Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus adalalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkn oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relative. Diabetes Melitus merupakan penyakit yang menjadi
masalah pada sebagian kesehatan masyarakat. Oleh Karen itu DM tercantum dalam urutan
keempat prioritas penelitain nasional untuk penyakit degenratif setealh penyakit
kardiovaskuler,serebrovaskuler,rheumatic dan katarak.

Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan


metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,lipid dan protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau
defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan
oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Jika kekurangan produksi insulin
atau terdapat resistensi insulin maka kadar glukosa dalam darah akan meninggi (melebihi
nilai normal).

Insulin adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Insulin diperlukan
agar glukosa dapat memasuki sel tubuh, di mana gula tersebut kemudian dipergunakan
sebagai sumber energi. Jika tidak ada insulin, atau jumlah insulin tidak memadai, atau jika
insulin tersebut cacat , maka glukosa tidak dapat memasuki sel dan tetap berada di darah
dalam jumlah besar.

Hormon yang mempunyai fungsi di dalam pengaturan metabolisme dan peredaran


glukosa dalam tubuh yaitu hormon insulin. Hormon insulin dibentuk pada kelenjar pankreas
dengan sel-sel B untuk sekresi insulin tersebut. Hormon ini digunakan untuk mengikat
glukosa dalam darah sehingga tidak terjadi penumpukan glukosa dalam darah dan membuat
glukosa disekresikan lewat urin tanpa digunakan. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh
tidak dapat diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel. Kadar glukosa yang
berlebih tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Gula memiliki
sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urin dan selalu
merasa haus.
Diabetes dibagi menjadi 2 golongan, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.
Pada diabetes melitus 1 penyebabnya karena kekurangan hormon insulin pada proses
penyerapan makanan dan pada diabetes melitus tipe 2 penyebab utamanya adalah dari
malfungsi kelenjar pankreas. Maka pada diabetes melitus tipe 2 gangguan utama terjadi pada
volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah. Dalam kondisi ini dikenal
dengan resistensi insulin, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah obesitas, diet tinggi
lemak, dan rendah karbohidrat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok gangguan metabolik kronik terkait
kelainan metabolisme golongan karbohidrat, lemak, dan protein. Gangguan ini
umumnya ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)
akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya sehingga
membutuhkan perawatan medis, pendidikan pengelolaan diri penderita, dan dukungan
yang berkesinambungan untuk mencegah komplikasi akut dan untuk mengurangi
risiko komplikasi jangka panjang (kronik).
Berdasarkan patologinya, DM dibedakan kepada empat golongan, yaitu; DM
tipe-1 disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas, DM tipe-2 disebabkan oleh
gangguan pada reseptor sel β pankreas sehingga sel tidak mampu memproduksi
insulin dalam jumlah dan kualitas mencukupi, DM tipe-3 disebabkan oleh intoleransi
glukosa yang timbul selama masa kehamilan (diabetes gestasional), dan DM tipe lain
disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan jumlah atau kualitas insulin tidak
mencukupi. DM tipe lain ini antara lain disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, akibat kerja
obat atau zat kimia, infeksi, imunologi dan sindroma genetik lain.
Resistensi insulin adalah suatu kondisi yang umumnya terlihat pada diabetes tipe
2, di mana menjadi sulit bagi tubuh untuk menggunakan insulin yang diproduksi. Gen
tertentu yang mempengaruhi produksi insulin daripada resistensi insulin adalah faktor
risiko untuk mengembangkan diabetes tipe 2. Riwayat keluarga diabetes adalah faktor
risiko, dan orang-orang dari ras atau etnis tertentu berisiko lebih tinggi. Produksi
glukosa abnormal oleh hati juga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah
(glukosa).
Faktor resiko diabetes melitus dapat dikelompokan menjadi faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan
diabetes melitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram
dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2500 gram). Sedangkan
faktor resiko yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan prilaku hidup yang
kurang sehat, yaitu berat badan berlebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya
aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang, riwayat
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa terganggu (GDP
terganggu), dan merokom (Depkes, 2014).
Penggolongan obat diabetes yang pertama adalah Sulfonilurea,indikasinya adalah
untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 ringan-sedang. Efek samping yang umum
terjadi adalah gangguan saluran cerna dan gangguan syaraf pusat. Gangguan saluran
cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala.
Gangguan susunan saraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya.
Hipoglikemia dapat terjadi jika dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada
gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Golongan ini memiliki
kontraindikasi hipersensitif terhadap senyawa OHO golongan sulfonilurea. Porfiria.
Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma. Penggunaan OHO golongan
sulfonilurea pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal.
Farmakodinamiknya,Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
pemberian sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin di pankreas.
Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata
pada saat hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang
mencukupi, obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin. Itulah
sebabnya mengapa obat-obat ini sangat bermanfaat pada penderita diabetes melitus
dewasa atau tipe 2 (Non-insulin Dependent Diabetes Melitus) yang pankreasnya
masih mampu memproduksi insulin. Pada penderita dengan kerusakan sel β pulau
langerhans pemberian obat derivat sulfonilurea tidak bermanfaat.
Farmakokinetiknya,Absorbsi derivat sulfonilurea melalui usus baik, sehingga
dapat diberikan per-oral. Setelah absorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin (70%
- 90%) . Mula kerja serta farmakokinetiknya berbeda-beda untuk setiap sediaan. Mula
kerja Tolbutamid cepat dan kadar maksimal dicapai dalam 3-5 jam. Dalam darah
tolbutamid terikat protein plasma. Di dalam hati obat ini diubah menjadi
karboksitolbutamid dan dieksresi melalui ginjal. Asetoheksamid dalam tubuh cepat
sekali mengalami biotransformasi, masa paruh plasma hanya ½- 2 jam. Tetapi dalam
tubuh obat ini diubah menjadi 1-hidroksiheksamid yang ternyata lebih kuat efek
hipoglikemiknya daripada asetoheksamid sendiri. Selain itu 1 – hidroheksamid juga
memperlihatkan masa paruh lebih panjang, kira –kira 4 – 5 jam, sehingga efek
asetoheksamid lebih lama dari pada tolbutamid diekskresi melalu empedu dan
dikeluarkan bersama tinja.
Kedua adalah glibenklamid,digunakan untuk diabetes melitus tipe 2 dimana kadar
gula darah tidak dapat dikontrol hanya dengan diet saja. Dosis awal 2,5 mg per hari
atau kurang, rata-rata dosis pemeliharaan adalah 5-10 mg/hari, dapat diberikan
sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan memberikan dosis pemeliharaan lebih dari
20mg/hari. Memiliki efek samping hipoglikemia yang dapat terjadi secara terselubung
dan adakalanya tanpa gejala yang khas, agak terjadi gangguan lambung-usus (mual,
muntah, diare), sakit kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit
alergis. Kontraindikasi terhadap pasien usia lanjut, gangguan hati dan ginjal, wanita
hamil dan menyusui.
Ketiga adalah biguanid,sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin
endogen, dan digunakan pada terapi diabetes dewasa. Kontraindikasi Biguanid tidak
boleh diberikan pada kehamilan, pasien penyakit hepar berat, penyakit ginjal dengan
uremia dan penyakit jantung kongestif dan penyakit paru dengan hipoksia kronik.
Efek Samping Hampir 20 % pasien dengan metformin mengalami mual, muntah,
diare serta metalic state; tetapi dengan menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut
segera hilang. Mekanisme kerja Biguanid sebenarnya bukan obat hipoglikemik tetapi
suatu obat hiperglikemik, tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan
umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi
glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adiposa terhadap
insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel. Metformin oral akan
mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terkait dengan protein plasma,
ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam. Dosis
awal 2 x 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan 3x 500 mg, dosis maksimal 2,5 g.
Kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal, alkoholisme, penyakit
hati. Contoh : Metformin
Metformin merupakan obat antidiabetes oral yang umumnya direkomendasikan
sebagai pengobatan lini pertama pada diabetes melitus tipe 2 apabila kadar glukosa
darah tidak terkontrol dengan modifikasi gaya hidup. Metformin merupakan obat
antihiperglikemik yang tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya
tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar
dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin. Efek ini
terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel (AMP-activated protein kinase).
Metformin tidak merangsang atau menghambat perubahan glukosa menjadi lemak.
Pada pasien diabetes yang gemuk, metformin dapat menurunkan berat badan
(Sweetman, 2009).
Obat ini dilaporkan mempunyai bioavailabilitas absolut yang rendah 50-60%,
memiliki konsentrasi maksimal dalam plasma (Cmax) 1,6 ± 0,38 μg/ml dan waktu
paruh yang pendek 2-6 jam. Dosis penggunaan 500 mg 2-3x sehari atau 850 mg 1-2x
sehari. Formulasi metformin HCl dalam bentuk sediaan lepas terkontrol dapat
mempertahankan kadar terapi obat dalam darah selama 10-16 jam sehingga pasien
cukup minum 1x sehari. Sediaan lepas terkontrol metformin HCl dibutuhkan untuk
memperpanjang durasi efek obat, meningkatkan kepatuhan pasien minum obat, dan
meningkatkan kualitas terapi (Wadher et al, 2011). Metformin diabsorpsi secara
selektif di sepanjang saluran cerna bagian atas (Salve, 2011).
Metformin bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki
transport glukosa ke dalam sel-sel otot (Depkes, 2005). Obat ini tidak merangsang
peningkatan produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak menyebabkan
hipoglikemia (Dalimartha, 2007). Metformin bekerja terutama dengan jalan
mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat
glukoneogenesis. Metformin mudah diabsorbsi per-oral, tidak terikat dengan protein
serum dan tidak di metabolisme.Efek samping saluran cerna tinggi. Sangat jarang
menimbulkan asidosis laktat yang fatal (Mycek,dkk, 2001).
Metfromin memiliki farmakokinetika yaitu waktu paruh 1,5- 3 jam, dan tidak
terikat pada protein plasma, tidak dimetabolisme, dan di ekskresi oleh ginjal sebagai
senyawa aktif (Katzung, 2002). Dosis metformin adalah dari 500 mg sampai
maksimal 2,55 g setiap hari, dengan anjuran penggunaan dosis efektif yang paling
rendah. Jadwal lazim dimulai dengan satu tablet tunggal sebesar 500 mg yang
diberikan pada waktu sarapan selama beberapa hari dan apabila berjalan baik tanpa
keluhan saluran cerna, ditambah dengan tablet kedua sebesar 500 mg yang diberikan
pada waktu makan malam apabila masih tetap terjadi hiperglikemia (Katzung, 2002).
Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare, dan
dapat menyebabkan asidosis laktat (Depkes, 2005).
Metode uji antidiabetes menggunakan streptozotocin (STZ) Streptozotocin (STZ)
atau 2-deoksi-2-[3-(metil-3 -nitrosoureido)-D-gluko piranose] diperoleh dari
Streptomyces achromogenes yang dapat digunakan untuk menginduksi baik DM tipe
1 maupun tipe 2 pada hewan uji (Arulmozhi et al., 2004). Selain itu, streptozotocin
merupakan donor nitric oxide (NO) yang juga mempunyai kontribusi terhadap
kerusakan sel β pankreas melalui peningkatan aktivitas guanilil siklase dan
pembentukan cyclic guanosine monophosphate (cGMP). Nitric oxide dihasilkan
sewaktu streptozotocin mengalami metabolisme dalam sel (Lenzen, 2008).Umumnya
untuk membuat mencit model diabetes dilakukan dengan pemberian STZ secara
intraperitoneal dosis 40 mg/kgBB/hari selama 5 kali berturut-turut dalam 0,02 M
buffer salin sitrat pH 4.5. Hanya mencit dengan kadar glukosa darah ≥200 mg/dL
yang digunakan dalam penelitian ini (Amirshahrokhi et al., 2008).
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.ump.ac.id/1718/3/Yusup%20Dadan%20Saori_BAB%20II.pdf
2. https://media.neliti.com/media/publications/129240-ID-none.pdf
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52926/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
4. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/551-1368-1-SM.pdf
5. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/12970-27991-1-PB.pdf
6. http://medicatherapy.com/index.php/content/printversion/102
7. http://radenkoplak.blogspot.com/2010/12/obat-antidiabetik-sulfonilurea.html
8. https://www.scribd.com/uploaddocument?archive_doc=216101323&escape=false&metadata=%7B
%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform
%22%3A%22web%22%7D

Anda mungkin juga menyukai