Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN.
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, indentifikasi, kombinasi, analisis dan
standardisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termaksud pula sifat-sifat
obat dan distribusinya serta penggunanya yang aman. Farmasi dalam
bahasa Yunani disebut Farmakon yaitu medika atau obat (Syamsuni,
2006).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu farmasi pun
mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi yang lebih khusus
tetapi saling berkaitan, antara farmakologi, farmakognosi, galenika dan
kimia farmasi. Kimia farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang kimia
obat yang berhubungan dengan zat anorganik maupun organik, baik untuk
tujuan pengobatan analisis,atau pemeriksaan dan pembakuan (Syamsuni,
2006).
Kimia Farmasi sendiri merupakan penggunaan sejumlah tehnik dan
metode untuk mengidentifikasi bahan kimia. Bahan kimia merupakan
suatu zat atau senyawa dapat berwujud padat, cair atau gas dan
berdasarkan komponen penyusunya berbentuk tunggal atau campuran
yang berasal dari alam maupun hasil proses produksi. Bahan kimia
memiliki banyak manfaat dalam berbagai penelitian dan sebagai bahan
tambahan pangan.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 (1996 ), bahan tambahan
pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Akibat
kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia, maka semakin banyak jenis
bahan makanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk
yang lebih awet dan lebih praktis dibandingkan dengan bentuk segarnya.
Saat ini, bahan tambahan pangan sulit untuk dihindari karena kerap
terdapat dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi, khususnya
makanan olahan.
Salah satu bahan tambahan pangan yang sering disalah gunakan
tersebut adalah formalin. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan
baunya sangat menusuk. Didalam formalin terkandung sekitar 37%
formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan methanol hingga 15%
sebagai pengawet (Handayani, 2006).
Menurut Winarno dan Rahayu (1994), pemakaian formalin pada
makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala yang
biasa timbul antara lain sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-
muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan saraf, atau
gangguan peredaran darah dan kematian. Sehingga perlu dilakukan
beberapa uji formalin untuk menghindari bahan yamg ditimbulkan oleh
formalin.
Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika
mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa,
formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa
undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet
makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang
Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini
disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik
bagi tubuh manusia.
Formalin memiliki berbagai nama lain yang banyak tidak diketahui
oleh masyarakat sehingga mempersulit masyarakat untuk mengetahui
makanan tersebut mengandung formalin atau tidak. Oleh karena itu,
dilakukanlah uji identifikasi formalin pada makanan yang banyak beredar
disekitar kita dengan menggunakan metode fehling, asam sitrat dan
permanganat. Sehingga dapat mengetahui ada tidaknya formalin dalam
makanan tersebut serta mengetahui cirri-ciri berbagai makanan lain yang
mengandung formalin sehingga dapat mengurangi masalah yang ada
beserta dampak yang ditimbulkannya.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Adapun maksud dilakukannya praktikum ini, yakni :
1. Untuk membedakan makanan yang menggunakan formali dan
makanan yang tidak menggunakan formalin.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara identifikasi formalin yang
terkandung pada makanan.
I.2.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini untuk :
1. Mengetahui perbedaan makanan yang menggunakan formali dan
makanan yang tidak menggunakan formalin.
2. mengetahui bagaimana cara identifikasi formalin yang terkandung
pada makanan.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsipnya yaitu dengan menambahkan cairan formalin pada bahan
makanan yang diduga menggunakan bahan yang diselidiki. Unsur aldehid
bersifat mudah bereaksi dengan protein. Sehingga formalin akan mengikat
protein mulai dari bagian permukaan sampai bagian dalam dan
mematikannya sehingga akan memiliki tekstur yang kennyal.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Makanan yang mengandung formalin biasanya dapat dilihat dari
bentuknya yang kenyal dengan tekstur yang halus dan tidak mudah
hancur, baunya sedikit menyengat dan tidak mudah busuk dalam
beberapa hari. Sedangkan makanan yang tidak mengandung formalin
lebih mudah hancur, bau khas makanan dan cepat membusuk.
2. Cara untuk mengidentifikasi formalin dalam makanan yakni dengan
menggunakan beberapa metode seperti metode fehling, asam sitrat
dan. permanganat dengan memperhatikan setiap perubahan warna
yang terjadi
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada pihak jurusan agar memperhatikan keadaan
laboratorium dan melengkapi alat-alat yang masih kurang untuk
kepentingan bersama.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Agar lebih sabar dalam membimbing praktikan dan diharapkan
kepada asisten agar lebih mengawasi dan tegas kepada praktikan yang
mengganggu kenyamanan praktikan lainnya yang sedang memperhatikan.
V.2.3 Saran Untuk Praktikan
Agar lebih berhati-hati saat melakukan praktikum dan tetap
menjaga kebersihan laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai