Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik
anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya
sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam
folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui
dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara
fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan
penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal. Anemia
bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik
di seluruh dunia, dimana insidennya 30% pada setiap individu di seluruh
dunia. masyarakat indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya
zat gizi, karena itu prevalensi anemia di di Indonesia sekarang ini masih
cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau
vitamin B12.
Bahaya anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung,
otak, dan organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian. Sel darah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari paru – paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Maka dari
itu dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan menjabarkan tentang
konsep teori penyakit anemia dan asuhan keperawatan pada pasien anemia.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien anemia
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan
anemia
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk mengetahui konsep
dan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien Anemia.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Dapat digunakan sebagai acuan dan sebagai sumber informasi
tambahan di institusi dalam mengembangkan pendidikan terkait asuhan
keperawatan pada pasien Anemia.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan
dalam keperawatan dan dapat mengatahui cara mengatasi Anemia.
4. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai acuan dan sebagai sumber informasi
tambahan di pelayanan kesehatan dalam mengembangkan asuhan
keperawatan pada pasien Anemia.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat
(Behrman E Richard, IKA Nelson;1680). Anemia adalah berkurangnya
hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas hemoglobin, dan volume
packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah. (Sylvia A.Price. 2006).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia bukan merupakan satu kesatuan, tetapi merupakan akibat dari
berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth; 935)

Rentang hemoglobin normal


Rentang Angka normal
Kategori
(gr/dl)
Pria 14 gr/dl – 18 gr/dl
Wanita 12 gr/dl – 16 gr/dl
Anak – anak 12 gr/dl – 24 gr/dl
Bayi baru lahir 10 gr/dl – 16 gr/dl

Kriteria anemia menurut WHO adalah :

1. Laki-laki dewasa                     : Hb < 13 g/dl


2. Wanita dewasa tidak hamil     : Hb < 12 g/dl
3. Wanita hamil                           : Hb < 11 g/dl
4. Anak umur 6-14 tahun            : Hb < 12 g/dl
5. Anak umur 6bulan – 6 tahun  : Hb < 11 g/dl
B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disiase entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying entity). Pada
dasarnya anemia disebabkan oleh karena;
1) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2) Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan)
3) Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
4) Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper. Gambaran lebih rinci tentang
etiologi anemia adalah sebagai berikut;
Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
1. Kekurangan bahan essensial pembentukan eritrosit
 Anemia Difisiensi besi
 Anemia Disifiensi asam folat
 Anemia Disifiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (Utilisasi) besi
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
 Anemia aplastik
 Anemia mieloptisik
 Anemia pada keganasan hematologi
 Anemia diseritropoieti
 Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia akibat kekurangan eritroproeietin : Anemia pada gagal ginjal


kronik
b. Anemia hemoragi
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia Hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
 Gangguan membran eritrosit (membranopati)
 Gangguan enzim eritrosit (enzimipati) : anemia akibat disifiensi
G6PD
 Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
- Thalasemia
- Hemoglobinopati struktural : HbS,HbE,dll
2. Anemia hemolitik eskstrakorpular
 Anemia hemolitik autoimun
 Anemia hemolitik mikroangiopatik
 Lain-lain
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang
komplek
C. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis secara umum
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktifitasnya,
keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum
gejala anemia adalah :
1) Hemoglobin menurun (<10g/dl), trombositosis/trombositopenia,
pansitopenia
2) Penurunan berat badan dan kelelahan
3) Takikardi, tekanan darah menurun, pengisian kapiler lambat,
palpitasi, kulit pucat
4) Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang
buruk (bayi)
5) Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang.
b. Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia :
1) Anemia karena perdarahan
Perdarahan akut akibat kehilangan darah yang cepat, terjadi
refleks kardiovaskuler yang fisiologis berupa kontraksi arteriola,
pengurangan arteri darah atau komponennya ke organ tubuh yang
kurang vital (anggota gerak, ginjal). Gejala yang timbul tergantung
dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih
bisa mengadakan kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15%
akan memperlihatkan gejala pucat, transpirasi, takikardi, tekanan
darah rendah atau normal.
Kehilangan darah sebanyak 15-20% akan mengakibatkan
tekanan darah menurun dan dapat terjadi renjatan (shock) yang
masih reversibe. Kehilangan darah lebih dari 20% akan
menimbulkan renjatan yang irreversible dengan angka kematian
yang tinggi. Perdarahan kronik,leukositosis(15.000-20.000/mm3)
nilai hemoglobin, eritrosit dan hematokrit rendah akibat hemodelusi.
2) Anemia defisiensi
a) Anemia defisiensi besi (DB)
Pucat merupakan tanda yang paling sering, pagofagia
(keinginan untuk memakan bahan yang tidak biasa seperti es atau
tanah), bila Hemoglobin menurun sampai 5 gr/dl iritabilitas dan
anorexia, takikardi dan bising sistolik. Pada kasus berat akan
mengakibatkan perubahan kulit dan dan mukosa yang progresif
seperti lidah yang halus, keilosis, terdapat tanda-tanda malnutrisi.
Monoamine oksidase suatu enzim tergantng besi memainkan
peran penting dalam reaksi neurokimiawi disusun saraf pusat
sehingga defisiensi besi dapat mempengaruhi fungsi neurologis
dan intelektual. Temuan laboratorium hemoglobin 6-10gr/dl,
trombositosis 600.000-1000.000.
b) Anemia defisiensi asam folat
Gejala dan tanda pada anemia defisiensi folat sama dengan
anemia defisiensi vitamin B12, yaitu anemia megaloblastik dan
perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat
ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan
kepribadian dan hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti
anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin B12 serum normal dan
asam folal serum rendah, biasanya kurang dari 3 mg/ml. Yang
dapat memastikan diagnosis adalah kadar folat sel darah merah
kurang dari 150 mg/ml.
3) Anemia hemolitik
a) Anemia hemolitik autoimun
Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat
(mengancam jiwa). Terdapat keluhan fatiguee dapat terlihat
bersama gagal jantung kongestif dan angina. Biasanya
ditemukan iktterus dan splenomegali. Apabila pasien
mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia
Limfositik Kronik, gambaran klinis penyakit tersebut dapat
terlihat. Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar hemoglobin
yang bervariasi dari ringan sampai berat (HT< 10%)
retikulositosis dan sferositosis biasanya dapat terlihat pada
apusan darah tepi. Pada kasus hemolisis berat, penekanan pada
susmsum tulang dapat mengakibatkan SDM yang terpecah-
pecah.
b) Anemia hemolitik karena kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia hemolitik
neonatus berat sampai ringan, hemolisis yang terkompensasi
dengan baik dan tampak pertama pada dewasa. Polikromatofilia
dan mikrositosis ringan menggambarkan angka lenaikan
retikulosit. Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari
jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim glutation reduktase
kadang-kadang disertai trombopenia dan leukopenia dan sering
disertai kelainan neurologis. Defisiensi piruvatkinase khasnya
ada peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG). Defisiensi
triose phospate (TPI) gejala menyerupai sferositosis, tetapi tidak
ada peninggian fragilitas osmotik dan hapusan darah tepi tidak
ditemukan sferosit.
c) Sferitosis herediter
Sferitosis herediter mungkin menyebabkan penyakit
hemokitik pada bayi baru lahir dan tampak dengan anemia dan
hiperbillirubinemia yang cukup berat. Keparahan penyakit pada
bayi dan anak bervariasi. Beberapa penderita tetap tidak
bergejala sampai dewasa, sedangkan lainnya mungkin
mengalami anemia berat yang pucat, ikterus, lesu dan intoleransi
aktivitas. Bukti hemolisis meliputi retikulositosis dan
hiperbillirubinemia. Kadar hemoglobin biasanya 6-10 gr/dl.
Angka retikulositosis sering meningkat dari 6-20% dengan nilai
rerata 10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran bermacam-
macam dan terdiri dari retikulosit polikromatofilik dari sferosis.
1) Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang
membesar. Pada anak yang besar biasanya disertai dengan
keadaan gizi yang jelek dan mukanya memperlihatkan fasies
mongoloid. Jumlah retikulosit dalam darah meningkat.
2) Anemia aplastik
Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap
ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan.
Temuan laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia, sel darah
merah normositik dan normokromik artinya ukuran dan warnanya
normal, perdarahan abnormal akibat trompositopenia.
D. Klasifikasi
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya
a. Anemia mikrositik
Anemia hipokromik mikrositik, mikrositik: sel kecil, hipokromik:
pewarnaan yang berkurang, karena darah berasal dari Hemoglobin, sel-
sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah
normal. Keadaan ini umumnya mencerminkan isufisiensi sintetis heme/
kekurangan zat besi, seperti anemia pada defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehilangan darah kronis, dan gangguan sintesis globin.
1) Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan gangguan transportasi
oksigen yang dikarenakan defisiensi sintesis hemoglobin. Penyakit
ini sering terjadi dan tersebar luas di seluruh dunia ini menyerang
10% hingga 30% penduduk dewasa yang tinggal di Amerika Serikat.
Anemia defisiensi besi paling sering dialami wanita
pascamenopause, bayi (khususnya bayi prematur atau bayi dengan
berat lahir rendah), anak-anak, serta remaja (khususnya remaja
putri). Anemia sideroblastik merupakan kelompok gangguan
heterogen dengan defek yang umum, yaitu penyakit ini tidak mampu
menggunakan zat besi dalam sintesis hemoglobin meskipun
simpanan besi tersedia dalam jumlah memadai. Anemia dapat
bersifat herediter atau akuisita (didapat).
2) Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik, eritrosit memiliki rentang usia yang
pendek. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai
gambaran labolatoris yang sama: (1) jumlah retikulosit, (2) fraksi
bilirubin indirek meningkat dan (3) haptoglobin (protein yang
mengikat hemoglobin bebas). Anemia sel sabit adalah anemia
hemolitika berat akibat adanya hemolitikal berakibat defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Defeknya
adalah satu subsitusi asam amino pada rantai β hemoglobin. Karena
hemoglobin A normal mengandung dua rantai α dan dua rantai β.
Trait sel sabit : orang dengan trait sel sabit hanya mendapat satu gen
abnormal, sehingga sel darah merah mereka masih mampu mensintesa
kedua rantai β dan β s.
b. Anemia makroskopik/ Normositik Makrositik
1) Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi asam folat merupakan anemia megaloblastik yang
sering terjadi dan berjalan progresif secara lambat. Biasanya anemia
ini terdapat pada bayi, remaja, ibu hamil, dan menyusui, peminum
minuman keras (alkohol), lanjut usia (lansia), dan pasien dengan
penyakit yang malingnan atau dengan penyakit intestinal.
2) Anemia defisiensi vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya yang
kurang. Asupan vitamin lain berlebihan pun dapat mengakibatkan
defisiensi vitamin B12. Misalnya, karena berlebihan mengkonsumsi
vitamin C.Anemia pernisiosa yang merupakan tipe anemia
megaloblastik yang paling sering ditemukan, terjadi karena
mallabsospsi vitamin B12. Anemia ini biasanya terjadi pada usia
antara 30 dan 60 tahun, dan insidensi anemia ini meningkat seiring
dengan pertambahan usia.Jika tidak ditangani, anemia pernisiosa
merupakan keadaan yang fatal.
c. Anemia normositik
1) Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
2) Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak
diketahui pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum,
menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksi.
d. Anemia aplastic
Anemia aplastik atau hipoplastik terjadi karena cedera atau
destruksi sel tunas (stem cells) di dalam sumsum tulang atau matriks
sumsum tulang sehingga terjadi pansitopenia (anemia, leukopenia, serta
trombositopenia)dan karena hipoplasia sumsum tulang. Gangguan ini
umumnya menimbulkan pendarahan atau infeksi yang fatal, khususnya
jika bersifat idiopatik atau disebabkan oleh pemakaian kloramfenikol
(Chloromycetin) atau oleh hepatitis infeksiosa. Angka kematian pada
anemia aplastik yang berat berkisar dari 80% hingga 90%.
e. Anemia penyakit kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis berhubungan dengan anemia
jenis normostik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna
yang normal). Kelainan ini meliputi artitis rematoid, abses paru,
osteomielitis, tuberkulosis, dan berbagai keganasan. Anemia biasanya
ringan dan tidak progresif. Berkembang secara bertahap selama periode
waktu 6 sampai 8 minggu dan kemudian stabil pada kadar hematokrit
tidak kurang dari 25%.
Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 gr/dl. Dan sumsum
tulang mempunyai selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi.
Kadar eritropoetin rendah, mungkin karena menurunnya produksi, dan
adanya penyekat pada penggunaan besi oleh sel eritroid juga terjadi
penurunan sedang ketahanan hidup sel darah merah.

E. Pathway

Perdarahan saluran cerna, uterus,


hidung atau luka

Kekurangan Nutrisi (defisiensi Perdarahan Hemolisis (Destruksi sel


besi, vit B12, asam folat darah merah)

Kegagalan Sumsum Tulang


Kehillangan sel darah merah Produksi SDM

Glositis, diare, Intake nutrisi


Anemia (Hb menurun) nafsu makan turun
berkurang (anoreksia)
Efek G.I Gg. Absorbsi
nutrisi

Resistensi aliran darah perifer Pertahanan sekunder tidak adekuat Defisit nutrisi

Penurunan transport O2 Resiko Infeksi

Hipoksis Lemah lesu

Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri

Perfusi perifer tidak efektif


Gg fungsi otak

Pusing

Nyeri akut
F. Pemeriksaan Diagnostik

Uji Rentangan Makna Penting


Normal
Mean Corpuscular 80 – 100 fl Ukuran rata – rata eritrosit. Hasil ini
Volume (MCV) akan meningkat jika sel darah merah
berukuran besar (makrostik) dan
menurun jika ukurannya kecil
(mikrostik)
Jumlah eritrosit 4,5-6,50 x Jumlah eritrosit normal bervariasi
total 1012/L sesuai usia, jenis kelamin, ketinggian
tempat dan olahraga. Volume darah
juga mempengaruhi hasil uji:
hipervolemia akan memperlihatkan
efek pengenceran dengan jumlah
eritrosit lebih rendah, hipovolemia
akan memperlihatkan efek
pengenceran dengan jumlah eritrosit
lebih rendah pada hipovolemia, efek
homokonsentrasi akan mencerminkan
jumlah eritrosit yang lebih besar
Hemoglobin (Hb) 130 – 180 g/L Nilai normal sesuai dengan usia, jenis
kelamin, ketinggian tempat, dan
olahraga. Volume darah juga dapat
mempengaruhi kadar Hb :
hipervolemia akan memperlihatan
penurunan kadar Hb akan lebih tiinggi
Mean corpuscular 26 – 33 pg Jumlah rata – rata hemoglobin dalam
hemoglobin (MCH) setiap sel darah merah
Mean corpuscular 310 – 360 g/L Berat rata – rata (gram) hemoglobin
hemoglobin dalam setiap sel darah merah.
concentration
(MCHC)

Vitamin B12 serum 120 – 600 Faktor penting dalam eritropoesis:


pmol/L digunakan untuk mengkaji anemia
makrositik
Folat serum 7 – 25 nmol/L Faktor penting dalam eritropoesis:
digunakan untuk mengkaji anemia
makrositik
Feritin serum 20 – 300 ug/L Menunjukkan jumlah total simpanan
zat besi dalam tubuh
Volume sel darah 0,40 – 0,54 Volume sel darah merah yang
merah (Ht) dinyatakan dalam % dari volume darah
total
Jumlah leukosit 3,5 – 11 x Mengukur jumlah dan jenis sel darah
109/L putih
Biopsi sumsum Tidak ada Mengambil sedikit sumsum tulang
tulang melalui biopsi jarum: memungkinkan
evaluasi komponen sel didalam
sumsum tulang dan simpanan zat besi
dalam sumsum tulang. Uji ini
kontraindikasi bagi pasien kelainan
koagulasi
Pengukuran Bervariasi Mengukur faktor koagulasi yang
koagulasi sesuai dengan spesifik: digunakan untuk mengkaji
faktor tingkat keparahan defisiensi
Waktu perdarahan 1 – 9 menit Waktu berhentinya perdarahan secara
spontan
International Bervariasi Waktu terjadinya koagulasi sesudah
normalized ratio sesuai alasan pemberian tromboplastin dan kalsium
(INR) teurapetik kedalam spesimen darah
Activated partial 30 – 40 detik ; Mengevaluasi lintasan pembekuan
prothrombin time 60 – 70 detik intrinsik: mengukur waktu
(APPT) (tanpa terbentuknya bekuan darah ketika
aktivator ) ditambahkan aktivator kedalam
pada individu spesimen memperpendek waktu
dewasa pembekuan
Laju endap darah Bervariasi Perubahan protein darah
(LED) mengakibatkan agregasi eritrosit ;
kenaikan LED menunjukkan proses
inflamasi
Uji sel sabit Negatif Memperlihatkan keberadaan
hemoglobin S ; sel darah merah yang
mengandung HbS akan berbentuk sabit
jika kurang mengandung oksigen
Direct coombs’test Negatif = Mendeteksi antibodi atau komplemen
tanpa yang terikat pada sel darah merah dan
aglutinasi merupakan indikasi anemia
hemolitik : sel darah merah dicampur
dengan reagen coombs untuk menguji
aglutinin yang menimbulkan
penggumpalan dan hemolisis
Indirect Negatif = Digunakan untuk silang pandan darah
coombs’test tanpa secara rutin sebelum transfusi darah
aglutinasi dan selama kehamilan, karena
pemeriksaan ini mendeteksi antibodi
dalam serum

G. Penatalaksanaan Klinis
a. Medis
 Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal di setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini bisa dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut : kadar hemoglobin,
Index eritrosit, (MCV,MCV dan MCHC),Apusan darah tepi.
 Pemeriksaan darah seri anemia : hitung eritrosit, leukosit, Laju endap
darah (LED) dan hitung retikulosit
 Pemeriksaan Sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hemetopoesis.
 Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut :
 Anemia Defiesiensi Besi : serum iron,TIBC,Saturasi trasferin
dan Feritin serum.
 Anemia Megaloblastik : Asam folat darah/eritrosit , vitamin
B12
 Anemia Hemolitik : hitung retikulosit, tes Coombs dan
elekroforesis Hb.
 Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
Sitokimia.
a. Pemeriksaan NonLaboratorium nonhematoligis : Faal ginjal ,Faal
endokrin,asam urat, Faal hati, biakan kuman
b. Radiologi : torak,bone survey,USG,limfangiografi
c. Pemeriksaan Sitogenetik
d. Pemeriksaan Biologi Mokuler ( PCR=Polymerase Chain Ration,FISH=
Flourenscence in situ hybridization)
b. Keperawatan

H. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini
c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
1) Klien pernah mendapatkan atau menggunakan obat-obatan yang
mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat
2) Riwayat kehilangan darah kronis misalnya : perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan)
3) Riwayat endokarditis infektif kronis.
4) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
5) Riwayat TB, abses paru.
6) Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya:
benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen.
7) Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau
kecelakaan.
8) Riwayat kanker, terapi kanker.
9) Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit
malabsorbsi, seperti : enteritis regional, manifestasi cacing pita,
10) Poli endokrinopati, masalah autoimun.
11) Penggunaan anti konvulsan masa lalu / sekarang, antibiotic, agen
kemoterapi, aspirin, obat  anti inflamasi, atau anti koagulan.
12) Adanya / berulangnya episode perdarahan aktif (DB)
13) Pembedahan sebelumnya: splenektomi, eksisi tumor, penggantian
katup prostetik, eksisi bedah duodenum.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kecendrungan keluarga untuk anemia.
- Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia
kongenital
- Keluarga adalah vegetarian berat.
- Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
- Riwayat penyakit-penyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis, DM,
asma, penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan
e. Riwayat Psikososialspritual
Kaji orang terdekat klien. Kebersihan di daerah tempat tinggal, orang
yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan, pekarangan,
pembuangan sampah.
f. Pemfis Persistem
1) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat
2) Kesadaran : compos mentis kooperatif sampai terjadi
penurunan tingkat kesadaran apatis, samnolen-sopor-koma
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah: tekanan darah menurun (nilai normal: 90-
110/60-70mmHg)
b) Nadi : frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (frekuensi
normal: 60-100 kali/menit)
c) Suhu: bisa meningkat atau menurun (suhu normal: 36,5-37,2 0C)
d) Pernapasan : meningkat (ritme pernafasan normal: 18-20
kali/menit)
4) Tinggi Badan dan Berat Badan
5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat perdarahan sub konjungtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex
cahaya biasanya tidak ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan atau bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung, fungsi penciuman biasa tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-
pecah atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid lidah membesar.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernapasan cepat irama tidak
teratur.Fremitus yang meninggi, perkusi sonor, suara nafas bisa
vaskuler atau ronki, whezzing. Frekuensi napas 18-20x/ menit
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga
dibawah normal dan bisa juga meningkat.
14) Genitalia
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral
dingin, CRT >3 detik, sianosis.
g. Pemeriksaan penunjang
Kadar hemoglobin menurun, pemeriksaan darah : eritrosit dan
berdasarkan penyebab.
h. Kebutuhan dasar
1) Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia,
2) diet yang harus dijalani, pasang NGT,
3) cairan IVFD yang digunakan jika ada.
4) Pola tidur bisa terganggu
5) Mandi dan aktivitas : dapat terganggu berhubungan dengan
kelemahan fisik
6) Eliminasi : biasanya terjadi perubahan frekuensi, konsistensi,diare
atau konstipasi
I. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DO: Kekurangan nutrisi Perdarahan saluran cerna, Perfusi perifer tidak


1. CRT >3 detik (defisiensi besi, vit B12, uterus, hidung atau luka efektif
2. Nadi perifer menurun atau tidak asam folat)
teraba
3. Akral teraba dingin
Kegagalan Sumsum Tulang Perdarahan Hemolisis
4. Warna kulit pucat
(Destruksi sel darah merah)
5. Turgor kulit menurun
6. Konjungtiva anemis

DS: Kehillangan sel darah


1. Parestesia merah
2. Pusing
3. Penglihatan kabur (kunang-
kunang)
Penurunan sel darah merah
4. Letih
dan Hb
5. Lesu
Resistensi aliran darah
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

6. Lelah perifer
7. Lunglai
Penurunan transport O2

Hipoksis

Perfusi perifer tidak


efektif
2 DO: Produksi SDM dan Hb menurun Defisit nutrisi
1. BB menurun minimal 10% di
bawah rentang ideal
2. Lemah Efek Gastointestinal
3. Bising usus hiperaktif
4. Otot pengunyah lemah
5. Otot menelan lemah Gangguan absorbsi nutrisi
6. Membran mukosa pucat
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

7. Nafsu makan menurun


Kehilangan nafsu makan
DS:
1. Nafsu makan menurun

Intake nutrisi kurang

Defisit nutrisi
3 DO: Penurunan sel darah merah dan Hb Intoleransi Aktivitas
1. Tekanan darah menurun
2. Sianosis Resistensi aliran darah perifer

DS:
Penurunan transport O2
1. Lelah
2. Lesu
3. Lunglai
Hipoksis
4. Letih
5. lemah
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

letih, lesu, lemah, lunglai

Intoleransi aktivitas
4 DO: Penurunan sel darah merah dan Hb Defisit perawatan diri
1. Tidak mampu
mandi/mengenakan Resistensi aliran darah perifer
pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri Penurunan transport O2
2. Minat melakukan perawatan
diri kurang
Hipoksis
DS:
1. Menolak melakukan
perawatan diri karena merasa
letih, lesu, lemah, lunglai
lemas

Intoleransi aktivitas
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

Defisit perawatan diri

5 Faktor Risiko: Penurunan sel darah merah dan Hb


1. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder: penurunan
kadar hemoglobin Pertahanan sekunder tidak adekuat
Risiko Infeksi

Risiko Infeksi
J. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang
mencakup berikut ini :
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang d.d CRT >3 detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, konjungtiva anemis, parestesia, pusing, penglihatan kabur
(kunang-kunang), letih, lesu, lelah, lunglai.
b. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan
Hb d.d BB menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, lemah,
bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, nafsu makan menurun
c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang d.d tekanan darah menurun, sianosi, lelah, lesu,
lunglai, letih, lemah.
d. Defisit perawatan diri b.d intoleransi aktivitas d.d tidak mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri,
minat melakukan perawatan diri kurang dan menolak melakukan
perawatan diri karena merasa lemas.
e. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh sekunder akibat
penurunan konsentrasi Hb
K. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Perfusi perifer tidak efektif b.d Setelah diberikan tindakan 1. Pantau kosentrasi Hb 1. Pencegahan terjadinya
penurunan konsentrasi Hb dan keperawatan selama 1x30 menit, syok hipovolemia
darah, suplai oksigen perfusi ke perifer kembali efektif, 2. Pantau tanda-tanda vital 2. Tanda vital dan CRT
berkurang d.d CRT >3 detik, dengan K.H: normal menandakan
nadi perifer menurun atau 1. CRT kembali <2 detik 3. Pantau CRT perfusi jaringan ke
tidak teraba, akral teraba 2. Nadi perifer teraba dalam 4. Berikan edukasi tentang perifer efektif
dingin, warna kulit pucat, rentang normal (60- meningkatkan nutrisi tinggi 3. Meningkatkan kadar Fe
turgor kulit menurun, 100x/menit) zat besi bagi penderita dalam tubuh untuk
konjungtiva anemis, 3. Warna kulit normal Anemia pembenukan sel darah
parestesia, pusing, penglihatan 4. Konjungtiva ananemis 5. Edukasi pemberian obat Fe merah dan Hb
kabur (kunang-kunang), letih, 5. Pusing berkurang oral
lesu, lelah, lunglai. 6. Penglihatan kembali jelas
7. Gejala 5 L berkurang atau
hilang
8. Konsentrasi Hb dalam rentang
normal (pria: 14 gr/dl – 18
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
gr/dl)
2 Defisit nutrisi b.d gangguan Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi makanan 1. Agar klien lebih
absorbsi nutrisi di GIT akibat keperawatan selama 1x30 menit, kesukaan bersemangat untuk
penurunan Hb d.d BB nutrisi dapat terpenuhi, dengan makan
menurun minimal 10% di K.H: 2. Berikan edukasi tentang 2. Meningkatkan kadar Fe
bawah rentang ideal, lemah, 1. BB dalam rentang normal meningkatkan nutrisi tinggi dalam tubuh untuk
bising usus hiperaktif, otot 2. Klien tidak merasa lemah zat besi bagi penderita pembenukan sel darah
pengunyah lemah, otot 3. Bising usus dalam rentang Anemia merah dan Hb
menelan lemah, membran normal (8-12x/menit) 3. Anjurkan makan sedikit 3. Mengurangi rasa mual
mukosa pucat, nafsu makan 4. Nafsu makan kembali tapi sering muntah
menurun meningkat
3 Intoleransi aktivitas b.d Setelah diberikan tindakan 1. Pantau RR sebelum dan 1. RR yang abnormal
penurunan konsentrasi Hb dan keperawatan selama 1x30 menit, sesudah aktivitas menandakan perfusi
darah, suplai oksigen nutrisi dapat terpenuhi, dengan 2. Identifikasi risiko yang tidak efektif
berkurang d.d tekanan darah K.H: 3. Berikan edukasi tentang 2. Mencegah terjadi nya
menurun, sianosis, lelah, lesu, 1. TD dalam rentang normal meningkatkan nutrisi tinggi risiko cedera atau
lunglai, letih, lemah. (110-120 mmHg, 80-90 zat besi bagi penderita bahaya
mmhg) Anemia 3. Meningkatkan kadar Fe
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
2. Klien dapat beraktivitas 4. Edukasi pemberian obat Fe dalam tubuh untuk
seperti biasanya oral pembenukan sel darah
5. Anjurkan klien merah dan Hb
meningkatkan aktivitas 4. Mengurangi hipotensi
secara perlahan 5. Mencegah terjadinya
cedera yang
mengakibatkan luka
atau perdarahan
4 Defisit perawatan diri b.d Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi penyebab: 5 L Membantu memenuhi
intoleransi aktivitas d.d tidak keperawatan selama 1x30 menit 2. Edukasi atau motivasi kebutuhan perawatan diri
mampu mandi/mengenakan perawatan diri dapat terpenuhi, untuk meningkatkan asupan
pakaian/makan/ke dengan K.H: makanan tinggi zat besi
toilet/berhias secara mandiri, 1. Mampu agar dapat menambah Hb
minat melakukan perawatan makan/berpakaian/mandi/k dan tenaga
diri kurang dan menolak e toilet secara mandiri 3. Motivasi/fasilitasi/bantu
melakukan perawatan diri 2. Berminat melakukan klien memenuhi perawatan
karena merasa lemas. perawatan dirii dirinya seperti mandi, oral
hygiene, vulva hygiene,
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
makan, berpakaian sesuai
kebutuhan klien.
5 Risiko infeksi berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Edukasi pentingnya 1. Meningkatkan kadar Fe
dengan penurunan daya tahan keperawatan selama 1x30 menit, meningkatkan intake nutrisi dalam tubuh untuk
tubuh sekunder akibat infeksi tidak terjadi, dengan kriteria seimbang, terutama tinggi pembenukan sel darah
penurunan konsentrasi Hb hasil: zat besi merah dan Hb
1. Konsentrasi Hb meningkat 2. Edukasi menjaga 2. Mencegah terjadinya
atau dalam rentang normal koordinasi tubuh cedera yang
2. Imunitas tubuh meningkat mengakibatkan luka dan
3. Tidak rentan/terjadi infeksi perdarahanan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Ilustrasi
Seorang perempuan berusia 35 tahun diantar keluarga ke poliklinik penyakit
dalam dengan keluhan mudah lelah dan sering kesemutan di kedua tungkai
sejak 2 bulan yang lalu dan bertambah berat sejak 1 minggu terakhir. Menurut
keluarga, nafsu makan pasien seperti biasa yaitu hanya makan nasi dan sayur-
sayuran. Pasien selama 1 tahun terakhir tidak pernah makan makanan yang
bersumber dari hewan. Satu bulan yang lalu pasien pernah dibawa berobat ke
dokter praktik umum dan dikatakan mengalami kurang darah sehingga ia
diberi vitamin. Pasien tinggal bersama anaknya yang bekerja sebagai buruh
harian lepas.
Pemeriksaan fisik: Keadaan Umum : Tampak pucat, TD 100/60 mmHg, Nadi
100x/menit, Suhu 36,8 C, TB 160cm, BB 42 kg.Keadaan Khusus :- Kepala :
konjungtiva pucat, glositis (+)- Leher : JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB
(-)- Thorax : Jantung dan paru normal- Abdomen : Datar, lemas, bising usus
normal, hepar dan lien tidak teraba- Ekstremitas: Telapak tangan dan kaki
pucat, koilonikia (-)
Pemeriksaan labotarorium darah Hb: 8,1 g/dL, RBC: 3.800.000/mm3,
Leukosit: 8000/mm3, LED:10mm/jam, Ht: 30 vol% GDS: 100mg/dl, MCV:
110fl, MCH: 35%, MCHC 39% dan gambaran darah tepi: Hiperkrom
Makrositer.
Pemeriksaan Lanjutan: Fe serum: 90 μgram, Iron Banding Cappacity:
300μgram/dL, kadar serum B12:80pg/ml.
B. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny E
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Anemia xxxxx
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
a) Keluhan saat datang
Seorang perempuan berusia 35 tahun diantar keluarga ke
poliklinik penyakit dalam dengan keluhan mudah lelah dan
sering kesemutan di kedua tungkai sejak 2 bulan yang lalu
dan bertambah berat sejak 1 minggu terakhir.
b) Saat Pengkajian
Pasien mengeluh mudah lelah
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mnegeluh mudah Lelah, dan sering kesemutan saat
beraktivitas. Pasien tampak pucat, konjungtiva pucat, Telapak
tangan dan kaki pucat, Hb 8,1 g/dL , RBC 3.800.000/mm3
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keluarga mengatakan nafsu makan pasien seperti biasa yaitu
hanya makan nasi dan sayur-sayuran. Pasien selama 1 tahun
terakhir tidak pernah makan makanan yang bersumber dari
hewan. Satu bulan yang lalu pasien pernah dibawa berobat ke
dokter praktik umum dan dikatakan mengalami kurang darah
sehingga ia diberi vitamin. Pasien tinggal bersama anaknya yang
bekerja sebagai buruh harian lepas.
c. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah, gizi kesan kurang
b) Kesadaran : Composmentis GCS 15
c) Orientasi : Baik
d) Tanda-tanda vital
(1) Temperatur : 36,8 °C
(2) Frekuensi Nadi : 100x/menit
(3) Respirasi Rate : tidak diketahui
(4) Tekanan Darah : 100/60 mmhg
e) Pemeriksaan Fisik
(1) Wajah
Pasien nampak lemah dan pucat.
(2) Mata
Nampak konjungtiva anemis dan sklera tidak ikterik.
(3) Mulut
glositis (+)
(4) Leher
JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-)- Abdomen
(5) Dada
Jantung dan paru normal
(6) Perut
Perut Datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak
teraba
(7) Ekstremitas atas dan bawah
Telapak tangan dan kaki pucat, koilonikia (-)
d. Data Penunjang

