Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN INFUS

A. Definisi

Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui

sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-

zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan

masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat,

dehidrasi, dan syok.

Pada kondisi tertententu, pemberian cairan intra vena diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan

cairan eksternal secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena adalah untuk

memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan oral

secara adekuat, menambah asupan elektrolit untuk menjaga kesimbangan elektrolit,

menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolisme, memenuhi

kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat melalui vena.

Lebih khusus, terapi intra vena di berikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi

berat, pasien pra dan pasca bedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan

tertentu(Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94)

Pemberian cairan infuse dapat di berikan pada pasien yang mengalami

pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena

(pembuluh darah pasien) di antaranya pada vena lengan (vena safalika basilea dan

mediana kabiti), pada tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti :

vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada pasien

yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami
syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang

membutuhkan pengobatan tertentu.

B. Tujuan Pemasangan Infus

1. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,

protein, lemak dan kalori yang tdak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral

2. Memperbaiki keseimbangan asam basa

3. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah.

4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.

5. Memonitor tekan vena central (CVP)

6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan

C. Indikasi Pemasangan Infus

1. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang

memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.

2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti furosemid,

digoxin)

3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena

4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit

5. Pasien yang mendapatkan transfuse darah

6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi

besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika

terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat).

7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi

(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs

(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.


8. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan

melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai

obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya

“polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur

gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus

dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.

9. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan

obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu

dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di

bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).

10. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke

pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

11. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui

injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat

konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami

hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan

ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun

perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan

mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

D. Kontraindikasi

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.

2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan

untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci

darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran

darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

E. Vena yang Boleh Dipasang Infus

Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh

darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan vena medianan cubiti),

pada tungkai (vena saena) atau pada vena yang ada di kepala , seperti vena temporalis

frontalis (khusus untuk anka-anak). Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang

mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena

terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan, atau kerusakan kulit.

F. Jenis Cairan Infus

1. Cairan hipotonik

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion Na+ lebih

rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan menurunkan

osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke

jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada

keadaan sel mengalami dehidrasi.

2. Cairan isotonic

Cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam pembuluh darah.

Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi.

3. Cairan hipertonik

Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik cairan dan

elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu mensstabilkan

tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema.


G. Pembagian Cairan Berdasarkan Kelompok

1. Kristaloid bersifat isotonic, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke

dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada pasien yang

memerlukan cairan segera, misalnya RL dan garam fisiologis.

2. Koloid ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane

kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya hipertonik dan dapat

menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya albumin dan steroid.

H. Jenis Cairan Infus

1. Asering

a. Indikasi : dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah dengue,

luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat.

b. Keunggulan :

1. asetat di metabolism di otot dan maasih dapat ditolerir pada pasien yang

mengalami gangguan hati.

2. Pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis laktat lebih baik

daripada RL pada neonates

3. Mempunyai efek vasodilator.

2. KA-EN 1B

Indikasi : sebagai larutan awal pasien belum diketahui, misalnya pada kasus

emergency.

3. KA-EN 3A Dan KA-EN 3B

Indikasi : sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk menggantikan ekskresi harian, pada keadaan asupan

oral terbatas.
4. KA-EN MGE

Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L.

5. KA-EN 4A

Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk dehidrasi

hipertonik

6. KA-EN 4B

Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun digunakan

untuk dehidrasi hipertonik

7. Otsu-NS

Indikasi : untuk resusitasi kehilangan na>cl

8. Otsu –RL

Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat

9. Martos 10

Indiaksi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic.

10. Amiparen

Indiaksi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor.

11. Aminovel-600

Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang dipuasakan.

12. Pan-amin G

Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik ringan, tifoid,

nutrisi dini pasca operasi.

I. Ukuran Jarum Infus

1. Ukuran 16

Guna : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan

Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar


2. Ukuran 18

Guna : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental lainnya

Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar

3. Ukuran 20

Guna : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen

darah dan infus kental lainnya.

4. Ukuran 22

Guna : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk sebagian besar

cairan infus.

Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh,

sulit insersi melalui kulit yagn keras.

5. Ukuran 24, 26

Guna : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk sebagian

cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat

Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras.

J. Prinsip Pemasangan Infus

1. Pada anak/pediatrik

a. Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah

digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai kebutuhan

b. Vena-vena kluit kepalasangt mudah pecah dan memerlukan perlindungan agr tidak

mudah mengalami infiltrasi.

2. Pada lansia

a. Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil

(24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran
kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih

lancer.

b. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum

c. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.

K. Beberapa Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Pemasangan Infus

1. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah

arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan

jarum.

2. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum infus

melewati pembuluh darah.

3. Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang

dipassang tidak dipantau secara ketet dan benar.

4. Emboli udara : amsuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya

udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

L. Rumus Menitung Tetesan Infus

Tetesan/ menit =

Faktor tetesan:

1. Makro : 20

2. Mikro : 60

M. Prosedur Pemasangan Infus

a. Alat :

1. Standart infus
2. Set infus

3. Cairan sesuai program medis

4. Jarum infus untuk ukuran yang sesuai

5. Pengalas

6. Tornikuet

7. Kapas alcohol

8. Plester

9. Gunting

10. Bengkok

11. Sarung tangan

b. Prosedur :

1. Memberikan salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri

2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien

3. Cuci tanagn

4. Gunting plester sesuai kebutuhan

5. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses

selang ke botol infus.

6. Letakkan cairan infus pada standart infus

7. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi

sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara

keluar ke dalam bengkok.

8. Lakukan palpasi untuk mencari tempat penusukan vena.

9. Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan

10. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat penusukkan

dan anjurkan pasien untuk menggenggamkan tangan.


11. Gunakan sarung tangan.

12. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol hingga bersih.

13. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah

vena dengan posisi jarum mengarah keatas.

14. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam

sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena

15. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan bagian atas

vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar.

Kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan selang infus

16. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan

17. Lakukan fiksasi dengan plester

18. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus, jenis cairan dan tetesan yang

digunakan.

19. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan


Daftar Pustaka

Yuda.2011. Macam-macam cairan infuse, (Online), (http://dokteryudabedah.com/infuse-


cairan-intravena-macam-macam-cairan-infus, diakses 18 November 2014)
Nn. Pemasangan infuse intravena. (Online),
(http://www.healthyrecipesdiary.org/pemasangan-infus-intravena, diakses 18 November
2014)
Hidayat, A, dkk. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Kusyati, Eni. 2006. keterampilan dan prosedur laboraturium keperawatan dasar. Jakarta:EGC
Arifianto.2006.Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids).
http://www.sehatgroup.web.id/?p=20.admin.17.11.2012. 08:47
Pawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer.

Anda mungkin juga menyukai