02 Desember 2016
Abstract
Floating breakwater and floating dock are kind of structures that will be constructed with floating modular
system. Floating structures are still a new field for Ministry of Public Works and People Housing, so there
are many important factors that still not known. Therefore a guide needed for supporting the Ministry.
For starter, the guide need to cover about design criteria of floating structures, especially for breakwater
and dock. The guide made by doing literature study and adopting from international standard. Criteria for
breakwater consist of material usage, dimension determination, and performance of floating breakwater.
Criteria for floating dock consist of dimension of target ships, component needed, and dock dimension
determination. Also mooring system needed for station keeping and one of the most important component.
Keyword: criteria of floating breakwater, criteria of floating dock, modular floating system, mooring system
Abstrak
Pemecah gelombang terapung dan dermaga terapung merupakan bagian dari struktur yang akan dibuat
dengan menggunakan sistem modular wahana terapung. Struktur terapung masih merupakan hal baru bagi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sehingga belum banyak yang mengetahui
faktor-faktor yang diperlukan dalam merencakan struktur terapung. Maka diperlukan sebuah pedoman
yang sudah disesuaikan bagi kebutuhan Kementerian PUPR. Pada tahap awal, pedoman yang diperlukan
adalah pedoman mengenai kriteria struktur terapung, terutama bagi pemecah gelombang dan dermaga.
Penyusunan pedoman dengan melakukan kajian literatur dan mengadopsi kriteria-kriteria yang telah lazim
digunakan di dunia internasional. Kriteria bagi pemecah gelombang terapung antara lain berkaitan dengan
penggunaan material, penentuan dimensi, dan performa dari pemecah gelombang terapung. Kriteria bagi
dermaga apung antara lain penentuan target kapal, komponen-komponen yang diperlukan, serta penentuan
dimensi. Sistem mooring diperlukan untuk menjaga posisi dari struktur terapung ini dan merupakan salah
satu komponen terpenting.
Kata Kunci: kriteria pemecah gelombang terapung, kriteria dermaga terapung, sistem modular wahana
apung, sistem mooring
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 67
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1 - 68 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Pergerakan struktur akan menghasilkan gelombang. yang sudah ada tentang perencanaan struktur
Selain itu terdapat juga energi yang mengalir dari terapung bagi pemecah gelombang dan dermaga.
bawah struktur (underflow). Maka gelombang yang Sumber yang digunakan antara lain mengacu dari
ditransmisikan adalah penjumlahan dari gelombang tesis-tesis penelitian tentang pemecah gelombang
dan dermaga terapung dan standar-standar resmi
yang dikeluarkan oleh instansi-instansi yang telah
mendapatkan pengakuan dunia. Tesis-tesis yang
digunakan antara lain master tesis oleh (Fousert ,
2006) dan (van Tol, 2008) yang berfokuskan pada
studi redaman struktur terapung, serta (Saleh,
2010) yang membahas mengenai struktur masif
yang terapung. Standar yang digunakan antara
lain (OCDI, 2002) yang merupakan standar teknis
untuk perencanaan fasilias pelabuhan dan dermaga
Gambar 2. Prinsip pemecah gelombang di Jepang dan telah banyak diterapkan juga dalam
terapung pekerjaan dermaga di Indonesia.
1. Gaya angin
2. Gaya gelombang
3. Gaya arus
4. Gaya hidrostatik
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 69
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
3. Kegiatan operasi dihentkan saat gelombang Parameter desain ini akan berpengaruh kepada
lebih besar dari batas izin, sehingga komponen-komponen struktur yang digunakan,
gelombang ini tidak perlu diredam dimensi, dan pemilihan material untuk menghasilkan
struktur yang efisien. Parameter desain yang ditinjau
4. Bila gelombang transmisi oleh 1 struktur untuk perencanaan struktur pemecah gelombang
masih terlalu besar, dapat digunakan sistem terapung adalah (Fousert , 2006):
2 struktur untuk menghasilkan redaman yang
lebih kecil. A. Dimensi
Dimensi berkaitan dengan ukuran penampang
B. Sistem mooring struktur (lebar dan tinggi). Dimensi akan
Kondisi batas pada sistem mooring antara lain: menentukan perilaku struktur pada gelombang.
