Menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gr per hari (ekuivalen

dengan 2400 mg natrium). Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam

bentuk NaCl, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga

menyebabkan hipertensi (Agrina, 2011).

2
WHO menggunakan batasan lansia menurut kelompok berikut: usia

pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun; lansia (elderly) yaitu

usia 60-74 tahun; lansia tua (old) yaitu 75-90 tahun; dan usia sangat tua (very old)

yaitu di atas 90 tahun. Berdasarkan dua batasan tersebut yang dimaksud lansia

adalah seseorang secara kronologis telah melewati ulang tahun ke 60 atau telah

memiliki umur lebih dari 60 tahun (WHO, 2009).

Faktor eksternal penyebab hipertensi seperti obesitas, konsumsi garam

berlebih, kurang olah raga, merokok dan konsumsi alkohol relatif dapat dikontrol.

Faktor stres emosional juga dapat menstimulasi sistem saraf simpatis, yang

menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan berakibat tekanan darah meningkat

(Shanty, 2011). Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih

belum dapat di ketahui kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi

esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi

primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi

hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak di temukan (Lewis,

2000).

Berkaitan dengan gaya hidup, maka pengetahuan, sikap dan kepatuhan

menjadi faktor utama agar penyakit hipertensi ini tidak berkembang menjadi

komplikasi yang lebih parah. Kepatuhan terhadap diet yang meliputi diet rendah

garam, rendah kolesterol dan rendah lemak sangat diperlukan. Kepatuhan sendiri

sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap penderita.Pengetahuan akan

mempengaruhi kompetensi perasaan dalam mengatur gejala. Seseorang yang

3
faham tentang hipertensi dan berbagai penyebabnya maka akan melakukan

tindakan sebaik mungkin agar penyakitnya tidak berlanjut (Bruce, 2001).

Lanjut usia hipertensi harus berpartisipasi aktif dan patuh menjalankan

program terapinya termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah dan diit

seperti gaya hidup yang sehat, pola makan dan aktifitas yang sehat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas di rumuskan pertanyaan

penelitian adalah “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Terhadap Diit

Hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan’’.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah Hubungan Pengetahuan Dengan

Sikap Lansia Terhadap Diit Hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang diit hipertensi pada lansia di

Panti Tresna Werda Magetan.

2. Mengidentifikasi sikap terhadap diit hipertensi pada Lansia di Panti Tresna

Werda Magetan.

3. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap Lansia terhadap diit

hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan.

4
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Menambah pengetahuan tentang pentingnya dalam menjalankan diit

hipertensi Pada Lansia yang menderita penyakit hipertensi.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya

3. dalam penelitianya untuk memperoleh data yang berhubungan

pengetahuan dengan sikap Lansia terhadap diit hipertensi.

4. supaya lansia dapat mendapatkan wawasan dari diit hipertensinya.

1.4.2 Mafaat Teoritis

1. Bagi lanjut usia

Hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan wawasan dan

pengetahuan lanjut usia dalam upaya mengatur diit dan pola hidup yang

benar guna mencecah kambuhnya penyakit hipertensinya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur untuk peneliti

selanjutnya tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia

Terhadap Diit Hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang yang

melakukan pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar di peroleh

dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam bentuk tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuanya. Akan tetapi perlu di tekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat

bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non

formal saja. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan

sikap seseorang, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek

tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization), salah satu bentuk

objek kesehatan dapat di jabarkan oleh pengetahuan yang di peroleh dari

pengalaman sendiri (Notoatmodjo, 2007).

6
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat

proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti

perubahan Intelegentia Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami

penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah

seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan

yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia

juga menurun.

menurut Wiet Harry A. (1996) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan

pula menentukan muda tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan yang mereka peroleh, pada umunya semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin baik pula pengetahuanya.

Menurut Cahyono (2008) salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk

mencegah terjadinya hipertensi yaitu olahraga. Melalui kegiatan olahraga jantung

bekerja secara lebih efisien, frekuensi denyut nadi berkurang , namun kekuatan

jantung semakin kuat, menurunkan lemak badan, berat badan, dan tekanan darah.

Menurut peneliti kurangnya aktivitas fisik olahraga meningkatkan resiko tekanan

darah tinggi karena bertambahnya resiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang

yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung

mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering

7
jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri

sehingga beresiko hipertensi

Maryam (2011) menyatakan bahwa pada lansia mengalami kemunduran

kemampuan kognitif antara lain yaitu berkurangnya ingatan atau suka lupa.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Yang Mencakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmojdo

(2003) mempunyai 6 tingkat,yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang di pelajari sebelunya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau

ransangan yang telah di terima. Contoh dapat menyebutkan tanda – tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami di artikan sebagai sesuatu kemampuan menjeaskan secara

benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Terhadap obyek yang di pelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat di artikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum,rumus, metode,

prinsip dan menggunakan.


8
Rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecah masalah

kesehatan dari kasus pemecah masalah di dalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis ( Analysis )

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalam komponen-komponen ,tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut, an masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan

memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthessi)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.

9
2.1.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) ada 2 faktor yang pempengaruhi pengetahuan :

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M.J Largevelt yang di kutip oleh

Notoatmodjo (2003) mendefinisikan bahwa bahwa pendidikan adalah

setiap usaha, pengaruh perlindungan, dan bantuan yang di berikan

kepada anak yang di tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN

Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha

dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b. Minat

Minat di artikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap suatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi di

dukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang

tersebut sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai

dengan apa yang di harapkan.

c. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang di alami seseorang. Yang

dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa tidak adanya suatu

pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan

bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar

pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan


10
yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,

penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.

d. Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang

tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih di

percaya dari pada yang orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya.

Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,

makin tua seseorang maka semakin kondusif dalam menggunakan

koping terhadap masalah yang di hadapi.

2. Faktor Eksternal

a. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer atau pun sekunder, keluaarga

dengan satatus ekonomi baik lebih mudah tercukupi di banding dengan

keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi

kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat di

simpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

tentang berbagai hal.

11
b. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna,dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut. Pesan-pesan sugestif di bawa oleh informasi tersebut apabila

arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya di gunakan menggunakan

kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh

perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.

c. Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka

sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau

sikap seseorang.

2.2. Konsep Sikap

2.2.1. Pengertian sikap

Sikap adalah sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan bahwa

manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan

terlebih dahulu. Jadi bisa dikatakan sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan

gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan lain (Notoatmodjo, 2010).

12
Menurut Kristiawani (2017) Ada dua faktor yang mempengaruhi

pembentukan dan perubahan sikap yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor internal berasal dari dalam diri individu seperti menerima, mengolah, dan

memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan

diterima dan mana yang tidak. Oleh karena itu faktor individu merupakan faktor

penentu pembentukan sikap. Dan Faktor eksternal berasal dari luar diri individu

berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat

bersifat langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan kelompok.

Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti: alat

komunikasi dan media masa baik elektronik maupun nonelektronik.

Menurut Widayatun (1999) Faktor Sikap seseorang dipengaruhi oleh

faktor intrinsik (di dalam diri), dan faktor ekstrinsik (di luar). Faktor intrinsik

meliputi kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan serta kebutuhan dan

motivasi seseorang. Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, pendidikan, ekonomi,

politik

Sedangkan menurut secord dan backman dalam (Saifudin, 2015). Sikap

adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan

predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan

sekitarnya. Menurut Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa

sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

13
1. Kepercayaan (keyakinan),ide dan konsep terhadap suatu objek, artinya

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap

objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, atinya

bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya fakor emosi) orang tersebut

terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend tabehave) artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

2.2.2 Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto, (1998) dalam buku Notoatmodjo, 2010 adalah

1. Sikap bukan di bawa sejak lahir melainkan di bentuk atau di pelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek degan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat di

rumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.


14
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-

pengetahuan yang di miliki orang.

2.2.3. Tingkatan sikap

1. Menerima (receiving)

Menerima di artikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus Yang di berikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila di Tanya,

mengerjakan tugas yang di berikan adalah suatu indikasi sikap karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang di berikan.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai di artikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti pembahasanya dengan

orang lain dan bahkan mengajak atau menganjurkan orang lain untuk

merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Seseorang yang

telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinanya, dia harus berani

untuk mengambil resiko bila ada ada orang lain mencemoohnya

(Notoatmodjo, 2010).
15
2.2.4 Fungsi Sikap

Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010), Sikap

mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat, fungsi

ini adalah berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh

mana obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam

rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang

dalam mencapai tujuanya, maka orang akan bersikap positif terhadap

obyek tersebut, demikian sebaliknya bila obyek sikap menghambat dalam

pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatife terhadap obyek

sikap yang bersangkutan.

2. Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang di ambil oleh seseorang demi untuk

mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini di ambil oleh seseorang pada

waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.

3. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk

mengepresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengeksoresikan

diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukan kepada

dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu,

ini menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang

bersangkutan.

16
4. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman-

pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari

pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang di ketahui oleh

individu, akan di susun kembali atau di ubah sedemikian rupa hingga

menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu

terhadap suatu objek, menunjukan tentang pengetahuan orang tersebut

terhadap objek sikap yang bersangkutan.

2.2.5 Bentuk Sikap

1. Sikap positif

Merupakan perwujudan nyata dari intesita perasaan yang memperhatikan

hal-hal positife. Suasan jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif

dari pada kegiatan yang menjemuka, kegembiraan dari pada kesedihan,

harapan dari pada keputusan. Suatu yang indah dan membawa seseorang

untuk selalu di kenang, dihargai, dihormati oleh orang lain. Untuk

menyatakan sikap yang positife, seorang tidak hanya mengepresikanya

hanya melalui wajah, tetapi juga dapat melalui bagaimana cara ia

berbicara,jumpa dengan orang lain, dan cara menghadapi masalah.

2. Sikap negatife

Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada

kesulitan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukan ketidak

ramahan, ketidak mentenangkan, dan tidak memiliki keperyaan diri

(Azwar, 2012).
17
2.3 Konsep Hipertensi

2.3.1. Pengetian Hipertensi

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120/80-130/85

mmhg. Seseorang dinyatakan terkena hipertensi bila tekanan darahnya >

140/90mmhg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 (the sevent report of the

joint national on prevention, detection, evaluation, and treatment of high

blood pressure) tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas 18

tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan

sistoliknya 140-159 mmhg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmhg.

Diklasifikasikan menderita hipertensi hipertensi stadium II apabila tekanan

sistoliknya lebih 160 mmhg dan diastoliknya lebih dari 100 mmhg

sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180

mmhg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmhg (Palmer, 2007). Bila

tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi

serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler (Palmer,

2007).

18
Tabel klasifikasi hipertensi menurut WHO dan JNC (joint national committee)

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi (WHO, 2009) :


Kategori Sistole (mmhg) Diastole (mmhg)
Optimal < 120 < 80
normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grub : perbatasan 140-149 90-94


Tingkat 2 ( hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Sumber : (Palmer, 2007).
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi (Joint National Committee, 2003):

Kategori sistole(mmhg) Dan/atau Diastole (mmhg)


Normal < 120 Dan < 80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥100
Sumber : (Palmer, 2007).
2.3.3 Jenis Jenis Hipertensi Pada Lanjut Usia

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat

dibedakan yaitu :

1. Hipertensi sistolik saja (isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-

12% penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada wanita. insidensi

mengingkat dengan bertambahnya umur.

2. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension),terdapat antara 12-14%

penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada pria. insidensi mengingkat

dengan bertambahnya umur.

19
3. Hipertensi sistolik-diastolik : terdapat pada 6-8% penderita usia > 60

tahun, lebih banyak pada wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur.

Di samping itu menurut (Palmer, 2007), terdapat pula dua jenis hipertensi yaitu :

1. Hipertensi esensial (primer)

Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar

95%. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Walaupun di kaitkan

dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola

makan.

2. Hipertensi sekunder

Tipe ini lebih jarang terjadi,hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan

darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini di sebabkan oleh kondisi medis

lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu.

2.3.4 Patogenesis Hipertensi Lanjut Usia

Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit berbeda

dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan pada usia lanjut

terutama adalah (Boedhi-Darmojo, 2011) :

1. Penurunan kadar renin karena penurunanya jumlah netron akibat proses

menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus : hipertensi-

glemerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, makin lanjutnya usia

makin sensitive terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

20
3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang ada akhirnya akan

mengakibatkan hipertensi sistolik saja.

4. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi

endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi

kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus

ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan

lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah.

2.3.5 Diit Hipertensi

Diit hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek

yang serius, karena metode pengendalianya yang alami (Purwati, 1997). Hanya

saja banyak lanjut usia yang menganggap diit hipertensi sebagai sesuatu yang

merepotkan dan tidak menyenangkan. Banyak makanan kesukaan bisa masuk

daftar terlarang,misal garam penyedap, makan-makanan asin dan kentang. Serta

mengatur pola hidup dan aktifitas yang sehat seperti berhenti merokok,

menurunkan berat badan yang berlebihan.

Tujuan diit hipertensi menurut Purwati (1997) sebagai berikut :

1. Mengurangi asupan garam

Mengurangi garam sering juga di imbangi dengan asupan lebih banyak

kalsium, magnesium dan kalium. Puasa garam untuk kasus tertentu dapat

menurunkan tekanan darah secara nyata.

2. Memperbanyak serat

21
Mengkonsumsi lebih banyak sayur yang mengandung banyak serat akan

memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium.

Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kaleng dan makanan

siap saji dan restoran, yang di khawatirkan mengandung banyak pengawaet

dan kurang serat.

3. Menghentikan kebiasaan buruk

Menghentikan rokok, kopi, alkohol dapat mengurangi beban jantung.

Sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan

resiko kerusakan pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja

lebih keras. Sedangkan alkohol dapat memicu tekanan darah.

4. Lengkapi kebutuhan kalsium

Kandungan kalsium yang di butuhkan di dalam kehidupan sehari-hari.

5. Manfaat sayuran dan bumbu dapur

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk mengontrol tekanan darah

seperti tomat, wortel, seledri, bawang putih dan kunyit.

2.3.6 Jenis Diit Hipertensi

Secara garis besar, ada empat macam diit untuk menanggulangi atau

mempertahankan keadaan tekanan darah yaitu (Ramayulis, 2008).

1. Diit rendah garam

Diit ini di berikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.

Tujuan diit rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan

darah,mencegah edema dan penyakit jantung. Adapun yang di sebut

22
rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi

mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium.

2. Diit rendah kolesterol dan lemak

Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu : kolesterol, trigeserida,

dan pospolipid. Tubuh mempunyai kolesterol dari makanan sehari hari dan

dari hasil sintesis dalam hati. Kolesterol dapat berbahaya jika di konsumsi

lebih banyak dari pada yang di butuhkan oleh tubuh.

3. Diit tinggi serat

Diit tinggi serat ingi sangat penting pada penderita hipertensi, serta terdiri

dari dua jenis yaitu serat kasar dimana banyak terdapat pada makan

karbohidrat, seperti kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serta kasar

dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar

mampu meningkat kolesterol maupun asam empedu dan selanjutnya akan

di buang bersama kotoran.

4. Diit rendah kalori

Diit ini di anjurkan bagi orang yang berlebihan berat badan. Kelebihan

berat badan atau obesitas akan resiko tinggi terkena hipertensi. Demikian

juga dengan orang yang berusia 40 tahun ke atas akan mudah terkena

hipertensi.

23
PENATALAKSANAAN DIET BAGI PENDERITA HIPERTENSI

a) Kandungan garam (Sodium atau Natrium)

Seseorang yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri

dalam mengkonsumsi garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah

garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang

berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam

natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam

dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan

garam lain diluar natrium.

Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi

garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Adapun syarat-syarat diet garam rendah adalah :

· Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.

· Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.

· Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau

air dan/atau hipertensi.

Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan

penyakit dapat diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah.

· Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)

24
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau

hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan

garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar

natriumnya.

· Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau

hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama

dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh

menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan

yang tinggi kadar natriumnya.

· Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi

ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam

Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt

garam dapur (4 g).

b) Kandungan Potasium atau Kalium

Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan

tekanan darah. Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-

buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan

baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara lain semangka, alpukat,


25
melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah

buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang

mengandung unsur omega 3 sagat dikenal efektif dalam membantu

penurunan tekanan darah (hipertensi).

Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram
mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik
dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk
membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah
menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan
faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak
kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit
degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan
diabetes mellitus.

2.4 Konsep lansia

2.4.1. Pengertian lansia

Lansia usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas. Pada

lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara

perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin

banyak distorsi metabolic dan struktural yang disebut penyakit degeneratif yang

menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal ( Darmojo

dan Martono, 1999).

26
2.4.2 Batasan lansia

Menurut WHO dalam IQbal 2009, menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia

kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok :

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59

2. Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) berusia 75 sampai 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2.4.3. Fisiologi lansia

Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara

alamiah. Di mulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umumnya di alami

seluruh makhluk hidup menua merupakan proses penurunan fungsi structural

tubuh yang diikuti penurunan daya tubuh, setiap orang akan mengalami masa tua,

akan tetapi penuaan pada tiap orang berbeda tergantung pada beberapa faktor

yang mempengaruhinya (Stanley, 2010).

2.4.4. Karakteristik lansia

Beberapa karakteristik lansia yaitu :

1. Jenis kelamin : lansia banyak pada wanita. Terdapat masalah kesehatan

yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan, misalnya lansia laki-

laki mengalami hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi

osteoporosis.

2. Status perkawinan : status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda

atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun

psikologis.
27
3. Kondisi kesehatan : kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada

orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti buang air besar dan kecil,dan

frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi

bahkan tergantung pada orang lain.

4. Keadaan ekonomi : kemampuan pendapatan lansia memerlukan biaya

yang lebih tinggi sementara pendapatan semakin menurun, status ekonomi

sangat terancam sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai

perubahan besar dalam kehidupan.

5. frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi

bahkan mulai tergantung pada orang lain.

6. Keadaan ekonomi : kemampuan pendapatan lansia memerlukan biaya

yang lebih tinggi sementara pendapatan semakin menurun, status ekonomi

sangat terancam sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai

perubahan basar dalam kehidupan(Azizah, 2011).

2.4.5. Tipe tipe lansia

Menurut Darmojo (2011) tipe tipe lansia yaitu :

1. Tipe konstuktif, orang ini mempunyai integritas baik dapat menikmati

hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristic, fleksibel (luwes) dan

tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda,mereka dapat

menerima fakta-fakta proses menua, mengalami mas pensiun dengan

tennang juga dalam mengalami masa akhir.

28
2. Tipe ketergantungan, orang lanjut usia ini masih di terima di masyarakat,

tetapi masih pasif, tak terambisi masih tau diri, tak empunyai inisiatif dan

bertindak tidak praktis.

3. Tipe defensive. Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan atau

jabatan tidak stabil, bersifat selalu menilak bantuan, seringkali emosinya

tidak terkontrol,memegang teguh pada kebiasaanya,bersifat kompulsif

aktif. Anehnya mereka takut menghadapi masa tua dan tak menyenangi

masa pensiun.

4. Tipe bermusuhan (hostility) mereka menganggap orang lain yang

menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga.

Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil, menjadi tua dianggapnya

tidak ada hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda.

5. Tipe membenci, menyalahkan diri sendiri (selfharts). Orang ini bersifat

kritis dan menyalahkan diri sendiri dan tidak mempunyai ambisi,

mengalami penurunan kondisi sosio- ekonomi namun mereka menerima

fakta akan proses menua.

29
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Faktor yang
mempengaruhi diit Faktor yang
hipertensi : mempengaruhi tekanan
darah:
1 . Pengetahuan : Tahu,
memahami, aplikasi, Yang tidak dapat di
analisis, sintesis, evaluasi. kontrol : jenis kelamin,
umur, keturunan dan
2 . Sikap : Lansia genetik.
mengurangi asupan
garam,Lansia Yang dapat di kontrol :
memperbanyak serat, merokok, konsumsi Na
menghentikan kebiasaan (Natrium), stress.
buruk,Lansia melengkapi
kebutuhan kalsium,
Tekanan darah
lansia hipertensi.
Diit hipertensi
terhadap lansia.

Tekanan darah naik. Tekanan darah turun.

Keterangan : Keterangan :

= Variabel yang di Teliti.

= Variabel yang tidak di Teliti.

= Berhubungan.

= Mempengaruhi.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia


Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan.

30
Gambar 3.1 Dapat di jelaskan bahwa diit hipertensi pada lansia dapat di pengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain pengetahuan yang berisi tahu, memahami,

aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, dan yang sikap berisi tentang menerima,

menanggapi, menghargai, bertanggung jawab. Faktor yang mempengaruhi

tekanan darah ada dua yaitu faktor yang tidak dapat di kontrol dan faktor dapat di

kontrol. Faktor yang tidak dapat di kontrol adalah keturunan dan genetik,jenis

kelamin dan umur sedangkan faktor yang dapat di kontrol adalah merokok,

konsumsi garam atau natrium dan stress. Konsumsi garam atau natrium dapat

mempengaruhi tekanan darah lansia hipertensi yaitu tekanan darah naik atau

turun.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis

akan bias memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis dan interpretasi

data (Nursalam, 2015). Hipotesis penelitian ini adalah :

H1: Ada hubungan pengetahuan dengan sikap lansia terhadap diit hipertensi di

Panti Tresna Werda Magetan.

31
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah

kolerasional dengan menggunakan desain cross sectional. Dalam penelitian ini

variabel yang akan diteliti yaitu Pada penelitian ini akan mengalisis hubungan

pengetahuan dengan sikap lansia terhadap diet hipertensi di Panti Tresna Werda

Magetan.

4.2. Populasi,Sampel & Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia penderita hipertensi dipanti

Tresna Werda Magetan sebanyak 30 orang.

4.2.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh lansia yang

mengalami Hipertensi sebanyak 30 lansia yang tinggal di Panti Tresna Werda

Magetan.

32
4.3. Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang di tempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperpleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini di lakukan dengan cara

nonprobability sampling yaitu dengan total sampling, total sampling merupakan

teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Setiadi,

2007).

33
4.4. Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Semua lanjut usia penderita hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan
yang berjumlah 30 Lansia

Sampel
Lansia penderita hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan yang
berjumlah 30 lansia, dengan teknik sampling menggunakan total
sampel.

Sampling
Total sampling

Pengumpulan Data
Menggunakan angket/kuisioner

Pengolahan Data
Editing, coding, dan scoring

Analisis data
Data di Analisis dengan spearmen Rank.

Hasil Dan Kesimpulan

Pelaporan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Lansia


Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan.
34
4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Identitas Variabel

Menyatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu

yang berpentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

di peroleh informasi tentang hal yang tersebut, kemudian di tarik kesimpulanya .

Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah :

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan diit


hipertensi.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap terhadap diit


hipertensi pada lansia.

35
4.5.2. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini akan di uraikan dalam

tabel berikut :

Tabel 4.1 Definisi Operasional

variabel Definisi parameter Alat Skala skor


operasional ukur data

Variabel Merupakan 1.:Tahu, Kuisioner Ordinal skor untuk


independen hasil tahu 2.memahami, dengan pertanyaan
Pengetahuan seseorang 3.aplikasi, skala
diit setelah 4.analisis, Guttman Ya : 1
hipertensi melihat 5.sintesis, Tidak: 0
sesuatu objek 6.evaluasi.
tertentu Kategori
dengan panca total score:
inderanya,dari
yang tidak Baik :
tahu menjadi 76-100%
tahu dan dari Cukup :
yang tidak 57-75%
dapat menjadi Kurang :
dapat < 56%

36
Variabel Sikap 1.Lansia Kuisioner Ordinal Skor untuk
dependen merupakan mengurangi dengan pertanyaan
Sikap diit reaksi/ respon asupan garam, skala
hipertensi yang masih 2.Lansia Likert
pada tertutup dari memperbanyak Kategori :
lansia sesorang serat, SS: 5
terhadap 3.Lansia S:4
sesuatu menghentikan R:3
stimulus/objek kebiasaan TS : 2
buruk, STS : 1
4.Lansia
lengkapi Kategori:
Kebutuhan Baik:>38
kalsium Cukup:24-
38
Kurang:<24

4.6. Instrumen penelitian

Kuesioner Pengetahuan diit hipertensi lansia yang digunakan kuesioner

modifikasi menurut (Notoatmojo, 2010).

1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu Jumlah pertanyaan yang

digunakan pada variabel pengetahuan adalah 10 item soal dengan

menggunakan skala guttman. pertanyaan dengan jawaban iya (1) , dan

tidak (0).

2. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang.

Dan variabel sikap dengan soal 10. Pertanyaan dengan jawaban Sangat

setuju (5), setuju (4), Ragu (3), Tidak setuju (2), Sangat tidak setuju (1).

Pertanyaan yang digunakan adalah angket tertutup atau terstruktur dimana

37
responden hanya tinggal menjawab atau memilih kolom yang sudah

disediakan (responden hanya memberikan tanda (√)).

4.6.1. Uji Validitas

Uji Validitas yang digunakan untuk mengukur indeks ketepatan kuisioner

dalam penelitian ini yaitu dengan rumus korelasi product momen pearson.

Kuesioner dikatakan valid apabila nilai signifikansi ≤ 0,05 atau nilai r hitung > r

table pada taraf signifikansi 5%, begitupun sebaliknya jika nilai signifikansi >

0,05 maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid.

4.6.2. Uji Reabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kuesioner dapat

dipercaya yaitu dengan alpha cronbach. Kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai

α > 0,06. Dalam kuesioner pengetahuan dan sikap terhadap diit hipertensi pada

lansia menggunakan kuesioner skala guttman.

4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian di lakukan Panti Tresna Werda Magetan. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama Desember 2017- Juli 2018.

38
4.8. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengurus surat pengantar dari kampus Stikes Bhakti Husada Mulia

Madiun.

2. Peneliti memberikan surat ijin dan meminta ijin kepada pengurus di Panti

Tresna Werda Magetan.

3. Menanyakan/menyeleksi populasi/sampel itu dengan cara memilih lansia

hipertensi (menensi).

4. Mengumpulkan lansia, menjelaskan yang dimaksud hipertensi.

5. Setelah di tentukan sampel nya kemudian melakukan penelitian dipanti

Tresna Werdha Magetan dengan teknik sampling total sampling dengan

cara mengambil semua lansia yang terkena hipertensi.

6. Membagikan kuisioner pengetahuan dan sikap terhadap diit hipertensi.

7. Kuisioner dikumpulkan kembali kepada peneliti setelah responden selesai

mengisi kuisioner

8. Peneliti memeriksa kembali kuisioner yang telah diiisi oleh responden

untuk mengantisipasi jika ada pertanyaan yang belum terjawab oleh

responden.

39
4.9. Teknik Analisis Data

1. Analisa univariat

Data umum

Untuk prosentase data umum meliputi usia, lama menderita hipertensi,

pengobatan rutin atau tidak, jenis kelamin, pendidikan kemudian di

kelompokan sesuai jawaban yang di isi pada kuisioner menggunakan

rumus :

a. Distribusi frekuensi

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, dan jenis kelamin

dalam bentuk distribusi frekuensi :

P F x 100%
N

Keteranagan :

P : presentase

F : Frekuensi jumlah responden

N : banyaknya responden

2. Analisa Bivariat

Analisa Data Bivariat dalam penelitian ini yaitu uji statistik spearmen

Rank. spearmen Rank di gunakan untuk mengetahui hubungan variabel

yang mempunyai data kategori variabel yang berskala ordinal dan

ordinal.dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan pengetahuan dan sikap terhadap diit hipertensi pada lansia

40
pengolahan data bivariat ini dengan menggunakan bantuan computer, uji

statistic yang di gunakan adalah spearmen Rank dengan a= 0,05. Dasar di

gunakan uji statistic spearmen Rank, jika data yang di olah mengandung

skala ordinal maka dapat di lakukan uji spearmen Rank.

Dari hasil perhitungan dengan bantuan komputerisasi unutk meng

interprestasikan seberapa kuat hubungan antar variabel, menurut pedoman untuk

memberikan interprestasi koefisien kontingensi jika C yang keluar

diiterprestasikan sebagai berikut:

0,00 – 0,199 = Sangat Rendah

0,20 – 0,399 = Rendah

0,40 – 0,599 = Sedang

0,60 – 0,799 = Kuat

0,80 – 1,000 = Sangat Kuat

4.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini di lakukan dengan beberapa tahap menurut

(Notoatmojo, 2012) :

1. Edting (penyuntingan data)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan. Apabila

ada data-data yang belun lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan

pengambilan data ulang untuk melengkapai data-data tersebut. Tetapi apabila

tidak memungkinan, maka data yang tidak lengkap tersebut diolah atau

dimasukkan dalam pengolah “data missing”

41
2 . Coding (pengkodean)

Setelah data diedit atau disunting, selanjunya dilakukan peng ”kodean”

atau “coding” , yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Pemberian kode pada penelitian ini untuk hasil dari

pengukuran. Dan kode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk variabel pengetahuan diit hipertensi skala pengukuran

dilakukan dengan menggunkan rumus standart skala ordinal untuk

menentukan skor persepsi skala responden secara keseluruhan.

Skornya adalah :

Baik kode 1 Kurang kode 3

Cukup kode 2

b. Untuk variabel sikap terhadap diit hipertensi skala pengukuran

dilakukan dengan menggunakan rumus Azwar, 2011 untuk

menentukan skornya yaitu :

Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

Ragu-Ragu (R) : 3

Tidak Setuju (TS) : 2

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

42
3 . Data entri (memasukan data)

Data yang dalam bentuk “kode” (angak atau huruf) dimasukkan ke

dalam program atau “sofwere” komputer. Dalam prosen ini dituntut ketelitian

dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tida, maka akan terjadi

bias, meskipun hanya memasukkan data.

4 . Scoring (pemberian skor)

Menetukan skor atau nilai untuk setiap intem peranyaan dan menentukan

nilai terendah dan tetinggi. Tahapan ini dilakukan setelah kode jawaban atau

hasil observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat

diberikan skor.

1. Skor untuk pengetahuan diit lansia hipertensi (Notoatmojo, 2011) :

Baik : 76-100%

Cukup : 57-75%

Kurang : < 56%

2. Untuk Menentukan Kategori sikap Menggunakan Rumus (Azwar ,2011) :

Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

Ragu-Ragu (R) : 3

Tidak Setuju (TS) : 2

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

43
X max = 5

X min = 1

L max = 10 x 5 = 50

L min = 10 x 1 = 10

Kategori BAIK jika skor : x ≥ (µ + 1.σ)

x ≥ (30 + 1.6,7)

x≥6

Nilai Baik = > 38

Ktegori Kurang jika skor : x < (µ - 1.σ)

x < (30 – 1.6,7)

x < 24

44
Kategori Cukup jika skor : ( m-1.0) > (m+1.0)

(30-1.6,7) ≥ x < (30+1.6,7)

3.8 ≥ x < 24 = nilai cukup 24- 38

Baik : > 38

Cukup : 24-38

Kurang : < 24

5 . Cleaning (pembersihan data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau respoden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan

data (data cleaning).

45
4.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mangajukan permohonan ijin kepada kepala

di Panti Tresna werdha Magetan untuk mendapatkan ijin persetujuan penelitian.

Setelah peneliti mendapatkan ijin dari institusi tersebut, barulah melakukan

penelitian dengan menekankan aspek etika yang meliputi:

1. Surat persetujuan penelitian (Informed Consent)

Responden membaca dan menyepakati maksud dari penelitian yang

peneliti jelaskan dan yang tertulis pada formulir kemudian mengisi formulir

dan memberikan anda tangan sebagai persetujuan untuk menjadi responden

penelitian.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasian indentitas subyek, peneliti tidak

mencatumkan nama lengkap subyek pada lembar pengumpulan data. Peneliti

memberikan informasi kepada responden untuk mencantumkan inisial nama

saja, namun kadang ada juga responden yang bersedia mencantumkan nama

lengkap, maka penulis akan menjaga privasi dari responden tersebut.

3. Kerahasian (Confindentiality)

Segala informasi yang didapat oleh peneliti baik dari responden

langsung maupun dari hasil pengamatan dijamin kerahasianya oleh peneliti.

46
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Panti Tresna Werda Magetan lokasi penelitian

secara geografis berada pada Wilayah pegunungan yang memiliki jalan menurun

dan menanjak. Fasilitas yang tersedia di Panti Tresna Werda Magetan meliputi 8

wisma (Srikandi, Arimbi, Bima, Rama, Shinta, Arjuna, Kuthi, dan pandu),

mushola, dapur, klinik kesehatan, sarana mahasiswa, dan ruang perawatan khusus

bagi lansia yang mengalami gangguan keterbatasan fisik. Lokasi disana sangat

mudah dijangkau, karena lokasinya terletak dipinggir jalan raya dan lansia yang

tinggal di Panti Tresna Werda Magetan berjumlah 87 lansia, 16 lansia dengan

perawatan khusus 15 dan petugas di Panti Tresna Werda Magetan berjumlah 28

terdiri dari 22 PNS, 3 PTT, Dan 3 tenaga kasar (tukang cuci, pengasuh wisma).

Di Panti Tresna Werda Magetan terdapat beberapa kegiatan diantaranya

terdapat kegiatan olahraga yaitu senam tera, senam lansia, senam otak yang

dilakukan pada hari selasa dan kamis setiap minggu. Selain senam juga ada

kegiatan lain, biasanya dilakukan kerja bakti yang dilakukan semua lansia yang

berada di wisma, lansia juga membuat kerajinan atau karya yang hasilnya sangat

berguna seperti sapu, kemonceng, dan keset.

47
5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Panti


Werda Magetan Pada Bulan Mei Tahun 2018

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


(%)

Laki-Laki 14 46,7%

Perempuan 16 53,3%

Total 30 100%

Sumber: Data umum hasil penelitian bulan Mei 2018

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa responden dengan jenis


kelamin perempuan sejumlah 16 (53,3%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Panti Werda


Magetan Pada Bulan Mei Tahun 2018

Usia
Mean 68,7
Minimal 60
Maksimal 79
Standar Deviasi 6,05
N 30
Sumber: Data umum hasil penelitian bulan Mei 2018

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa rata-rata usia lanjut usia 68

tahun, usia terendah 60 tahun dan tertinggi 80 tahun, dengan standar deviasi

48
sebesar 6,05. Pada tingkat kepercayaan sebesar 95% maka rentang usia

responden yaitu 66,96 tahun sampai dengan 69,57 tahun.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Panti


Tresna Werda Magetan Pada Bulan Mei 2018.

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 3 3,3

SLTP 1 10,0

Tidak Sekolah 26 86,7

Total 30 100

Sumber: data umum hasil penelitian bulan Mei 2018

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar lanjut usia

yang tidak sekolah sejumlah 26 (86,7%)

5.2.2 Data Khusus

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Lansia Terhadap

Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Lansia


Terhadap diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan Bulan
Mei 2018

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1. Baik 5 16,6
2. Cukup 11 36,7
3. Kurang 14 46,7
Jumlah 30 100
Sumber: Data khusus hasil peneltian bulan Mei 2018

49
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan bahwa sebagian besar lanjut

usia berpengetahuan kurang yaitu sejumlah 14 lansia (46,7%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Lansia Terhadap Diit Hipertensi Di

Panti Tresna Werda Magetan

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Lansia


Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan.
Persentase
No Sikap Frekuensi
(%)
1. Baik 4 13,3
2. Cukup 12 40.0
3. Kurang 14 46,7
Jumlah 30 100
Sumber: Data khusus hasil penelitian bulan Mei 2018

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukan bahwa sebagian besar lansia

memnpunyai sikap yang kurang terhadap diit hipertensi sebanyak 14 lansia

(46,7%).

3. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Terhadap Diit

Hepertensi Di Panti Tresna Werda Magetan

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap


Lansia Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda
Magetan

Sikap
Kura Total
Pengetahuan Baik Cukup
ng
F % F % F % F %
Baik 3 60,0 2 40,0 0 0 5 100
Cukup 1 9,0 6 54,5 4 36,4 11 100
kurang 0 0 4 28,8 10 71,4 14 100

50
Total 4 13,4 12 40,0 14 46,6 30 100
P value 0,001
R 0,561
Sumber: Data khusus hasil penelitian bulan Mei 2018

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 5.6 menggunakan uji spearman

Rank dengan α 0,05, dimana yang diuji adalah Pengetahuan Dengan Sikap Lansia

Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan didapatkan nilai ρ value

sebesar 0,001 < 0,05, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti terdapat

hubungan pengetahuan dengan sikap lansia terhadap diit hipertensi di Panti

Tresna Werda Magetan dengan nilai r atau nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,561

(sedang).

5.3 Pembahasan

5.3.1 Pengetahuan Tentang Diit Hipertensi Pada Lansia di Panti Tresna

Werda Magetan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 14 lansia (46,7%)

mempunyai pengetahuan dalam kategori kurang, kurang dalam hal ini yaitu

kurang dalam memahami pengaplikasian tentang diit hipertensi di kehidupan

sehari-hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dialakukan oleh

Sefriani (2010) Terhadap 52 lansia penderita hipertensi dikelurahan Pandean

Umbulharjo Yogyakarta didapatkan 38 (73,1) lansia mempunyai pengetahuan

yang rendah terhadap diit hipertensi.

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat

proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti

perubahan Intelegentia Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami

51
penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah

seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan

yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia

juga menurun.

Menurut Notoadmodjo (2012) bahwa semakin tinggi pendidikan akan

semakin baik pengetahuan seseorang, Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa sebagian besar lansia tidak sekolah sejumlah 26 lanisa (86,7%) hal ini

menunjukkan bahwa salah satu faktor lansia di Panti Tresna Werda Magetan

berpengetahuan kurang dikarenakan sebgian besar tidak bersekolah, sedangkan

menurut Wiet Harry A. (1996) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan pula

menentukan muda tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan

yang mereka peroleh, pada umunya semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin baik pula pengetahuanya.

Maryam (2011) menyatakan bahwa pada lansia mengalami kemunduran

kemampuan kognitif antara lain yaitu berkurangnya ingatan atau suka lupa, hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rerata usia lansia 68

tahun, yang artinya lansia di panti tresna werda magetan mempunyai kemampuan

kognitif yang kurang dikarenakan usia lansia yang termasuk usia lanjut.

Karena adanya perubahan tersebut dapat mempengaruhi lansia dalam

memahami setiap informasi yang diterima. Selain itu terganggunya fungsi

pendengaran pada sebagian lansia yang ada di panti menyebabkan lansia sulit
52
dalam mendengarkan arahan atau informasi yang disampaikan. Karna tinggal

sendiri dan tidak tinggal dengan anggota keluarga membuat lansia acuh terhadap

kesehatannya, terkadang mereka lupa dan tidak ada yang mengingatkan makanan

yang seharusnya dikonsumsi. Sehingga hal ini menjadi suatu kebiasaan yang

membuat lansia merasa bebas dalam menentukan pola makan.

Berdasarkan hasil penelitian trend penerapan parameter pengetahuan yang

dialami oleh lansia yaitu parameter aplikasi sebanyak 24 (80%) responden.

Sebagian besar lansia tidak mengetahui bahwa mengkonsumsi garam berlebihan

menyebabkan tekanan darah meningkat. Menurut Setiawati dan Bustami (2005)

salah satu faktor penyebab hipertensi yaitu makan garam (natrium) berlebihan.

Menurut peneliti kandungan natrium yang terdapat dalam garam dapat menahan

lebih banyak cairan sehingga air tersebut masuk ke dalam pembuluh darah dan

meningkatkan volume darah, sedangkan ukuran pembuluh darah tidak berubah

sehingga tekanan darah pada pembuluh darah menjadi berlebih dan timbul

hipertensi. Dikarenakan lansia sudah pikun lansia menjadi lupa kalau garam dapat

memicu hipertensi.

Sebagian besar responden juga tidak mengetahui bahwa olahraga secara

teratur dapat mencegah terjadinya hipertensi. Menurut Cahyono (2008) salah satu

faktor yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi yaitu olahraga.

Melalui kegiatan olahraga jantung bekerja secara lebih efisien, frekuensi denyut

nadi berkurang , namun kekuatan jantung semakin kuat, menurunkan lemak

badan, berat badan, dan tekanan darah. Menurut peneliti kurangnya aktivitas fisik

olahraga meningkatkan resiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya resiko


53
untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak

jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula

kekuaan yang mendesak arteri sehingga beresiko hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang mendukung sehingga

kurangnya pengetahuan tentang diit pada lansia dapat disebabkan salah satunya

dengan adanya kemunduran kemampuan dalam mencerna informasi yang

diterima.

5.3.2 Sikap Lansia Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagaian besar lansia mempunyai

sikap kurang sejumlah 14 lansia (46,7%). Artinya sebagian besar lansia tidak

begitu peduli tentang diit yang baik untuk penderita hipertensi. Menurut

Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi

terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi perilaku (reaksi tertutup)

(Kristiawani, 2017). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kartikasari

(2009) di Puskesmas Jawa Tengah ini sejalan dengan penelitian yang dialakukan

oleh 33 responden (61,1%) dan sikap diet hipertertensi kurang baik sebanyak 21

responden (38,9%).

Sedangkan tingkatan sikap terdiri atas menerima yaitu mau atau dapat

menerima stimulus yang diberikan. Kemudian menanggapi yaitu memberikan

jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.


54
Menghargai dalam artian seseorang yang memberikan nilai positif terhadap objek

atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau

mempengaruhi orang lain merespon. Dan bertanggung jawab ketika seseorang

yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani

mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain

(Notoatmojo, 2010).

Menurut Widayatun (1999) Faktor Sikap seseorang dipengaruhi oleh faktor

intrinsik (di dalam diri), dan faktor ekstrinsik (di luar). Faktor intrinsik meliputi

kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan serta kebutuhan dan motivasi

seseorang. Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, pendidikan, ekonomi, politik

Azwar (2003) mengemukakan bahwa sikap dapat diubah dengan strategi persuasi

yaitu memberi ide, pikiran, pendapat, bahkan fakta baru 60 lewat pesan

komunikatif selanjutnya disebutkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh

terhadap pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi,kebudayaan, orang yang

dianggap berpengaruh, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, dan

faktor-faktor emosi dalam individu. Pada lansia dipanti memiliki pengalaman

pribadi dan kebudayaan masing-masing seperti bila tidak minum kopi badan jadi

tidak segar sehingga sikap mereka seperti itu dapat mempengaruhi terjadinya

hipertensi

Menurut Azwar (2003) Salah Satu Faktor yang mempengaruhi sikap yaitu

pendidikan. Semakin tinggi tinggkat pendidikan maka semakin baik pula sikap

dan perilaku seseorang di karenakan pengetahuanya yang luas, hal ini sesuai

dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar lansia yang mempunyai sikap
55
kurang adalah lansia yang tidak sekolah 26 lansia (87,7%) Tingkat pendidikan

juga berpengaruh terhadap gaya hidup yaitu kebiasaan merokok dan aktifitas

olahraga,Selain itu Maryam (2011) juga mengatakan bahwa semakin

bertambahnya usia maka dapat terjadi penurunan kognitif. Pada penenlitian ini

didapat umur lansia rerata 68 dan tidak bersekolah. Sehingga dengan usia yang

semakin tua dan dengan tingkat pendidikan yang tidak bersekolah maka akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan lansia. Bila pengetahuan lansia rendah atau

kurang maka juga dapat mempengaruhi sikap lansia.

Karna kurang pengetahuan sehingga lansia cenderung bersikap acuh.

Lansia di panti cenderung merasa acuh atau tidak begitu memperhatikan apa saja

yang dikonsumsi. Karna terbiasa mendapatkan makanan yang sudah diolah secara

langsung selain itu lansia selalu berkeyakinan bahwa apa saja yang dikonsumsi

dapat memberikan keberuntungan dalam hal kesehatan. Ditambah dengan

pengalaman masa lalu yang terbiasa mengonsumsi makanan tanpa harus

memperdulikan kadar gizi yang terkandung cenderung membuat lansia seenaknya

dalam mengonsumsi makanan terutama yang dapat memicu darah tinggi.

Keyakinan yang tinggi bahwa apa saja yang dimakan dapat menjaga tubuhnya

tetap sehat, membuat sebagian lansia sangat sulit untuk menerima informasi baru.

Menurut Kristiawani (2017) Ada dua faktor yang mempengaruhi

pembentukan dan perubahan sikap yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor internal berasal dari dalam diri individu seperti menerima, mengolah, dan

memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan

diterima dan mana yang tidak. Oleh karena itu faktor individu merupakan faktor
56
penentu pembentukan sikap. Dan Faktor eksternal berasal dari luar diri individu

berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat

bersifat langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan kelompok.

Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti: alat

komunikasi dan media masa baik elektronik maupun nonelektronik.

Berdasarkan fakta dan teori di atas sejalan dengan pendapat peneliti bahwa

sikap yang kurang terhadap diit hipertensi di pengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Faktor internal antara lain kejenuhan, karena hampir setiap hari

mengkonsumsi makanan yang sama sehingga pada saat libur dan diperbolehkan

keluar panti mereka membeli kopi, rokok yang dikonsumsi tanpa sepengetahuan

petugas panti. Faktor eksternal yaitu dari petugas panti, setiap hari makanan lansia

disediakan oleh petugas panti dan tidak dibedakan antara lansia yang hipertensi

atau tidak, sehingga ketika makanan terlalu asin lansia yang hipertensi pun ikut

mengkonsumsinya.

Berdasarkan hasil penelitian trend parameter sikap yang dialami oleh

lansia yaitu parameter mengurangi asupan garam yaitu sebanyak 23 (76,7%)

lansia. Lansia di panti tresna wredha tidak mengurangi asupan makanan yang

banyak mengandung garam dan makanan yang berlemak karena setiap harinya

makanan mereka disiapkan oleh petugas panti. Berdasarkan pengakuan dari

responden sayur yang mereka makan sering keasinan dan hampir setiap hari

mengkonsumsi gorengan seperti tempe, bakwan, dan tahu goreng.

57
5.3.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Terhadap Diit Hipertensi

Di Panti Tresna Werda Magetan.

Pada hasil analisis menggunakan spearman rank terdapat hubungan

pengetahuan dengan sikap diit hipertensi di panti tresna werdha Magetan dengan

derajat keeratan sedang. Hasil pengetahuan menunjukkan terdapat hubungan

positif antara pengetahuan dengan sikap terhadap diit hipertensi pada lansia.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin baik pula sikap terhadap diet

hipertensi lansia, sebaliknya semakin rendah tinkat pengetahuan maka semakin

buruk pula sikap terhadap diet hipertensi lansia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Devita

Kusuma Indravastuti tahun 2014 yang berjudul hubungan pengetahuan dengan

sikap kepatuhan diit hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi di panti

werdha bakti kasih Surakarta dari 35 responden didapatkan nilai p value 0,016,

yang berarti terhadap hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap diit hipertensi

di panti tresna werdha Magetan.

Menurut Niven (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi sikap yaitu

pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain penting

untuk menentukan tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian

membuktikan bahwa sikap didasari oleh pengetahuan (Wawan & Dewi 2011).
58
Sejalan dengan Diyani (2010) yang menjelaskan bahwa pengetahuan berpengaruh

pada sikap suatu individu. Sebelum seseorang berperilaku baru, terlebih dahulu ia

tahu apa arti dan manfaat sikap bagi dirinya sendiri. Setelah ia tahu, selanjutnya ia

menilai dan bersikap terhadap stimulus yang ia dapat. Setelah itu dia akan

bertindak (praktek) terhadap peningkatan kesehatan.

Menurut peneliti seseorang yang mempunyai pengetahuan baik lebih

pintar mengatur pola atau gaya hidupnya, termasuk dalam hal diet hipertensi.

Seseorang yang berpengetahuan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan

bersikap hati-hati tentang asupan makanan maupun minuman yang dapat memicu

kenaikan tekanan darah. Begitupun sebaliknya jika seseorang mempunyai

pengetahuan yang kurang maka akan cenderung tidak memperhatikan dan

bersikap acuh terhadap asupan makanan atau minuman yang dapat memicu

kenaikan tekanan darah.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam Melaksanakan penelitian ini, mengakui adanya banyak kelemahan

dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal atau bisa

di katakan belum sempurna, banyak sekali kekurangan antara lain :

1) Salah satu keterbatasan utama menelitian ini adalah sampel terbatas pada lansia

hipertensi.

2) Waktu penelitian yang bertepatan dengan jadwal-jadwal yang di tentukan kegiatan

di panti.

59
3) Salah satu cara pengumpulan data menggunakan kuisioner, memungkinkan

responden menjawab pertanyaan yang kurang jujur atau tidak mengerti pertanyaan

yang di maksud.

60
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Beradasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul Hubungan

Pengetahuan Dengan Sikap LansiaTerhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna

Werda Magetan, penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan Lansia di Panti Tresna Werda Magetan terhadap diit

Hipertensi adalah kurang.

2. Sikap lansia di Panti Tresna Werda Magetan terhadap diit hipertensi

adalah kurang.

3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap lansia terhadap diit

hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan.

6.2 Saran

1. Bagi Lansia

Agar meningkatkan motivasi diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan

bersama yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain, agar

interaksi sosialnya tidak berkurang.

2. Bagi pegawai Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Agar pihak Panti Tresna Werda Magetan dapat melakukan kegiatan-

kegiatan yang berfungsi untuk memberdayakan bakat serta kemampuan

yang dimiliki oleh lansia, dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi

61
pertimbangan bagi pihak panti tentang pengetahuan terhadap diit

hipertensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Maka peneliti

selanjutnya perlu melakukan penelitian serupa yang berlokasi di suatu

komunitas masyarakat. Hal ini dikarenakan karakteristik lingkungan yang

berbeda antara di lingkungan Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan

komunitas. Maka perlu diteliti juga bagaimana hubungan Pengetahuan

dengan sikap lansia terhadap diit hipertensi yang ada di komunitas. Selain

itu dapat juga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat faktor-

faktor apa saja yang berhubungan pengetahuan dengan sikap lansia

terhadap diit hipertensi di panti tresna werda magetan ataupun lansia yang

ada di lingkungan komunitas.

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Untuk memberikan pendidikan pengetahuan diet hipertensi kepada lansia

di Panti Tresna Werda Magetan.

62
DAFTAR PUSTAKA

Agrina, R. 2011. Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam pemenuhan Diit


Hipertensi. Jurnal Keperawatan Universitas Riau . Di Akses 20
Januari 2018.

Azizah, L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia . Yogyakarta: Graha ILmu.

Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

.2012. Penyusunan Skala Psikologi . Yogyakarta: Daftar Pustaka.

Boedhi, Darmojo,R . 2011. Geriatri ilmu Kesehatan Usia Lanjut . Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bruce, L. 2001. Qualitative Research Methods for the social sciences. United
state of Amerika : California state University. .

Constantinides, P, 1994. General Pathobiology. Appleton & lange

Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modren. Kanisius. Jakarta.

Darmojo, R. 2011. Buku Ajar Gerontik (ilmu Kesehtan Lanjut Usia). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

Darmojo, R &Martono, P. 1999. Konsep Dan Proses Perawatan Lansia.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Effendy, N. & Rosyid,FN. 2011. Hubungan Kepatuhan Diit Rendah Garam Dan
Terjadinya Kekambuhan Pada Pasien Hipertensi . Jurnal ilmu
Kesehatan Masyarakat . Di akses tanggal 20 Januari 2018

Hardywinoto, & Setiabudy, S. 2007. Farmakologi dan Terapi . Jakarta: Gaya


Baru.

Hary, Wied. 1996. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.


Diaksesdarihttp://Satrio20Damar%20Panuluh%20%20Faktor%20faktor%20yang
20mempengaruhi%20pengetahuan.htmpada tanggal 25 Juli
2018.
Iqbal M,&Wahit. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Jarbose, K. 2002. Treatment Nonadherence: Cases & Potential Resolutions


63
. Journal of American Psychiatric Nurses Association. Di akses tanggal 20 Januari
2018.

JNC VII.2003. The seventh report of the Joint National Committee on


prevention,detection,evaluation, and treatment of high blood
pressure.Hypertension..http://hyper.ahajournals.org/cgi/content
/full/42/6/1206. Di akses tanggal 20 Januari.

Katz, D. 1964. “The Motivational Basis of Organizational Behaviour”, dalam


Behavior Science. 9, halaman: 131-133

Kristiawati K (2017) Jurnal SIKAP LANSIA. Di akses tanggal 25 Juli 2018.


Lewis. 2000. Medical Surgical Nursing ; Assesment and Management of Clinical
Problems , philadelphia. .
Middlebrook, P.N. 1974. Social Psychology and Modern Life. New York: Alfred
A. Knopf Inc

Mujahidullah.P .2012 dan Wallace W. 2007Jurnal Konsep Lansia. Di akses


Tanggal 27 Juli 2018.
Maryam, R. Siti dkk. (2011).Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta
:Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat ilmu Dan Seni. Jakarta.

. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.

. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, RenikaCipta.Jakarta.

. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Renika Cipta.

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian iLmu Keperawatan . Jakarta: Salemba


Medika.

. 2008. Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Palmer, A. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa Elizabeth Yasmine:


Erlangga.

Purwanto, H. 1998. Menuju Keperawatan Profesional. Semarang: Akper Depkes.

Purwati, S. 1997. Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi.


Jakarta: Penebar Surabaya.

64
Ramayulis, K. 2008. Jenis-Jenis diit Hipertensi. Jakarta: Daftar Pustaka.

Saifudin, M. 2015. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Schere, S.& Bruce, L. 2001. Qualitative Research Methods for the social
sciences. United state of Amerika : California state University. .

Setiabudy, S. 2007. Farmakologi dan Terapi . Jakarta: Gaya Baru.

Setiadi, P. 2007. Konsep Dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha ILmu.

Shanty. 2011. Silent Killer Deseases. Yogyakarta: Javalitera.

Stanley, M. 2010. Buku Ajar Gerontik. Jakarta: EGC.

Wawan, A & Dewi, M. 2010. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia.


Yogyakarta.

Widayatun (1999) Faktor Sikap Jurnal Di akses Tanggal 27 Juli 2018.


WHO. 2009. Infant Mortality World Health Organization.

65
LAMPIIRAN 1

66
LAMPIIRAN 2

67
LAMPIIRAN 3

68
LAMPIIRAN 4 

69
Lampiran 5
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES


Bhakti Husada Mulia Madiun,

Nama : FARA IKA NASTITI

Nim : 201402018

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan


Dengan Sikap Lansia Terhadap Diit Hipertensi Di Panti Tresna Werda Magetan.

Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan bapak ibu untuk bersedia
menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data
pribadi bapak ibu akan sangat kami jaga dan informasi yang kami dapatkan akan
saya gunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian permohonan saya, atas perhatianya dan kesediaan bapak ibu saya
mengucapkan terimakasih.

Magetan, April 2018

Peneliti

FARA IKA NASTITI


NIM 201402018

70
Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Yang bertanda tanan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat:

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat,

jaminan kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun yang bernama Fara Ika Nastiti yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Terhadap Diit Hipertensi

Di Panti Tresna Werda Magetan”. Saya mengetahui bahwa informasi yang

akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di

Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan dengan

sebenar-benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk dipergunakan

sesuai keperluan.

Madiun, April 2018

Peneliti Responden

FARA IKA NASTITI


NIM 201402018

71
Lampiran 7

KISI-KISI KUISIONER

Judul : HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP LANSIA


TERHADAP DIIT HIPERTENSI DI PANTI TRESNA WERDA
MAGETAN.

Variabel Sub Variabel Jumlah Soal No Soal


Pengetahuan diit Pengaruh diit
hipertensi pada hipertensi pada
lansia. lansia.

1.:Tahu, 4 1, 2, 3, 4,

2.memahami, 3 5,6,7

3.aplikasi, 3 8,9,10

4.analisis, 1 11

5.sintesis, 2 12,13

6.evaluasi. 2 14,15

Sikap terhadap diit Sikap terhadap diit


hipertensi pada hipertensi pada
lansia. lansia.

1.mengurangi
asupan garam, 3 1, 2,3

2.memperbanyak 2 4,5
serat,

3.menghentikan 2 6,7
kebiasaan buruk,

4.lengkapi 3 8,9,10
Kebutuhan kalsium

72
Lampiran 8

KUISIONER PENGETAHUAN DIIT HIPERTENSI PADA LANSIA.

IDENTITAS:

Tanggal pengisian kuisioner :

Nama (inisial) :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Petunjuk pengisian kuesioner :

Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang

tersedia dibagian kanan pertanyaan dengan pilihan jawaban YA dan TIDAK

dengan memberi tanda centang/check list(√). Dimohon agar pengisian kuesioner

penelitian ini dilakukan secara teliti agar tidak ada pertanyaan yang terlewat dan

diisi dengan jujur karena tidak ada dampak buruk dari hasil penelitian ini.

Kuisioner pengetahuan diit hipertensi pada lansia:

No. ASPEK YANG DI UKUR YA TIDAK

1. Penyakit hipertensi merupakan darah tinggi

2. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmhg

3. Darah tinggi merupakan tanda awal penyakit stroke.

4. Pola makan rendah lemak baik untuk mengontrol tekanan


darah.
5. Penderita darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah
ke pelayanan kesehatan yang terdekat

73
6. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko tekanan
darah
7. Membatasi makanan berlemak merupakan salah satu usaha
untuk mencegah tekanan darah tinggi
8. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan
tekanan darah meningkat
9. Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain
untuk mencegah tekanan darah tinggi adalah olahraga secara
teratur.
10. Penderita hipertensi sebaiknya memeriksakan tekanan darah
secara teratur tiap bulan dan mengkontrol pola makan
11. kurang istirahat dan banyak beban pikiran dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat
12. Penderita tekanan darah tinggi boleh melakukan olahraga
ringan seperti jogging, jalan-jalan
13. Mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti
gorengan, dan makan yang bersantan perlu di kurangi oleh
penderita hipertensi.
14 Penderita hipertensi dapat melakukan diitnya setiap hari.

15. Selama diit hipertensi penyakitnya jarang kambuh.

74
Lampiran 9
Kuesioner Sikap Terhadap Diit Hipertensi Pada Lansia.

IDENTITAS:

Tanggal pengisian kuisioner :

Nama (inisial) :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Petunjuk pengisian kuesioner

Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang

tersedia dibagian kanan pertanyaan dengan mengisi centang / check list(√).

Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti agar

tidak ada pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena tidak ada

dampak buruk dari hasil penelitian ini.

SS : Sangat setuju

S : Setuju

R : Ragu - Ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat tidak setuju.

75
Kuisioner sikap diit hipertensi :

No. ASPEK YANG DI UKUR SS S R TS STS

1. Saya makan teratur seperti makan 3x


sehari
2. Saya setiap hari mengurangi makanan yang
banyak mengandung garam
3. Saya mengurangi makanan yang berlemak,
yaitu gorengan, santen dll
4 Saya mengkonsumsi sayur – sayuran setiap
hari
5. Saya mengkonsumsi buah – buahan yang
mengandung banyak serat, contoh : papaya
6. Saya menghentikan kebiasaan buruk saya,
seperti : merokok,minum kopi, stress
7. Saya berolah raga setiap hari, seperti :
jalan – jalan, melakukan aktifitas
8. Saya makan tahu, tempe 1-3 potong setiap
kali makan
9. Saya minum susu yang mengandung
kalsium, bila ada
10. Saya memakan ikan salmon atau biji-
bijian untuk memenuhi kalsium di tuhuh
saya, bila ada

76
Lampiran 10
Validitas Pengetahuan Diit Hipertensi
Correlations

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 Total_Score
VAR00001 Pearson ** ** ** ** ** ** ** * **
1 .489 .850 .523 .550 .250 .550 .289 -.098 .100 .196 -.047 .489 .533 .400 .617
Correlation
Sig. (2-tailed) .006 .000 .003 .002 .183 .002 .122 .607 .599 .300 .804 .006 .002 .029 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00002 Pearson ** ** ** ** ** * * ** ** **
.489 1 .636 .870 .489 .342 .489 .367 .139 .049 .426 .157 .713 .793 .342 .746
Correlation
Sig. (2-tailed) .006 .000 .000 .006 .064 .006 .046 .465 .797 .019 .407 .000 .000 .064 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00003 Pearson ** ** ** ** ** * ** ** ** **
.850 .636 1 .666 .700 .250 .700 .433 .049 .250 .342 .094 .636 .693 .550 .799
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .183 .000 .017 .797 .183 .064 .619 .000 .000 .002 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00004 Pearson ** ** ** ** ** * * ** ** * **
.523 .870 .666 1 .523 .238 .523 .384 .172 .238 .451 .279 .731 .690 .381 .785
Correlation
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .003 .206 .003 .036 .363 .206 .012 .136 .000 .000 .038 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00005 Pearson ** ** ** ** ** ** ** ** **
.550 .489 .700 .523 1 .550 1.000 .722 .342 .250 .342 .094 .342 .533 .250 .784
Correlation
Sig. (2-tailed) .002 .006 .000 .003 .002 .000 .000 .064 .183 .064 .619 .064 .002 .183 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00006 Pearson ** ** ** * **
.250 .342 .250 .238 .550 1 .550 .866 .342 .100 .342 .236 .049 .373 .250 .587
Correlation
Sig. (2-tailed) .183 .064 .183 .206 .002 .002 .000 .064 .599 .064 .209 .797 .042 .183 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00007 Pearson ** ** ** ** ** ** ** ** **
.550 .489 .700 .523 1.000 .550 1 .722 .342 .250 .342 .094 .342 .533 .250 .784
Correlation
Sig. (2-tailed) .002 .006 .000 .003 .000 .002 .000 .064 .183 .064 .619 .064 .002 .183 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00008 Pearson * * * ** ** ** ** ** * **
.289 .367 .433 .384 .722 .866 .722 1 .508 .289 .508 .355 .085 .431 .289 .742
Correlation
Sig. (2-tailed) .122 .046 .017 .036 .000 .000 .000 .004 .122 .004 .055 .656 .017 .122 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

77
VAR00009 Pearson ** ** * *
-.098 .139 .049 .172 .342 .342 .342 .508 1 .196 .713 .434 -.005 .167 .049 .449
Correlation
Sig. (2-tailed) .607 .465 .797 .363 .064 .064 .064 .004 .300 .000 .016 .980 .378 .797 .013
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00010 Pearson ** ** *
.100 .049 .250 .238 .250 .100 .250 .289 .196 1 .489 .661 .049 .053 .250 .435
Correlation
Sig. (2-tailed) .599 .797 .183 .206 .183 .599 .183 .122 .300 .006 .000 .797 .780 .183 .016
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00011 Pearson * * ** ** ** ** **
.196 .426 .342 .451 .342 .342 .342 .508 .713 .489 1 .712 .139 .323 .196 .671
Correlation
Sig. (2-tailed) .300 .019 .064 .012 .064 .064 .064 .004 .000 .006 .000 .465 .081 .300 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00012 Pearson * ** ** *
-.047 .157 .094 .279 .094 .236 .094 .355 .434 .661 .712 1 .018 .111 .236 .460
Correlation
Sig. (2-tailed) .804 .407 .619 .136 .619 .209 .619 .055 .016 .000 .000 .923 .560 .209 .011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00013 Pearson ** ** ** ** ** ** **
.489 .713 .636 .731 .342 .049 .342 .085 -.005 .049 .139 .018 1 .636 .636 .597
Correlation
Sig. (2-tailed) .006 .000 .000 .000 .064 .797 .064 .656 .980 .797 .465 .923 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00014 Pearson ** ** ** ** ** * ** * ** ** **
.533 .793 .693 .690 .533 .373 .533 .431 .167 .053 .323 .111 .636 1 .533 .753
Correlation
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .002 .042 .002 .017 .378 .780 .081 .560 .000 .002 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
VAR00015 Pearson * ** * ** ** **
.400 .342 .550 .381 .250 .250 .250 .289 .049 .250 .196 .236 .636 .533 1 .572
Correlation
Sig. (2-tailed) .029 .064 .002 .038 .183 .183 .183 .122 .797 .183 .300 .209 .000 .002 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Total_Score Pearson ** ** ** ** ** ** ** ** * * ** * ** ** **
.617 .746 .799 .785 .784 .587 .784 .742 .449 .435 .671 .460 .597 .753 .572 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .013 .016 .000 .011 .000 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).

78
Validitas Sikap Terhadap Diit Hipertensi
Correlations
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 Total_Score
** * ** ** **
VAR00001 Pearson Correlation 1 .290 .754 .440 .467 .292 .358 -.070 .652 .199 .735
Sig. (2-tailed) .120 .000 .015 .009 .117 .052 .713 .000 .292 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00002 Pearson Correlation .290 1 .085 .703 .401 .490 .079 .287 .245 .063 .612
Sig. (2-tailed) .120 .654 .000 .028 .006 .680 .124 .192 .739 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00003 Pearson Correlation .754 .085 1 .249 .347 .375 .173 -.217 .785 -.006 .585
Sig. (2-tailed) .000 .654 .184 .060 .041 .361 .250 .000 .977 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** ** **
VAR00004 Pearson Correlation .440 .703 .249 1 .345 .510 .053 .295 .569 .128 .720
Sig. (2-tailed) .015 .000 .184 .062 .004 .781 .114 .001 .500 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00005 Pearson Correlation .467 .401 .347 .345 1 .053 -.070 .170 .333 .634 .639
Sig. (2-tailed) .009 .028 .060 .062 .779 .712 .370 .073 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** **
VAR00006 Pearson Correlation .292 .490 .375 .510 .053 1 .094 .164 .686 -.025 .610
Sig. (2-tailed) .117 .006 .041 .004 .779 .621 .387 .000 .894 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
VAR00007 Pearson Correlation .358 .079 .173 .053 -.070 .094 1 .239 .086 .211 .364
Sig. (2-tailed) .052 .680 .361 .781 .712 .621 .203 .651 .264 .048
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** *
VAR00008 Pearson Correlation -.070 .287 -.217 .295 .170 .164 .239 1 .000 .548 .409
Sig. (2-tailed) .713 .124 .250 .114 .370 .387 .203 1.000 .002 .025
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** **
VAR00009 Pearson Correlation .652 .245 .785 .569 .333 .686 .086 .000 1 .091 .742
Sig. (2-tailed) .000 .192 .000 .001 .073 .000 .651 1.000 .633 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** **
VAR00010 Pearson Correlation .199 .063 -.006 .128 .634 -.025 .211 .548 .091 1 .504
Sig. (2-tailed) .292 .739 .977 .500 .000 .894 .264 .002 .633 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** * * ** **
Total_Score Pearson Correlation .735 .612 .585 .720 .639 .610 .364 .409 .742 .504 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .048 .025 .000 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

79
Correlations
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 Total_Score
** * ** ** **
VAR00001 Pearson Correlation 1 .290 .754 .440 .467 .292 .358 -.070 .652 .199 .735
Sig. (2-tailed) .120 .000 .015 .009 .117 .052 .713 .000 .292 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00002 Pearson Correlation .290 1 .085 .703 .401 .490 .079 .287 .245 .063 .612
Sig. (2-tailed) .120 .654 .000 .028 .006 .680 .124 .192 .739 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00003 Pearson Correlation .754 .085 1 .249 .347 .375 .173 -.217 .785 -.006 .585
Sig. (2-tailed) .000 .654 .184 .060 .041 .361 .250 .000 .977 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** ** **
VAR00004 Pearson Correlation .440 .703 .249 1 .345 .510 .053 .295 .569 .128 .720
Sig. (2-tailed) .015 .000 .184 .062 .004 .781 .114 .001 .500 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00005 Pearson Correlation .467 .401 .347 .345 1 .053 -.070 .170 .333 .634 .639
Sig. (2-tailed) .009 .028 .060 .062 .779 .712 .370 .073 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** **
VAR00006 Pearson Correlation .292 .490 .375 .510 .053 1 .094 .164 .686 -.025 .610
Sig. (2-tailed) .117 .006 .041 .004 .779 .621 .387 .000 .894 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
VAR00007 Pearson Correlation .358 .079 .173 .053 -.070 .094 1 .239 .086 .211 .364
Sig. (2-tailed) .052 .680 .361 .781 .712 .621 .203 .651 .264 .048
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** *
VAR00008 Pearson Correlation -.070 .287 -.217 .295 .170 .164 .239 1 .000 .548 .409
Sig. (2-tailed) .713 .124 .250 .114 .370 .387 .203 1.000 .002 .025
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** **
VAR00009 Pearson Correlation .652 .245 .785 .569 .333 .686 .086 .000 1 .091 .742
Sig. (2-tailed) .000 .192 .000 .001 .073 .000 .651 1.000 .633 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** **
VAR00010 Pearson Correlation .199 .063 -.006 .128 .634 -.025 .211 .548 .091 1 .504
Sig. (2-tailed) .292 .739 .977 .500 .000 .894 .264 .002 .633 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** * * ** **
Total_Score Pearson Correlation .735 .612 .585 .720 .639 .610 .364 .409 .742 .504 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .048 .025 .000 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

80
Correlations
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 Total_Score
** * ** ** **
VAR00001 Pearson Correlation 1 .290 .754 .440 .467 .292 .358 -.070 .652 .199 .735
Sig. (2-tailed) .120 .000 .015 .009 .117 .052 .713 .000 .292 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00002 Pearson Correlation .290 1 .085 .703 .401 .490 .079 .287 .245 .063 .612
Sig. (2-tailed) .120 .654 .000 .028 .006 .680 .124 .192 .739 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00003 Pearson Correlation .754 .085 1 .249 .347 .375 .173 -.217 .785 -.006 .585
Sig. (2-tailed) .000 .654 .184 .060 .041 .361 .250 .000 .977 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** ** **
VAR00004 Pearson Correlation .440 .703 .249 1 .345 .510 .053 .295 .569 .128 .720
Sig. (2-tailed) .015 .000 .184 .062 .004 .781 .114 .001 .500 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
VAR00005 Pearson Correlation .467 .401 .347 .345 1 .053 -.070 .170 .333 .634 .639
Sig. (2-tailed) .009 .028 .060 .062 .779 .712 .370 .073 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** **
VAR00006 Pearson Correlation .292 .490 .375 .510 .053 1 .094 .164 .686 -.025 .610
Sig. (2-tailed) .117 .006 .041 .004 .779 .621 .387 .000 .894 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
VAR00007 Pearson Correlation .358 .079 .173 .053 -.070 .094 1 .239 .086 .211 .364
Sig. (2-tailed) .052 .680 .361 .781 .712 .621 .203 .651 .264 .048
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** *
VAR00008 Pearson Correlation -.070 .287 -.217 .295 .170 .164 .239 1 .000 .548 .409
Sig. (2-tailed) .713 .124 .250 .114 .370 .387 .203 1.000 .002 .025
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** **
VAR00009 Pearson Correlation .652 .245 .785 .569 .333 .686 .086 .000 1 .091 .742
Sig. (2-tailed) .000 .192 .000 .001 .073 .000 .651 1.000 .633 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** **
VAR00010 Pearson Correlation .199 .063 -.006 .128 .634 -.025 .211 .548 .091 1 .504
Sig. (2-tailed) .292 .739 .977 .500 .000 .894 .264 .002 .633 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** * * ** **
Total_Score Pearson Correlation .735 .612 .585 .720 .639 .610 .364 .409 .742 .504 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .048 .025 .000 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

81
82
Lampiran 11
Reliabilitas Variabel Pengetahuan Diit Hipertensi

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.903 15

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00001 8.9000 19.886 .548 .898

VAR00002 8.9333 19.237 .694 .893

VAR00003 8.9000 19.059 .758 .890

VAR00004 9.0000 18.966 .738 .891

VAR00005 8.9000 19.128 .740 .891

VAR00006 8.9000 20.024 .514 .899

VAR00007 8.9000 19.128 .740 .891

VAR00008 8.9667 19.206 .689 .893

VAR00009 8.9333 20.616 .361 .905

VAR00010 8.9000 20.714 .348 .905

VAR00011 8.9333 19.582 .608 .896

VAR00012 9.1000 20.507 .369 .905

VAR00013 8.9333 19.926 .524 .899

VAR00014 8.8333 19.454 .707 .893

82
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00001 8.9000 19.886 .548 .898

VAR00002 8.9333 19.237 .694 .893

VAR00003 8.9000 19.059 .758 .890

VAR00004 9.0000 18.966 .738 .891

VAR00005 8.9000 19.128 .740 .891

VAR00006 8.9000 20.024 .514 .899

VAR00007 8.9000 19.128 .740 .891

VAR00008 8.9667 19.206 .689 .893

VAR00009 8.9333 20.616 .361 .905

VAR00010 8.9000 20.714 .348 .905

VAR00011 8.9333 19.582 .608 .896

VAR00012 9.1000 20.507 .369 .905

VAR00013 8.9333 19.926 .524 .899

VAR00014 8.8333 19.454 .707 .893

VAR00015 8.9000 20.093 .497 .900

Reliabilitas Variabel Sikap Diit Hipertensi

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

83
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.793 10

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

VAR00001 27.0667 27.857 .634 .753

VAR00002 27.3333 30.299 .501 .771

VAR00003 26.9667 30.861 .477 .774

VAR00004 27.2333 28.392 .621 .756

VAR00005 27.3000 28.907 .508 .770

VAR00006 26.9333 29.099 .466 .775

VAR00007 26.9667 32.999 .216 .802

VAR00008 27.1333 32.602 .272 .795

VAR00009 26.9667 28.930 .661 .754

VAR00010 27.3000 30.493 .337 .793

84
Lampiran 12
Uji spramen rank

Correlations

Pengetahuan Sikap
**
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .561

Sig. (2-tailed) . .001

N 30 30
**
Sikap Correlation Coefficient .561 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan * sikap 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Count

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

Pengetahuan Baik 3 2 0 5

Cukup 1 6 4 11

Kurang 0 4 10 14

Total 4 12 14 30

85
Lampiran 13
TABULASI DATA
PENGETAHUAN DENGAN SIKAP TERHADAP DIIT HIPERTENSI

N0 NAM UMU JENIS PENDIDIK PENG Kategori SIKAP Kate


. A R KELAM AN ETAH gori
IN UAN
Tidak cuku
1 a1 70 L sekolah 46,6% Kurang 25 p
Tidak kura
2 a2 76 P sekolah 53,3% Kurang 18 ng
Tidak kura
3 a3 70 L Sekolah 66,6% Cukup 21 ng
Tidak kura
4 a5 72 P Sekolah 33,3% Kurang 20 ng
cuku
5 a5 75 P SLTP 66,6% Cukup 26 p
cuku
6 a6 64 P SLTP 73,3% Cukup 27 p
Tidak cuku
7 a7 63 P Sekolah 46,6% Kurang 24 p
Tidak cuku
8 a8 65 P Sekolah 46,6% Kurang 26 p
Tidak cuku
9 a9 60 L Sekolah 60% Kurang 24 p
Tidak
10 a10 66 L Sekolah 86,6% Baik 40 baik
Tidak
11 a11 68 L Sekolah 93,3% Baik 38 baik
cuku
12 a12 77 L SD 60% Kurang 25 p
Tidak kura
13 a13 78 P Sekolah 26,6% Kurang 18 ng
Tidak kura
14 a14 79 L Sekolah 80% Baik 17 ng
Tidak cuku
15 a15 69 P Sekolah 66,6% Cukup 26 p
Tidak kura
16 a16 68 L Sekolah 33,3% Kurang 16 ng
Tidak kura
17 a17 70 L Sekolah 40% Kurang 20 ng

86
Tidak cuku
18 a18 78 P Sekolah 66,6% Cukup 44 p
Tidak
19 a19 68 L Sekolah 66,6% Cukup 33 baik
Tidak cuku
20 a20 60 L Sekolah 33,3% Kurang 23 p
Tidak kura
21 a21 75 P Sekolah 73,3% Baik 27 ng
Tidak cuku
22 a22 60 P Sekolah 46,6% Kurang 31 p
Tidak
23 a23 60 L Sekolah 60% Kurang 24 baik
Tidak cuku
24 a24 67 P Sekolah 60% Kurang 31 p
Tidak
25 a25 68 L Sekolah 46,6% Kurang 20 baik
kura
26 a26 66 L SLTP 73,3% Baik 26 ng
Tidak cuku
27 a27 78 P Sekolah 93,3% Baik 33 p
Tidak cuku
28 a28 68 P Sekolah 46,6% Kurang 44 p
Tidak
29 a29 65 P Sekolah 46,6% Kurang 21 baik
Tidak kura
30 a30 60 P Sekolah 53,3% kurang 25 ng

87
Lampiran 14

Distribusi kuisioner berdasarkan parameter Pengetahuan Lansia Terhadap diet


Hipertensi

Kriteria jawaban
Parameter No.soal N. total %
Ya % Tidak %
Tahu 1 28 93,3 2 6,7 30 100
2 9 30 21 70 30 100
3 19 63,3 11 36,6 30 100
4 20 66,6 10 33,3 30 100
Memahami 5 24 80 6 20 30 100
6 13 43,3 17 56,6 30 100
7 17 56,6 13 43,3 30 100
Aplikasi 8 19 63,3 11 36,6 30 100
9 16 53,3 14 46,6 30 100
10 15 50 15 50 30 100
Analisis 11 15 50 15 50 30 100
Sintesis 12 13 43,3 17 56,6 30 100
13 15 50 15 50 30 100
Evalusasi 14 8 26,6 22 73,3 30 100
15 16 53,3 14 46,6 30 100

Distribusi kuisioner berdasarkan parameter sikap Lansia Terhadap diet Hipertensi

No. Kriteria jawaban N.


Parameter %
soal SS % S % R % TS % STS % total
Mengurangi 1 22 73,3 2 6,7 4 13,3 1 3,3 1 3,3 30 100
asupan 2 9 30,0 4 13,3 7 23,3 1 3,3 9 30,0 30 100
garam 3 8 26,7 3 10,0 5 16,7 3 10,0 11 36,7 30 100
Memperban 4 3 10.0 6 20,0 12 40.0 1 3.3 8 26,7 30 100
yak serat 5 8 26,7 0 0 7 23,3 0 0 15 50.0 30 100
Menghentika 6 8 26,7 6 20,0 5 16,7 3 10.0 8 26,7 30 100
n kebiasaan 7 7 23,3 4 13,3 5 16,7 1 3,3 13 43,3 30 100
buruk
Lengkapi 8 3 10,0 3 10,0 9 30,0 1 3,3 14 46,7 30 100
kebutuhan 9 0 0 1 3,3 2 6,7 3 10,0 24 80,0 30 100
kalsium 10 0 0 1 3,3 0 0 4 13,3 25 83,3 30 100

88
Lampiran 15

PENGETAHUAN soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 soal 5 soal 6 soal 7 soal 8 soal 9 soal 10 soal 11 soal 12 soal 13 soal 14 soal 15 total persentase kategori
1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 46,6 kurang
2 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 8 53,3 kurang
3 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 10 66,6 cukup
4 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 5 33,3 kurang
5 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 10 66,6 cukup
6 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11 73,3 cukup
7 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 7 46,6 kurang
8 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 7 46,6 kurang
9 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 9 60 cukup
10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 86,6 baik
11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,3 baik
12 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 9 60 cukup
14 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 26,6 kurang
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 80 baik
16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 10 66,6 cukup
17 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 33,3 kurang
18 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 6 40 kurang
19 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 10 66,6 cukup
21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 10 66,6 cukup
22 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5 33,3 kurang
23 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 11 73,3 baik
24 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 7 46,6 kurang
25 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9 60 cukup
26 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 9 60 cukup
27 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 46,6 kurang
28 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11 73,3 baik
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 93,3 baik
30 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 46,6 kurang
28 9 19 20 24 13 17 19 16 15 15 13 15 8 16
SIKAP soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 soal 5 soal 6 soal 7 soal 8 soal 9 soal 10 Total Kategori
1 5 5 5 1 1 4 1 1 1 1 25 cukup
2 3 3 2 1 1 2 3 1 1 1 18 kurang
3 5 1 5 1 1 4 1 1 1 1 21 kurang
4 5 1 1 3 1 1 5 1 1 1 20 kurang
5 3 5 3 3 1 4 3 2 1 1 26 cukup
6 5 1 1 3 5 5 4 1 1 1 27 cukup
7 1 5 1 3 3 5 1 3 1 1 24 cukup
8 5 1 1 3 5 3 1 5 1 1 26 cukup
9 2 4 3 3 3 3 3 1 1 1 24 cukup
10 5 5 5 3 5 5 5 4 1 2 40 baik
11 5 4 5 4 5 3 4 5 2 1 38 baik
12 5 3 3 4 3 1 1 3 1 1 25 cukup
13 5 2 1 4 1 1 1 1 1 1 18 kurang
14 5 1 1 3 1 2 1 1 1 1 17 kurang
15 5 5 1 1 1 4 1 3 3 2 26 cukup
16 5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 16 kurang
17 5 3 1 1 1 1 1 5 1 1 20 kurang
18 5 5 1 3 1 5 1 1 1 1 24 cukup
19 5 5 5 5 5 5 5 4 4 1 44 baik
20 5 3 4 5 5 1 5 3 1 1 33 cukup
21 5 1 5 2 1 5 1 1 1 1 23 kurang
22 5 1 3 4 5 1 5 1 1 1 27 cukup
23 5 1 5 5 1 4 5 3 1 1 31 baik
24 3 3 2 4 3 2 2 3 1 1 24 cukup
25 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 31 baik
26 5 1 3 1 1 5 1 1 1 1 20 kurang
27 3 3 2 3 3 3 4 3 1 1 26 cukup
28 4 4 4 4 3 4 3 3 2 2 33 cukup
29 5 5 5 3 5 5 5 4 3 4 44 baik
30 5 5 1 1 1 1 4 1 1 1 21 kurang
Lampiran 17
Output Data Frekuensi Responden

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


USIA 30 60.00 79.00 68.7667 6.05540
Valid N (listwise) 30

Statistics
USIA
N Valid 30
Missing 0
Mean 68.7667
Median 68.0000
a
Mode 60.00
Std. Deviation 6.05540
Minimum 60.00
Maximum 79.00
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown

USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60 5 16.7 16.7 16.7
63 1 3.3 3.3 20.0
64 1 3.3 3.3 23.3
65 2 6.7 6.7 30.0
66 2 6.7 6.7 36.7
67 1 3.3 3.3 40.0
68 5 16.7 16.7 56.7
69 1 3.3 3.3 60.0
70 3 10.0 10.0 70.0
72 1 3.3 3.3 73.3
75 2 6.7 6.7 80.0
76 1 3.3 3.3 83.3
77 1 3.3 3.3 86.7
78 3 10.0 10.0 96.7
79 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

93
Statistics

JENIS KELAMIN PENDIDIKAN


N Valid 30 30
Missing 0 0

JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 13 43.3 43.3 43.3
PEREMPUAN 17 56.7 56.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SLTP 1 3.3 3.3 3.3
SD 3 10.0 10.0 13.3
TIDAK SEKOLAH 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

94
Lampiran 18
LEMBAR KONSULTASI

95
96
95
96
97

Anda mungkin juga menyukai