Anda di halaman 1dari 9

Vol. 2 No.

02 Desember 2016

ASPEK DESAIN PEMECAH GELOMBANG DAN DERMAGA TERAPUNG


DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MODULAR

Irham Adrie Hakiki1


I Putu Samskerta2

Penelaah Standar dan Pedoman1


Kepala Seksi Layanan2
Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat1,2
Email: adriehakiki@gmail.com1, samskerta@gmail.com2

Abstract

Floating breakwater and floating dock are kind of structures that will be constructed with floating modular
system. Floating structures are still a new field for Ministry of Public Works and People Housing, so there
are many important factors that still not known. Therefore a guide needed for supporting the Ministry.
For starter, the guide need to cover about design criteria of floating structures, especially for breakwater
and dock. The guide made by doing literature study and adopting from international standard. Criteria for
breakwater consist of material usage, dimension determination, and performance of floating breakwater.
Criteria for floating dock consist of dimension of target ships, component needed, and dock dimension
determination. Also mooring system needed for station keeping and one of the most important component.

Keyword: criteria of floating breakwater, criteria of floating dock, modular floating system, mooring system

Abstrak

Pemecah gelombang terapung dan dermaga terapung merupakan bagian dari struktur yang akan dibuat
dengan menggunakan sistem modular wahana terapung. Struktur terapung masih merupakan hal baru bagi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sehingga belum banyak yang mengetahui
faktor-faktor yang diperlukan dalam merencakan struktur terapung. Maka diperlukan sebuah pedoman
yang sudah disesuaikan bagi kebutuhan Kementerian PUPR. Pada tahap awal, pedoman yang diperlukan
adalah pedoman mengenai kriteria struktur terapung, terutama bagi pemecah gelombang dan dermaga.
Penyusunan pedoman dengan melakukan kajian literatur dan mengadopsi kriteria-kriteria yang telah lazim
digunakan di dunia internasional. Kriteria bagi pemecah gelombang terapung antara lain berkaitan dengan
penggunaan material, penentuan dimensi, dan performa dari pemecah gelombang terapung. Kriteria bagi
dermaga apung antara lain penentuan target kapal, komponen-komponen yang diperlukan, serta penentuan
dimensi. Sistem mooring diperlukan untuk menjaga posisi dari struktur terapung ini dan merupakan salah
satu komponen terpenting.

Kata Kunci: kriteria pemecah gelombang terapung, kriteria dermaga terapung, sistem modular wahana
apung, sistem mooring

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 67
Vol. 2 No. 02 Desember 2016

1. PENDAHULUAN struktur, batasan-batasan dalam perencanaan, dan


kriteria-kriteria yang perlu diperhitungkan dalam
Sistem modular wahana apung merupakan salah perencanaan struktur.
satu kegiatan terpadu yang mulai diinissiasi
Balitbang pada tahun 2015. Kegiatan ini merupakan Penelitian ini bertujuan untuk memetakan komponen-
konsep pengembangan suatu kawasan pesisir komponen penting pada perencanaan struktur
dengan mengapungkan infrastruktur pada kawasan apung, kriteria dan batasan dalam perencanaan
tersebut, jadi pondasi yang digunakan untuk struktur dimensi dan pemilihan material, dan aspek-aspek
berdiri adalah air. Infrastruktur yang dimaksud perencanaan yang tidak boleh dilewatkan untuk
adalah jembatan, hunian, dan dermaga. Struktur membangun dermaga dan pemecah gelombang
tersebut akan ditaruh pada ponton yang disusun terapung.
dari modul-modul terapung (Balai Pantai, 2015).
2. Tinjauan Pustaka
Akan tetapi membuat struktur terapung di laut
bukanlah perkara mudah, gaya-gaya yang ada di laut 2.1. Prinsip Pemecah Gelombang Apung
seperti gelombang, arus, dan angin sangat rentan
untuk membuat struktur tidak stabil. Struktur yang Pemecah gelombang apung meredam gelombang
tidak stabil dapat mengalami pergerakan yang sangat dengan prinsip interferensi yaitu dengan membuat
besar sehingga menyebabkan struktur terguling gelombang yang berbeda fasa bertemu dengan
dan tenggelam. Selain itu, gaya yang terjadi secara gelombang datang sehingga saling meniadakan dan
terus menerus ini, dapat menyebabkan struktur atau menggunakan gesekan atau turbulensi untuk
lelah dan akhirnya mengalami kegagalan baik pada mengilangkan energi gelombang datang (van Tol,
sttuktur utamanya ataupun pada sambungannya. 2008).
(Watanabe, Wang, Utsunomiya, & Moan, 2004)
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, tipe pemecah
Balai Litbang Pantai berperan untuk melakukan gelombang terapung dibagi menjadi (van Tol, 2008):
penelitian struktur apung untuk penggunaanya
A. Reflecting
sebagai dermaga dan pemecah gelombang.
Dinding vertikal didukung dengan rangka A
Dermaga merupakan fasilitas bersandar bagi
terapung. Refleksi energi tergantung draft
kapal dan dalam operasinya aspek keselamatan
dinding vertikal dan pergerakan lateral pemecah
sangat penting untuk diperhatikan. Bila dermaga
gelombang terapung. Sway dibuat menjadi roll
dijadikan terapung maka penting bagi dermaga
untuk mengurangi gaya tali.
untuk tidak tenggelam karena kelebihan beban
ataupun mengalami kegagalan karena perencanaan B. Displacement
yang tidak tepat. Bila digunakan sebagai pemecah Struktur menyerap energi gelombang dan
gelombang maka perlu dipahami bagaimana cara ditransmisikan kembali dengan fasa yang
perencanaan struktur tersebut agar dapat berfungsi diubah. Struktur lebih stabil bisa dicapai pada
untuk mengurangi energi gelombang. Dan bagi tipe ini
kedua struktur tersebut sangat penting untuk tetap
bertahan pada posisinya (tidak berpindah tempat) C. Dissipative
dalam menerima beban lingkungan yang terjad Energi gelombang didisipasi ke dalam turbulensi.
serta tidak mengalami kegagalan seperti yang telah
diutarakan sebelumnya. Pada struktur tipe displacement, pemecah
gelombang terapung akan mengalami pergerakan
Maka untuk dapat memperoleh struktur dermaga akibat gelombang datang. Struktur yang terapung
dan pemecah gelombang terapung yang tepat bebas memiliki 6 derajat kebebasan (Gambar 1).
guna perlu diketahui komponen-komponen pada

Gambar 1. Derajat kebebasan struktur terapung


(McCormick , 2010)

1 - 68 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016

Pergerakan struktur akan menghasilkan gelombang. yang sudah ada tentang perencanaan struktur
Selain itu terdapat juga energi yang mengalir dari terapung bagi pemecah gelombang dan dermaga.
bawah struktur (underflow). Maka gelombang yang Sumber yang digunakan antara lain mengacu dari
ditransmisikan adalah penjumlahan dari gelombang tesis-tesis penelitian tentang pemecah gelombang
dan dermaga terapung dan standar-standar resmi
yang dikeluarkan oleh instansi-instansi yang telah
mendapatkan pengakuan dunia. Tesis-tesis yang
digunakan antara lain master tesis oleh (Fousert ,
2006) dan (van Tol, 2008) yang berfokuskan pada
studi redaman struktur terapung, serta (Saleh,
2010) yang membahas mengenai struktur masif
yang terapung. Standar yang digunakan antara
lain (OCDI, 2002) yang merupakan standar teknis
untuk perencanaan fasilias pelabuhan dan dermaga
Gambar 2. Prinsip pemecah gelombang di Jepang dan telah banyak diterapkan juga dalam
terapung pekerjaan dermaga di Indonesia.

yang dibangkitkan oleh pergerakan struktur dan 4. Hasil dan pembahasan


gelombang akibat underflow. Ilustrasi dari prinsip
keja pemecah gelombang terapung ditunjukkan 4.1. Pemecah Gelombang Apung
pada Gambar 2. Selain itu sistem mooring yang
4.1.1. Kondisi Batas Pemecah Gelombang
semakin kaku dapat meredam gelombang dengan
Apung
lebih baik (Gaythwaite, 1990).
Dalam perencanaan pemecah gelombang
2.1. Bentuk Dermaga Terapung
terapung (Gambar 4) perlu diidentifikasi batasan-
Kapal akan berlabuh pada modul terapung yang batasan yang ada bagi struktur tersebut. Batasan
dibentuk menjadi dermaga dengan layout menjari yang diidentifikasi ditinjau dari aspek interaksi
(pier). Dermaga disusun dari modul terapung struktur terhadap lingkungan, interaksi struktur
yang dijaga posisinya dengan sistem mooring, terhadap sistem mooring (penjagaan posisi), dan
dapat berupa rangkaian dari ponton-ponton dan interaksi struktur terhadap sambungan. Selain itu
dihubungkan ke darat dengan jembatan akses didefinisikan juga batasan bagi struktur itu sendiri,
(OCDI, 2002). Sistem mooring Ilustrasi dermaga yaitu (Van Tol, 2008):
apung dengan sistem modul terapung ditunjukkan
A. Lingkungan
Gambar 3.
Beban lingkungan terhadap struktur adalah
(Tirimanna & Falbr):

1. Gaya angin

2. Gaya gelombang

3. Gaya arus

4. Gaya hidrostatik

Kondisi batas pada lingkungan antara lain:

1. Struktur hanya dapat meredam gelombang


Gambar 3. Dermaga apung pada frekuensi terbatas
(OCDI, 2002)
2. Batas frekuensi ditentukan dari batas aman
3. Metode PENELITIAN
diizinkannya operasi (berkaitan dengan
pergerakan yang boleh terjadi pada struktur
Sebagai kajian awal penelitian, penyusunan aspek
yang dilindungi)
desain ini dilakukan dengan melakukan studi literatur
dan adopsi dari berbagai kriteria dari standar-standar

Gambar 4. Sistem dua pemecah gelombang terapung

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 69
Vol. 2 No. 02 Desember 2016

3. Kegiatan operasi dihentkan saat gelombang Parameter desain ini akan berpengaruh kepada
lebih besar dari batas izin, sehingga komponen-komponen struktur yang digunakan,
gelombang ini tidak perlu diredam dimensi, dan pemilihan material untuk menghasilkan
struktur yang efisien. Parameter desain yang ditinjau
4. Bila gelombang transmisi oleh 1 struktur untuk perencanaan struktur pemecah gelombang
masih terlalu besar, dapat digunakan sistem terapung adalah (Fousert , 2006):
2 struktur untuk menghasilkan redaman yang
lebih kecil. A. Dimensi
Dimensi berkaitan dengan ukuran penampang
B. Sistem mooring struktur (lebar dan tinggi). Dimensi akan
Kondisi batas pada sistem mooring antara lain: menentukan perilaku struktur pada gelombang.

1. Sistem mooring berperan untuk menjaga B. Material


posisi struktur Material berkaitan dengan massa struktur dan
permeabilitas struktur yang akan menentukan
2. Sistem mooring jangan membatasi perilaku performa dari pemecah gelombang terapung.
dinamik pemecah gelombang terapung yang Material yang dapat digunakan antara lain:
menguntungkan bagi performa pemecah
gelombang terapung (terutama heave). 1. Baja

3. Sistem mooring boleh membatasi, meski 2. Beton


tidak harus, perilaku dinamik yang tidak
menguntungkan bagi performa pemecah 3. Komposit
gelombang terapung.
Faktor penentuan material:
C. Sambungan
Kondisi batas pada sambungan antara lain: 1. Kondisi struktur yang berada di air

1. Tidak boleh terjadi damage, baik akibat 2. Lokasi center of gravity (COG) yang
fatigue atau benturan antar unit struktur ditentukan oleh massa dan distribusi
massanya
2. Sambungan jangan membatasi perilaku
dinamik pemecah gelombang terapung yang C. Sistem mooring
menguntungkan bagi performa pemecah Sistem mooring berkaitan dengan penjagaan
gelombang terapung (terutama heave). posisi dari struktur. Faktor penentuan sistem
mooring:
3. Sambungan boleh membatasi, meski
tidak harus, perilaku dinamik yang tidak 1. Tidak membatasi pergerakan yang
menguntungkan bagi performa pemecah menungtungkan performa struktur
gelombang terapung.
2. Ketersediaan ruang dalam penggunaan
4. Sambungan mampu menyalurkan gaya antar sistem mooring
elemen
3. Gaya maksimum yang diizinkan pada sistem
5. Sambungan tetap menyambung pada kondisi struktur dan mooring
gelombang ekstrim
D. Sambungan
D. Struktur Sambungan berkaitan dengan konstruksi satu
Kondisi batas bagi struktur antara lain: sistem pemecah gelombang terapung (struktur
pemecah gelombang terapung dan mooring-nya).
1. Struktur berbentuk balok dan merupakan Dalam satu sistem pemecah gelombang dapat
tipe pemecah gelombang dengan prinsip terdiri dari beberapa unit yang dihubungkan
displacement. dengan sambungan. Tipe sambungan yang dapat
digunakan antara lain:
2. Struktur terapung akibat gaya hidrostatik
1. Sambungan kaku
3. Badan struktur harus dapat menahan Tidak memungkinkan pergerakan
penjumlahan dari tekanan hidrostatik, tekanan
gelombang, dan gaya akibat percepatan 2. Sambungan lunak
Memungkinkan pergerakan dan memiliki
4.1.2. Parameter Desain koefisien pegas

Dengan telah diketahuinya batasan dari struktur 3. Tidak disambung


maka berikutnya perlu diidentifikasi parameter- Memungkinkan pergerakan, tidak memiliki
parameter desain agar memenuhi batasan tersebut. koefisien pegas

1 - 70 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016

Faktor penentuan sambungan: sama dengan periode natural heave untuk


mendapat performa yang baik, maka COG harus
1. Daerah yang dilindungi oleh satu sistem dibuat setinggi atau serendah mungkin selama
pemecah gelombang terapung kestabilan mengizinkan dari center of buoyancy
(COB). Namun COG harus diletakkan setinggi
2. Performa struktur yang diinginkan dari satu mungkin untuk menghindari pengaruh buruk
sistem pemecah gelombang terapung dari gabungan pergerakan sway dan roll dalam
meredam gelombang.
3. Gaya maksimum yang diizinkan pada sistem
struktur dan mooring B. Rasio lebar/draft
Rasio lebar/draft menentukan range periode
E. Panjang struktur
gelombang yang dapat diredam. Struktur mampu
Panjang struktur berkaitan dengan panjang satu
meredam gelombang pada rentang terlebar pada
sistem pemecah gelombang terapung. Faktor
rasio lebar/draft sama dengan 5 (lima).
penentuan panjang elemen:
C. Ukuran
1. Stabilitas struktur bila struktur diperpanjang
Dalam rasio lebar/draft yang sama, struktur
2. Gaya maksimum yang diizinkan pada sistem yang lebih besar dapat meredam gelombang
struktur dan mooring yang lebih panjang. Selain itu ukuran struktur
ditentukan dari gelombang terpanjang yang
3. Daerah yang dilindungi oleh satu sistem ingin diredam.
pemecah gelombang terapung
4.2. Dermaga Apung
F. Pembagian elemen
Pembagian elemen berkaitan dengan konstruksi Perbedaan utama dermaga apung dan dermaga
konvensional berada pada desain strukturnya.

a. Tidak dibagi; b. Pembagian memanjang; c. Pembagian melintang


Gambar 5. Tipe pembagian elemen

satu unit struktur. Tipe pembagian elemen Dengan mengapungkan struktur dermaga maka
(Gambar 5) yang dapat digunakan antara lain: pembebanan yang perlu diperhitungkan juga
berbeda. Selain itu desain struktur juga perlu
1. Tidak dibagi memperhitungkan masalah stabilitas. Namun
untuk perencanaan prasarana dermaga pada
2. Pembagian memanjang prinsipnya masih banyak kemiripan dengan
dermaga konvensional. Dalam aspek desain ini
3. Pembagian melintang dibahas kriteria-kriteria yang perlu dipenuhi dalam
perencanaan dermaga apung.
Faktor penentuan pembagian elemen:

1. Kemudahan dan kecepatan konstruksi

2. Stabilitas pada saat instalasi

4.1.3. Perilaku Struktur pada Gelombang

Desain dari struktur akan berpengaruh terhadap


perilaku struktur tersebut apabila terkena gelombang
yang berimplikasi juga dengan performa pemecah
gelombang terapung dalam meredam gelombang.
Dengan memahami perilaku struktur bila terkena
gelombang, maka perencana dapat menghasilkan
suatu struktur yang optimal.

Perilaku struktur pada gelombang ditentukan oleh 3


hal di berikut (van Tol, 2008):

A. Lokasi Center of Gravity (COG)


COG menentukan periode natural roll struktur.
Periode natural roll dapat diubah dengan
menggeser COG. Periode natural roll tidak boleh

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 71
Vol. 2 No. 02 Desember 2016

4.2.1. Dimensi Kapal memiliki periode yang sama dengan periode natural
roll kapal dan panjang gelombang tidak menyamai
Target dimensi kapal yang akan berlabuh di panjang kapal.
dermaga dapat mengacu pada Tabel 1.
4.2.2.2. Kolam Pelabuhan
Tabel 1. Target dimensi kapal (OCDI, 2002)
Kedalaman kolam pelabuhan adalah sama dengan
kedalaman alur pelayaran. Tinggi gelombang (H1/3)
yang diizinkan pada kolam adalah 0.3 m saat kondisi
normal dan 0.5 m saat badai. Pada daerah kolam
yang digunakan untuk berlabuh, dermaga yang
digunakan berupa berupa tipe pier, maka diberikan
jarak antar pier sebagai berikut:

A. Bila kapal yang berlabuh lebih kecil sama degan 3


= 1 L (L=panjang kapal)

B. Bila kapal yang berlabuh lebih besar sama degan


4 = 1.5 L

C. Pada daerah kolam yang digunakan untuk


manuver (kolam putar) memiliki area sebesar
lingkaran dengan diameter 3L.

4.2.3. Fasilitas Pelindung

Layout fasilitas pelindung harus dapat memfasilitasi


keluar masuk yang aman bagi kapal pada saat
terjadi perubahan cuaca secara mendadak dan
menyediakan area kolam yang cukup (Thoresen,
2003). Arah pintu pelabuhan diatur agar dermaga
tidak menerima gelombang dan arus secara
langsung, dan juga pintu tidak boleh tertutup oleh
sedimen yang terbawa arus. Pintu dermaga harus
berada pada kisaran 45° - 90° dari arah datangnya
angin untuk keamanan kapal masuk. Struktur
pelindung harus mampu menyediakan perairan
yang tenang dan ketinggian struktur juga harus
mempertimbangkan jarak pandangan yang aman
bagi kapal yang bernavigasi (OCDI, 2002).

