Dalam tiga tahun mendatang, Disrupted industry (Industri pariwisata tepatnya travel agent
konvensional) bisa bersaing dengan pelaku online travel agent (New economy: Traveloka) dengan
melakukan bbrp perubahan. Hal ini disebabkan karena bergesernya perilaku masyarakat dari cara
manual yang bertransformasi ke platform digital di era industri 4.0 ini. Berdasarkan temuan survey
Jakpat yang bertajuk “Travelling Trends 2018” juga menyebutkan bahwa para pelancong biasanya
lebih memanfaatkan saluran daring dalam melakukan pemesanan untuk kebutuhan wisata. Survei
tersebut melibatkan 2.905 responden yang tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan
Nusa Tenggara, serta Papua dan Maluku. Hasilnya, sebanyak 81,47% responden menyatakan bahwa
mereka menggunakan saluran daring untuk merencanakan perjalanan. Beberapa aplikasi perjalanan
yang digunakan ialah Airy, Traveloka, Tiket.com, Pegipegi, Agoda, dan Booking.com.
Penggunaan online travel booking di Indonesia sejalan dengan transformasi digital ini terjadi secara
global. Sehingga operator wisata dan perjalanan haruslah melakukan penyesuaian dengan arus
digitalisasi pada industri jasa. Beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan betapa telepon seluler
sangat diandalkan untuk berbagai hal. Tentu, mencakup pula aktivitas online travel booking.
Perubahan perilaku wisatawan juga terutama generasi milenial yang selalu menginginkan kecepatan
layanan, kemudahan layanan, dan harga yang murah telah memicu pertumbuhan OTA.
Saking massive-nya, pangsa pasar OTA di Asia pada tahun 2017, termasuk Indonesia, diperkirakan
telah mencapai US$146 miliar atau setara 37% dari total pangsa pasar industri pariwisata di Asia
sebesar US$392 miliar (menurut riset Phocuswright dan CreditSwiss).
1. Funneling yang user friendly. Setidaknya hanya memerlukan 4-6 tap (klik) saja untuk
memesan kamar di hotel yang akan dipilih. Selain itu, setelah pemesanan pertama, data kita
akan tersimpan dan dapat digunakan untuk pemesanan selanjutnya. Sedangkan travel agen
konvensional dalam pemesanannya harus datang ke lokasi sehingga memakan waktu
pelanggan.
2. Adanya refund policy untuk tiket pesawat. Dimana tidak perlu berhadapan dengan customer
service yang lama dan memakan waktu ber jam-jam untuk pengurusan refund maupun
reschedule. Refund di Traveloka berlangsung sangat cepat, tidak bertele-tele dan bahkan
tidak memerlukan birokrasi berbelit. Semua dilakukan dalam aplikasi. Dpt dilakuin dimana
saja dan kpn saja.
3. Adanya penetrasi berupa layanan reservasi satu hari (layanan booking kamar untuk hari
yang sama pada saat memesan). Jadi ketika kita memesan, voucher sudah langsung terkirim
dari OTA ke hotel. Untuk memesan kamar nanti malam, kita bisa booking di aplikasi pada
jam yang sama. Ini tidak bisa terjadi di travel agent konvensional dalam mengeluarkan
voucher hotel ga lsg terkirim.
4. Traveloka memanfaatkan lemahnya cash flow hotel (biasanya hotel bintang 3 ke bawah, dan
hotel yang independen), ia menawarkan sistem Floating. Mereka menawarkan deposit,
misalnya 750 juta, yang dibayar di depan dengan Cut Off Date 0. Sistem yang sama sudah
lama diterapkan di industri penerbangan, travel agent harus memberikan deposit agar bisa
mereservasi dan meng-issued setiap tiket yang dibeli pelanggannya. Hal ini menandakan,
daur hidup usahanya sangat bergantung pada ‘growth’, kepada users dan installers, dan
traffic baik dari Daily Active Users (DAU) maupun dari Monthly Active Users (MAU),
kemudian dalam Big Data dianalisis tentang pola perjalanan pasarnya dan bukan berfokus
kepada profit/revenue.
5. Saat travel agent konvensional melakukan penjualan tiket pesawat, harga yang kita dapat
dari sistem, belum tentu mengalahkan harga yang ditawarkan Traveloka kepada market FIT-
nya (Free Individual Traveller). Sudah menjadi kejadian yang sangat sering, Traveloka
memotong komisinya menjadi sangat tipis, bahkan menjadi nol atau bahkan minus pada saat
berlangsungnya promo. (kerja sama dengan pihak lain) dengan mitra bus dan travel, mitra
rental mobil, mitra airport transfer.
6. Traveloka juga menyediakan berbagai informasi seperti, harga tiket, jenis maskapai, waktu
penerbangan, tiket promo, berat bagasi setiap pesawat dengan akurat dengan
menggunakan Smart Algorithm. Sehingga masyarakat/pengguna dapat memesan
pesawat/hotel sesuai dengan kondisi keuangannya dan merencanakan keberangkatannya.
https://www.wartaekonomi.co.id/read204416/tantangan-bisnis-perhotelan-dalam-industri-40
https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2020/01/01/172736/tingkatkan-okupansi-perhotelan-
harus-gandeng-travel-online
https://katadata.co.id/analisisdata/2019/07/03/memajukan-perhotelan-di-era-digital-untuk-
pemberdayaan-ekonomi-daerah
https://bixbux.com/inilah-mengapa-bisnis-travel-agent-anda-tidak-akan-bisa-mengalahkan-
traveloka/
https://travel.detik.com/travel-news/d-4631377/jurus-baru-travel-agent-konvensional-hadapi-
ota
https://marketeers.com/strategi-dwidayatour-hadapi-kompetisi-travel-agent-online/
http://jelajahnusa.com/business/campus/2019/04/25/empat-kiat-travel-agent-konvensional-
bersaing-dengan-ota/