Anda di halaman 1dari 7

Nama : Kadek Dwi Putri Prayuni Aryawati

Nim : 18.131.0769
Klp :B

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
KULTUR FESES/ STOOL CULTURE
1 Indikasi Bertujuan untuk menemukan pertumbuhan bakteri yang
tidak normal, yang menyebabkan infeksi di dalam
saluran pencernaan
2 Etiologi Shigella spp. menyebabkan penyakit klinis dengan
spektrum luas yang bervariasi dari infeksi tanpa gejala,
diare tanpa demam sampai disentri berat. Gejala
meliputi kram perut, tenesmus serta diare berdarah.
Shigella spp. merupakan penyebab utama disentri
basilar, diikuti oleh E. coli enteroinvasif dan
enterohemoragik. Banyak kasus disentri yang
bermanifestasi sebagai penyakit yang tidak memerlukan
pengobatan spesifik. Dikenal empat kelompok Shigella
dengan total 39 serotipe dan subtipe. Grup A (S.
dysentriae), grup B (S. flexneri), dan grup C (S. boydii)
mencakup banyak serotipe; hanya ada satu serotipe
untuk grup D (S. sonnei). Shigella dysentriase dan S.
flexneri merupakan spesies Shigella yang paling sering
diisolasi di negara berkembang, sedangkan S. sonnei
merupakan spesies yang paling sering diisolasi di negara
maju.
Bakteri lain penyebab diare yang paling umum adalah
Escherichia coli. Sedikitnya telah diidentifikasi enam
kelas Escherichia coli penyebab diare; E. coli
enteropatogenik (EPEC), E. coli enterotoksigenik
(ETEC), E. coli enterohemoragik atau penghasil
verotoksin (EHEC atau VTEC), E. coli enteroinvasif
(EIEC), E coli enteroadhesif (EAEC) serta E. coli
enteroagregatif (EaggEC).
Kolera merupakan contoh khas infeksi toksigenik.
Semau gejala dapat dikaitkan dengan kehilangan cairan
usus yang disebabkan oleh enterotoksin yang dilepaskan
oleh Vibrio cholerae dalam usus. Volume tinja banyak
dan cair serta tidak mengandung sel radang. Vibrio
dibagi menjadi beberapa serotipe berdasarkan variasi
antigen O somatik; serotipe O1 terdapat dua varian
biologik yang diberi nama “klasik” dan “El Tor”. Vibrio
parahaemolyticus dan beberapa spesies lainnya (V.
fluvialis, V. hollisae, V. mimicus) menyebabkan
keracunan makanan atau gastroenteritis pada orang-
orang yang mengkonsumsi makanan laut mentah atau
kurang matang.
3 Persiapan pasien 1. Beri arahan kepada pasien dengan baik dan
sopan
2. Terangkan cara penampungan dan macam
pemeriksaan
3. Penderita defekasi pada penampungan feses
bermulut lebar
4. Jangan tercampur kencing
5. Jangan diletakkan di kertas toilet

4 Tempat dan wadah Pot feses yang transparan, bermulut lebar, berisi sendok
pengumpulan kecil didalamnya, terbuat dari plastik, tidak mudah
pecah, tutup bergulir, bersih, kedap udara. media
transpor (Cary-Blair, Stuart atau Amies) atau 33 mmol/l
buffer gliserol fosfat. Untuk kolera dan Vibrio spp. lain,
peptone alkali water merupakan media transpor (dan
media enrichment) yang sangat baik.
5 Pengumpulan spesimen 1. Beri arahan pasien dengan baik dan sopan
2. Beritahu pasien untuk gunakan tisu pembungkus
untuk mengambil sampel tinja yang kering atau
kertas koran yang diletakkan di kloset saat BAB
3. memastikan tinja tidak berceceran atau jatuh
menyentuh dasar kloset untuk mencegah
kontaminasi.
4. Gunakan sendok khusus atau spatula yang
disediakan bersama wadah, untuk mengambil
sampel feses kira-kira seukuran biji kurma, dan
pindahkan ke dalam wadah.
5. Cegah sampel tinja bercampur bersama urine.
6. Feses yang ditampung setidaknya mengandung
5 gram feses
7. Setelah sampel tinja terkumpul di dalam wadah,
segera masukkan dan tutup rapat di dalam
kantong plastik.
8. Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih.
Jangan lupa untuk menyiram sisa kotoran yang
berada di dalam kloset.
6 Pengiriman spesimen 1. Pasien harus diminta mengirimkan spesimen
tersebut ke klinik segera setelah pengumpulan
2. Jika spesimen tidak memungkinkan untuk
dikirim ke laboratorium dalam waktu 2 jam
setelah pengumpulan, sejumlah kecil spesimen
feses (bersama lendir, darah dan benang-benang
epitel, jika ada) harus diambil dengan dua atau
tiga lidi kapas dan dimasukkan ke dalam
penampung dengan media transpor (Cary-Blair,
Stuart atau Amies) atau 33 mmol/l buffer
gliserol fosfat. Untuk kolera dan Vibrio spp. lain,
peptone alkali water merupakan media transpor
(dan media enrichment) yang sangat baik.
3. Jika dilakukan penundaan pemeriksaan feses
dapat dimasukkan ke dalam lemari es, diberi
formalin, diberi nitrogen.
7 Tahapan pemeriksaan Alat dan bahan :
a) Media pengaya
b) Suspensi feses
c) Tabung dengan larutan steril
d) Ose
e) Api spritus
f) Media selenit F
g) Media selektif dan nonselektif
h) Kristal violet
i) Lugol
j) Alkohol
k) Safrain
l) mikroskop
1. Siapkan media pengaya sesuai dengan bakteri
yang akan diisolasi (Kaldu Selenit F untuk
enrichment Salmonella spp. dan Alkali Peptone
Water/ APW untuk enrichment V. cholerae.
Enrichmet tidak diperlukan untuk Shigella spp.,
E. coli, Campylobacter spp., Yersinia dan
Clostridium).
2. Siapkan suspensi feses dengan mensuspensikan
sekitar 1 gram sampel tinja dalam tabung yang
mengandung larutan saline steril. Jika sampel
feses cair tidak perlu menambahkan larutan
saline. Apusan rektum segar atau di dalam media
Cary Blair harus dibilas dengan 1 ml larutan
saline steril.
3. Inokusikan 3 atau lebih suspensi ke dalam media
pengaya dengan menggunakan ose.
4. Inkubasi media selenit F selama 18 jam atau
APW selama 6-8 jam.
5. Lakukan subkultur koloni dengan mengguratkan
satu ose penuh kaldu pada media agar selektif
dan non-selektif.
6. Lakukan pengecatan Gram dan pengujian
biokimia untuk melakukan identifikasi bakteri
patogen.
8 Interprestasii hasil gambar bakteri salmonella

Gambar bakteri e.coli


Gambar bakteri kolera

Gambar bakteri siggela


Anda mungkin juga menyukai