Anda di halaman 1dari 3

BAB VI

PEMBAHASAN
VI.1 Pembahasan
Suppositoria adalah sediaan padat yang biasa digunakan melalui dubur,
umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh ada suhu tubuh
(Dirjen POM, 1995).
Pada praktikum solid kali ini dibuat sediaan suppositoria dengan bahan aktif
asam valproat dengan indikasi mengatasi gangguan epilepsi idiopatik. Asam valproat
dipilih karena memiliki aktivitas yang dapat mengatasi gangguan epilepsi idiopatik
dengan cara meningkatkan inaktivasi kanal Na+ sehingga menurunkan kemampuan
syaraf dalam menghantarkan muatan listrik (Bordie dan Dichter, 1996; Ikawati,
2011).
Adapun dalam tahapan pembuatannya digunakan beberapa bahan sebagai
eksipient seperti Polioxthylene stearat sebagai surfaktan dan kombinasi basis PEG
4000 dan 400. Penggunaan polyoxthylene stearat dimaksudkan untuk meningkatkan
kelarutan zat aktif yang sukar larut dalam air serta untuk meningkatkan kemampuan
masa melebur untuk menyebar dan cenderung untuk meningkatkan absorbsi.
Sedangkan penggunaan basis dimaksudkan untuk agar sediaan suppo tidal dapat
mudah melebur pada suhu tubuh tetapi secara perlahan-lahan melarut pada cairan
tubuh (Florence dan Attwood, 1988; Ansel, 1989).
Ditinjau dari kelarutannya, zat aktif sukar larut dalam air sementara efek
farmakologi dari zat aktif memungkinkan sediaan untuk diberikan secara sistemik.
Maka, harus digunakan eksipient dengan kelarutan yang mudah dalam air
sebagaimana dinyatakan suppositoria untuk tujuan sistemik apabila zat aktif sedikit
larut dalam air atau larut dalam minyak harus digunakan basis larut air dan
memerlukan penambahan surfaktan. Olehnya digunakan bahan surfaktan untuk
meningkatkan kelarutan zat aktif yang sukar larut dalam air tersebut. Selain itu,
polioxthyelene stearat dapat menyatukan minyak dan air agar terabsorbsi dengan baik
serta mempermudah proses pelelehan suppositoria (Bordie dan Dichter, 1996;
Ibrahim, dkk., 2005; Ikawati, 2011; Rowe, 2009).
Ditinjau dari farmakologi zat aktif, maka sediaan dibuat untuk tujuan
sistemik. Olehnya digunakan basis Polyethylene glycol (PEG) yang dikombinasikan.
PEG dipilih karena kelarutannya yang mudah larut dalam air. Selain itu, dengan
penambahan basis PEG maka sediaan suppositoria lebih tahan terhadap paparan
panas dan cahaya serta pelepasannya tidak tergantung pada titik leleh juga stabil pada
penyimpanan (Rowe, 2009).
Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah melakukan formulasi dan proses
produksi yakni evaluasi. Evaluasi sendiri merupakan kegiatan untuk menentukan atau
mengidentifikasi kualitas sediaan. Adapun evaluasi yang dilakukan pada sediaan
yang telah dibuat yakni meliputi uji keseragaman bobot, uji titik leleh dan uji
keseragaman bentuk. (Voight, 1994; Lachman, 2008).
Uji Keseragaman bobot merupakan uji yang dilakukan untuk menjamin
suppositoria mempunyai bobot yang seragam. Uji titik leleh merupakan uji yang
dilakukan untuk melihat ukuran waktu yang diperlukan untuk meleleh sempurna. Uji
waktu melebur untuk melihat waktu yang diperlukan oleh suppo dalam melebur tanpa
sisa. Terakhir, uji keseragaman bentuk merupakan uji yang dimaksudkan untuk
melihat apakah bentuk dari suppo sesuai atau berbentuk torpedo (Voight, 1994;
Lachman, 2008; Coben dan Lieberman, 1994; Voight 1971).
Pada uji keseragaman bobot, hasil yang didapat yakni bobot suppositoria 1,87
gram untuk 1 suppo. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan keterangan literatur
voight (1971) yang menyatakan bahwa bobot suppositoria untuk anak-anak yakni 2
gram.
Uji keseragaman bentuk, didapatkan bentuk suppositoria yang berbentuk
topedo. Hal ini sesuai dengan keterangan literatur Dirjen POM (1995), bahwa
suppositoria umumnya berbentuk torpedo.
Uji titik leleh, hasil yang didapatkan yakni 1,27 menit. Hasil yang didapatkan
sesuai karena digunakan basis kombinasi PEG yang memiliki keuntungan untuk
membuat suppositoria pelepasan obatnya atau waktu melebur tidak ditentukan oleh
titik leleh.

Anda mungkin juga menyukai