Anda di halaman 1dari 6

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang sudah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu.

Di
lembaga inilah diajarkan dan didikakan ilmu dan nilai-nilai agama kepada santri. Pada tahap
awal pendidikan di pesantren tertuju semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu saja lewat kitab-kitab
klasik atau kitab kuning.

Ciri yang paling menonjol pada pesantren adalah pendidikan dan penenman nilai-nilai agama
kepada para santri lewat kitab-kitab klasik, selanjutnya setelah masuknya ide-ide pembaruan
pemikiran Islam ke Indonesia, turut seta terjadinya perubahan dalam bidang pendidikan. Pada
mulanya pendidikan pesantren berorentasi kepada pemdalaman ilmu agama semata-mata.

A. PENGERTIAN, CIRI-CIRI, DAN UNSUR PESANTREN

Pengertian pesantren berasal dari kata santri, dangan awalan pe-dan akhiran-an berarti tempat
tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja juga menjelaskan pesantren berasal dari katasantri yaitu
seseorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti
tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami
ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.

Sesuai dengan arus dinamika zaman, defenisi serta persepsi terhadap pesantren manjadi berubah
pula. Kalau pada tahap awalnya pesantren diberi makna dan pengertian sebagai lembaga
pendidikan trasional, tetapi sekarang pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional tidak
selamanya benar. Dan pola-pola pesantren yang akan dikemukakakn dalam uraian ini akan
terlihat bahwa tidak selamanya pendidikan pesantren saat sekarang ini digolongkan kepada
pendidikan tradisional. Namun secara umum perlu diberikan suatu keseragaman pengertian
tentang pesantren, yang dapat disebutkan hanyalah unsure-unsur pokoknya saja.

Adapun pola-pola pesantren yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Pola yang dimaksud dalam hal ini adalah pesantern yang masih terikat kuat dengan system
pendidikan Islam sebelum zaman penbaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Cirri-ciri
pesantren dalam pola satu tersebut pertama adalah pengakajian kitab-kitab klasik semata-mata.
Dan kedua memakai metode sorongan, wetonan, dan hafalan didalam memakai system klasikal.
Dan ketiga tidak system klasikal. Dan keempat, tujuan pendidikan untuk meningkatkan moral.

2. Pesantren adalah merupakan pengembangan dari pesantren pola satu.

3. Pesantren adalah yang didalamnya program keilmuan telah diupayakan menyeimbangkan


antara ilmu agama dan umum.

4. Pesantren adalah yang mengutamakan pengajaran ilmu-ilmu keterampilan di sampingilmu-


ilmu agama sebagai mata pelajaran pokok.
5. Pesantren adalah yang mengasuh beraneka ragam lembaga pendidikan yang tergolong formal
dan nonformal.

B. TRADISI PESANTREN

Dalam tradisi pesantren ada beberapa tradisi yang terdapat:

1. Mempersempit Jurang Ketidakadilan

Tradisi pesantren berupaya memperdayakan dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan di


pesantrennya dengan mendirikan berbagai sekolah, madrasah dan perguruan tinggi pada semua
jenjang dan jenis dalam lingkungan pesantren. Kecepatannya menambah jumlah pesantren dan
fasilitas gedung-gedung bagi murid mencapai lebih dari 4.000 pada tahun 2008.

Ditengah berbagai kesulitan memerangi kemiskinan yang melilit bangsa Indonesia, pesantren
muncul sebagai kekuatan tradisi bangsa yang selama 50 tahun tersimpan. Bila pengembangan
intelektualitas dan kreatifitas dapat dimaksimalkan dan para pemegang kebijakkan jel melihat
peluang, maka dari pedesaan akan muncul sumberdaya yang bisa memperbesar kemampuan
dibidang perekonomian , sains dan teknologi serta pertahanan bagi kemajuan bangsa.

Jurang keadilan dan sejahteraan antara masyarakat perkotaan dan perdesaan selama 60 tahun
terakhir terus melebar. Lembaga-lembaga pesantren yang memang berada di pedesaan melihat
melebarnya ketimpanggan itu setiap hari.