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


1 Hb 8,1 g/dL
2 RBC 3.800.000/mm3,
3 Leukosit 8000/mm3
4 LED 10mm/jam
5 Ht 30 vol%
6 MCV 110fl
7 MCH 35%
8 MCHC 39%
9 GDS 100mg/dl
10 Darah tepi Hiperkrom
Makrositer
11 Fe serum 90 μgram
12 Iron Banding 300μgram/dL
Cappacity
13 Kadar serum 80pg/ml
B12

C. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS : Kekurangan nutrisi Perfusi perifer
1) Klien (defisiensi besi, vit B12, tidak efektif
mengatakan asam folat)
mudahl lelah
disertai
kesemutan Kegagalan Sumsum
DO: Tulang
1) Pasien nampak
lemah dan pucat.
2) konjungtiva Penurunan sel darah merah
anemis dan Hb
3) Hb 8,1 g/dL
4) RBC
3.800.000/mm3 Resistensi aliran darah
perifer

Penurunan transport O2

Hipoksis

Perfusi perifer tidak


efektif
2 DS: Produksi SDM dan Hb
Keluarga mengatakan menurun
pasien tidak pernah
makan makanan
bersumber dari hewan Efek Gastointestinal
DO:
1) TB 160cm
2) BB 42 kg Gangguan absorbsi nutrisi
3) GLOSITIS (+)
4) Konjungtiva
anemis Kehilangan nafsu makan
5) Tampak pucat

Intake nutrisi kurang

Defisit nutrisi
3 DS: Penurunan sel darah merah Intoleransi
1) Pasien mengatakan dan Hb Aktivitas
mudah lelah saat
berakyivitas
DO: Resistensi aliran darah
1) Pasien ta,mpak perifer
lemah
Penurunan transport O2

Hipoksis
letih, lesu, lemah, lunglai

Intoleransi aktivitas
4 DS:
DO:

D. Diagnosa Keperawatan
Dari data yang telah kami analisa, maka telah kami tegakkan diagnosa
keperawatan yang terdiri dari:
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah
d.d Klien mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat
beraktifitas. Klien nampak lemah, pucat dan konjungtiva anemis.
Konsentrasi Hb 8,1 g/Dl, RBC 3.800.000/mm3
2. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan Hb
d.d Gizi kesan kurang
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb d.d klien mengatakan
lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat beraktifitas dan klien
nampak lemah.
E. Perencanaan

NO Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan Setelah diberikan 1. Pantau 1. Pencegahan
konsentrasi Hb dalam darah d.d Klien tindakan keperawatan kosentrasi Hb terjadinya syok
mengatakan lemas yang dirasakan seperti selama 1x30 menit, hipovolemia
mudah capai saat beraktifitas. Klien perfusi ke perifer 2. Pantau tanda- 2. Tanda vital dan
nampak lemah, pucat dan konjungtiva kembali efektif, tanda vital CRT normal
anemis. Konsentrasi Hb 8,1 g/Dl, RBC dengan K.H: menandakan
3.800.000/mm3 1. Warna kulit perfusi jaringan
3. Pantau CRT
normal ke perifer
4. Berikan
2. Konjungtiva efektif
edukasi tentang
ananemis
meningkatkan Meningkatkan kadar
3. Gejala 5 L
nutrisi ti nggi Fe dalam tubuh untuk
berkurang atau
zat besi bagi pembenukan sel darah
hilang
penderita merah dan Hb
Konsentrasi Hb dalam Anemia seperti
rentang normal (pria: daging merah,
14 gr/dl – 18 gr/dl) ikan dan
sayuran
berdaun hijau

Edukasi pemberian
obat Fe oral
2 Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi Setelah diberikan 1. Identifikasi 1. Agar klien lebih
di GIT akibat penurunan Hb d.d Gizi kesan tindakan keperawatan makanan bersemangat
kurang, papil lidah atrofi, terdapat selama 1x30 menit, kesukaan untuk makan
splenomegali dan hepatomegali nutrisi dapat terpenuhi, 2. Meningkatkan
dengan K.H: 2. Berikan kadar Fe dalam
1. BB dalam rentang edukasi tentang tubuh untuk
normal meningkatkan pembenukan sel
2. Klien tidak nutrisi tinggi darah merah dan
merasa lemah zat besi bagi Hb
penderita 3. Mengurangi rasa
Tidak terdapat
Anemia seperti mual muntah
splenomegali dan
daging
hepatomegali
berwarna
merah, ikan dan
sayuran
berdaun hijau

3. Anjurkan
makan sedikit
tapi sering

3 Intoleransi aktivitas b.d penurunan Setelah diberikan 1. Pantau RR 1. RR yang


konsentrasi Hb d.d klien mengatakan tindakan keperawatan sebelum dan abnormal
lemas yang dirasakan seperti mudah capai selama 1x30 menit, sesudah menandakan
saat beraktifitas dan klien nampak lemah. nutrisi dapat terpenuhi, aktivitas perfusi yang
dengan K.H: 2. Identifikasi tidak efektif
1. Gejala 5L risiko 2. Mencegah
hilang 3. Berikan terjadi nya
2. TD dalam edukasi tentang risiko cedera
rentang normal meningkatkan atau bahaya
(110-120 nutrisi tinggi 3. Meningkatkan
mmHg, 80-90 zat besi bagi kadar Fe dalam
mmhg) penderita tubuh untuk
Klien dapat Anemia pembenukan
beraktivitas seperti 4. Edukasi sel darah merah
biasanya. pemberian obat dan Hb
Fe oral 4. Mengurangi
hipotensi
Anjurkan klien
meningkatkan aktivitas Mencegah terjadinya
secara perlahan cedera yang
mengakibatkan luka
atau perdarahan

F. IMPLEMENTASI

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd dan


dan Nama
Waktu Perawat
Perfusi perifer tidak Rabu, 5 1. Mengecek hasil Pukul 09.30
efektif b.d penurunan Februari pemeriksaan S:
konsentrasi Hb dalam 2020 laboratorium 1. Klien mengatakan
darah d.d Klien Pukul Hasil: masih merasa lemas
mengatakan lemas yang 09.00 a. Konsentrasi Hb 7,5 2. Klien mengatakan
dirasakan seperti mudah 09.03 gr/dL bersedia untuk
capai saat beraktifitas. b. Konsentrasi mengonsumsi obat
Klien nampak lemah, trombosit 67.000/mm3. secara teratur
pucat dan konjungtiva 2. Mengecek tanda- O:
anemis. Konsentrasi Hb tanda vital 1. Konsentrasi Hb 7,5
7,5 gr/dL. Konsentrasi Hasil: gr/dL
trombosit 67.000/mm3. 09.15 a. Tekanan Darah: 2. Konsentrasi
100/70 mmHg trombosit
b. Frekuensi nadi: 67.000/mm3
09.10 108x/menit 3. CRT >2 detik
c. Temperatur: 38°C 4. Hasil TTV
d. RR: 20x/menit a. TD: 100/70
3. Mengecek CRT mmH
Hasil: b. Frekuensi nadi:
CRT >2 detik 108x/menit
4. Mengedukasi c. Temperatur:
untuk selalu meminum 38°C
tablet penambah darah d. RR: 20x/menit
Respon: A:
Klien mengatakan bersedia Masalah teratasi
untuk mengonsumsi obat secara sebagian
teratur. P:
Pasien pulang, intervensi
dilanjutkan di rumah secara
mandiri.
Defisit nutrisi b.d 09.12 1. Memberikan edukasi tentang Pukul 09.30
gangguan absorbsi nutrisi meningkatkan nutrisi tinggi zat S:
di GIT akibat penurunan besi bagi penderita Anemia Klien mengatakan mau
Hb d.d Gizi kesan kurang, seperti daging merah, ikan dan mencoba makan
papil lidah atrofi, terdapat sayuran berdaun hijau makanan yang
splenomegali dan Respon: dianjurkan perawat
hepatomegali. Klien mengatakan mau O:
mencoba makan makanan yang Klien nampak antusias
dianjurkan perawat saat diberi edukasi
09.15
A:
2. Menganjurkan makan sedikit Masalah teratasi
tapi sering P:
Pasien pulang, intervensi
Respon:
dilanjutkan di rumah secara
Klien mengatakan mau mecoba
mandiri.
saran perawat.
Intoleransi aktivitas b.d 1. Menganjurkan klien Pukul 09.30
penurunan konsentrasi Hb meningkatkan aktivitas secara S:
d.d klien mengatakan bertahap jika merasa pusing Klien mengatakan mau
lemas yang dirasakan untuk mencegah terjadinya mengikuti anjuran
seperti mudah capai saat cedera atau bahaya perawat
beraktifitas dan klien Respon: O:
nampak lemah. Klien nampak mengerti
Klien mengatakan mau mengikuti
A:
anjuran perawat
Masalah teratasi
P:
Pasien pulang, intervensi
dilanjutkan di rumah secara
mandiri
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis akan menguraikan mengenai permasalahan atau


kesenjangan yang timbul antara asuhan keperawatan berdasarkan teori pada
penderita anemia dengan tinjauan kasus yang telah dilakukan pada Tn. T.
Pembahasan ini dilakukan sesuai dengan tahapan proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
implementasi serta evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi,
2012).
Penulis melakukan pendekatan dengan komunikasi kepada pasien dengan
cara membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud dan tujuan.
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui observasi secara langsung
pada klien yaitu dengan orang tua klien, pemeriksaan fisik, serta
mendapatkan data dari perawat ruangan dan status klien. Dari hasil
pengumpulan data, penulis tidak menemukan hambatan karena adanya
keterbukaan dari pihak keluarga.
Dalam tahap pengkajian keperawatan, menurut penulis keluhan utama dan
alasan masuk rumah sakit sudah sama dengan yang tertera di tinjauan teori
sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan
kasus. Namun pada ilustrasi kasus, kami kurang mendapatkan data yang
dapat menunjang untuk proses penganalisaan data mengenai riwayat
kesehatan yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga.
Pada hasil pemeriksaan TTV terjadi kesenjangan, pada tinjauan kasus tidak
diketahui nilai tekanan darah dan ritme pernafasan yang dapat menjadi data
objektif untuk membantu menguatkan penegakkan diagnosa pada tahap
keperawatan selanjutnya sedangkan pada teori menurut Nurarif dan Kusuma
(2015), penderita anemia selain merasakan kelelahan, lemas, lesu, lunglai
juga mengalami penurunan tekanan darah dari rentang normal.
Hasil pemeriksaan fisik pada tinjauan kasus adalah klien nampak pucat, gizi
kesan kurang, suhu 38°C, nadi 108x/menit, konjungtiva anemis, papil lidah
atrofi, tidak ditemukan pembengakakan gusi, terdapat limpadenopati leher,
ada splenomegali dan hepatomegali. Hasil pemeriksaan fisik tersebut
ditunjang oleh teori yang dikemukakan oleh Nurarif & Kusuma (2015), pada
penderita anemia akan mengalami konjungtiva yang anemis, gangguan
saluran pencernaan seperti lidah atrofi hingga pembengkakan di hepar atau
splen juga terjadi pembengkakan pada kelenjar limpa di leher.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentanan respons
dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Herdman, 2015).
Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita anemia, yaitu:
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang d.d CRT >3 detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, konjungtiva anemis, parestesia, pusing, penglihatan kabur
(kunang-kunang), letih, lesu, lelah, lunglai.
2. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan
Hb d.d BB menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, lemah,
bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, nafsu makan menurun.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang d.d tekanan darah menurun, sianosi, lelah, lesu,
lunglai, letih, lemah.

Sedangkan, diagnosa yang kami tegakkan setelah melalui proses pengkajian


dan analisa data dari tinjauan kasus yaitu:
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah
d.d Klien mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat
beraktifitas. Klien nampak lemah, pucat dan konjungtiva anemis.
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL. Konsentrasi trombosit 67.000/mm3.
2. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan Hb
d.d Gizi kesan kurang, papil lidah atrofi, terdapat splenomegali dan
hepatomegali.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb d.d klien mengatakan
lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat beraktifitas dan klien
nampak lemah.
Dari tinjauan kasus yang kami analisis, ditemukan adanya kesenjangan
antara diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan teori asuhan
keperawatan pada anemia dengan diagnosa yang kami tegakkan dari
tinjauan kasus, yaitu kami tidak menegakkan diagnosa keperawatan defisit
perawatan diri, dikarenakan tidak terdapatnya data yang menunjang untuk
menegakkan diagnosa tersebut.
C. Perencanaan Tindakan Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu,mmeringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012)
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah
d.d Klien mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat
beraktifitas. Klien nampak lemah, pucat dan konjungtiva anemis.
Konsentrasi Hb 7,5 gr/dL. Konsentrasi trombosit 67.000/mm3.
Intervensi :
a. Pantau kosentrasi Hb
Rasional :
1) Pencegahan terjadinya syok hipovolemia
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Pantau CRT
Rasional :
Tanda vital dan CRT normal menandakan perfusi jaringan ke perifer
efektif
d. Berikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi ti nggi zat besi bagi
penderita Anemia seperti daging merah, ikan dan sayuran berdaun
hijau
Rasional :
Meningkatkan kadar Fe dalam tubuh untuk pembentukan sel darah
merah dan Hb.
e. Edukasi pemberian obat Fe oral
2. Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di GIT akibat penurunan
Hb d.d Gizi kesan kurang, papil lidah atrofi, terdapat splenomegali dan
hepatomegali.
Intervensi :
a. Identifikasi makanan kesukaan
Rasional : Agar klien lebih bersemangat untuk makan
b. Berikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi
penderita Anemia seperti daging berwarna merah, ikan dan sayuran
berdaun hijau
Rasional : Meningkatkan kadar Fe dalam tubuh untuk pembenukan
sel darah merah dan Hb
c. Anjurkan makan sedikit tapi sering
Mengurangi rasa mual muntah
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb d.d klien
mengatakan lemas yang dirasakan seperti mudah capai saat beraktifitas
dan klien nampak lemah.
Intervensi :
a. Pantau RR sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional : RR yang abnormal menandakan perfusi yang tidak efektif
b. Identifikasi risiko
Rasional : Mencegah terjadi nya risiko cedera atau bahaya
c. Berikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi
penderita Anemia
Rasional : Meningkatkan kadar Fe dalam tubuh untuk pembenukan
sel darah merah dan Hb
d. Edukasi pemberian obat Fe oral
Rasional : menguangi hipotensi
e. Anjurkan klien meningkatkan aktivitas secara perlahan
Rasiona : Mencegah terjadinya cedera yang mengakibatkan luka atau
perdarahan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan da perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada perencanaan.
Penulis melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk melakukan
implementasi dengan dilakukan secara penuh selama 24 jam karena
keterbatasan waktu dalam melakukan tindakan tersebut. Sedangkan
implementasi yang dilakukan penulis sesuai rencana yang telah disusun
sebelumnya adalah :
1. Mengecek hasil pemeriksaan laboratorium
2. Mengecek tanda-tanda vital
3. Mengecek CRT
4. Mengedukasi untuk selalu meminum tablet penambah darah
5. Memberikan edukasi tentang meningkatkan nutrisi tinggi zat besi bagi
penderita Anemia seperti daging merah, ikan dan sayuran berdaun
hijau
6. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
7. Menganjurkan klien meningkatkan aktivitas secara bertahap jika
merasa pusing untuk mencegah terjadinya cedera atau bahaya
8. Memberikan edukasi pentingnya meningkatkan intake nutrisi
seimbang, terutama tinggi zat besi dan tinggi protein seperti daging,
ikan dan juga sayuran untuk meningkatkan imunitas tubuh
9. Mengedukasi untuk menjaga koordinasi tubuh agar tidak terjadi
cedera yang dapat mengakibatkan perdarahan akibat luka
10. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik
sebagai pencegahan infeksi
11. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antipiretik
sebagai penurun demam.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilakukan,
dari 5 diagnosa yang ada diagnose pertama adalah Perfusi perifer tidak
efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang
d.d CRT >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun, konjungtiva anemis,
parestesia, pusing, penglihatan kabur (kunang-kunang), letih, lesu, lelah,
lunglai. Yang kedua adalah Defisit nutrisi b.d gangguan absorbsi nutrisi di
GIT akibat penurunan Hb d.d BB menurun minimal 10% di bawah rentang
ideal, lemah, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membran mukosa pucat, nafsu makan menurun. Yang ketiga adalah
Intoleransi aktivitas b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang d.d tekanan darah menurun, sianosi, lelah, lesu, lunglai, letih,
lemah. Yang keempat adalah Defisit perawatan diri b.d intoleransi aktivitas
d.d tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang dan menolak melakukan
perawatan diri karena merasa lemas. Dan yang kelima adalah Risiko infeksi
b.d penurunan daya tahan tubuh sekunder akibat penurunan konsentrasi Hb.
Dengan kelima diagnose tersebut hanya 4 yamg ditegakan oleh kelompok
karena sudah menyesuaikan dengan kasus yang ada di poli klinik tersebut
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit,melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia bukan merupakan satu kesatuan, tetapi merupakan akibat dari
berbagai proses patologik yang mendasari (smeltzer C Suzane, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth; 935).
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia,
usia, mekanisme kempensasi, tingkat aktifitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia.
Diagnosa keperawatan penyakit anemia yang ditemukan diantaranya adalah :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) normal.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Intervensi dari diagnosa keperawatan diatas diantaranya adalah :
a. Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa, dasar kuku.]
b. Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.
c. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
d. Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu
keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung.
e. Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.
Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-
hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Menunjukkan perfusi adekuat.
b. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan
nilai laboratorium normal dan mengembalikan pola normal dari fungsi
usus.
c. Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.Infeksi tidak terjadi.
Jika tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan evaluasi maka
tindakan tersebut berhasil dan apabila terjadi sebaliknya maka tindakan serta
asuhan keperawatan akan dilakukan perubahan maupun perbaikan.
B. Saran
Diperlukannya penanganan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik,
biologis dan sosial ekonomi). Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga
dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia. Jika keluarga
mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat untuk menghindarkan klien
mengalami anemia kembali. Perawat sebagai konselor diharapkan bisa
memberikan konseling kepada klien maupun keluarga klien agar selalu
menjaga keseimbangan nutrisi dan gaya hidup yang baik.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Corwin j,Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi edisi revisi 3.jakarta :EGC


Kowalak dkk.2013.Buku Ajar Patofisiologi.jakarta :EGC

Chang ,ester dkk.2012.Patofisiologi aplikasi pada praktek


keperawatan.Jakarta:EGC

Kowalak dkk.2013.Buku Ajar Patofisiologi.jakarta :EGC

Ekawati,Asih.2014.”Anemia”.4 September
2015.http://www.academia.edu/9871777/anemia

Putri.M.Y.,Andra Saferi wijaya.2013.Keperawatan Medikal


Bedah.Yogjakarta:Nuha Medika

Sugeng.”Anemia mikrositik hipokromik”.4 september 2015.

http://www.referensisehat.com/2014/12/anemia-mikrositik-
hipokromik.html

Najib,Muhammad.2015.”Asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia”.6


september

http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-anemia-43534264

Anda mungkin juga menyukai