Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Keselamatan Kerja dalam Islam

Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk bekerja. Begitu juga, Islam
memerintahkan umatnya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan cara sebaik-baiknya dengan
mengutamakan menjaga keselamatan dan kesehatan. Mencegah diri sendiri dan orang lain dari
tertimpa kecelakaan merupakan suatu bentuk pelaksanaan ajaran Islam. Islam memerintahkan
kepada umatnya untuk selalu bekerja keras dan produktif, namun dengan tetap senantiasa
menjaga keselamatan diri dan oranglain dalam pekerjaannya.
Dalam literatur Islam dikenal sebuah konsep Maqoshid Syariah, yaitu tujuan syariah
untuk melindungi lima hal esensi (dhoruriyat) bagi manusia yakni hifdzu din- nafs – aql- nasl –
mal atau melindungu agama – jiwa – akal- keturunan dan harta. Maqoshid Syariah untuk
melindungi jiwa atau hifdzu nafs (‫ )حفظ النفس‬identik dengan salah satu dari enam kaedah fiqih
(qoidah fiqiyah) yang mu’tabar yakni kaedah ‫ ( الضرر يزال‬adh-dhororu yuzaal atau bahaya harus
dihilangkan). Kaedah tersebut bersumber dari sabda Rasulullah SAW َ‫ض َرا َرال‬
ِ َ‫ض َر َر َوال‬
َ (laa dhororo
walaa dhiroro) yang artinya “Tidak boleh melakukan bahaya (bagi diri sendiri) dan tidak boleh
menimbulkan bahaya (bagi orang lain).” (HR Ibnu Majah)
Ada beberapa hal yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja yang
disebut dengan hazard (bahaya kerja). Hazard dapat berasal dari lingkungan kerja maupun diri
pekerja itu sendiri dan salah satunya adalah akibat perilaku yang tidak aman dalam bekerja.
Hazard dapat timbul karena perilaku pekerja yang tidak aman atau berbahaya dan harus
diminimalisir maupun dihilangkan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Tidak boleh
(menimbulkan) bahaya dan tidak boleh membahayakan pula orang lain.” (HR. Ibnu Majah dari
kitab Al-Ahkam 2340). Sementara Imam Abu Dawud radhiyallahu ‘anhu dan yang lainnya
meriwayatkan dari Abi Sharmah radhiyallahu’anhu, Rasulullah Saw bersabda, “ Barangsiapa
yang membahayakan orang (lain), maka Allah akan membahayakan dirinya, dan barangsiapa
yang memberatkan oranglain maka Allah akan memberatkannya.”
Berkaitan dengan kedua hadits diatas terdapat kaidah-kaidah diantaranya :
1. Sesuatu yang membahayakan itu harus dihilangkan
Hal tersebut sesuai dengan K3 bahwa segala paparan hazards harus dihilangkan, seperti
dengan menggunakan engineering control, work practice control, dsb.
2. Sesuatu yang membahayakan harus diantisipasi semampunya
Hal tersebut sesuai dengan program K3 yang lebih mengarah kepada preventif dan
promotif daripada kuratif.
3. Sesuatu yang berbahaya tidak boleh dihilangkan dengan hal yang sama bahayanya
Hal ini sesuai dengan engineering control pada K3 yakni bahwa sesuatu yang berbahaya
(misalnya material berbahaya) bisa dig anti (disubstisusi) dengan yang tidak berbahaya,
bukan diganti dengan dengan hal yang memiliki bahaya sama. Jika tidak bisa di
substitusi, bisa menggunakan metode engineering control lain seperti mengganti proses,
mengurung proses, atau dengan work practice control atau bahkan dengan menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD).
4. Suatu hal yang bahayanya lebih besar (parah) dapat dihilangkan dengan suatu hal yang
memiliki bahaya lebih ringan
Seperti poin sebelumnya bahwa sesuatu yang berbahaya bisa di substitusi dengan yang
mempunyai tingkat bahaya lebih rendah.
5. Menolak terjadinya kerusakan (hal yang merugikan) didahulukan atas upaya meraih suatu
kemaslahatan (hal yang menguntungkan)
Hal ini sesuai dengan slogan K3 yakni “Safety First” atau “utamakan keselamatan” yang
artinya keselamatanlah yang harus didahulukan.

2.1.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Pandangan Islam sesuai Al –Qur’an dan Hadits
1. Bekerja dengan tidak merusak lingkungan
Allah SWT berfirman dalam QS Al Qashash ayat 77

<‫ك ِم< <َن ا<ل < ُّد< ْن< ي<َا< ۖ< <َو َأ ْ<ح< ِ<س < ْ<ن‬َ< َ<‫َص < ي<ب‬
<ِ <‫س ن‬َ< <‫ك هَّللا ُ< ا<ل < َّد< ا< َر< ا<آْل ِخ<< <َر ة<َ ۖ< َو< اَل ت<َ ْن‬ َ< <‫َو< ا< ْب< ت<َ ِغ< فِ< ي< َم< ا< آ<ت<َا‬
<‫ب‬ ُّ <‫ض< ۖ< ِإ َّن< هَّللا َ اَل يُ< ِ<ح‬ ِ <‫َس<<<< ا< َد< فِ< ي< ا<َأْل ْ<ر‬
َ <‫ك< ۖ< َو< اَل ت<َب<ْ<<<< ِغ< ا< ْل< ف‬
َ <<<<ْ<‫س<<<< <َن هَّللا ُ< ِإ ل<َي‬ َ <‫َك< م<َ ا< َأ ْ<ح‬
<‫ا< ْل< ُم< ْف< ِس< ِد< ي< َن‬
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bhwa manusia tidak boleh berbuat kerusakan di muka
bumi ini. Manusia diperintahkan untuk menjaga lingkungan, tidak mencemarinya, berbuat dan
berperilaku sehat. karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan, terutama
kerusakan alam. Sama halnya dengan bekerja, berarti perlu adana kesehatan dan keselamatan
kerja agar dapat dipelajari hal-hal apa saja yang dapat berdampak pada kerusakan lingkungan
untuk kemudian dilakukan pencegahan sehingga dapat tercipta lingkungan kerja yang aman dan
pekerja dapat terhindar dari risiko yang tidak diharapkan.

2. Bekerja dengan berbuat baik bagi sesama


Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 195

َ ‫وا ِبَأ ْيدِي ُك ْم ِإ َلى ٱل َّت ْهلُ َك ِة ۛ َوَأحْ سِ ُن ٓو ۟ا ۛ ِإنَّ ٱهَّلل َ ُيحِبُّ ْٱلمُحْ سِ ن‬
‫ِين‬ ۟ ُ‫يل ٱهَّلل ِ َواَل ُت ْلق‬ ۟ ُ‫َوَأن ِفق‬
ِ ‫وا فِى َس ِب‬
Artinya : “ Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri)
dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam Islam memerintahkan bahwa manusia
hendaknya melakukan suatu pekerjaan dengan mengutamakan menjaga keselamatan dan
kesehatan. Dengan saling meningatkan, bahwa allah SWT sesungguhnya tidak menghendaki
adanya kerusakan dimuka bumi ini. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT hendaknya
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia. Dan manusia sebagai makhluk yang diberi
akal dan kemampuan diberi peringatan untuk tidak melakukan kerusakan dengan perbuatannya
(perilaku tidak aman) dimana perilaku tersebut dapat menciptakan kondisi yang dapat
membahayakan diri sendiri maupun orang lain termasuk kelangsungan hidup ciptaan-Nya yang
lain (lingkungan hidup).

3. Bekerja dengan menjaga diri sendiri


Surat Al An’am ayat 17

‫ك ِب َخي ٍْر َف ُه* َ*و َع َل ٰى ُك* ِّل َش*ىْ ٍء‬ َ ِ‫ك ٱهَّلل ُ ِبضُرٍّ َفاَل َكاش‬
َ ْ‫ف َل ُه ٓۥ ِإاَّل ه َُو ۖ َوِإن َيمْ َسس‬ َ ْ‫مْسس‬
َ ‫َوِإن َي‬
‫َقدِي ٌر‬
Artinya : “Dan jika Allah mengenakan (menimpa) engkau dengan bahaya bencana, maka tidak
ada sesiapapun ysng dapat menghapusnya melainkan Dia sendiri dan jika ia menimpakan
(melimpahkan) sengkau dengan kebaikan, maka ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi pemeluknya. Islam
dalam Al Qur’an dan hadits melarang manusia untuk berbuat kerusakan, jangankan kerusakan itu
terjadi pada lingkungan, terhadap diri sendiri saja Allah melarangnya.

4. Bekerja dengan tidak membahayakan oranglain


Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak boleh melakukan bahaya (bagi diri sendiri) dan tidak boleh menimbulkan bahaya (bagi
orang lain).” (HR Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340)
“Barangsiapa yang membahayakan orang (lain), maka Allah akan membahayakan dirinya, dan
barangsiapa yang memberatkan oranglain maka Allah akan memberatkannya.”

5. Bekerja sesuai kemampuan


Allah SWT berfirman dalam QS Al Baqarah ayat 286

‫ت ۗ َر َّب َن*ا اَل ُتَؤ ا ِخ* ْ*ذ َنٓا ِإن‬ ْ ‫اَل ُي َكلِّفُ ٱهَّلل ُ َن ْفسًا ِإاَّل وُ سْ َع َها ۚ َل َها َما َك َس* َب‬
ْ ‫ت َو َع َل ْي َه*ا َم*ا ٱ ْك َت َس* َب‬
َ ‫ص *رً ا َك َم**ا َح َم ْل َتهُۥ َع َلى ٱلَّذ‬
‫ِين مِن َق ْبلِ َن**ا ۚ َر َّب َن**ا‬ ْ ‫َّنسِ ي َنٓا َأ ْو َأ ْخ َطْأ َنا ۚ َر َّب َنا َواَل َتحْ ِم ْل َع َل ْي َن**ٓا ِإ‬
ُ ‫نت َم ْو َل ٰى َن**ا َف‬
‫ٱنص*رْ َنا‬ َ ‫ٱغ ِفرْ َل َن**ا َوٱرْ َح ْم َن**ٓا ۚ َأ‬
ْ ‫َواَل ُت َحم ِّْل َنا َما اَل َطا َق َة َل َنا ِبهِۦ ۖ َوٱعْ فُ َع َّنا َو‬
َ ‫َع َلى ْٱل َق ْو ِم ْٱل ٰ َكف ِِر‬
‫ين‬
Artinya :: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)
yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika
kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir”.
Banyak ayat dalam Alquran untuk kita dianjurkan tuk senantiasa bekerja dengan menjaga
keselamatan diri sendiri, keluarga, harta, benda dan lingkungan hidup. Karena ingin
mendapatkan hasil atau keuntungan yang banyak dari apa yang diusahakan sehingga norma dan
peringatan-peringatan akan keselamatan menjadi terlupakan. Memang Allah tidak akan mungkin
dengan sengaja bertujuan mencelakakan umatnya, namun bukan tidak mungkin kecelakaan itu
menimpa seseorang. Oleh karena itu sebagai umat islam kita tidak boleh berpasrah menanti
takdir Allah, namun kita harus melakukan upaya dahulu sebelum berserah diri. Seperti halnya
melindungi diri dengan APD saat bekerja, bukan pasrah bahwa bila ada kecelakaan itu sudahlah
takdir. Umat islam hendaknya memiliki prinsip berpikir sebelum bertindak,dan utamakan
keselamatan dalam bekerja

Anda mungkin juga menyukai