2. Tradisi Pesantren dalam Sejarah Peradaban Indonesia

Peradaban Indonesia mederen yang sedang dibangun oleh bangsa Indonesia sekarang ini
merupakan kelanjutan dari peradaban melayu nusantara yang terbangun antara tahun 1400
sampai tahun 1650. Ujung tombak pembangunan peradaban melayu nusantara adalah Tradisi
Pesantren.

Dengan melemahnya Majapahit kekuatan politik nusantara berpindah ke Semenanjung Malaka.


Penyebaran lembaga-lembaga pesantren meluas ke seluruh wilayah Indonesia sejak
berkembangnya Kesultanan Malaka menjadi pusat perkembangan perdagangan Muslm di Asia
Tenggara antara 1400 dan 1511. Pendiri Kesultan Malaka adalah Prameswara, menantu Hayam
Wuruk yang meninggalkan pusat kerajaan Majapahit ke Malaka, 12 tahun setelah raja besar
Majapahit meninggal pada tahun 1389.

C. GAMBARAN PESANTREN MINHAJUS SUNNAH MUNGKID JAWA TENGAH

a. Letak Geografis
Magelang adalah sebuah kota di propinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Kabupaten
Temanggung di Utara, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali di Timur, Daerah Istimewa
Yogyakarta di Selatan, serta Kabupaten wonosobo dan Kabupaten Purworejo di Barat.

Pondok Pesantren Minhajus Sunnah berada di Kecamatan Mungid, tepatnya di Jalan Raya
Magelang,- Yogyakarta Km. 13 Badekan – Pabelan – Mungkid – Magelang. Di Kabupaten
Magelang tersebut terdapat 140 Pondok Peantren. Khusus di Kecamatan Mungkid tercatat 6
Pondok Pesantren dengan rincian 5 Pesantren Salaf dan 1 Pesantren Khalaf, dengan jumlah santri
1028 orang dan pengajar dan pengasuh.

b. Latar Belakang Pendirian Pesantren

Pondok Pesantern Minhajus Sunnah, berdiri pada tahun 1998. Pondok Pesantren tersebut berdiri
diatas tanah wakaf, sebagai muwafiknya adalah Bapak Iskandar ( Abu Khalid). Awal mula
berdirinya Pesantren Minhajus Sunnah, adalah kajian rutin keagamaan di rumah makan “Bu
Dayah”, selama satu tahun lebih. Karena animo dari masyarakat sangat bagus, maka di butuhkan
suatu pendidikan. Oleh karena itu didirikan Pesantren Minhajus Sunnah pada awal 1998.

Ada dua hal yang melatar belakangi berdirinya Pesantren Minhajus Sunnah. Pertama, untuk
mengembangkan dan menyebarluaskan Agama Islam. Dan yang kedua, berusaha mengubah
masyarakat dari kemaksiatan menuju jalan kebenaran yang sesuai dengan syariat Islam dan
sekaligus menghidupkan paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

Pesantren Minhajus Sunnah pada dasarnya berbeda dengan pesantren pada umumnya yaitu sitem
tradisional. System yang diterapkan Layamah, yaitu ada ustadz, ada pelajaran. Siapapun boleh
belajar (nyantri) kapan saja, tanpa dibatasi tahundan ajaran baru. Sehingga banyak santri dating
dari berbagai daerah mulai dari Aceh sampai Irian Jaya.

c. Perkembangan Pesantren

Pada masa awal berdirinya Pesantren Minhajus Sunnah adalah masa pembibitan sebagai wadah
pembentukkan pendidikan Pesantren. Pemimpin pertama terddiri dari tiga orang yaitu Abu
Muhammad Jamhari, Abu Umar dan Abu Khalid, beliau bertiga merupakan figure dalam
perkembangan pesantren selanjutnya.

Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin kompleks, dan al-qur’an mulai ditinggalkan
oleh generasi muda, pada tahun 2000 Pesantren Minhajus Sunnah mendirikan Madrasah
Tahfidzul Qur’an khusus untuk anak-anak mulai usia 4-12 tahun yang diketuai oleh Ustadz Abu
Hamzah Kaswa. Sampai sekarang madrasah ini telah berhasil mengtahfidzkan al-Qur’an
sebanyak 7 santri. Kebanyakkan dari alumni MTQ ini, melanjutkan ke Pondok Pesantren lain
untk pendalaman.
Materi pelajaran di Madrasah ini selain menghafal al-Qur’an juga ada pelajaran Diniyah:
Akidah, Akhlak, Ibadah, Fiqih dan Sirah. Disamping itu juga diberi pelajaran umum juga
meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS.

d. Kepemimpinan Pesantren

Pesantren Minhajus Sunnah secara keseluruhan berada dibawah naungan Yayasan Pondok yang
diketuai oleh Abu Abdillah Muhammad al-Makassari. Adapun pembagiannya adalah pengurus
harian yang membidangi non-pendidikan, yaitu logistic, sarana dan prasarana, bendaraha,
sekretaris dan koperasi. Sedangkan bidang pendidikan langsungd alam kendali para ustadz dan
stafnya yaitu para santi senior dan pengajar Tahfidz al-Qur’an.

Adapun struktur organisasi Pesantren terdiri dari pengasuh/Pembimbing, yang membawahi


secara langsung pengurus harian, baik bidang non-pendidikan maupun bidang pendidikan.
Pengurus harian ini bertugas untuk melaksanakan kebijakkan yang telah digariskan oleh masing-
masing pengelola pesantren.

Personalia kepengurusan dipilih melalui rapat oleh pengasuh, pengurus harian, para ustadz dan
wakil santri, untuk kemudian diminta persetujuan dari Pengasuh/Pembimbing

e. Corak Keilmuan dan Kurikulum

System yang digunakan dalam mendalami kitab-kitab adalah system sorogan dan bandongan.
Yang mengajar system sorogan adalah ustadz yeng telah teruji keilmuannya. Mereka alumni
Ma’had dari Yaman dan Madinah. Sedangkan materi kitab yang dikaji dalam system sorogan
adalah sesuai persetujuan pengurus Pondok, ustadz dan para staf.

f. Fasilitas Pesantren

Fasilitas yang dimiliki Pesantren Minhajus Sunnah adalah sebuah bangunan Mesjid, dua gedung
asrama santri. Gedung pertama ditempati santri tahfidz Qur’an, sekaligus sebagai tempat tinggal.
Sedangkan gedung kedua ditempati santri dewasa, terdiri dari dua lantai. Di lantai dua terdapat
perpustakaan dengan koleksi buku-buku berbahasa Arab, disamping koleksi kaset CD MP3
daurah di berbagai daerah di Indonesia. Sedangkan para staf tinggal di sekitar Komplek
Pesantren itu juga.

FUNGSI DAN PERANAN PESANTREN DALAM PENDIDIKAN  ISLAM

Pesantren adalah model lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung kelangsungan
pendidikan nasional. Secara historis, pesantren tidak saja mengandung makna keislaman, tetapi
juga keaslian Indonesia. Seperti yang dikatakan A. Malik Fadjar, pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam yang memiliki watak indigenous atau pribumi yang ada sejak kekuasaan Hindu
Budha dan menemukan formulasinya yang jelas ketika Islam berusaha mengadaptasikan
(mengislmkannya).
Sejak berdirinya pada abad yang sama dengan masuknya Islam hingga sekarang, pesantren telah
bergumul dengan masyarakat luas. Pesantren telah berpengalaman menghadapi berbagai corak
masyarakat dalam rentang waktu itu. Pesantren tumbuh atas dukungan mereka. Bahkan menurut
Husni Rahim, pesantren berdiri didorong permintaan (demand) dan kebutuhan (need)
masyarakat, sehingga pesantren memiliki fungsi yang jelas.

Fungsi pesantren pada awal berdirinya sampai dengan kurun sekarang telah mengalami
perkembangan. Visi, posisi, dan presepsinya terhadap dunia luar telah berubah. Laporan Syarif
dkk. Menyebutkan bahwa pesantren pada masa paling awal (masa Syaikh Maulana Malik
Ibrahim) berfungsi sebagai pusat pendidikan dan penyaran agama Islam. Kedua fungsi ini
bergerak saling menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandagkan dakwah.
Sedang dakwah bisa dimanfaatkan sebagai sarana dalam membangun sistem pendidikan. Jika
ditelusuri akar sejarah berdirinya sebagai kelanjutan dari pengembagan dakwah, sebenarnya
fungsi edukatif pesantren adalah sekedar membonceng misi dakwah. Misi dakwah islamiyah
inilah yang mengakibatkan terbangunnya sistem pendidikan. Pada masa wali songo, unsur
dakwah lebih dominan dibanding unsur pendidikan. Saridjo dkk. Mencatat bahwa fungsi
pesantren pada kurun walisongo adalah sebagai pecetak calon ulama dan mubaligh yang militan
dalam menyiarkan agama Islam.

Dalam masa penjajahan, pesantren memperluas fungsinya. Berbagai fragmen film perjuangan
senantiasa merekam dan memvisualkan fungsi sampingan ini. Kuntowijoyo menilai bahwa
pesantren menjadi persemaian ideologi anti-Belanda. Pesantren sebagai basis pertahanan bangsa
dalam perang melawan penjajah demi lahirnya kemerdekaan. Maka pesantren berfungsi sebagai
pecetak kader bangsa yang benar-benar patriotik; kader yang rela mati demi memperjuangkan
bangsa, sanggup mengorbankan seluruh waktu, harta bahkan jiwanya.

Disamping itu pesantren juga berperan dalam berbagai bidang lainnya secara multidimensional
baik berkaitan langsung dengan aktivitas-aktivitas pendidikan pesantren maupun diluar
wewenangnya. Dimulai dari upaya mencerdaskan bangsa, hasil berbagai observasi menunjukkan
bahwa pesantren tercatat memiliki peranan penting dalam sejarah pendidikan di tanah air dan
telah banyak memberikan sumbangan dalam mencerdaskan rakyat.

Pesantren juga terlibat langsung dalam menanggulangi bahaya narkotika. Wahid menyatakan
bahwa di salah satu pesantren besar di Jawa Timur, seorang kiai mendirikan SMP, untuk
mengindarkan penggunaan narkotika dikalangan santri yang asalnya putra-putri mereka
disekolahkan di luar pesantren.

Dengan demikian pesantren telah terlibat dalam menegakkan negara dan mengisi pembangunan
sebagai pusat perhatian pemerintah. Hanyasaja dalam kaitan dengan peran tradisionalnya, sering
diidentifikasi memiliki tiga peran penting dalam masyarakat Indonesia: 1) Sebagai pusat
berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional, 2) Sebagai penjaga dan pemelihara
keberlangsungan Islam tradisional, dan 3) Sebagai pusat reproduksi ulama. Lebih dari itu
pesantren tidak hanya memainkan ketiga peran tersebut, tetapi juga menjadi pusat penyuluhan
kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha-
usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dan lebih penting lagi menjadi pusat
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya.

PENUTUP

SIMPULAN

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang sudah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu. Di
lembaga inilah diajarkan dan didikakan ilmu dan nilai-nilai agama kepada santri. Pada tahap
awal pendidikan di pesantren tertuju semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu saja lewat kitab-kitab
klasik atau kitab kuning

Pengertian pesantren berasal dari kata santri, dangan awalan pe-dan akhiran-an berarti tempat
tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja juga menjelaskan pesantren berasal dari katasantri yaitu
seseorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti
tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami
ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.

DAFTAR PUSTAKA

Daulay Haidir Putra, pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, 2006
Jakarta: Kencana.

Dhofier Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Memadu Modernitas untuk Kemajuan Bangsa, 2009
Yogyakarta: Nawesea Press.

Muin M. Faiqoh Wakhid Khozin Husen Hasan Basri,Pendidikan Pesantren dan Potensi
Radikalisme, 2007 Jakarta: CV. Prasasti

Barizi Ahmad, Pendidikan Integratif, Malang; UIN Maliki Press, 2011.

Qomar Mujamil, Pesantren Dari Masa Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi


Institusi,Jakarta; Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai