Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

“Membangun Karakter Bangsa yang Berbasis Bela Negara”

DISUSUN OLEH

Ari Mega Pratiwi 101711133229

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SURABAYA

2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Sampul…………………………………………………………………….1
Daftar Isi……………………………………………………………..……………...2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………...……………………3
1.1 Latar Belakang…………………………………..………………………3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….4
1.4 Tujuan……………………………………………………………...........4
BAB II PERMASALAHAN………………………………………………………...5
2.1 Dasar Teori……………………………………………...………………5
2.2 Dasar Hukum………………………………………………..………….7
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………9
3.1 Pengertian Bela Negara ………………………….……………………..9
3.2 Pengertian Bela Negara di Indonesia……………………………..….....10
3.3 Pertahanan dan keamanan Negara…………………….…………..……10
3.4 Unsur dasar Bela Negara………………………………………………11
3.5 Hak dan Kewajiban dalam Bela Negara ……………….………..…….12
3.6 Peran Serta dalam Usaha Pembelaan Negara ……………..…………..13
3.7 Pentingnya Masyarakat Memiliki Jiwa Bela Negara………………....17
3.8 Membangun Karakter Bangsa yang Berbasis Bela Negara untuk
Mensejahterakan Rakyat…………………….…………………….………………18
BAB IV PENUTUP……………………………..…………….……………..........23
4.1Kesimpulan…………………………………...……………………………… 23
DAFTAR PUSTAKA………………………..……………………………………24

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 Latar Belakang
Kesadaran bela negara merupakan satu hal yang esensial dan harus dimiliki
oleh setiap warga negara Indonesia (WNI), sebagai wujud penunaian hak dan
kewajibannya dalam upaya bela negara. Kesadaran bela negara menjadi modal
dasar sekaligus kekuatan bangsa, dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengatur mengenai Upaya
Bela Negara yaitu ketentuan Pasal 27 Ayat (3): “Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara,” dan Pasal 30 Ayat (1): “Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”
Upaya bela negara harus dilakukan dalam kerangka pembinaan kesadaran bela
negara sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan WNI yang memahami dan
menghayati serta yakin untuk menunaikan hak dan kewajibannya. Pembinaan
tersebut salah satunya dilakukan oleh pendidik (guru dan dosen) yang perannya,
baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler, bertanggung jawab untuk
mengajar dan mendidik, membina kepribadian dan akhlak yang baik dan mulia
serta melaksanakan pendidikan dalam rangka membangun karakter bangsa yang
unggul, terhadap peserta didiknya sebagai generasi penerus bangsa dan negara.
Hal ini merupakan upaya yang harus dilakukan secara terus menerus, bertahap,
bertingkat dan berkelanjutan (nation and character building is a never ending
process) guna menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kemajuan suatu bangsa tergantung dari besarnya perhatian dan upaya bangsa
itu dalam mendidik generasi mudanya. Jika anak bangsa memperoleh kesempatan
yang seluas-luasnya untuk mengembangkan bakat, kemampuan dan
kecakapannya, mendalami ilmu pengetahuan, serta mengembangkan disiplin,
watak, kepribadian, kelhuran budi pekerti, nasionalisme dan karakter yang
berkualitas (unggul) serta akhlak yang mulia, maka bisa dikatakan bangsa tersebut
akan memiliki masa depan yang cerah. Bangsa Indonesia ingin pula memiliki
peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat dicapai apabila
masyarakat dan bangsa kita juga merupakan masyarakat dan bangsa yang baik
(good society and nation), damai, adil dan sejahtera, sebagaimana yang telah
diwasiatkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) dalam Pembukaan UUD
1945.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Bela Negara
2. Apa pengertian Bela Negara di Indonesia
3. Apa itu Pertahanan dan Keamanan Negara
4. Apa unsur dasar bela negara

3
5. Apa saja Hak dan kewajiban Bela Negara
6. Apa saja Peran Serta dalam Usaha Pembelaan Negara
7. Bagaimana pentingnya Masyarakat Memiliki Jiwa Bela Negara
8. Bagaimana Membangun Karakter Bangsa yang Berbasis Bela Negara untuk
Mensejahterakan Rakyat

1.3 Tujuan
1. Unuk menjelaskan pengertian dari Bela Negara
2. Untuk menjelaskan pengerian dari Bela Negara di Indonesia
3. Untuk menjelaskan pertahanan dan keamanan negara
4. Untuk menjelaskan unsur dasar Bela Negara
5. Untuk menjelaskan hak dan kewajiban Bela Negara
6. Untuk menjelaskan Peran Serta dalam Usaha Pembelaan Negara
7. Untuk menjelaskan pentingnya Masyarakat memiliki jiwa Bela Negara
8. Untuk menjelaskan proses Membangun Karakter Bangsa yang Berbasis Bela
Negara untuk Mensejahterakan Rakyat

BAB II
PERMASALAHAN

4
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Bela Negara
Bela negara adalah sikap dan perilaku warganegara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara (UU No.3 tahun 2002).
Keikutsertaan warganegara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui:
(a) Pendidikan Kewarganegaraan; (b) Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
(c) Pengadilan sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela dan
secara wajib; (d) Pengabdian sesuai dengan profesi (UU No. 3 tahun 2002).
Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945, bahwa usaha bela
negara merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukka
adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti.
Pertama, bahwa setiap warganegara turut serta daam menentukan kebijakan
tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan
UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap
warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai
dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.
Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Artinya setiap warga
negara memiliki wewenang menggunakan hak selaku warga negara dalam
membela negara. Tidak ada hak untuk orang lain atau kelompok lain
melarangnya. Demikian juga setiap warga negara wajib membela negaranya jika
negara dalam keadaan bahaya.
Misalnya ada ancaman dari dalam maupun dari luar yang berupaya
mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka setiap
warga negara harus membela dan mempertahankan tegaknya NKRI. Kata
“Wajib” sebagaimana terdapat dalam UUD 1945, mengandung makna bahwa
negara dapat memaksa warga negara untuk ikut dalam pembelaan negara.
Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga Negara yang teratur,
menyeluruh, ter¬padu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,
kesadaran berbangsa dan bemegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian
Pancasila sebagai ideologi Negara, kerelaan untuk berkorban guna meniadakan
setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan
kemerdekaan dan kedaulatan Negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan
wilayah dan yurisdiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
(Basrie, 1998: 8).

2.1.2 Pendidikan Karakter

5
Martin Luther King pernah menyatakan sebuah ungkapan yang menarik
banyak orang di dunia berbunyi intelligence plus character-that is the goal of true
education. Dari ungkapannya, King berpendapat, bahwa kepintaran saja tidak cukup,
butuh karakter. Dengan begitu, karakter sangat penting atau mungkin lebih penting,
karena anak pintar yang tidak memiliki karakter baik, dia akan menjadi petaka bagi
bangsa, karena kepintarannya akan digunakan untuk merusak. Thomas Lickona
(1991) seorang sarjana psikologi yang mempropagandakan kembali pendidikan
karakter di akhir abad ke 20 menawarkan tujuh (7) karakter baik yang harus
ditanamkan pada setiap anak didik, meliputi:
1. Ketulusan hati atau kejujuran (honesty).
2. Belas kasih (compassion);
3. Kegagahberanian (courage);
4. Kasih sayang (kindness);
5. Kontrol diri (self-control);
6. Kerja sama (cooperation);
7. Kerja keras (deligence or hard work).

Sementara itu, penelitian Dalmeri (2014) dari Universitas Indrapasta PGRI,


Jakarta, mencatat adanya sembilan pilar karakter yang perlu ditegakkan dalam
kerjasama sekolah, keluarga, masyarakat dan dunia usaha, agar anak Indonesia
menjadi generasi tangguh berdaya saing, yang dapat mengolah kecerdasan
pengetahuan dan keahliannya menjadi produktifitas bangsa. Sembilan pilar tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tanggungjawab (Responsibility);
2. Rasa Hormat (Respect);
3. Keadilan (Fairness);
4. Keberanian (Courage);
5. Belas kasih (Honesty);
6. Kewarganegaraan (Citizenship);
7. Disiplin diri (Self-descipline);
8. Peduli (Caring ), dan
9. Ketekunan (Perseverance).

6
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2010) juga telah merancang
disain program pendidikan karakter yang didekatkan pada bingkai visi pendidikan
nasional, sehingga menjadi empat kelompok besar, yaitu:
1. Olah Hati (spiritual and emotional development);
2. Olah Fikir (intellectual development);
3. Olah Raga dan Kinestetik (physical and kinesthetic development); dan
4. Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development).

2.2 Dasar Hukum

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa "Tiap-


tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara."
dan " Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang." Jadi sudah
pasti mau tidak mau kita wajib ikut serta dalam membela negara dari segala
macam ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam.
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara:
1.      Tap MPR No. VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan
Keamanan Nasional.
2.      Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan
Rakyat
3.      Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara Rl. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
4.      Tap MPR No. VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5.      Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6.      Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
7.      Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

Dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter diantaranya : 

1. UUD 1945 Amandemen


2. UU No. 20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. PP No. 19/2005, tentang Standar Nasional Pendidikan
4. PP No. 17/2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
5. Permendiknas No. 39/2008, tentang dalam Pembinaan Kesiswaan
6. Permendiknas No. 22/2006, tentang Standar Isi.
7. Permendiknas No. 23/2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan
8. Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional: 2010-2014
9. Renstra Kemendiknas tahun 2010-2014
10. Renstra Direktorat Pembinaan SMP tahun 2010-2014.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Bela Negara

8
Bela Negara merupakan sikap setiap individu dengan semangat kejuangan
pantang menyerah dalam jiwa Sapta Marga, dilandasi keimanan dan ketaqwaan,
berniat tekad bulat tanpa pamrih dan berani rela berkorban melaksanakan bela
Negara dengan didasari sikap profesionalitas dan integritasnya untuk bersama-
sama mencapai tujuan Negara yang aman dengan landasan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 demi kejayaan Negara (Yulianto, 2013:365)
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari
yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama
warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negara.
Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik. Secara fisik
dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-
fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara
dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan
bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara.
Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela negara adalah
pelayanan oleh seorang individu atau kelompok dalam tentara atau milisi lainnya,
baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar
(wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) meminta jumlah tertentu
dinas militer dari masing-masing dan setiap salah satu warga negara (kecuali
untuk kasus khusus seperti fisik atau gangguan mental atau keyakinan
keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak
memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan
krisis perekratan selama masa perang.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris,
bela negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam
sebulan. Mereka dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota
resimen, misalnya Tentara Teritorial Britania Raya Dalam beberapa kasus milisi
bisa merupakan bagian dari pasukan cadangan militer, seperti Amerika Serikat
National Guard.
Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel,
wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas
nasional,Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan,
kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok atau
unit personil militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan

9
mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi tak terduga,
memperkuat pertahanan negara.

3.2 Pengertian Bela Negara di Indonesia

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara
itu, hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela
negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus hingga yang paling
keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap
dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.  

3.3 Pertahanan dan Keamanan Negara


Berdasarkan berbagai ketentuan tentang bela negara diatas, sebenarnya
masalah bela negara meliputi masalah pertahanan dan keamanan negara.
a.Pertahanan Negara
Pertahanan negara merupakan salah satu fungsi pemerintah negara
dalam rangka mewujudkan satu kesatuan pertahanan negara dalam mencapai
tujuan nasional. Berdasarkan UU no. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, disebutkan bahwa pertahanan negara adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan segenap bangsa dan negara. Pertahanan negara diarahkan untuk
menghadapi berbagai ancaman negara yang dating dari luar negeri.
Sistem pertahanan negara yang dipakai di Indonesia adalah sistem
pertahanan negara yang bersifat semesta. Artinya sistem pertahanan yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya,
serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintahan yang diselenggarakan secara
terpadu, tearah dan berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Komponen yang terlibat dalam sistem pertahanan negara yang bersifat
semesta meliputi komponen utama, cadangan dan pendukung.
1. Komponen utama adalah TNI yang selalu siap mempertahankan
negara.

10
2. Komponen cadangan adalah untuk sumber daya nasional yang siap
diarahkan untuk mempertahankan negara. Komponen cadangan
meliputi rakyat terlatih (Ratih) dan perlawanan rakyat (Wanra).
3. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang siap
mendukung komponen utama dan cadangan dalam mempertahankan
negara. Komponen pendukung meliputi seluruh rakyat Indonesia.

b. Keamanan Negara
Keamanan negara berkaitan dengan ketertiban masyarakat sehingga
muncul istilah keamanan dan ketertiban masyarakat. Keamanan diarahkan
pada berbagai ancaman dan gangguan yang berasal dari dalam negara.
1. Komponen utama dalam penyelenggaraan keamanan negara adalah
kepolisian negara RI
2. Komponen cadangannya adalah pertahanan sipil (Hansip)
3. Komponen pendukungnya adalah seluruh sumber daya nasional yang
siap mendukung terwujudnya keamanan negara, khususnya seluruh
rakyat Indonesia.

3.4 Unsur Dasar Bela Negara


1. Cinta Tanah Air
Yaitu mengenal dan mencintai wilayah nasionalnya agar selalu waspada
dan siap membela Tanah Air Indonesia terhadap segala bnetuk ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara oleh siapapun dan dari manapun.
Sehingga setiap warga negara akan mengenal dan memahami wilayah
nusantara dengan baik, memelihara, melestarikan dan mencintai
lingkungannya serta senantiasa menjaga nama baik dan mengharumkan
negara Indonesia dimata dunia.
2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Sadar berbangsa dan bernegara Indonesia dalam bentuk tingkah laku,
sikap dari kehidupan secara pribadi dalam kehidupan sesuai dengan
kepribadian bangsa selalu mengkaitkan dirinya dengan pencapaian cita-
cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia membina kesadaran, kesatuan dan
persatuan mencintai budaya bangsa dan selalu mengutamakan kepentingan
bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan
3. Yakin akan Pancasila sebagai Ideologi Negara

11
Yakin akan kesaktian Pancasila sebagai satu-satunya falsafah dan
ideology bangsa dan negara, yang telah terbukti kesaktiannya dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara guna tercapai tujuan
nasional.
4. Rela Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara
Rela berkorban untuk bangsa yaitu rela berkorban waktu, tenaga, pikiran
dan harta benda untuk kepentingan bangsa. Rela berkorban untuk negara
adalah rela berbakti tanpa pamrih yang diberika oleh seorang Warga
Negara terhadap tanah airnya dengan penuh kesadaran, keikhlasan, dan
tanggung jawab untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan
Negara Republik Indonesia
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
unsur dasar bela negara yang kelima ini yaitu Secara psikis (mental)
memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras, percaya akan kemampuan
sendiri,jujur dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan nasional.
Secara fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keteranpilan yang
dapat mendukung kemampuan awal bela negara.

3.5 Hak dan Kewajiban dalam Bela Negara


Warga Negara Mempunyai hak-hak yang patut diberikan dan dilindungi oleh
negara,  antara lain:
Berdasarkan UUD 1945 :
Hak utama warga negara :
-          Pasal 27 (2)   : setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
-          Pasal 29 (2)  : setiap warga negara memiliki kemerdekaan untuk memeluk
agamanya.
-          Pasal 31 (1)  :setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Kewajiban utama warga negara :
a. Membela Negara :
-          Sebagai rasa cinta tanah air
-          Menjaga citra/nama baik Negara
-          Menjaga keutuhan NKRI
b. Menghormati Negara meliputi :
1.Hormat kepada Bendera Negara sebagai lambang tertinggi Negara.
2.Hormat kepada Kepala Negara sebagai Presiden dan Pejabat Tertinggi
Negara.
3.Hornat kepada Lagu Kebangsaan Negara sebagai lagu kebanggaan bangsa
dan negara.

12
4.Hormat kepada pejabat negara, terhadap Kepala Desa sampai dengan
Presiden.

c. Mentaati Hukum, perundang-undangan dan segala peraturan yang berlaku


(membayar pajak, mentaati peraturan lalu lintas, dan lain sebagainya.

  Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus
dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara
tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti :
1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling)
2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan atau PKn

3.6 Peran Serta dalam Usaha Pembelaan Negara


Berdasarkan UU no. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, usaha Bela
Negara dapat dilakukan melalui berbagai cara sebagai berikut:
1.Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan diberikan kepada seluruh warga negara
Indonesia agar sadar dan menjadi warga negara yang baik sehingga siap membela
negara. Pendidikan kewarganegaraan dilakukan di sekolah (TK, SD, SMP/MTs,
SMA/MA dan Perguruan Tinggi).
Materi pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga negara
dan negara, serta pendidikan bela negara. Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan
adalah menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan
perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa.
Berdasarkan kurikulum pendidikan kewarganegaraan bagi siswa, ruang
lingkup pendidikan kewarganegaraan meliputi:
a. Persatuan dan kesatuan bangsa
b. Norma, tujuan dan peraturan
c. Hak asasi manusia
d. Kebutuhan warga negara
e. Konstitusi negara
f. Kekuasaan dan politik
g. Pancasila, dan
h. Globalisasi

2. Pelatihan kemiliteran secara wajib

13
Pelatihan kemiliteran dapat diikuti oleh seluruh warga negara dengan syarat-
syarat tertentu. Dengan mengikuti pelatihan dasar kemiliteran diharapkan warga
negara memiliki keahlian dan kemampuan militer serta dapat mendukung pertahanan
dan keamanan negara.

3. Pengabdian sebagai Prajurit TNI atau POLRI secara sukarela atau Wajib
Setiap warga negara dapat menjadi prajurit TNI atau Polisi dengan syarat-
syarat tertentu sehingga menjadi komponen utama dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Tugas TNI sesuai dengan pasal 7 ayat 1 UU No. 34 tahun 2004
tentang Tentara Nasional Indonesia adalah sebagai berikut.
“ Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhdap keutuhan bangsa dan negara “
Tugas pokok TNI tersebut dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui operasi
militer untuk perang dan operasi militer selain perang.
a. Operasi Militer untuk Perang
Operasi Militer untuk Perang adalah segala bentuk pengarahan
dan penggunaan kekuatan TNI, untuk melawan kekuatan
militer negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia
dana tau dalam konflik bersenjata dengan suatu negara lain
atau yang lebih yang didahului dengan adanya pernyataan
perang dan tunduk pada hukum perang internasional.
b. Operasi Militer selain Perang
Operasi Militer selain Perang, yaitu operasi militer yang
dilakukan untuk menghadapi hal-hal berikut:
1. Mengatasi gerakan separatis bersenjata
2. Mengatasi pemberontakan bersenjata
3. Mengatasi aksi terorrisme
4. Mengamankan wilayah perbatasan
5. Mengamankan wilayah objek viral nasional yang
bersifat strategis
6. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri
7. Mengamankan presiden dan wakil presiden beserta
keluarganya
8. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem
pertahanan semesta

14
9. Membantu tugas pemerintahan daerah
10. Membantu kepolisian negara republic Indonesia dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam undang-undang
11. Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala
negara dan perwakilan pemerintahan asing yang sedang
berada di Indonesia
12. Membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian dan memberikan bantuan kemanusiaan
13. Membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan (search and rescue)
14. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran
dan penerbangan terhadap pembajakan, perampokan
dan penyelundupan.

4. Pengabdian melalui profesi


Bela negara juga dapat dilakukan melalui profesi atau pekerjaan
masing-masing. Misalnya, guru mencerdaskan anak-anak bangsa, dokter
memeriksa dan mengobati orang sakit, olahragawan mengharumkan nama
baik bangsa di mata internasional atau petani yang menanam padi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Usaha bela negara dapat dilakukan oleh seluruh warga negara, usaha
bela negara juga tidak terbatas pada usaha mempertahankan negara, tetapi
juga memajukan bangsa dan negara. Contohnya, peran serta nyata warga
negara dalam usaha pembelaan negara sebagai berikut:
a. Menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing
dengan terlibat dalam siskamling atau hansip
b. Bekerja secara baik dan bertanggung jawab sesuai pekerjaannya
c. Menaati aturan hukum yang berlaku dengan kesadaran sendiri
d. Waspada terhadap segala ancaman dan gangguan, misalnya
terorisme
e. Membantu tugas-tugas TNI atau polisi
f. Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan serta ikut
menanggulangi akibat bencana alam
g. Tidak main hakim sendiri dalam menyelesaikan masalah
h. Menciptakan ketertiban, ketenangan, keamanan dan kedamaian di
lingkungan dengan menaati norma-norma yang berlaku di
masyarakat
i. Belajar dengan tekun untuk memperdalam ilmu dan menjaga
perilaku

15
j. Menjaga kerukunan keluarga demi terciptanya ketenangan dan
kedamaian di dalam keluarga
Selain partisipasi di atas, setiap warga negara harus selalu waspada
terhadap segala gangguan dan ancaman yang dapat menghancurkan
keutuhan dan keselamatan bangsa. Berbagai gangguan dan ancaman,
antara lain sebagai berikut:
a. Terorisme
Kegiatan yang menimbulkan keresahan dan kekacauan dalam
masyarakat. Terorisme dapat datang dari luar atau dalam negeri.
Contoh kegiatan terorisme adalah kegiatan yang dilakukan oleh
jaringan Dr. Azhari. Meskipun Dr. Azhari sudah tewas karena
baku tembak dengan polisi, jaringan terorisme harus tetap
diwaspadai.
b. Agresi
Agresi dari negara lain, yaitu kegiatan yang mungkin dilakukan
oleh negara lain untuk menguasai wilayah Indonesia.
c. Gerakan Separatisme
Kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di
Indonesia yang ingin memisahkan dari negara Indonesia.
Contohnya gerakan separatisme adalah gerakan Aceh Merdeka
(GAM) dan Gerakan Papua Merdeka (GPM).
d. Radikalisme
Aksi radikalisme dan konflik komunal, yaitu kegiatan yang
menimbulkan kekacauan dan kerusuhan karena latar belakang
agama, suku, rasa tau ideology tertentu. Contohnya kerusuhan di
Poso, Ambon dan Sampit.
e. Kejahatan lintas negara
Seperti penyelundupan senjata, narkoba, imigran gelap dan
sebagainya. Misalnya, kasus tenaga kerja Indonesia yang dikirim
ke negara lain tanpa dilengkapi dokumen-dokumen resmi dan
lengkap.
f. Gangguan keamanan
Gangguan keamanan, baik di darat, laut maupun udara. Misalnya
pembajakan pesawat, pembajahkan kapal laut, pencurian dan
perampokan.
g. Perusakan lingkungan
Misalnya penebangan liar dan pembakaran hutan.
h. Bencana alam

16
Bencana alam yang dapat mengganggu keselamatan bangsa dan
negara, misalnya tsunami di Aceh dan pulau Nias, banjir dan tanah
longsor di Bojonegoro atau bencana alam yang lain.

3.7 Pentingnya Masyarakat Memiliki Jiwa Bela Negara


Wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah wilayah perairan mempunyai
banyak celah kelemahan yang dapat dimanpaatkan oleh negara lain yang pada
akhirnya dapat meruntuhkan bahkan dapat menyebabkan disintegrasi bangsa
Indonesia. Indonesia yang memiliki kurang lebih 13.670 pulau memerlukan
pengawas yang cukup ketat. Dimana pengawas tersebut tidak hanya dilakukan
oleh pihak TNI/Polri saja tetapi semua lapisan masyarakat Indonesia/ bila hanya
mengandalkan TNI/Polri saja yang persenjataannya kurang lengkap mungkin
bangsa Indonesia sudah tercabik-cabik oleh bangsa lain/dengan adanya bela
negara kita dapat mempererat rasa persatuan di antara penduduk Indonesia yang
saling berbhineka tunggal ika. Sikap bela negara terhadap bangsa Indonesia
merupakan kekuatan Negara Indonesia bagi proses pembangunan nasional
menuju tujuan nasional dan merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar
proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh
karena itu, diperlukan suatu konsepsi ketahanan nasional yang sesuai dengan
karakteristik bangsa Indonesia. Dengan adanya kesadaran akan bela negara, kita
harus dapat memiliki sikap dan prilaku yang sesuai kejuangan, cinta tanah air
serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. Dalam kaitannya dengan pemuda
penerus bangsa hendaknya ditanamkan sikap cinta tanah air sejak dini sehingga
kecintaan mereka terhadap bangsa dan Negara lebih meyakini dan lebih dalam.
Dalam sikap bela negara kita hendaknya mampu menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi yang sedang berlangsung di negara kita, tidak mungkin kita
tunjukan sikap bela negara yang bersifat keras seandainya situasi keamanan
nasional terkendali.
Menjaga diri, keluarga dan lingkungan sekitar sudah merupakan salah satu sikap
bela negara dalam sekala kecil. Mentaati peraturan pemerintah dan lain
sebagainya. Bahkan menyanyikan lagu bela negara yang diciptakan oleh Dharma
Oratmangun atau mengenang hari bela negara yang jatuh pada tanggal 19
Desember yang ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2006 adalah salah satu
bentuk bela negara sekala kecil.
Sehingga ketika kita sebagai warga negara sudah terbiasa melakukan hak dan
kewajiban sebagai warga negara dengan baik dan benar maka seandainya ada
konprontasi atau intervensi terhadap negara, kita akan peka menyikapinya bahkan
dengan mengangkat senjatapun kita akan berani karena jiwa bela negara dalam
diri kita sudah terlatih dan terbiasa.

17
3.8 Membangun Karakter Bangsa yang Berbasis Bela Negara untuk
Mensejahterakan Rakyat
Melihat kepada fakta obyektif di masyarakat kita saat ini, sedang terjadi
proses pembusukan nilai-nilai jati diri bangsa. Bangsa kita semakin brutal, sadis,
individualis, materialis dan sebagainya yang jauh dari sifat-sifat kultur bangsa.
Salah satu indicator yang memperihatinkan adalah korupsi yang semakin
menggila yakni menurut Transparancy Internasional dalam tiga tahun
terakhir ini peringkat Indonesia berdasarkan persepsi bersih dari korupsi
meningkat dari 86 pada tahun 2000 menjadi peringkat 122 pada tahun 2003.
Kita harus menghentikan pembusukan ini dan melakukan arus balik untuk
membangun kembali jati diri nasional melalui pembangunan karakter bangsa
(character building).
Penegasan kembali jati diri bangsa melalui pemantapan dan penegasan untuk
membangun kepribadian yang utuh dan kokoh akan dapat menampilkan sosok
manusia Indonesia dengan watak yang dapat diandalkan, berprinsip teguh dengan
fokus perhatian pada keinginan untuk bangkit membangun negeri ini.
Dengan memiliki ketahanan pribadi maka setiap manusia Indonesia dapat
menunjukkan ciri atau warna dasar kepribadian Pancasila, sebagai bekal utama
yang dibutuhkan demi terwujudnya integritas dan identitas bangsa.
Untuk membangun karakter bangsa, diperlukan 5 sikap dasar yang harus
diperhatikan yaitu jujur, terbuka, berani, konsekuen dan memiliki komitmen bagi
bangsanya dengan selalu mengaitkannya dengan sistem nilai (value system),
sikap pandang (attitude), dan perilaku (behavior). Sebagai bangsa kita harus dapat
menyatukan rasa (nilai), cipta (sikap) dan karsa (perilaku). Memadukan secara
serasi kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ), merupakan langkah strategis dalam membangun kembali karakter
bangsa yang memiliki integritas, kompetensi dan rasa kebersamaan.
Pembekalan ilmu yang cenderung bebas nilai dan sekuler karena keotonomian
dan kesepeseialisasinya terutama ilmu-ilmu murni seperti ilmu pasti dana lam
dengan metode penalaran yang dominan menyebabkan tumpulnya apresiasi dan
kepekaan sosial budaya terhadap masalah-masalah kemanusiaan yang tumbuh
disekitarnya. Berpikir secara rasional berarti berpikir dengan nalar dan akal sehat
tanpa dipengaruhi perasaan intelektual, profesi dan keilmuan yang digerakkah
oleh kesadaran bela negara, tidak lagi merupakan sesuatu yang berada di menara
gading, melainkan merupakan daya-daya manusiawi yang berpijak di bumi,
sejarah dan budaya, sehingga dapat digunakan untuk melestarikan nilai-nilai luhur

