Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana kita ketahui bahwa komponen utama agama islam adalah


akidah, syariah dan akhlak . kategorisasi ini didasarkan pada penjelasan Nabi
ketika melakukan dialog dengan malaikat Jibril berkenaan dengan pengertian
iman, Islam dan Ihsan. Kata yang terakhir kerapkali disejajarkan dengan term
akhlak. Terminologi ihsan diambil dari kata ahsana, yuhsinu, ihsanan yang berarti
berbuat baik.
Ketika kita merujuk pada kalamullah maka banyak kita temukan perkataan
ihsan yang berarti berbuat kebajikan atau kebaikan seperti dalam surat An-Nahl
ayat 90, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.”
Ayat kebajikan lain juga dapat kita lihat dalam surat Arrahman ayat 60,
yang artinya:
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”.
Tentunya kebaikan atau kebajikan inilah yang memiliki hubungan yang
erat dengan peristilahan akhlak. Perkataan akhlak sendiri memiliki persesuaian
dengan kata “kholik” dan “mahluk” atau pencipta dengan yang dicipta.
Dari sinilah asal ilmu akhlak dirumuskan, yang memungkinkan terjadinya
hubungan baik antara khalik dengan mahkluk serta antara makhluk dengan
makhluk lainnya. Dalam bahasa yang lebih islami kita dapat mengatakan bahwa
akhlak adalah sikap kepribadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri
dan makhluk lainnya, sesuai dengan petunjuk dan tuntunan Al-Qur’an dan As-

1
Sunnah. Ini berarti akhlak merujuk pada seluruh tindak tanduk manusia dalam
segala aspek baik yang bersifat ubudiyah ataupun muamalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ahklak?
2. Implementasi akhlak dalam kehidupan?
3. Maksud dari akhlak terhadap lingkungan?
4. Bagaimana mentafakkuri, mentadabburi dan mengolola alam dengan bijak

C. Tujuan Dan Manfaat

Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam juga bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian Akhlak
2. Akhlak terhadap lingkungan
3. Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
4. Memahami cara mentafakkuri, mentadabburi dan mengelola alam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq
(khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. 1 Akhlak
disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin
manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan
dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani kata khuluq ini disampaikan dengan kata
ethicos atau ethos artinya adab kebiasaan, perasaan batin kecenderungan hati untuk
melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.2

B. Akhlak Terhadap Lingkungan

Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di


sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak
bernyawa.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya
dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah
sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak
memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.

1
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11
2
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran, (Jakarta: Amzah, 2007),
hlm.

3
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang
sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian
mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan,
bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri."
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola
bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa
rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai
tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikannya dengan baik. 3
Ada kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan
kepada hal-hal sebagi berikut :
1. bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi;
2. bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh al
quran;
3. bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga
pelestarian alam yang bersifat umum dan yang khusus;
4. bahwa Allah memerintahkan kepadaa manusia untuk mengambil
manfaat yang sebesar-besarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi
makmur;
5. manusia berkewajiban mewujudkan mewujudkan kemakmuran dan
kebahagiaan di muka bumi.4
Manusia wajib bertanggung jawab terhadap kelestarian alam atau
kerusakannya, karena sangat memengaruhi kehidupan manusia. Alam yang masih
lestari pasti dapat memberi hidup dan kemakmuran bagi manusia di bumi. Tetapi
apabila alam sudah rusak maka kehidupan manusia menjadi sulit, rezeki sempit dan

3
Asmaran A. S.,Pengantar studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 182
4
M. Yatimin, op. cit, hlm. 231

4
dapat membawa kepada kesengsaraan. Pelestarian alam ini wajib dilaksanakan oleh
semua lapisan masyarakat, bangsa dan negara.5

C. Implementasi Akhlak dalam kehidupan

Akhlak manusia terhadap lingkungan, terutama alam, bukan hanya semata-


mata untuk kepentingan lingkungan atau alam itu sendiri, tetapi jauh dari itu untuk
memelihara, melestarikan dan memakmurkan lingkungan atau alam ini. Dengan
memenuhi kebutuhannya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan
hidup dapat terjaga.6
Berakhlak dengan lingkungan sekitarnya dapat dilakukan manusia dengan
cara melestarikan alam sekitarnya sebagai berikut :
1. melarang penebangan pohon-pohon secara liar
2. melarang perburuan binatang secara liar
3. melakukan reboisasi
4. mengendalikan erosi
5. membuat cagar alam dan suaka margasatwa
6. melarang membuang sampah sembarangan
7. merawat fasilitas umum dengan baik
8. menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai
9. memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh
lapisan masyarakat
10. memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.7

Manusia di bumi sebagai khalifah, mempunyai tugas dan kewajiban terhadap


alam sekitarnya, yakni melestarikan dan memeliharanya dengan baik.

5
Asmaran, op. cit, hlm. 183
6
M. Yatimin, op. cit, hlm. 232
7
Syahminan Zaini, Isi Pokok Ajaran Al Qur’an, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), hlm. 224

5
Allah berfirman :

‫َصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ ِس ْن َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْيكَ ۖ َواَل تَب ِْغ‬
ِ ‫سن‬ َ ‫ار اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬
َ‫ض ۖ إِ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬
ِ ْ‫ْالفَ َسا َد فِي اأْل َر‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan”.(QS. Al Qashash[28] :77)

Adapun akhlak manusia terhadap lingkungan atau alam yang wajib


dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Memerhatikan dan merenungkan penciptaan alam. Allah berfirman :

ِ ‫ت أِل ُولِي اأْل َ ْلبَا‬


‫ب‬ ِ َ‫ف اللَّي ِْل َوالنَّه‬
ٍ ‫ار آَل يَا‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ِ ‫إِ َّن فِي َخ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
(QS. Ali Imran[3] : 190)

2) Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan


isinya ini untuk manusia. Allah berfirman :

ِ ‫ض فِ َرا ًشا َوال َّس َما َء بِنَا ًء َوأَ ْنزَ َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا‬
‫ت ِر ْزقًا‬ َ ْ‫الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم اأْل َر‬
َ‫لَ ُك ْم ۖ فَاَل تَجْ َعلُوا هَّلِل ِ أَ ْندَادًا َوأَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

6
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui”.(QS. Al Baqarah[2] : 22)

ِّ‫ت ۚ َوه َُو بِ ُكل‬ ِ ْ‫ق لَ ُك ْم َما فِي اأْل َر‬


َ ‫ض َج ِميعًا ثُ َّم ا ْست ََو ٰ˜ى إِلَى ال َّس َما ِء فَ َس َّواه َُّن َس ْب َع َس َم‬
ٍ ‫اوا‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذي َخل‬
َ ‫َش ْي ٍء‬
ٌ‫علِيم‬

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.
(QS Al Baqarah[2] : 29)

‫ْض َعد ٌُّو ۖ َولَ ُك ْم فِي‬ ُ ‫فَأ َ َزلَّهُ َم̃ا ال َّش ْيطَانُ َع ْنهَا فَأ َ ْخ َر َجهُ َم̃ا ِم َّما َكانَا فِي ِه ۖ َوقُ ْلنَا ا ْهبِطُوا بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْ˜م لِبَع‬
‫ين‬
ٍ ‫ح‬ ِ ‫ع إِلَ ٰى‬ ِ ْ‫اأْل َر‬
˜ٌ ‫ض ُم ْستَقَ ٌّر َو َمتَا‬

“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan
dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian
kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman
di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (QS. Al
Baqarah[2] : 36)

ِ َ‫ت ال َّش ْيط‬


ٌ ِ‫ان ۚ إِنَّهُ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُمب‬
‫ين‬ ِ ْ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ُكلُوا ِم َّما فِي اأْل َر‬
ِ ‫ض َحاَل اًل طَيِّبًا َواَل تَتَّبِعُوا ُخطُ َوا‬
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.(QS.
Al Baqarah[2] : 168)8
D. Tafakkur Lingkungan
8
M. Yatimin, op. cit. hlm. 232-233

7
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa
tafakkaruu fiiLlahi, berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu
berpikir tentang Dzat Allah.”Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu
Abbas ini menurut Syaikh Nashiruddin Al-Bani dalam kitab Shahihul Jami’ish
Shaghir dan Silsilahtu Ahadits Ash-Shahihah berderajat hasan. Hadits itu berbicara
tentang salah satu ciri khas manusia yang membedakannya dari makhluk yang lain,
bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir.

Dengan kemampuan itulah manusia bisa meraih berbagai kemajuan,


kemanfaatan, dan kebaikan. Namun, sejarah juga mencatat bahwa tidak sedikit
manusia mengalami kesesatan dan kebinasaan akibat berpikir.

Karena itu, Rasulullah saw. menghendaki kita, kaum muslimin, untuk punya
budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan kita kepada kemajuan, kemanfaatan,
kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Agar tujuan itu
tercapai, Rasulullah saw. memberi rambu-rambu agar kita tidak salah dalam
bertafakur. Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk bertafakur mengenai makhluk
ciptaan Allah swt. Beliau melarang kita berpikir tentang Dzat Allah karena kita tidak
akan mampu menjangkaunya, dan berpikir tentang Dzat Alllah bisa mengantarkan
kita kepada kesesatan dan kebinasaan.

1. Keutamaan Tafakkur
Ada empat keutamaan tafakur, berikut akan dijelaskan :
a. Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan berdzikir dalam
setiap situasi dan kondisi dengan menceritakannya secara khusus dalam
Al-Qur’an di surat Ali Imran ayat 190-191. Sa’id Hawa dalam Al-
Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus halaman 93 berkata, “Dari ayat ini kita
memahami bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan
perpaduan antara dzikir dan pikir pada diri manusia. Apabila kita
mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan seorang

8
manusia, maka kita bisa memahami peran penting dzikir dan pikir dalam
menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu, para ahli suluk yang berupaya
mendekatkan diri kepada Allah senantiasa memadukan antara dzikir dan
pikir di awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai contoh, di saat
bertafakur tentang berbagai hal, mereka mengiringinya dengan tasbih,
tahmid, takbir, dan tahlil.”
b. Tafakur termasuk amal yang terbaik dan bisa mengungguli ibadah. Ada
atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat lebih
utama daripada ibadah setahun.” Kenapa begitu? Karena, berpikir bisa
memberi manfaat-manfaat yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah
yang dilakukan selama setahun. Abu Darda’ seorang sahabat yang
terkenal sangat abid pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, ia
menjawab, “Tafakur.” Dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu
hingga hakikat, dan mengerti manfaat dari yang membahayakan. Dengan
tafakur, kita bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di
dalam diri kita, mengetahui tipu daya setan, dan menyadari bujuk rayu
duniawi.
c. Tafakur bisa mengantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan akhirat.
Ka’ab bin Malik berkata, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan akhirat,
maka hendaknyalah ia memperbanyak tafakur.” Hatim menambahkan,
“Dengan merenungi perumpamaan, bertambahlah ilmu pengetahuan;
dengan mengingat-ingat nikmat Allah, bertambahlah kecintaan
kepadaNya; dan dengan bertafakur, bertambahlah ketakwaan kepadaNya.”
Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan
banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan
dengan berpikir.” (lihat Mau’idhatul Mu’minin)
d. Tafakur adalah pangkal segala kebaikan. Ibnul Qayyim berkata, “Berpikir
akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan
keadaan yang terjadi pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan
kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir
adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini bisa menunjukkan
kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya tafakur

9
termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat sampai-sampai
dikatakan, ‘Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun’. Tafakur
bisa mengubah dari kelalaian menuju kesadaran, dan dari hal-hal yang
dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintaiNya, dari ambisi dan
keserakahan menuju zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia menuju
keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan menuju bentangan ilmu
pengetahuan, dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju
kesembuhan ruhani dan pendekatan diri kepada Allah, dari bencana buta,
tuli, dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran, dan pemahaman
tentang Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang
menyejukkan hati dan keimanan yang menentramkan.” (Miftah Daris
Sa’adah: 226).

2. Nataijut Tafakkuri (Buah Tafakkur)

a. Kita akan mengetahui hikmah dan tujuan penciptaan semua makhluk di


langit dan bumi sehingga menambah keimanan dan rasa syukur.

‫ق َوأَ َج ٍل ُم َس ّمًى ۗ َوإِ َّن‬


ِّ ‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما إِاَّل بِ ْال َح‬
َ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ َ‫أَ َولَ ْم يَتَفَ َّكرُوا فِي أَ ْنفُ ِس ِه ْم ۗ َما َخل‬
َ ‫ق هَّللا ُ ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
˜َ ‫اس بِلِقَا ِء َربِّ ِه ْم لَ َكافِر‬
‫ُون‬ ِ َّ‫َكثِيرًا ِمنَ الن‬
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di
antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.”(Ar-rum: 8)

b. Kita bisa membedakan mana yang bermanfaat sehingga bersemangat


untuk meraihnya, mana yang berbahaya hingga berusaha mengindarinya.
c. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. dan mereka bertanya

10
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” yang lebih dari
keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
supaya kamu berpikir. (Al-Baqarah: 219)
d. Kita bisa memiliki keyakinan yang kuat mengenai sesuatu, dan
menghindari diri dari sikap ikut-ikutan terhadap opini yang berkembang.
Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu
hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua
atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak
ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah
pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.
(Saba: 46)
e. Kita bisa memperhatikan hak-hak diri kita untuk mendapatkan kebaikan,
sehingga tidak hanya berusaha memperbaiki orang lain dan lupa pada diri
sendiri. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (Al-Baqarah: 44)
f. Kita bisa memahami bahwa akhirat itu lebih utama, dan dunia hanya
sarana untuk membangun kebahagiaan akhirat. Kami tidak mengutus
sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu
kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di
muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum
mereka (yang mendustakan Rasul), dan sesungguhnya kampung akhirat
adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu
memikirkannya? (Yusuf: 109)
g. Kita bisa menghindari diri dari kebinasaan yang pernah menimpa orang-
orang sebelum kita. Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di
muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan
orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas

11
mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.
(Muhammad: 10)
h. Bisa menghindari diri dari siksa neraka karena bia memahami dan
mengamalkan ajaran agama dan meninggalkan kemaksiatan dan dosa-
dosa, terutama syirik. Dan mereka berkata, “Sekiranya kami
mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami
termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mulk: 10),
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka
Apakah kamu tidak memahami? (Al-Anbiyaa’ : 67)

3. Batasan Tafakkur

Imam Al-Ghazali berkata, “Ketahuilah bahwa semua yang ada di alam


semesta, selain Allah, adalah ciptaan dan karya Allah Ta’ala. Setiap atom dan
partikel, apapun memiliki keajaiban dan keunikan yang menunjukkan kebijaksanaan,
kekuasaan, dan keagungan Allah Ta’ala. Mendata semuanya adalah sesuatu yang
mustahil, karena seandainya lautan adalah tinta untuk menuliskan semua itu niscaya
akan habis sebelum menuliskan sepersepuluhnya saja dari semua ciptaan dan karya-
Nya.” Jadi, tafakur adalah ibadah yang bebas dan terlepas dari ikatan segala sesuatu
kecuali satu ikatan saja, yaitu tafakur mengenai Dzat Allah.
Saat bertafakur sebenarnya seorang muslim sedang berusaha meningkatkan
ketaatan, menghentikan kemaksiatan, menghancurkan sifat-sifat destruktif dan
menumbuhkembangkan sifat-sifat konstruktif yang ada dalam dirinya. Berhasil
tidaknya hal itu dicapai sangat dipengaruhi banyak faktor, di antaranya:
a. Kedalaman ilmu
b. Konsentrasi pikiran
c. Kondiri emosional dan rasional
d. Faktor lingkungan
e. Tingkat pengetahuan tentang objek tafakur

12
f. Teladan dan pergaulan
g. Esensi sesuatu
h. Faktor kebiasaan

4. Hakikat Tafakur dan Tatacara Melakukannya 


Apabila seseorang ingin bertafakur; ia harus memiliki modal pengetahuan
yang menjadi sandaran dalam tafakurnya. Sebab, ia membutuhkannya seperti
kebutuhan pedagang terhadap modal niaga agar ia dapat menjalankan
pekerjaannya di pasar.
Sebagaimana banyak orang yang memiliki modal niaga, tetapi tidak
berdagang, demikian pula, banyak orang yang memiliki modal pengetahuan tetapi
tidak memanfaatkannya. Dalam hal ini, datang dorongan untuk bertafakur,
penjelasan tentang kepentingannya, dan kebutuhan seseorang terhadapnya.

5. Melawan Kecintaan Pada Dunia Dengan Tafakkur


a. Bangun (yaqzhah), yaitu fase kebebasan dari kelalaian. Di dalam riwayat
disebutkan, "Manusia sedang tidur. Apabila mereka mati, mereka
terbangun."[ Ibid, 4: 73/48] Sebab, kematian membangunkan manusia dari
kelalaian.
َ ‫ك ْاليَوْ َم‬
ٌ‫ح ِديد‬ َ ‫لَقَ ْد ُك ْنتَ فِي َغ ْفلَ ٍة ِم ْن ٰهَ َذا فَ َك َش ْفنَا َع ْن‬
َ َ‫ك ِغطَا َءكَ فَب‬
˜َ ‫ص ُر‬

“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami
singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada
hari itu amat tajam.”[ QS Qaf [50]: 22. ]

Manusia harus mematikan dirinya sebelum kematian, yang tidak


ada tempat melarikan diri darinya, menimpanya. "Matilah sebelum kalian
mati.[ Al-Bihar, 72: 59]". Hal itu adalah dengan mematikan syahwat di
dalam dirinya dengan menjadikannya berada di bawah perintah syariat
dan akal. Apabila ia telah melakukan hal itu dan bangun dari kelalaiannya,

13
maka ia memasuki benteng zikir kepada Allah dan tenteram karenanya.
Ketahuilah, dengan berzikir hati menjadi tenteram. Ia aman dari
[gangguan] setan, baik dari golongan jin maupun golongan manusia.
Bahkan, di dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa binatang tidak
diburu kecuali apabila sedang lalai dari berzikir kepada Allah SWT,
apalagi manusia. Tidak terbayang dalam benak siapapun bahwa zikir yang
kami maksudkan di sini adalah zikir lisan saja, walaupun hal itu
merupakan satu tingkatan dari tingkatan-tinggkatan tersebut. Akan tetapi,
zikir itu harus dengan hati juga agar menjadi zikir kepada Allah SWT
sehingga diraih bangun yang didambakan.
b. Pertobatan (taubah), yaitu tingkatan kedua yang dicapai seseorang setelah
kebangunannya. Pertobatan yang kami maksudkan adalah kembali dari
penyimpangan menuju kesesuaian, dan penyimpangan terhadap Allah
SWT ke kesesuaian terhadap-Nya.
c. Evaluasi diri (muhasabah), yaitu stasiun berikutnya setelah stasiun
pertobatan, di mana seseorang mengevaluasi dirinya terhadap hal-hal yang
muncul darinya. Dengan begitu, ia bersiap-siap menuju stasiun kembali
(inabah).
d. Kembali (inabah), yaitu setelah seseorang mengevaluasi dirinya, ia beralih
ke stasiun inabah. Perbedaannya dengan stasiun pertobatan adalah dengan
pertobatannya seseorang kembali dari penyimpangan menuju kesesuaian,
sedangkan dengan inabah ia kembali dari kesesuaian kepada Allah SWT
Sebagaimana 'Isa bin Maryam telah berkata kepada para pengikut
setianya, "Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk menegakkan
agama Allah?” Para pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong
penolong agama Allah. [QS ash-Shaff [61]: 14.]” 

14
E. Tadabbur Lingkungan
1. Pengertian Tadabbur
Adapun beberapa definisi dari beberapa para ulama, yaitu:
a. Syeikh Ibnu Katsir
Tadabbur artinya ialah memahami makna dari lafadz Al-Qur’an, dan
memikirkan mengenai apa yang ayat-ayat Al-Qur’an tunjukkan tatkala
tersusun, dan yang terkandung di dalamnya, dan juga apa yang
menjadikan makna – makna Al-Qur’an itu sempurna, dari segala isyarat
dan peringatan yang tidak tampak dalam lafal Al-Qur’an, serta
pengambilan manfaat oleh hati dengan tunduk di hadapan nasihat-nasihat
Al-Qur’an, patuh terhadap perintah-perintahnya, dan mengambil ibrah
darinya.
b. Syaikh Abu Bakar Al-Ajiri
Menurut beliau, Tadabbur ayat-ayat Al-Qur’an yakni adalah mengikuti
dan beramal dengan ilmu Al-Qur’an itu sendiri. Ketahuilah! tadabbur
bukan hanya menghafal huruf-huruf Al-Qur’an, melainkan menyia-
nyiakan batas – batasnya, sehingga salah seorang dari mereka
mengatakan : “Sungguh aku telah membaca Al Qur’an secara
keseluruhan, dan tidak melewati satu huruf pun”. Namun sebenarnya ia
telah melewatkan seluruh Al-Qur’an. Karena tidak terlihat padanya Al-
Qur’an, baik dalam tabiat dan juga perbuatan.
c. Syaikh Sholeh Fauzan
Menurut beliau, Tadabbur artinya memikirkan makna dari ayat-ayat Al-
Qu’ran, apa yang ditunjukkannya (Al-Qur’an), rahasia serta khobar atau
berita yang terdapat dari ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga kita bisa
memperoleh manfaat berupa hidayah, rasa takut kepada-Nya dan ibadah
kepada Allah SWT, dan kita tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang
mesti kita tinggalkan dari hal perbuatan, perkataan, interaksi sosial, dan
yang sebagainya.

15
d. Ulama Komtemporer
Menurut mereka, tadabbur artinya berfikir dengan menggunakan
kemampuan akal dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang logis
untuk bisa mencapai pengertian yang baru, yang terkandung dalam Al-
Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, baik yang
menghubungkan antar kalimat di dalam Al-Qur’an, ataupun yang
menghubungkan antara surat di dalam Al-Qur’an.

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa tadabbur itu adalah berfikir dengan menggunakan
kemampuan akal dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang logis untuk bisa
mencapai pengertian yang baru, baik yang terkandung dalam al-qur’an maupun ‘alam
ini.

Tadabbur ialah, memahami makna, dan memikirkan apa yang mau dipahami,
dan apa yang terkandung di dalamnya, serta apa yang menjadikan makna-makna itu
menjadi sempurna, dari segala isyarat-isyarat, gejala-gejala dibalik peristiwa itu, 
serta pengambilan manfaat dari pemahamannya.

Alam ialah, segala yang ada di Langit dan di Bumi dan diantara keduanya,
seperti Bumi, Bintang, Bulan dan lainnya di angkasa langit; Alam sekeliling yaitu apa
yang ada di lingkungan kehidupan.

2. Tadabbur Lingkungan
Memandang dan memperhatikan Alam Semesta dan Alam Sekitarnya
adalah bagian dari pada Ma’rifatullāh seorang Muslim kepada Tuhan Yang
Maha Pencipta, bernilai ibadah. Ma’rifatullāh berasal dari kata Ma’rifat dan
Allāh, Ma’rifat artinya mengetahui atau mengenal, jadi Ma’rifatullāh berarti
juga mengenal Allah subhana wa ta’ala, dalam hal ini lewat Alam ciptaan-
Nya. Dimana Allah, Khalik, Maha Pecipta menggambarkannya Sendiri lewat
firman-Nya sebagai berikut:

16
‫ضرً̃ا نُ ْخ ِر ُج ِم ْنهُ َحبًّا‬ ِ َ‫َوه َُو الَّ ِذي أَ ْنزَ َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َرجْ نَا بِ ِه نَبَاتَ ُكلِّ َش ْي ٍء فَأ َ ْخ َرجْ نَ̃ا ِم ْنهُ خ‬
‫ب َوال َّز ْيتُونَ َوالرُّ َّمانَ ُم ْشتَبِهًا َو َغي َْر‬ ٍ ‫ت ِم ْن أَ ْعنَا‬ ٍ ‫ان دَانِيَةٌ َو َجنَّا‬ ٌ ‫ُمتَ َرا ِكبً̃ا َو ِمنَ النَّ ْخ ِل ِم ْن طَ ْل ِعهَا قِ ْن َو‬
‫ون‬ ٍ ‫ُمتَ َشابِ ٍه ۗ ا ْنظُرُوا إِلَ ٰى ثَ َم ِر ِه إِ َذا أَ ْث َم َر َويَ ْن ِع ِه ۚ إِ َّن فِي ٰ َذلِ ُك ْم آَل يَا‬
˜َ ُ‫ت لِقَوْ ٍم ي ُْؤ ِمن‬
“Artinya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan
dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman.”( Surat Al-An’am Ayat 99) .

Keterangan-keterangan-Nya terdapat dalam firman-Nya terbaca dari yang


tertulis di Kitab Suci Al-Qur’an, seperti tersebut diatas dan dibawah ini:
“(Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia
menciptakan manusia, mengajarkannya pandai bicara. Matahari dan bulan beredar
menurut perhitungan, dan tetumbuhan (biota, alam biologi lainnya) dan pepohonan,
keduanya tunduk (kepada-Nya).” [QS Ar-Rahmān 55:1 s/d 6]
Dari kesemua paparan ayat-ayat dari Kitab Suci Al-Qur’an yang merupakan
firman Allah subhana wa ta’ala mengingatkan yang artinya: 
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? [QS Ar-Rahmān
55:13].
Si Penikmat Alam bertanya dalam hatinya: Siapa Pencipta alam ini, gunanya
alam, bekerjanya alam, dan apa manfaatnya bagi manusia? Telah terjawab kini. Dan,
maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu mau dustakan? Subhanallāh,
Walhamdulillāh, Wa lā ilāha illallāhu, Wallāhu Akbar.

17
3. Manfaat Tadabur alam antara lain
a. Dengan tadabur alam akan semakin meningkatkan rasa syukur kita atas
nikmat dan anugrah Allah melalui keindahan alam.

b. Jika kita berada ditengah-tengah alam yang maha luas maka akan
semakin merasa kecil diri ini, sehingga sedikit akan mengurangi
kesombongan kita.
c. Tadabur alam akan membersihkan diri dan jiwa kita dari energi-energi
negatif yang mungkin telah bersemayam di hati kita.
d. Tadabur alam mudah, murah dan mengasyikkan.

Hidup manusia tidak akan terlepas dari alam dan lingkungan yang
mempengaruhi setiap gerak-gerik kehidupannya. Tanpa-nya manusia tidak akan
mampu untuk hidup dan bersosialisasi. Kesinambungan antara keduanya mempunyai
ruang gerak dan tujuan. Tujuan dalam kehidupan beragama adalah bagaimana cara
manusia untuk mendekatkan diri pada sang maha Pencipta yaitu Allah sebagai
langkah ibadah diciptakannya manusia. Maka ruang geraknya adalah bagaimana
manusia secara garis vertikal melangsungkan kehidupannya sebagai khalifah di muka
bumi ini.
Namun pada faktanya, di zaman sekarang ini manusia sebagian besar lupa dan
tidak menyadari hakikat dirinya yaitu dengan melupakan dan tidak mensyukuri
terhadap alam lingkungan. Manusia melakukan kerusakan dan membuat ketidak
seimbangan kehidupan yang menjadikan pola lingkungan hidup tidak beraturan.
Penyebab ini karena keegoisan manusia.
Maka dipandang perlu manusia memupuk kembali rasa tasyakur kepada Allah
terhadap alam lingkungan sebagai tanggung jawab diciptakannya manusia sebagai
hamba Allah dan Khalifah dimuka bumi ini.

18
F. Mengelola Alam Dengan Bijak

1. Alam sebagai rahmat dan karunia Allah SWT


Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan
oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki
ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk
menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan
secara wajar dan baik. Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6) : 38
ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti
manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di
dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."
Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan
kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan
juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak
boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang
terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran
Islam. Istilah itu muncul dari pandangan mitos Yunani. Yang menundukkan
alam menurut Al-Quran adalah Allah. Manusia tidak sedikit pun mempunyai
kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan
kepadanya.
Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami,
sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-
Zukhruf [43]: 13). Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi
keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka
harus dapat bersahabat.
Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad saw
yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk

19
menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad saw bahkan memberi nama semua
yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa.
"Nama" memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu
mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama. Nabi
Muhammad saw telah mengajarkan : "Bertakwalah kepada Allah dalam
perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik."
Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang ada di langit dan di
bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13). Ini
berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia
dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama,
manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang
telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak
boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk
selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang
diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah
kebenaran dan keadilan. Akhirnya kita dapat mengakhiri uraian ini dengan
menyatakan bahwa keberagamaan seseorang diukur dari akhlaknya. Nabi
bersabda : "Agama adalah hubungan interaksi yang baik."Beliau juga
bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal)
seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur. (Diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi).

2. Pengertian kebersihan lingkungan


Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higienes yang baik.
Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar
sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan
kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan
meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci
tangan, dan memakai pakaian yang bersih, Mencuci adalah salah satu cara

20
menjaga kebersihan dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen.
Mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan produk kebersihan
tangan merupakan cara terbaik dalam mencegah penularan influenza dan
batuk-pilek.
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat
bekerja, dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan
dengan cara melap jendela dan perabot rumah tangga, menyapu dan
mengepel lantai, mencuci peralatan masak dan peralatan makan (misalnya
dengan abu gosok), membersihkan kamar mandi dan jamban, serta
membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga
kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan rumah
dari sampah.
Tingkat kebersihan berbeda-beda menurut tempat dan kegiatan yang
dilakukan manusia. Kebersihan di rumah berbeda dengan kebersihan
kamar bedah di rumah sakit, sedangkan kebersihan di pabrik makanan
berbeda dengan kebersihan di pabrik semikonduktor yang bebas debu.
Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk
di dalamnya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan
lingkungan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang berkembang.
Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan lingkungan setiap
tahunnya terus meningkat.
Problem tentang kebersihan lingkungan yang tidak kondusif
dikarenakan masyarakat selalu tidak sadar akah hal kebersihan
lingkungan. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat
dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus,
penyakit pernafasan dan penyakit lain yang disebabkan air dan udara
sering menyerang golongan keluarga ekonomi lemah. Berbagai upaya
pengembangan kesehatan anak secara umum pun menjadi terhambat.
a. Cara memelihara kebersihan lingkungan:

21
Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada
masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan, Selalu Libatkan
tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan
kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,
Sertakan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan,
Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda, Pekerjakan petugas
kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai setiap
bulannya, Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah
sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organic, Pelajari
teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat
dimanfaatkan kembali untuk pupuk, Kreatif, Dengan membuat souvenir
atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah, Atur jadwal untuk
kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.
b. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi
kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan adalah tempat dimana
pribadi itu tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila
sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat.
Kesehatan lingkungnan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat
yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan
lingkungan dalam keseimbangan ekologis. Jadi kesehatan lingkungan
merupakan bagian dari ilmu kesehatan mayarakat.
c. Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat
 Keadaan Air
Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan
dapat dilihat kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya
dimasak dengan suhu 1000C, sehingga bakteri yang di dalam air
tersebut mati.

22
 Keadaan Udara
Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat yang
diperlukan, contohnya oksigen dan di dalamnya tidka tercear oleh zat-
zat yang merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat carbondioksida).
 Keadaan tanah
Tanah yang sehat adalah tamah yamh baik untuk penanaman suatu
tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
d. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
 Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
 Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
 Mengolah tanah sebagaimana mestinya
 Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong
e. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
 Mengurangi Pemanasan Global.Dengan menanam tumbuhan
sebanyak-banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga ikut serta
mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2 (okseigen) yang
dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan zat tidak langsung zat CO2
(carbon) yang menyebabkan atmosfer bumi berlubang ini terhisap
oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan
tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.
 Menjaga Kebersihan Lingkungan. Dengan lingkungan yang sehat
maka kita harus menjaga kebersihannya, karena lingkungan yang
sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan
sampah.Sampah adalah musuh kebersihan yang paling utama.
Sampah dapat dibersihkan dengan cara-cara sebagai berikut ;

23
Membersihkan Sampah Organik Sampah organik adalah sampah yang
dapat dimakan oleh zat-zat organik di dalam tanah, maka sampah organik
dapat dibersihkan dengan mengubur dalam-dalam sampah organik
tersebut, contoh sampah organik :Daun-daun tumbuhan, Ranting-ranting
tumbuhan, Akar-akar tumbuhan.
Membersihkan Sampah Non Organik Sampah non organik adalah sampah
yang tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik) dengan sendirinya,
maka sampah non organik dapat dibersihkan dengan membakar sampah
tersebut dan lalu menguburnya.

Manusia sebagai khalifah fil ardh telah diperintakan Allah Swt.untuk


memelihara, melestarikan dan mempergunakan lingkungan hidup untuk kepentingan
manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Swt.dalam al Qur’an : 

ِ ْ‫هُ َو أَ ْن َشأ َ ُك ْم ِم َن اأْل َر‬


‫ض َوا ْستَ ْع َم َر ُك ْم فِيهَا‬
”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu untuk
memakmurkannya” (Q.S.11: 61).
Az Zuhaily (1998) menafsirkan ayat tersebut, bahwa alam ini diciptakan
untuk kita dan kita diperintakan untuk melestarikan, memakmurkan dan
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan diri kita sendiri. Namun
harus diingat, bahwa kita harus menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup.
Janganlah kita membuat kerusakan di muka bumi ini, tidak boleh mengeksploitasi
alam hanya untuk kepentingan nafsu serakah. Misalnya menebang pohon seenak
udelnya tanpa menanam kembali pohon sebagai pengantinya. Karena itu akan
mengakibatkan bencana bagi manusia itu sendiri.

24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang ada di langit dan di bumi
semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13). Ini berarti
bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
2. Cara memelihara kebersihan lingkungan:
Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat
bagaimana menjaga kebersihan lingkungan, Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang
berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan, Sertakan para pemuda untuk ikut aktif menjaga
kebersihan lingkungan, Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda,
Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai
setiap bulannya, Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah
rumah tangga menjadi sampah organik dan non organic
3. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
a. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
b. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
c. Mengolah tanah sebagaimana mestinya
d. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong
e. Pengeksploitasian terhadap sumber daya alam harus dilakukan secara
proporsional, tidak boleh berlebihan. Jika mengeksploitasi sumber daya alam
secara berlebihan maka ekosistem lingkungan bisa rusak sehingga masyarakat
setempat dan juga industri tersebut akan mendapatkan dampak buruknya.

25
f. Cara menyikapi bencana : iman dan ridho terhadap ketentuan Allah SWT,
sabar dalam menghadapi musibah, ada hikmah dibalik musibah, tetap
berikhtiar, bertobat, memperbanyak do’a dan dzikir, tetap istiqomah.

B. SARAN
Marilah dengan bijak kita menyikapi musibah yang diberikan oleh Allah SWT
dan tetap berharap mudah-mudahan kita dijauhkan dari musibah dan bencana, dengan
cara dalam memanfaatkan SDA harus tetap memperhatikan kebersihan dan
kesehatan lingkungan agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan dan
walaupun sekarang banyak dari saudara-saudara kita yang tengah berjuang
mengatasinya, Ini adalah ladang pahala dan kesempatan buat kita untuk membantu
meringankan beban mereka sambil berdoa semoga saudara-saudara kita kuat dan
mampu menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah SWT.

26

Anda mungkin juga menyukai