Anda di halaman 1dari 11

DIAGNOSIS INFEKSI DENGAN LETAK ANATOMI

Luka, Jaringan, Tulang, Abses, Cairan

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan atau tubuh.Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik, gigitan hewan dll (De Jong, 2004)

Jaringan adalah kumpulan sel dengan bentuk yang sama dan bekerjasama untuk
menjalankan fungsi biologis tertentu.

Menurut Nurmawati M. (2007) Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan


tubuh dapat berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya
pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan saraf yang melindungi jaringan lunak, juga
tulang merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat dan membawa
barang-barang yang berat.

Abses adalah penumpukan nanah pada satu daerah tubuh, meskipun juga dapat muncul
pada daerah yang berbeda (misalnya, jerawat, karena bakteri dapat menyebar ke seluruh
kulit ketika mereka tertusuk). Abses dapat muncul setiap tempat di tubuh Anda. Tempat
yang paling umum adalah abses di ketiak (aksila), daerah sekitar anus dan vagina (abses
bartholin), dasar tulang belakang (abses pilonidal), sekitar gigi (gigi abses), dan di pangkal
paha. Peradangan di sekitar folikel rambut juga dapat menyebabkan pembentukan abses
yang disebut bisul (furunkel).

Abses adalah penyakit yang disebabkan oleh terhalangnya kelenjar minyak (sebaceous)
atau kelenjar keringat, radang folikel rambut, atau tusukan pada kulit. Kuman berjalan ke
bawah kulit atau ke kelenjar tersebut, yang menyebabkan respons inflamasi sebagai
pertahanan tubuh untuk mencoba untuk membunuh kuman ini.
Isi dari abses dalam bentuk cair mengandung sel-sel mati, bakteri, dan debris lainnya. Isi
abses yang semakin banyak akan menciptakan ketegangan di bawah kulit dan peradangan
lebih lanjut dari jaringan sekitarnya. Tekanan dan peradangan ini menyebabkan rasa sakit
ketika menderita penyakit abses.

Orang dengan sistem kekebalan yang lemah dapat terkena sakit abses lebih sering dan
berisiko mengalami penyakit abses yang lebih parah. Hal ini disebabkan tubuh memiliki
penurunan kemampuan untuk menangkal infeksi.

Orang-orang dengan penurunan sistem kekebalan tubuh dan berisiko mudah terkena
penyakit abses meliputi:

 Orang yang mendapatkan terapi steroid jangka panjang


 Kemoterapi
 Diabetes
 Kanker
 AIDS
 Penyakit anemia sel sabit
 Leukemia
 Gangguan pembuluh darah perifer
 Penyakit Crohn
 Kolitis ulserativa
 Luka bakar parah
 Trauma parah
 Alkoholisme atau penyalahgunaan obat intravena/infus
Faktor risiko lain penyebab abses mencakup paparan lingkungan kotor,
paparan orang dengan jenis tertentu dari infeksi kulit, kebersihan yang buruk, dan
sirkulasi aliran darah yang buruk.

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memilik ifungsi
fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu(zat terlarut).

Pemeriksaan mikroskopis hapusan dan biakan spesimen dari luka atau abses
(penumpukan nanah) dapat memberikan petunjuk awal yang penting dari sifat organisme
penginfeksi dan membantu dalam pemilihan obat-obat antimikroba. Spesimen dari biopsi
jaringan diambil untuk keperluan diagnosis pemeriksaan bakteriologis dan histologis.

Pus (nanah) di dalam abses jaringan lunak yang tertutup dan tidak mengalir
seringkali hanya mengandung satu organisme sebagai agen penyebab – paling sering adalah
Stafilokokkus, streptokokkus atau batang gram negatif enterik. Bakteri tersebut merupakan
contoh di dalam osteomielitis akut, di mana organisme seringkali dapat dibiakkan dari
darah sebelum lesi (area abnormal pada jaringan) lokal menjadi kronis. Karena beberapa
mikroorganisme seringkali berada secara bersamaan dalam abses perut dan abses yang
berdampingan dengan permukaan mukosa seperti juga pada luka terbuka, maka sulit untuk
memutuskan organisme mana yang berperan dalam kasus-kasus tersebut. Ketika lesi
supuratif dalam mengalir ke permukaan melalui sinus atau fistula, flora dari permukaan
yang dilalui aliran lesi tidak boleh keliru dengan yang ada di lesi tepat di dalam.

