FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006). Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting bagi kehidupan sel karena sel harus secara terus menerus berada didalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel. 1. Daya tarik elektrolit terhadap air Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar terutama natrium dan klorida dan didalam sel terutama kalium, magnesium,fosfat, dan sulfat. 2. Air mengikuti elektrolit Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi. Hal ini dilakukan melalui membran sel semipermeable yaitu yang bersifat permeable untuk air tetapi tidak permeable untuk elektrolit 3. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur penyeberangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut. 4. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua mineral berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal.
C. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh
a. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu : Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl- Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah : kation dan anion. b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan- muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini : No. Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma 1. Kation : Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0 Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq 2. . Anion : Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq Fosfat (HPO42-) Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq Protein 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq
D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia 1. Fungsi Cairan dalam Tubuh a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh. b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh d. katalisator reaksi biologik sel, e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37C.
2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh
a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan. b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya sistem bufer. c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.
E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh
Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan, membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu : a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature larutan. b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular. c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya. Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa “natrium- kalium”.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain: a. Usia Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal b. Aktivitas Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat. c. Iklim Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam. d. Diet Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin. e. Stress Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine. f. Penyakit Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh g. Tindakan Medis Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium. h. Pengobatan Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh. i. Pembedahan Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit
a. Gangguan Keseimbangan Cairan Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan atau sebaliknya. 1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]) Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu : a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma 130-145 mEq/l. b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma 130-150 mEq/l. c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na + dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan
beberapa perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahan menjadi : a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah. b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung. c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi.
Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.
b. Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi : 1. Hiponatremia dan hipernatremia Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30. 2. Hipokalemia dan hiperkalemia Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang. 3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang menyebar. 4. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l. 5. Hipokloremia dan hiperkloremia Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l. 6. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.