18
yang ada serta menemukan nilai-nilai baru yang bermanfaat untuk meningkatkan
harkat dan martabat hidup bangsa.
Oleh karena permaslahan bangsa ini terletak pda moral bangsa maka
pemimpin masa depan hendaknya seorang negarawan yang teguh pada jati diri
bangsa sebagai bangsa yang bermoral atau negara yang bermoral (moral state).
Rekonsilitasi nasional untuk menemukan format baru pembangunan nasional
merupakan hal yang mendesak agar kita tidak larut dalam konflik yang
berkepanjangan, namun menyelesaikan segera perbedaan pandang diatas landasan
kesadaran bela negara menuju upaya percepatan penyelesaian berbagai krisis dan
bangkit untuk meraih kejayaan bangsa. Konsep wawasan nusantara dan ketahanan
nasional perlu di masyarakatkan agar setiap warga negara dapat melaksanakan
hak dan kewajiban bela negaranya sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-
masing. Hak dan kewajiban bela negara dari setiap warga negara patut dihormati
dan diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam setiap
kesempatan baik dilingkungan keluarga, pemukiman, pekerjaan dan lingkungan
yang lebih luas. Sebagai acuan untuk membangun karakter bangsa, dalam rangka
upaya bela negara adalah;
1. Berjuang untuk mengahapuskan segala bentuk dan
perwujudan sistem yang mengakibatkan kesengsaraan secara
lahir dan batin.
2. Berjuang untuk menegakkan perikamunisaan dan
perikeadilan.
3. Berjuang untuk membangun bangsa dan negara berdasarkan
kedaulatan rakyat, kesejahteraan dan keadilan sosial serta
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
4. Berjuang dengan membentuk pemerintahan Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia.
5. Dalam melaksanakan perjuangan didasari oleh keinginan
luhur yang bersumber pada tuntunan illahi.
Dalam mewujudkan karakter bangsa yang berbasis bela negara, dibutuhkan
aksi-aksi bela negara. Aksi bela negara yang harus dilakukan dan terus
dikembangkan serta direvisi dengan kelemahan-kelemahannya adalah
1. Komitmen Politik dan Moral
Pemilihan umum mempunyai nilai strategis sebagai sarana
untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan satu kali
dalam 5 tahun dan merupakan momentum untuk memilih wakil-wakil

19
rakyat serta presiden dan wakil presiden. Presiden/wakil presiden
yang terpilih, dengan kewenangan yang melekat padanya menjadi
tumpuan harapan dari rakyat untuk membangun hari esok yang lebih
sejahtera menuju tercapainya cita-cita nasional. Semenjak bergulirnya
gerakan reformasi tahun 1998, telah muncul berbagai gagasan yang
menginginkan perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui penataan ulang
berbagai kebijakan nasional menuju Indonesia Baru yang lebih
demokratis, berkemakmuran dan berkedilan.
Masalah politik dalam negeri yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini sangat
mengkhawatirkan semua pihak dan telah menyita perhatian, waktu dan
energi seluruh komponen bangsa untuk mengawal, menjaga dan
mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan Pancasila. Untuk melanjutkan dan meluruskan
reformasi di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan diperlukan penataan menyeluruh dengan format baru dan
dukungan komitmen politik yang kuat dan konsisten dari para
pengambil keputusan politik menuju terwujudnya cita-cita nasional.
Kemauan politik saja tidak cukup untuk melakukan perubahan dan
pembaharuan, harus dengan komitmen politik dan didukung dengan
komitmen moral.

2. Rekonsiliasi Nasional
Masalah bangsa tidak mungkin dapat diselesaikan oleh orang
perorang atau sekelompok orang dalam masyarakat majemuk seperti
bangsa Indonesia yang sangat besar ini. Perbedaan-perbedaan yang
terjadi antara sesame komponen bangsa harus segera diakhiri dengan
melakukan rekonsiliasi nasional sesegera mungkin. Masyarakat telah
lelah dan menderita akibat berbagai konflik yang terjadi dan telah
menorah luka yang amat teramat dalam. Rekonsiliasi adalah
prakondisi bagi terjadinya masa depan yang lebih baik. Indonesia Baru
tidak mungkin dapat dibangun oleh amarah dan dendam. Sebuah
rekonsiliasi memang diperlukan untuk membangun kembali
kepercayaan, bahwa negeri ini memang masih menjanjikan sesuatu
untuk sebuah kehidupan yang lebih baik bagi rakyat dan generasi
mendatang.
Terselenggaranya rekonsiliasi sudah merupakan tuntutan,
untuk segera dilakukan guna menciptakan kembali perdamaian yang
hakiki diatas puing-puing reruntuhan konflik dan kekerasan yang

20
berlangsung selama ini. Rakyat sudah sangat gerah dengan krisis
konflik berkepanjangan yang telah memakan korban dan melahirkan
penderitaan panjang seolah tiada akhir. Momentum Pemilu 2004
menjadi sangat strategis untuk mengawali rekonsiliasi nasional dengan
tekad yang kuat untuk melakukan reorientasi dan reaktualisasi
pembangunan nasional dengan prinsip keadilan dan kemamkmuran
bagi rakyat. Tidak lagi berkembang berbagai kesenjangan sosial
ekonomi yang sangat tajam di dalam kehidupan masyarakat sehingga
dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang makin mengerucut
untuk kemudian menimbulkan konflik.
Keamanan dan stabilitas politik merupakan prasyarat untuk
melakukan percepatan pembangunan nasional. Investasi untuk
membangun ekonomi nasional dengan kondisi yang tidak memberi
keputusan hukum dan rasa aman tidak akan dapat terwujud, bahkan
kita lihat sekarang ini banyak investor yang hengkang ke negeri jiran.
Tentu hal ini sangat merugikan kita yang memerlukan investasi
membangun kembali perekonomian nasional yang sudah mengalami
kebangkrutan.

3. Membangun Kebanggan sebagai Anak Bangsa


Kebanggan sebagai anak bangsa, untuk generasi pasca
angkatan 45, perlu ditumbuh kembangkan melalui pemupukan rasa
cinta tanah air, semangat kebangsaan dan jiwa
keperjuangan/patriotism yang didasari kepada memperkenalkan secara
benar nilai-nilai fisik dan non fisik dari keberadaan nusantara
ditengah-tengah peradaban dunia. Sejarah Indonesia dan potensi
sumberdaya nasional haruslah menjadi kebanggaan setiap anak
bangsa. Rasa cinta produk dalam negeri perlu kembali digalakkan
untuk mengantisipasi membanjirnya produk impor yang seluruhnya
dapat diproduksi dalam negeri. Memupuk rasa bangga terhadap
budaya sendiri yang didukung oleh sifat religious sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing. Mengenal tanah air dan
membandingkannya dengan sumber daya Negara lain untuk mendapat
keyakinan bahwa memang Indonesia adalah Negara yang berpotensi
menjadi Negara besar dan maju sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya.
Proses pengerusakan baik disengaja maupun tidak disengaja
yang mencakup nilai-nilai kebudayaan dan potensi sumber daya
nasional, penyebab utamanya adalah tidak adanya rasa memiliki dan
rasa kebanggaan nasional sebagai perwujudan dari rasa cinta tanah air.

21
Untuk memupuk rasa kebanggaan sebagai anak bangsa perlu
dilakukan penataan ulang sistem pendidikan nasional mulai dari
jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Profesionalisme
haruslah menjadi pelengkap identitas andalan setiap individu untuk
memiliki daya saing sehat mencapai kemajuan, dan menghindari
gejala yang terjadi saat ini bahwa gelar berderet pamjang telah
berubah menjadi status sosial tanpa makna professional. Aktifitas di
lingkungan sekolah perlu dibenahi agar menjadi kegiatan produktif
yang mendukung professionalism. Salah satu mata ajaran yang
semakin kurang diminati adalah mata ajaran Pancasila dn
Kewarganegaraan. Padahal mata ajaran ini merupakan pintu satu-
satunya untuk menyampaikan prinsip-prinsip berbangsa dan bernegara
ditengah-tengah masyarakat.

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil makalah ini, dapat menarik kesimpulan bahwa membangun
karakter bangsa merupakan hal yang urgen, terutama bagi  generasi muda yang akan
melanjutkan perjuangan bangsa ini.  Generasi muda yang terdidik, dan  memiliki
karakter yang baik, sadar  berbangsa dan bernegara (berkarakter kebangsaan),  akan
rela berkorban untuk membela  negara. Karakter Bangsa dan  Bela Negara dua entitas
yang harus dipahami dan dihayati agar hidup kita sebagai bangsa lebih maju dan lebih
kuat. bangsa  Indonesia tidak akan terpecah belah dan  NKRI tetap jaya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, 2004 “Kewarganegarraan”, Jakarta : Erlangga.


Departemen Pendidikan Nasional. 2003 “Kamus Besar Bahasa Indonesia”,
Jakarta : Balai Pustaka.
Sunarso, Anis K., 2008. “Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI kelas VI”,
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Murtono, Sri, Hassan Suryono dan Martiyono. 2006. Pendidikan
kewarganegaraan untuk SMP kelas IX. Jakarta : Quadra .
Dalmeri (2014). Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap
Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character). Universitas
Indraprasta PGRI Jakarta, Jurnal Al-Ulum, Volume. 14 Nomor 1.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, (2010).Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Lickona, Thomas (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach
Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland:
Bantam books.
Sutarman (2011).Persepsi dan pengertian Pembelaan negara berdasarkan
UUDN RI 1945. Jurnal Magistra, No. 75 tahun XXIII,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-Undang No. 3 tahun 2002, tentang Pertahanan Negara.
Pemerintah Republik Indonesia dalam Damiyati Zuchdi dkk, 2013: 24
Dikdasmen, Kemendiknas, 2010
http://pusatinformasi212.blogspot.com/2017/06/5-unsur-dasar-bela-negara.html
(diakses pada tanggal 13 juni 2018)

24

Anda mungkin juga menyukai