3.1 Pendahuluan
Islam adalah sebuah sistem yang sempurna dan komprehensif. Dengan Islam,
Allah memuliakan manusia, agar dapat hidup dengan nyaman dan sejahtera di
muka bumi ini. Allah menyempurnakan kenyamanan kehidupan manusia,
pada awalnya dengan memberi petunjuk kepadanya tentang identitas dirinya
yang sesungguhnya. Allah mengajarkan kepadanya bahwa ia adalah seorang
hamba yang dimiliki oleh Tuhan yang maha Esa dan bersifat dengan sifat-sifat
kesempurnaan. Selanjutnya Allah memberikan sarana-sarana untuk menuju
kehidupan yang mulia dan memungkinkan dirinya melakukan ibadah. Namun
demikian, sarana-sarana tersebut tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan
jalan saling tolong menolong antar sesama atas dasar saling menghormati, dan
menjaga hak dan kewajiban sesama.
Diantara sarana-sarana menuju kebahagian hidup manusia yang diciptakan
Allah melalui agama Islam adalah disyariatkannya Zakat. Zakat disyariatkan
dalam rangka meluruskan perjalanan manusia agar selaras dengan syarat-
syarat menuju kesejahteraan manusia secara pribadi dan kesejahteraan
manusia dalam hubungannya dengan orang lain.
Selanjutnya di dalam islam juga mempunyai suatu badan yang mengelola
harta benda yang dikumpulkan baik dari wakaf, zakat, infaq dan juga
shadaqah. Tujuan pengelolaan ini ialah untuk mengstabilkan kehidupan
ekonomi masyarakat islam serta untuk kegiatan social islam lainnya.
Selanjutnya, islam juga mengajarkan cara menciptakan suasana yang baik
terhadap sesama manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan
akad syirkah dengan pihak lain. Menurut arti asli bahasa Arab (makna
etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian
rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya
(An-Nabhani, 1990: 146). Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah
suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan
suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan (An-Nabhani, 1990: 146).
b. Harta Perniagaan
Dasar hukum kewajiban zakat terhadap harta peniagaan adalah QS Al Baqarah
[2]: 267 dan hadis Nabi SAW yang artinya “ Dari Samurah ibn Jundub dia
berkata: Rasul SAW memerintahkan kami untuk mengeluarkan zakat harta
yang kami persiapkan untuk dijual. “. Nisab dan kadar zakat harta perniagaan
disandarkan pada nisab dan kadar emas dan perak.
c. Hasil Pertanian
Kewajiban untuk menzakatkan hasil pertanian didasarkan pada QS Al An’am
[6]: 141 yang artinya “ Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, dan tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dikeluarkan zakatnya), dan janganlah kamu berlebih-
lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan-
lebihan.” Adapun nisab dan kadar zakat hasil pertanian adalah
lima wasaq. Lima wasaq adalah lebih kurang sama dengan 815 kg.
d. Binatang Ternak
Binatang ternak yang diwajib dizakatkan adalah unta, sapi dan kerbau,
kambing dan biri-biri dengan syarat sampai senisab, telah mencapai haul,
digembalakan, dan tidak di pekerjakan. Untuk hewan ternak yang akan
dikeluarkan zakatnya, maka hewan itu harus:
1) Sehat dalam arti tidak luka, cacat, pincang dan kekurangan lain yang
mengurangi manfaat dan harganya.
2) Betina dan cukup umur berdasarkan ketentuan nash.
f. Barang Tambang
Zakat yang dikeluarkan sebesar 1/5 (20%) dari jumlah barang tambang yang
ditemukan. Menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i barang tambang yang
wajib dizakatkan breupa emas dan perak saja dengan syarat sampai senisab
namun tidak diisyaratkan haul.
g. Zakat Profesi
Dasar hukum tentang kewajiban zakat profesi adalah QS Al Baqarah[2]: 267
“ Hai orang-orang yang beriman, keluarkanlah zakat sebagian hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian hasil bumi yang Kami keluarkan
untukmu”.Ketentuan nisab dan kadar zakatnya adalah disamakan dengan
zakat uang, dikeluarkan dari pendapatan bersih setelah dikeluarkan biaya
hidup (kebutuhan pokok), biaya-biaya lain yang terkait dengan pekerjaan dan
utang.
3.3 Baitulmaal
Secara harfiah/lughowi, baitulmaal berarti rumah dana. Baitulmaal sudah ada
sejak zaman Rasulullah, berkembang pesat pada abad pertengahan .
Baitulmaal berfungsi sebagai pengumpulan dana dan men-tasyaruf-kan untuk
kepentingan sosial.
Menurut Ensiklopedia Hukum Islam, baitulmaal adalah lembaga keuangan
negara bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara
sesuai dengan aturan syariat. Menurut Suhardi K.Lubis, baitulmal dilihat dari
segi fikih adalah suatu lembaga atau badan yang bertugas untuk mengurusi
kekayaan negara terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal
pemasukan dan pengelolaan maupun yang berhubungan dengan masalah
pengeluaran dan lain-lain. Adapun baitulmal menerima titipan zakat, infak,
dan sedekah serta menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
3.4 Syirkah
Syirkah dalam bahasa Arabnya berarti pencampuran atau interaksi. Bisa juga
artinya membagikan sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum
kebiasaan yang ada.
Sementara dalam terminologi ilmu fiqih, arti syirkah yaitu: persekutuan usaha
dalam mengambil hak atau beroperasi. Aliansi mengambil hak,
mengisyaratkan apa yang di sebut syirkatul amlak. Sementara aliansi dalam
beroperasi, mengisyaratkan syirkatul uqud (syirkah transaksional)
d. Syirkatul Mufawwadhah
Yakni setiap kerja sama dimana masing-masing pihak yang beraliansi
memiliki modal, usaha, dan hutang piutang yang sama, dari mulai berjalannya
kerja sama hingga akhir. Yakni kerja sama yang mengandung unsur
penjaminan dan hak-hak yang sama dalam modal, usaha dan hutang.
Biodata Penulis:
Febrina Girsang (7183143016)
Risna Yunita Simarmata (7183143018)