4.2.4. Layout Fasilitas Mooring

4.2.2. Alur Pelayaran Dan Kolam Pelabuhan Penyusunan layout fasilitas mooring berkaitan
dengan penentuan jarak antar pier dengan dimensi
4.2.2.1. Alur pelayaran kapal yang direncanakan. Penyusunan layout dapat
mengacu pada Gambar 6.
Pada perairan dengan arus dan angin yang kencang,
arah alur pelayaran dibuat agar tidak mempersulit 4.2.5. Tinggi jagaan (freeboard)
navigasi kapal (OCDI, 2002). Lebar alur pelayaran
adalah lebih dari dua kali panjang kapal pesiar Tinggi jagaan (freeboard) berkisar 30 – 50 cm dari
terbesar yang menggunakan mesin dan lebih dari permukaan air.
lima kali panjang kapal persiar terbesar yang tidak
4.2.6. Pembebanan
menggunakan mesin. Kedalaman alur pelayaran
adalah draft kapal terbesar ditambah 0.6 m sampai
Pembebanan yang ditinjau pada modul terapung
1 m. Sudut belokan diharuskan tidak lebih dari
untuk dermaga adalah:
30°. Bila melebihi 30°, maka harus dibuat dalam
lengkungan dengan radius lebih dari empat kali 1. Gaya arus
panjang kapal. Bila kapal mempunyai mobilitas
tinggi, maka belokan dapat disesuaikan dengan 2. Gaya gelombang
kemampuan manuver kapal. Panjang alur pelayaran
dari pintu pelabuhan ke daerah kolam pelabuhan 3. Beban hidup (akibat pejalan kaki)
ditentukan berdasarkan jarak berhenti kapal. Alur
pelayaran di desain agar gelombang pada alur tidak 4. Beban fasilitas (bollard, fender)

1 - 72 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016

5. Gaya akibat kapal (berthing & mooring) Jenis-jenis mooring yang dapat digunakan antara
lain (Saleh, 2010):
6. Gaya hidrostatik
1. Dolphin-Frame guide
4.2.7. Kriteria Stabilitas

Gambar 7. Posisi pembebanan (OCDI, 2002)

Kriteria stabilitas ini berkaitan dengan stabilitas 2. Pier/Quay Wall


stuktur ketika menerima beban pejalan kaki atasnya.
Pembebanan difokuskan pada salah satu sisi 3. Kabel/Rantai
struktur seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Untuk
mencapai kondisi stabil maka pada saat menerima 4. Sliding piles
beban maksimun pada kondisi diatas disyaratkan:
4.3.2. Kondisi Batas
1. Kemiringan maksimum 1:10
Kondisi batas pada sistim mooring menyatakan
2. Sisi struktur yang diberi beban tidak terendam syarat-syarat yang menjadi batasan dan perlu
air dipenuhi untuk meminimalisir pengaruh buruk dari
gaya mooring pada struktur. Rekomendasi sebagai
4.2.8. Jembatan akses (access bridge) berikut:

1. Lebar minimum 75 cm. 1. Mooring pada dua sisi berada pada satu garis
aksi yang sama (simetris)
2. Kemiringan maksimum 1:4
2. Mooring pada struktur didistribusikan secara
4.3. Sistem Mooring seragam

Sistem mooring pada struktur apung diperlukan 3. Penggunaan bearing spring dan atau dashpot
bukan hanya untuk menjaga posisi struktur tetapi pada titik sambungan untuk meredam efek
juga menahan gaya-gaya akibat lingkungan. Gaya- amplifikasi dari respon dinamik
gaya lingkungan akan menentukan jumlah dan
posisi mooring. Posisi mooring direkomendasikan 4. Penggunaan shock absorber pada titik
sesimetris mungkin untuk memastikan sambungan angkur untuk menguragi efek gaya
kesetimbangan horizontal dan respon struktur yang gelombang
simetris (Saleh, 2010).Gaya pada sistem mooring
ditentukan oleh: 4.3.2. Jenis Mooring

a. Jenis mooring 4.3.2.1. Dolphin-Frame Guide

b. Material mooring Sistem mooring ini menggunakan rangka batang


yang dipancang pada dasar laut. Sistem ini
c. Ukuran mooring digunakan ketika pergerakan struktur apung secara
pada sisi lateral yang diperlukan sangat kecil.
d. Kedalaman perairan Ilustrasi ditunjukkan Gambar 8.

e. Posisi mooring

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 73
Vol. 2 No. 02 Desember 2016

C. Tension leg mooring


Tali mooring menahan struktur yang mempunyai
kelebihan gaya apung sehingga pergerakan
vertical dibatasi.

4.3.2.5. Metode Mooring Tali/Rantai

Metode mooring yang dapat dilakukan dengan


sistem kabel/rantai adalah sebagai berikut (Saleh,
2010):

A. Single point mooring (SPM)


Gambar 8. Tipe Dolphin-Frame guide Struktur dijaga posisinya dengan satu
4.3.2.2. Pier/Quay Wall tali mooring, akibatnya struktur dapat
menyesuaikan posisi terhadap kondisi
Sistem ini digunakan untuk menahan pergerakan gelombang, angin, dan arus. Namun gaya pada
akibat arus pada satu arah. Ilustrasi ditunjukkan struktur akibat mooring sangat besar, selain itu
Gambar 9. memerlukan tempat yang luas untuk berubah
posisi.

B. Multi-buoy mooring (MBM)/ Spread moorings


Struktur dijaga posisinya dengan banyak tali
sehingga stuktur tidak bisa bergerak bebas.
Namun gaya pada struktur akibat mooring lebih
terdistribusi.

C. Dynamic positioning system (DPS)


Posisi struktur dipertahankan menggunakan
mesin thruster yang juga dikombinasikan
Gambar 9. Tipe Pier/Quay Wall dengan sistem mooring lainnya.

4.3.2.6. Sliding Piles


4.3.2.3. Kabel/Rantai
Pile berfungsi sebagai rel struktur yang dapat
Sistem Kabel/Rantai terdiri dua bagian, yaitu
mengizinkan struktur untuk bergerak secara
bagian tali mooring dan angkur. Tali mooring yang
vertikal, namun pergerakan horizontal dibatasi.
digunakan dapat memakai kabel, rantai, atau
kombinasi keduanya. Tali mooring dihubungkan
4.3.2.7. Jenis Angkur
ke dasar laut dengan menggunakan angkur atau
pancang. Ilustrasi ditunjukkan Gambar 10. Jenis-jenis angkur yang dapat digunakan antara
lain:

A. Soft soil anchors


Digunakan untuk diletakan pada perairan dalam
dan tanah yang sangat lunak. Angkur berupa
beton bertulang yang dilengkapi pipa untuk jet
air. Angkur disimpar di dasar laut, kemudian
jet air dihidupkan untuk membuat angkur
tenggelam di lapisan tanah lunak dan mengunci
angkur. Kapasitas angkur dipengaruhi oleh
Gambar 10. Tipe kabel/rantai tekanan pasif tanah.

B. Pile anchors
4.3.2.4. Jenis Tali/Rantai Digunakan untuk perairan yang kurang
dari 27 m dan berada di dasar yang keras.
Jenis tali mooring yang dapat digunakan adalah: Angkur terdiri dari dua H-pile yang dipancang
berbarengan dengan suatu kedalaman tertentu.
A. Catenary line mooring
Kedua pile disambung untuk meningkatkan
Bentuk tali melengkung karena dipengaruhi
kapasitas angkur.
berat tali, gaya pengembali akibat berat tali
C. Caisson gravity anchor
B. Taut line mooring
Digunakan untuk perairan dalam yang tanahnya
Bentuk catenary dihilangkan akibat berat tali
keras. Dibuat dari beton bertulang dalam balok.
yang ringan, gaya pengembali diakibatkan oleh
elastisitas tali.

1 - 74 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016

D. Multi-slab gravity anchor dapat difungsikan sebagai dermaga. Selain itu


Angkur dibuat dari slab beton bertulang dan aspek-aspek prasarana juga harus dipenuhi sesuai
dipasang bertumpuk-tumpuk. Mirip dengan dengan rencana jenis kapal dan jumlah kapal yang
sistem caisson hanya saja dalam bentuk berlabuh serta penyusunan denah dermaga dan
modular sehingga lebih mudah dibuat dan fasilitasnya agar tidak mempersulit manuver kapal
dipasang. Digunakan untuk perairan dalam dan dan untuk operasi dan pemeliharaan dermaga.
dangkal yang bertanah keras.
Sistem mooring diperlukan untuk menjaga posisi
E. Suction pile anchor struktur terapung agar tidak terbawa oleh gaya-
Angkur dibuat dari kasing baja yang satu sisinya gaya lingkungan. Pemilihan jenis sistem mooring
ditutup. Dipasang ke dasar oleh gaya hisap air. ditentukan dari kondisi geoteknik, kedalaman
Panjang pile ditentukan dari besar gaya yang perairan, dan nilai ekonimis dari pekerjaan di daerah
ingin ditahan. Digunakan pada tanah lunak. tersebut.

4.4. Prosedur Perencanaan Mooring DAFTAR PUSTAKA

Prosedur perencanaan mooring dapat mengikuti Balai Pantai. (2015). PROPOSAL KEGIATAN
langkah-langkah berikut (Saleh, 2010): PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SISTEM
MODULAR WAHANA APUNG . Buleleng: Tidak
A. Memilih jenis mooring dipublikasi.
Direncakan jenis mooring yang akan dipakai
untuk kemudian dicari beban mooring-nya Fousert , M. (2006). Floating Breakwater
untuk berbagai scenario. Theoretical study of a dynamic wave
attenuating system. Master Thesis, Delft.
B. Jumlah mooring dan layout
Perilaku struktur untuk berbagai kondisi Gaythwaite, J. W. (1990). Design of
beban diperiksa untuk mengetahui pergerakan Marine·Facilities , for the Berthing, Mooring,
struktur. Kemudian diskenariokan posisi dan and Repair-of Vessels. New York: VAN
jumlah mooring agar gaya mooring terdistribusi NOSTRAND REINHOLD .
rata.
McCormick , M. E. (2010). Ocean Engineering
C. Perencanaan spesifikasi mooring Mechanics With Applications. New York:
Penentuan spesifikasi dari jenis mooring yang Cambridge University Press .
dipilih dan beban mooring yang diskenariokan.
OCDI. (2002). Technical Standards And
D. Pemilihan material Commentaries For Port And Harbour Facilities
Pemilihan jenis material ditentukan dari kondisi In Japan. Tokyo: Daikousha Printing Co., Ltd.
lingkungan, durabilitas, dan faktor ekonomi.
Saleh, A. H. (2010). MEGA FLOATING CONCRETE
5. Kesimpulan DAN SARAN BRIDGES. Master Thesis, Delft.

5.1. Kesimpulan Thoresen, C. (2003). Port Designer’s Handbook:


Recommendations and Guidelines. London:
Dalam perencanaan pemecah gelombang terapung ThomasTelford.
batasan-batasan yang ada bagi struktur merupakan
aspek pertama yang perlu ditinjau. Dengan telah Tirimanna, D., & Falbr , J. (n.d.). CONCRETE
diketahuinya batasan dari struktur maka dapat FLOATING STRUCTURE TECHNOLOGY.
diturunkan parameter-parameter desain yang perlu Amsterdam.
diperhitungkan oleh perencana. Parameter desain
van Tol, P. (2008). Floating breakwaters A
ini akan menentukan komponen-komponen struktur
Theoretical Study and Preliminary Design of
yang digunakan, dimensi, dan pemilihan material
a Dynamic Wave Attenuating System (Master
bagi struktur rencana. Perilaku struktur apung
Thesis). Delft.
rencana sangat terpengaruh oleh gelombang yang
berimplikasikan pada performa pemecah gelombang
Watanabe, E., Wang, C., Utsunomiya, T., &
terapung dalam meredam gelombang sehingga
Moan, T. (2004). VERY LARGE FLOATING
dengan memahami perilaku struktur bila terkena
STRUCTURES: APPLICATIONS, ANALYSIS
gelombang, maka perencana dapat menghasilkan
AND DESIGN. Singapore: Centre for Offshore
suatu struktur yang optimal.
Research and Engineering National University
of Singapore.
5.2. Saran

Dalam perencanaan dermaga apung perlu meninjau


aspek stabilitas dari struktur dan syarat kemiringan
saat dibebani dan freeboard agar struktur apung

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 75

Anda mungkin juga menyukai