Pemeriksaan bakteriologi pus dari lesi dalam atau tertutup harus meliputi biakan
dengan metode anaerob. Bakteri anaerob (bacteroides, streptokokkus) kadang-kadang
memainkan peran kausatif yang penting dan campuran dari anaerob seringkali timbul,
sementara bakteri-bakteri aerob dapat mewakili kontaminan permukaan. Infeksi luka khas
yang disebabkan oleh clostridium segera dicurigai sebagai gas gangrene (infeksi jaringan,
sel dan pembuluh darah yang disebabkan oleh bakteri).

Metode-metode yang digunakan harus sesuai untuk penemuan semikuantitatif


bakteri yang umum dan juga untuk mikroorganisme khusus termasuk mycobacteria dan
jamur. Kulit dan membran mukosa yang tererosi seringkali merupakan tempat infeksi ragi
atau jamur. Candida, aspergillus, dan ragi-ragi lain atau jamur dapar terlihat secara
mikroskopis dalam hapusan atau kerokan dari area yang dicurigai dan dapat ditanam dalam
biakan.

Eksudat yang terkumpul dalam rongga pleura, peritoneal. atau sinovial harus
diaspirasi dengan teknik aseptik yang sangat teliti untuk mencegah superinfeksi. Jika
material-material jenis purulent, olesan dan biakan dibuat secara langsung. Jika cairannya
jernih, bisa diputar dengan kecepatan tinggi selama 10 menit dan sedimennya digunakan
untuk hapusan yang diwarnai dan dibiakkan. Metode pembiakkan yang dipakai harus sesuai
untuk pertumbuhan organisme yang dicurigai dengan latar belakang klinis, missal
mycobacteria, organisme anaerob, Neisseria – seperti juga bakteri pyogenic yang seringkali
dijumpai. Walaupun tes-tes direk untuk mikroorganisme penyebab menghasilkan
informassi yang paling penting, tes-tes pada cairan oxalate juga membantu. Hasil-hasil
berikut bersifat sugestif untuk adanya infeksi : berat jenis lebih dari 1,018; muatan protein
lebih dari 3 g/ dL, sering menimbulkan pembekuan; dan hitungan sel lebih dari 500-
1000/µL. Lekosit polimorfonuklear dominan pada infeksi pyogenic akut yang tidak diobati,
limfosit atau monosit dominan pada infeksi kronis. Transudate yang dihasilkan dari
pertumbuhan neoplastic secara kasar menyerupai eksudat infeksius dengan penampakan
yang berdarah atau purulent dan dengan pembekuan yang tetap. Pemeriksaan sitologis dari
hapusan atau irisan sel-sel yang diputar bisa membuktikan sifat neoplastic dari proses
tersebut.

Pengambilan Spesimen Lesi

Spesimen dari lesi kulit wajah dan badan

1. Inspeksi kulit badan dan wajah, untuk mencari: lesi yang menyerupai lesi pada telinga,
tetapi biasanya lebih besar; - papul, makula, atau); lesi-lesi kulit ini berupa daerah kulit
yang pucat atau menebal, berinfiltrat, dan gambarannya mirip kulitjeruk. Ambil spesimen
dari daerah yang paling akut pada lesi berinfiltrat. Daerah ini biasanya terdapat tepat di
sebelah dalam tepi makula; kulit di tempat ini perubahannya paling nyata. (Pemilihan
lokasi pengambilan spesimen ini merupakan hal yang penting, agar basil tahan asam dapat
dideteksi). Spesimen juga dapat diambil dari daerah kulit yang memperlihatkan tanda-tanda
awal infiltrasi kuman leprao

2. Lakukan disinfeksi pada daerah kulit yang akan dikerok dengan kasa yang dibasahi
etanol. Panaskan pinset dan skalpel di atas api.

3. Jepit kuat tempat tersebut memakai forseps dan buat insisi, kira-kira sepanjang 0,5 cm
dan sedalam 2-3 mm, memakai ujung skalpel (Gbr. 5.42). 4. Dalam keadaan kulit masih
dijepit dengan forseps, kerok bagian dasar dan tepi insisi tersebut memakai ujung skalpel.
Tampung ciliran serosa yang keluar, mungkin bercampur dengan sedikit elemen seluler.
Lakukan disinfeksi pada temp at bekas insisi tersebut dan kalau masih berdarah, tutup
dengan plester.
DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS

Virologi diagnostic membutuhkan komunikasi antara dokter dengan laboratorium


dan tergantung pada kualitas specimen serta informasi yang diberikan kepada laboratorium.
Tes antibody membutuhkan sampel yang diambil pada interval yang memadai, dan
diagnostic seringkali tidak dapat dipastikan sampai penyembuhan, isolasi virus atau deteksi
antigen dibutuhkan; (1) ketika terjadi epidemic baru, seperti pada influenza; (2) ketika uji
serologis tidak berguna; (3) ketika penyakit klinis yang sama mungkin disebabkan oleh
banyak agen yang berbeda. Sebagai contoh, meningitis aseptis (nonbacterial) bisa
disebabkan oleh banyak virus yang berbeda; begitupula, syndrome penyakit pernapasan
bisa disebabkan oleh banyak virus, juga oleh mycoplasma dan agen lain.
Metode diagnostic berdasarkan teknik amplifikasi asam nukleat segera akan
menggantikan teknik yang lain, tetapi tidak semua pendekatan biakan virus. Meskipun
demikian, kebutuhan akan pengumpulan sampel yang memadai dan interpretasi tes tidak
akan berubah. Lebih jauh, aka nada waktu dimana dikehendaki penemuan agen infeksius.

Isolasi virus mungkin tidak menetapkan penyebab penyakit tertentu. Banyak factor
lain yang harus dipertimbangkan. Beberapa virus menetap pada inang manusia selama
jangka waktu yang panjang, sehingga isolasi virus herpes, poliovirus, echocirus, atau
coxsackievirus dari pasien dengan penyakit yang tidak terdiagnosis, tidak membuktikan
bahwa virus tersebut adalah penyebab penyakit itu. Pola klinis dan epidemiologis yang
konsisten harus ditetapkan sebelum dapat ditentukan bahwa agen tertentu bertanggung
jawab atas gambaran klinis khusus.

Isolasi virus aktif membutuhkan pengumpulan specimen yang memadai dengan


benar. Korelasi isolasi virus dan adanya antibody mempermudah pembuatan diagnosis.

Specimen dapat dimasukkan ke lemari pendingin selama lebih dari 24 jam sebelum biakan
virus selesai dikerjakan, dengan pengecualian virus sinsitium pernapasan dan virus-virus
tertentu lainnya. Jika tidak, material sebaiknya dibekukan (lebih baik pada -60 oC atau lebih
dingin) jika terdapat penundaan dalam pemberiannya ke laboratorium. Specimen yang
sebaiknya tidak dibekukan meliputi; (1) whole blood yang diambil untuk penentuan
antibody, dimana serum harus dipisahkan sebelum pembekuan ; (2) jaringan untuk biakan
sel atau organ, yang harus dipertahankan berada pada suhu 4oC dan segera dibawa ke
laboratorium.

Virus terdapat dalam sekresi nasal atau faring pada penyakit pernapasan. Virus
dapat tampak dalam cairan atau kerokan dari dasar ruam vesikuler. Pada infeksi mata, virus
dapat terdeteksi dalam swab konjungtiva atau kerokan konjungtiva dan dalam air mata.
Ensefalitides biasanya lebih cepat didiagnosis dengan dasar serologis. Arbovirus dan
herpesvirus biasanya tidak ditemukan dari cairan spinal, tetapi jaringan otak dari pasien
ensefalitis virus bisa menghasilkan virus penyebab. Pada penyakit yang berhubungan
dengan enterovirus, seperti penyakit susunan saraf pusat, myocarditis dan pericarditis akut,
virus dapat diisolasi dari feses, swab tenggorok, atau cairan serebrospinal. Tes antibody
fluoresen direk sama pekanya dengan biakan untuk pendeteksian infeksi saluran pernapasan
oleh virus sinsitium pernapasan, virus influenza A dan B, virus parainfluenza, dan
adenovirus. Tes-tes ini memberikan jawaban dalam beberapa jam setelah pengumpulan
specimen, lebih cepat dibandingkan dengan biakan virus yang berhari-hari, dan untuk
alasan itu, tes-tes tersebut menjadi tes pilihan untuk diagnosis etiologis infeksi viral saluran
pernapasan
Daftar Pustaka :

Brooks, Geo .F, Butel, Janet .S, Morse, Stephen .A (2005). Mikrobiologi
Kedokteran : Penerbit Salemba Medika

PEDOMAN TEKNIK DASAR UNTUK LABORATORIUM


KESEHATAN, Ed. 2 Alih bahasa': Drs. Chairlan, M.Biomed & Dra Estu
Lestari, MM Editor edisi bahasa Indonesia: dr. Albertus Agung Mahode
Copy editor: Suryani Hak cipta terjemahan Indonesia © 2004 Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai