Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Allah telah memberikan kenikmatan pada manusia dengan panca indra,


dan masing-masing memiliki manfaat dan kepentingan khusus dalam kehidupan
manusia, dan perlu disebutkan bahwa indera penglihatan adalah salah satu indra
yang paling penting, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an, bahwa Allah Ta'ala
berfirman:

(36 :‫ِإَّن الَّس ْمَع َو اْلَبَص َر َو اْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُأولِئَك َك اَن َعْنُه َمْس ُئوًال )اإلسراء‬

Berawal dari mata sebagai jendela hati, ia adalah pintu gerbang segala
sesuatu yang baik dan buruk, karena itulah Rasulullah mewanti wanti umatnya
agar benar-benar menjaga mata dari hal yang diharamkan, karena kelak kita akan
dimintai pertanggung jawaban.1

Mata merupakan salah satu nikmat yang Allah ciptakan untuk


dipergunakan manusia bagi kepentingannya. Yakni, untuk memandang apa yang
diperbolehkan Allah, dan untuk mengambil pelajaran dari apa yang kita lihat,
Allah juga melarang kita untuk menggunakannya dalam sesuatu yang dilarang-
Nya dan ketika itu Dia memerintahkan kita untuk menahan pandangan (ghad al-
basar). Salah satu puncak penangkal berbagai bahaya dan penyakit jiwa yaitu
dengan cara menahan pandangan, sebab hal tersebut merupakan yang di ridhoi
oleh Allah.

BAB II

1
Abdul Aziz Al-Ghazali, Menundukkan Pandangan Menjaga Hati, Cet.I (Jakarta: Gema Insani
Press, 2003), hal 6

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Menjaga Pandangan

Menjaga pandangan atau Gad al-Basar. Gad al-Basar terdiri dari dua kata,
yaitu kata gadda dan basara. Gadda berarti menundukkan, merendahkan,
memejamkan, dan tidak mengindahkan. Sedangkan basara menunjukkan makna
pengetahuan terhadap sesuatu. Dari kata ini pula terbentuk al-basirah
(pengetahuan).2

Di pembahasan ini, penulis akan mengurai pendapat tentang maksud dari


menjaga pandangan.

Menahan pandangan adalah menahan pandangan mata dari hal-hal yang


haram dilihat. Perintah menahan pandangan ini ditujukan kepada orang yang
beriman, baik laki-laki maupun perempuan.

Sedangkan maksud menahan pandangan menurut Quraish Shihab adalah


mengalihkan arah pandangan, serta tidak memantapkan pandangan dalam waktu
yang lama kepada sesuatu yang terlarang atau tidak baik. 3 Karena penglihatan
adalah pintu terbesar menuju hati dan merupakan indra tercepat untuk sampai
kesana. Oleh karena itu banyak terjadi kesalahan akibat penglihatan. Selain itu,
penglihatan harus diwaspadai, dan menahannya dari hal-hal yang diharamkan dan
dikhawatirkan dan menimbulkan fitnah adalah perkara yang diwajibkan.4

B. Penafsiran Ayat tentang Perintah Menjaga Pandangan menurut


beberapa Mufassir

Diantara ayat yang menjelaskan tentang hikmah menjaga pandangan


adalah:

2
Adib Bisri, Kamus Al-Bisri Indonesia- Arab Arab-Indonesia (Cet. 1: Surabaya: Pustaka
Progresif, 1999), hal. 543
3
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 324
4
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, terj. Ahmad Khotib, jil. 12 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hal
563

2
‫ْۗم ِا ّٰل‬ ‫ْۗم ِل‬ ‫ِه‬ ‫ِم‬ ‫ِمِن‬
‫ُق ْل ِّلْلُم ْؤ َنْي َيُغُّض ْو ا ْن َاْبَص اِر ْم َو ْحَيَف ُظ ْو ا ُفُر ْو َجُه ٰذ َك َاْز ٰك ى ُهَل َّن ال َه‬

‫) َو ُقْل ِّلْلُم ْؤ ِم ٰن ِت َيْغُضْض َن ِم ْن َاْبَص اِر ِه َّن َو ْحَيَف ْظَن ُفُر ْو َجُه َّن َو اَل‬30( ‫َخ ِبْيٌۢر َمِبا َيْص َنُعْو َن‬

‫ُيْب ِدْيَن ِز ْيَنَتُه َّن ِااَّل َم ا َظَه ِم ْنَه ا َو ْلَيْض ِر ْبَن ُخِبُم ِر ِه َّن َعٰل ى ُج ُيْو ِهِبَّۖن َو اَل ُيْب ِدْيَن ِز ْيَنَتُه َّن ِااَّل‬
‫َر‬
‫ِلُبُع ْو َلِتِه َّن َاْو ٰاَب ۤإِى ِه َّن َاْو ٰاَب ۤاِء ُبُع ْو َلِتِه َّن َاْو َاْبَن ۤإِى ِه َّن َاْو َاْبَن ۤاِء ُبُع ْو َلِتِه َّن َاْو ِاْخ َو اِهِنَّن َاْو َبِن‬
‫ّٰتِبِع ِرْي ىِل ِاْل ِة ِم‬ ‫ِهِت ِن ِه‬ ‫ِا ِهِن‬
‫ْخ َو ا َّن َاْو َبِن َاَخ ٰو َّن َاْو َس ۤإِى َّن َاْو َم ا َم َلَك ْت َاَمْياُنُه َّن َاِو ال َنْي َغ ُاو ا ْر َب َن‬
‫الِّر َج اِل َاِو الِّطْف ِل اَّل ِذْيَن ْمَل َيْظَه ُر ْو ا َعٰل ى َع ْو ٰر ِت الِّنَس ۤاِء ۖ َو اَل َيْض ِر ْبَن ِب َاْر ُج ِلِه َّن ِلُيْع َلَم َم ا‬

‫ورة‬-- ‫) (س‬31( ‫ْخُيِف َنْي ِم ْن ِز ْيَنِتِه َّۗن َو ُتْو ُبْٓو ا ِاىَل الّٰل ِه ِمَج ْيًع ا َاُّي َه اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َلَعَّلُك ْم ُتْف ِلُح ْو َن‬

)31-30 :‫النور‬

Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka


menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kerudung ke dadanya (Surah An-Nur: 30-31)5

Menurut penafsiran Ibnu Katsir, di dalam Al-Qur’an, sangat banyak


mempergunakan kata Ghad al-Basar walaupun secara harfiah untuk menjelaskan
maksud menahan pandangan tersebut. Pandangan adalah asal muasal seluruh
musibah yang menimpa manusia. Sebab, pandangan itu akan melahirkan lintasan
dalam benak, kemudian lintasan itu akan melahirkan pikiran, dan pikiran itulah
yang melahirkan syahwat, dan dari syahwat itulah akan timbul keinginan,
kemudian keinginan itu menjadi kuat, dan berubah menjadi niat yang bulat.

5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal 353

3
Akhirnya apa yang tadinya melintas dalam pikiran menjadi kenyataan, dan itu
pasti akan terjadi selama tidak ada yang menghalanginya.6

Surah An-Nur ayat 30-31 merupakan perintah Allah kepada hambanya,


orang laki-laki mukmin menahan pandangannya kepada apa yang diharamkan
Allah untuk dipandang. Jika terjadi tanpa disengaja pandangan jatuh pada apa
yang diharamkan dipandang, hendaklah segera memalingkan pandangan itu dari
padanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Buraidah bahwa
Rasulullah saw. Bersabda kepada Ali bin Abi Thalib R.A:

‫ِد‬ ‫ِد‬ ‫ِد ِلِك‬


‫َح َّد َثَنا َأَمْحُد اْبُن َعْب اَمل َح َّد َثَنا َش ِر ْيٌك َعْن َأيِب ِإْس َح اَق َو َأيِب َر ِبْيَع َة اِإل َيا ِّي َعْن َعْب‬
‫اِهلل اْبِن ُبَر ْي َد َة َعْن َأِبْي ِه َأّن َرُس ْو َل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل ِلَعِلِّي َي ا َعِلُّي اَل ُتْتِب ِع‬

‫الَنْظَر َة الَنْظَر َة َفِإَمَّنا َلَك اُألْو ىَل َو َلْيَس ْت َلَك اآلِخ َر ُة‬
7

Artinya: Wahai Ali, janganlah engkau susuli pandangan (pertama) dengan


pandangan (kedua). Pandangan pertama adalah untukmu dan pandangan yang
kedua bukanlah untukmu. (yakni pandangan pertama tidak sengaja, sedang yang
kedua tidak boleh karena disengaja).

Menurut Ahmad al-Maraghi, memandang aurat laki-laki dan aurat wanita


yang mereka tidak dihalalkan memandangnya (antara pusar dan lutut) demikian
mereka memandang selain itu dengan dorongan syahwat, maka hukumnya haram,
tetapi jika tanpa dorongan syahwat, maka tidak haram. Namun demikian menahan
pandangan terhadap laki-laki asing adalah lebih baik bagi wanita muslimah. Pada
ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
memerintahkan kepada orang-orang yang beriman, yaitu mencegah pandangan
dari melihat apa yang diharamkan oleh Allah dan jangan melihat atau memandang
sesuatu yang diharamkan melihatnya kecuali yang telah Ia perbolehkan

6
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir terjemahan Bahrun Abu Bakar, juz 18 (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2004), hal 264
7
Muhammad Abd al-Salam al-Syafi’i, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, hal 495

4
melihatnya. Dan apabila secara tidak sengaja melihat perkara yang diharamkan
melihatnya, maka palingkanlah pandangan itu dengan segera.
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mencegah pandangan
dari melihat apa yang diharamkan oleh Allah, dan jangan melihat atau
memandang sesuatu yang diharamkan melihatnya kecuali yang telah Ia
perbolehkan melihatnya. Dan apabila secara tidak sengaja melihat perkara yang
diharamkan melihatnya, maka palingkanlah pandangan itu dengan segera, dengan
istilah yang sering kita pergunakan, yaitu Ghad al-Basar. Yang artinya
menundukan pandangan, yang dimaksud adalah mengalihkan arah pandangan,
serta tidak memantapkan pandangan dalam waktu yang lama kepada sesuatu yang
terlarang atau tidak baik.8
C. Pembahasan Terminologi Ayat tentang Menjaga Pandangan
Pada Surah An-Nur ayat 30 menjelaskan tentang perintah Allah kepada
mu’minin untuk menjaga pandangan dan memelihara kemaluannya, akan tetapi
pada Surah An-Nur ayat 31, menjelaskan tentang perintah Allah kepada
mu’minaat dengan perintah yang banyak. Terbukti dengan ayat tentang
mu’minaat yang lebih panjang daripada ayat perintah kepada mu’min. Mengapa
peringatan Allah tentang pandangan untuk laki-laki lebih sedikit daripada
perempuan?
Karena dasar dalam perintah ini adalah untuk menjaga wanita. Allah
memberikan isyarat dan poin yang banyak, karena sebab pandangan laki-laki yang
berlebihan adalah wanita.

Dalam ayat ini, Allah membandingkan “perintah menjaga pandangan”


dengan “perintah menjaga kemaluan” untuk menjelaskan bahwa dosa pandangan
sama besarnya dengan dosa akibat tidak menjaga kemaluan atau berzina.

Dan ditemukan bahaya akibat tidak menjaga pandangan dalam segi


kesehatan, dijelaskan bahwa pada bagian atas kepala terdapat suatu tulang yang
bernama tulang ubun-ubun yang menjadi pusat suatu pemikiran yang buruk,

8
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Vol 18 (Semarang: Tohaputra, 1989), hal 170

5
seperti kebohongan, dan perbuatan buruk lainnya. Darimanakah semua itu
berasal? Semua itu berasal dari pandangan mata.

Dan dari tulang ubun-ubun tersebut, kita harus menjaganya dari perbuatan
buruk, dengan beristighfar, dan bersujud, karena sujud adalah waktu yang tepat
untuk menghilangkan pikiran buruk yang terdapat di tulang ubun-ubun kita.
Dalam sujud, kepala kita menyentuh tanah, dan inilah waktu yang paling mahal
untuk menghilangkan perbuatan buruk yang berasal dari tulang ubun-ubun kita.

Menurut Syauqi Biki, ada 6 pintu permulaan perbuatan maksiat:

1. Pandangan
2. Senyuman
3. Salam
4. Perkataan
5. Janji
6. Pertemuan

Para ulama tafsir menyebutkan bahwa kata min dalam min absharihim
maknanya adalah sebagian, untuk menegaskan bahwa yang diharamkan oleh
Allah swt hanyalah pandangan yang dapat dikontrol atau disengaja, sedangkan
pandangan tiba-tiba tanpa sengaja dimaafkan. Atau untuk menegaskan bahwa
kebanyakan pandangan itu halal, yang diharamkan hanya sedikit saja. Berbeda
dengan perintah memelihara kemaluan yang tidak menggunakan kata min karena
semua pintu pemuasan seksual dengan kemaluan adalah haram kecuali yang
diizinkan oleh syariat (nikah).9

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW supaya menyuruh


kepada orang-orang yang beriman, yaitu mencegah pandangan dari melihat apa
yang diharamkan oleh Allah dan jangan melihat atau memandang sesuatu yang
diharamkan melihatnya kecuali yang telah Ia perbolehkan melihatnya. Dan
apabila secara tidak sengaja melihat perkara yang diharamkan melihatnya, maka
palingkanlah pandangan itu dengan segera.

D. Mekanisme Proses Penglihatan Manusia


9
Al-Qurthubi , Al-Jami’ Li Ahkamil Quran, Jilid I: 3918. hal 867

6
Allah dan Rasul memerintahkan kepada umat Islam untuk menjaga
pandangan, karena panca indra memainkan peranan penting dalam menentukan
perilaku seksual. Indra penglihatan merupakan indra yang paling cepat dan kuat
menerima rangsangan. Menurut penelitian, hanya butuh waktu 0,3 detik mata
mampu mengolah suatu rangsangan menjadi rangsangan seksual. Dalam waktu
yang singkat, gambar yang terlihat mata sudah dikirimkan pada otak sehingga
terjadilah perubahan-perubahan fungsi otak, termasuk perubahan fungsi perilaku
seksual.10

Sejumlah penelitian lain menyebutkan bahwa faktor eksternal yang


menentukan timbulnya rangsangan seksual adalah panca indra, terutama indra
penglihatan, penciuman, dan pendengaran. Penelitian juga membuktikan bahwa
tingkat rangsangan seksual pada pria lebih tinggi daripada rangsangan seksual
pada perempuan. Demikian pula dalam aktivitas jaringan otak yang berhubungan
rangsangan seksual. Selain itu, aliran darah pada pria juga lebih cepat mencapai
otak ketimbang perempuan. Karenanya, di samping organ tubuh lain, otak
menjadi organ tubuh yang paling penting bagi laki-laki.

Sebuah studi pernah mengaji tahapan-tahapan jalannya rangsangan seksual


yang terjadi pada lima bagian otak. Kajian tersebut dilakukan setelah pemberian
rangsangan terhadap penerima rangsangan (reseptor), yaitu panca indra
khusususnya indra penglihatan. Hasilnya adalah sebagai berikut: Otak
belakang/otak kecil (cerebellum). Bagian ini berfungsi menerjemahkan gambar
atau informasi yang diteruskan ke otak. Fungsinya sebagai pengatur rangsangan
seksual tingkat pertama, yaitu menerima dan mengidentifikasi rangsangan.11

Bagian otak alis kanan atas adalah bagian yang berfungsi untuk mengatur
dan mengendalikan proses kimiawi terhadap rangsangan seksual. Korteks
prefrontal kiri adalah bagian yang mengendalikan respon fisiologis pertama bagi
sistem saraf tak sadar kelenjar endokrin. Demikian pula terhadap respon perasaan
terhadap rangsangan.

10
Muhammad Nu ‘aim Yasin, Fikih Kedokteran,(cet. I: Jakarta Timur; Pustaka al-Kautsar, 2001),
hal 34
11
Al-Ghazali, Abdul Aziz, Menundukkan pandangan menjaga hati. Jakarta: Gema Insani Press,
2003, hal 458

7
Bagian otak kanan, yakni bagian otak yang berhubungan dengan
kedewasaan seseorang terhadap perubahan-perubahan fisiologis akibat
rangsangan seksual, seperti perubahan detak jantung. Bagian otak tengah (corpus
callosum).

Karena itu, perjalanan rangsangan seksual melalui empat tahapan, yaitu:

1. Identifikasi rangsangan

2. Sekresi kelenjar

3. Respon tubuh

4. Reaksi tubuh.

Jika keempat tahapan itu sudah terpenuhi maka terjadilah tindakan. Setiap
tahapan memiliki wilayah masing-masing dalam otak yang bekerja saat
rangsangan itu datang. Dari otak belakang inilah muncul informasi-informasi
isyarat untuk diteruskan ke bagian jaringan otak lainnya, termasuk ke bagian otak
yang berfungsi mengatur rangsangan seksual. Ini artinya, menghentikan sebuah
rangsangan seksual yang masuk dapat menghentikan perjalanan rangsangan
tersebut ke bagian otak yang lain atau tahapan berikutnya, sehingga aktivitas atau
perilaku seksual dapat dihentikan.

Perasaan inilah yang dapat memperkuat benteng, kesucian, dan


kehormatan diri. Merasa bahwa diri sudah melakukan apa yang di ridhoi Allah.
Dari situ akan lahir perasaan tenang dan rela terhadap segala ketentuan Allah.
Terbebas dari perasaan dosa dan penyesalan hati di kemudian hari. Merasa
memiliki kepribadian yang kuat, merasa memiliki kemampuan untuk
mengendalikan nafsu dan keinginan, serta merasa diri lebih tinggi karena mampu
menguasai naluri.12

E. Hikmah Menjaga Pandangan dari Segi Kesehatan

Tidak diragukan lagi bahwa menundukkan pandangan memiliki banyak


manfaat, di antaranya adalah:

12
Al-Mahalli, Abu Iqbal, Muslimah Modern. Yogyakarta: LeKPIM Mitra Pustaka, 2000. hal 830

8
1. Berkurangnya kinerja ingatan, karena ubun-ubun berisi sesuatu yang
buruk.
2. Pandangan yang buruk akan berpengaruh pada kualitas pemikiran pada
ubun-ubun, karena ubun-ubun adalah pada segala sesuatu.13

Menahan pandangan dan memelihara kehormatan itu adalah lebih suci dan
terhormat, karena dengan demikian, mereka telah menutup rapat- rapat salah satu
pintu kedurhakaan yang besar, yakni perzinahan. 14 Sedangkan menahan
pandangan dan memelihara kehormatan itu lebih suci bagi hati mereka dan lebih
bersih bagi agama. Seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama “Barang siapa
yang memelihara pandangan matanya, Allah akan menganugerahkan cahaya pada
hatinya.15

BAB III

KESIMPULAN

13
Al-Ghazali, Etika Kehidupan, Yogyakarta:BPFE, 1984. hal 69
14
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, hal 324
15
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, hal 268

9
Surah An-Nur ayat 30-31 menjelaskan tentang menjaga pandangan dari
laki-laki lain yang bukan mahramnya ataupun perempuan lain yang bukan
mahramnya.Yang mana makna ghad al-basar yaitu menahan pandangan dan ayat
ini melarang kita melihat bagian tubuh perempuan yang merupakan auratnya,
sebagaimana kita mengharamkan memandang bagian badan lelaki yang menjadi
auratnya.

Perbedaanya serta implementasi dari penafsiran Ibnu Katsir dan Ahmad


Mustafa Al-Maraghi pada surah An-Nur ayat 30-31 yaitu: Dalam pandangan Ibnu
Katsir menjadikan sebagai dalil tentang haramnya wanita memandang laki-laki
selain mahramnya baik dengan syahwat atau tanpa syahwat, sementara Ahmad
Mustafa al-Maraghi memandang aurat laki-laki dan aurat wanita yang mereka
tidak dihalalkan memandangnya (antara pusar dan lutut) demikian mereka
memandang selain itu dengan dorongan syahwat, maka hukumnya haram, tetapi
jika tanpa dorongan syahwat, maka tidak haram.

Indra penglihatan merupakan indra yang paling cepat dan kuat menerima
rangsangan. Menurut penelitian, hanya butuh waktu 0,3 detik mata mampu
mengolah suatu rangsangan menjadi rangsangan seksual. Dalam waktu yang
singkat, gambar yang terlihat mata sudah dikirimkan pada otak sehingga terjadilah
perubahan-perubahan fungsi otak, termasuk perubahan fungsi perilaku seksual

Pada Surah An-Nur ayat 30 menjelaskan tentang perintah Allah kepada


mu’minin untuk menjaga pandangan dan memelihara kemaluannya, akan tetapi
pada Surah An-Nur ayat 31, menjelaskan tentang perintah Allah kepada
mu’minaat dengan perintah yang banyak. Karena dasar dalam perintah ini adalah
untuk menjaga wanita. Allah memberikan isyarat dan poin yang banyak, karena
sebab pandangan laki-laki yang berlebihan adalah wanita.

DAFTAR PUSTAKA

10
Abdul Aziz Al-Ghazali, Menundukkan Pandangan Menjaga Hati, Cet.I
(Jakarta: Gema Insani Press, 2003).

Adib Bisri, Kamus Al-Bisri Indonesia-Arab Arab-Indonesia (Cet. 1:


Surabaya: Pustaka Progresif, 1999).

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2002).

Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, terj. Ahmad Khotib, jil. 12 (Jakarta:


Pustaka Azzam, 2009).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bumi


Aksara, 2009).

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir terjemahan Bahrun Abu Bakar, juz 18,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004)

Muhammad Abd al-Salam al-Syafi’i, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal.

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Vol 18 (Semarang:


Tohaputra, 1989).

Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkamil Quran, Jilid I: 3918.

Muhammad Nu ‘aim Yasin, Fikih Kedokteran, (cet. I: Jakarta Timur;


Pustaka al-Kautsar, 2001).

Al-Ghazali, Abdul Aziz, Menundukkan pandangan menjaga hati. Jakarta:


gema Insani Press, 2003).

Al-Mahalli, Abu Iqbal, Muslimah Modern. Yogyakarta: LeKPIM Mitra


Pustaka, 2000.
Al-Ghazali, Etika Kehidupan, Yogyakarta:BPFE, 1984

11

Anda mungkin juga menyukai