1. Tidak boleh terjadi damage, baik akibat 2. Lokasi center of gravity (COG) yang
fatigue atau benturan antar unit struktur ditentukan oleh massa dan distribusi
massanya
2. Sambungan jangan membatasi perilaku
dinamik pemecah gelombang terapung yang C. Sistem mooring
menguntungkan bagi performa pemecah Sistem mooring berkaitan dengan penjagaan
gelombang terapung (terutama heave). posisi dari struktur. Faktor penentuan sistem
mooring:
3. Sambungan boleh membatasi, meski
tidak harus, perilaku dinamik yang tidak 1. Tidak membatasi pergerakan yang
menguntungkan bagi performa pemecah menungtungkan performa struktur
gelombang terapung.
2. Ketersediaan ruang dalam penggunaan
4. Sambungan mampu menyalurkan gaya antar sistem mooring
elemen
3. Gaya maksimum yang diizinkan pada sistem
5. Sambungan tetap menyambung pada kondisi struktur dan mooring
gelombang ekstrim
D. Sambungan
D. Struktur Sambungan berkaitan dengan konstruksi satu
Kondisi batas bagi struktur antara lain: sistem pemecah gelombang terapung (struktur
pemecah gelombang terapung dan mooring-nya).
1. Struktur berbentuk balok dan merupakan Dalam satu sistem pemecah gelombang dapat
tipe pemecah gelombang dengan prinsip terdiri dari beberapa unit yang dihubungkan
displacement. dengan sambungan. Tipe sambungan yang dapat
digunakan antara lain:
2. Struktur terapung akibat gaya hidrostatik
1. Sambungan kaku
3. Badan struktur harus dapat menahan Tidak memungkinkan pergerakan
penjumlahan dari tekanan hidrostatik, tekanan
gelombang, dan gaya akibat percepatan 2. Sambungan lunak
Memungkinkan pergerakan dan memiliki
4.1.2. Parameter Desain koefisien pegas
1 - 70 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
satu unit struktur. Tipe pembagian elemen Dengan mengapungkan struktur dermaga maka
(Gambar 5) yang dapat digunakan antara lain: pembebanan yang perlu diperhitungkan juga
berbeda. Selain itu desain struktur juga perlu
1. Tidak dibagi memperhitungkan masalah stabilitas. Namun
untuk perencanaan prasarana dermaga pada
2. Pembagian memanjang prinsipnya masih banyak kemiripan dengan
dermaga konvensional. Dalam aspek desain ini
3. Pembagian melintang dibahas kriteria-kriteria yang perlu dipenuhi dalam
perencanaan dermaga apung.
Faktor penentuan pembagian elemen:
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 71
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
4.2.1. Dimensi Kapal memiliki periode yang sama dengan periode natural
roll kapal dan panjang gelombang tidak menyamai
Target dimensi kapal yang akan berlabuh di panjang kapal.
dermaga dapat mengacu pada Tabel 1.
4.2.2.2. Kolam Pelabuhan
Tabel 1. Target dimensi kapal (OCDI, 2002)
Kedalaman kolam pelabuhan adalah sama dengan
kedalaman alur pelayaran. Tinggi gelombang (H1/3)
yang diizinkan pada kolam adalah 0.3 m saat kondisi
normal dan 0.5 m saat badai. Pada daerah kolam
yang digunakan untuk berlabuh, dermaga yang
digunakan berupa berupa tipe pier, maka diberikan
jarak antar pier sebagai berikut:
4.2.2. Alur Pelayaran Dan Kolam Pelabuhan Penyusunan layout fasilitas mooring berkaitan
dengan penentuan jarak antar pier dengan dimensi
4.2.2.1. Alur pelayaran kapal yang direncanakan. Penyusunan layout dapat
mengacu pada Gambar 6.
Pada perairan dengan arus dan angin yang kencang,
arah alur pelayaran dibuat agar tidak mempersulit 4.2.5. Tinggi jagaan (freeboard)
navigasi kapal (OCDI, 2002). Lebar alur pelayaran
adalah lebih dari dua kali panjang kapal pesiar Tinggi jagaan (freeboard) berkisar 30 – 50 cm dari
terbesar yang menggunakan mesin dan lebih dari permukaan air.
lima kali panjang kapal persiar terbesar yang tidak
4.2.6. Pembebanan
menggunakan mesin. Kedalaman alur pelayaran
adalah draft kapal terbesar ditambah 0.6 m sampai
Pembebanan yang ditinjau pada modul terapung
1 m. Sudut belokan diharuskan tidak lebih dari
untuk dermaga adalah:
30°. Bila melebihi 30°, maka harus dibuat dalam
lengkungan dengan radius lebih dari empat kali 1. Gaya arus
panjang kapal. Bila kapal mempunyai mobilitas
tinggi, maka belokan dapat disesuaikan dengan 2. Gaya gelombang
kemampuan manuver kapal. Panjang alur pelayaran
dari pintu pelabuhan ke daerah kolam pelabuhan 3. Beban hidup (akibat pejalan kaki)
ditentukan berdasarkan jarak berhenti kapal. Alur
pelayaran di desain agar gelombang pada alur tidak 4. Beban fasilitas (bollard, fender)
1 - 72 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
5. Gaya akibat kapal (berthing & mooring) Jenis-jenis mooring yang dapat digunakan antara
lain (Saleh, 2010):
6. Gaya hidrostatik
1. Dolphin-Frame guide
4.2.7. Kriteria Stabilitas
1. Lebar minimum 75 cm. 1. Mooring pada dua sisi berada pada satu garis
aksi yang sama (simetris)
2. Kemiringan maksimum 1:4
2. Mooring pada struktur didistribusikan secara
4.3. Sistem Mooring seragam
Sistem mooring pada struktur apung diperlukan 3. Penggunaan bearing spring dan atau dashpot
bukan hanya untuk menjaga posisi struktur tetapi pada titik sambungan untuk meredam efek
juga menahan gaya-gaya akibat lingkungan. Gaya- amplifikasi dari respon dinamik
gaya lingkungan akan menentukan jumlah dan
posisi mooring. Posisi mooring direkomendasikan 4. Penggunaan shock absorber pada titik
sesimetris mungkin untuk memastikan sambungan angkur untuk menguragi efek gaya
kesetimbangan horizontal dan respon struktur yang gelombang
simetris (Saleh, 2010).Gaya pada sistem mooring
ditentukan oleh: 4.3.2. Jenis Mooring
e. Posisi mooring
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 73
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
B. Pile anchors
4.3.2.4. Jenis Tali/Rantai Digunakan untuk perairan yang kurang
dari 27 m dan berada di dasar yang keras.
Jenis tali mooring yang dapat digunakan adalah: Angkur terdiri dari dua H-pile yang dipancang
berbarengan dengan suatu kedalaman tertentu.
A. Catenary line mooring
Kedua pile disambung untuk meningkatkan
Bentuk tali melengkung karena dipengaruhi
kapasitas angkur.
berat tali, gaya pengembali akibat berat tali
C. Caisson gravity anchor
B. Taut line mooring
Digunakan untuk perairan dalam yang tanahnya
Bentuk catenary dihilangkan akibat berat tali
keras. Dibuat dari beton bertulang dalam balok.
yang ringan, gaya pengembali diakibatkan oleh
elastisitas tali.
1 - 74 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Prosedur perencanaan mooring dapat mengikuti Balai Pantai. (2015). PROPOSAL KEGIATAN
langkah-langkah berikut (Saleh, 2010): PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SISTEM
MODULAR WAHANA APUNG . Buleleng: Tidak
A. Memilih jenis mooring dipublikasi.
Direncakan jenis mooring yang akan dipakai
untuk kemudian dicari beban mooring-nya Fousert , M. (2006). Floating Breakwater
untuk berbagai scenario. Theoretical study of a dynamic wave
attenuating system. Master Thesis, Delft.
B. Jumlah mooring dan layout
Perilaku struktur untuk berbagai kondisi Gaythwaite, J. W. (1990). Design of
beban diperiksa untuk mengetahui pergerakan Marine·Facilities , for the Berthing, Mooring,
struktur. Kemudian diskenariokan posisi dan and Repair-of Vessels. New York: VAN
jumlah mooring agar gaya mooring terdistribusi NOSTRAND REINHOLD .
rata.
McCormick , M. E. (2010). Ocean Engineering
C. Perencanaan spesifikasi mooring Mechanics With Applications. New York:
Penentuan spesifikasi dari jenis mooring yang Cambridge University Press .
dipilih dan beban mooring yang diskenariokan.
OCDI. (2002). Technical Standards And
D. Pemilihan material Commentaries For Port And Harbour Facilities
Pemilihan jenis material ditentukan dari kondisi In Japan. Tokyo: Daikousha Printing Co., Ltd.
lingkungan, durabilitas, dan faktor ekonomi.
Saleh, A. H. (2010). MEGA FLOATING CONCRETE
5. Kesimpulan DAN SARAN BRIDGES. Master Thesis, Delft.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 75