Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 pemeriksaan fisik
a. Uji Organoleptik
Parameter Spesifikasi Hasil
Pemerian Tidak berwarna, tidak berbau Memehuni
b. Uji Ph
Pemeriksaan pH obat jadi dilakukan dengan metode sebagai berikut:
Ukur pH dengan menggunakan Ph meter sesuai prosedur tetap
pengukuran pH meter.
Parameter Spesifikasi Hasil
Ph 7,4 7
c. Penentuan Viskositas
Prosedur : Penentuan sifat aliran dan viskositas dengan viscometer
Brookefield pada beberapa harga kecepatan geser dengan spindle
no.3. Hitung usaha pada setiap rotasi per menit (rpm). Usaha (F/A)=
Viskositas x 7,187 dyne /cm . kemudian dibuat kurva usaha terhadap
rotasi per menit untuk menentukan sifat alirannya .
Kecepatan geser Skala yang Faktor Viskositas = Usaha (F/A)
(rpm) terbaca pengali skala yang =Viskositas x
terbaca x 7,187
faktor (dyne/cm)
koreksi (cps)
1,5 27 4000 108.000 776.196
3 55 2000 110.000 790.570
6 82 1000 82.000 589.334
12 ≥100 500 ≥50.000 ≥359.350
30 ≥100 200 ≥20.000 ≥143.740
60 ≥100 100 ≥10.000 ≥71.870
Spindale 64

Parameter Spesifikasi Hasil


Sifat alir Tiksotropik -

d. Penetapan isi minimum


Prosedur : bersihkan bagian luar tube, dengan cara yang sesuai dam
timbang. Keluarkan isi secara kuantitatif. Lalu timbang tube kosong.
Parameter Spesifikasi Hasil
Isi minimum Bobot bersih rata-rata dari 10
wadah tidak kurang dari bobot 48 g (Memenuhi)
yang tertera pada etiket dan tidak
satu wadah pun yang bobot bersih
isinya kurang dari 90% dari bobot
yang tertera pada etiket untuk
bobot 60 g atau kurang

e. Penetapan daya lekat


Prosedur : Ada satu sisi kaca objek dengan sisi bawahnya telah
dipasangkan tali untuk mengikat beban, kemudian ditekan dengan
kaca objek lain lalu ditindih dengan beban 50 g, 100 g, 200 g, dan 250
g, selama 5 menit untuk masing-masing beban.
Parameter Spesifikasi Hasil
Daya lekat ≥ 7 detik 50 g = 46 detik
100 g = 55 detik
f. Penentuan daya sebar
Prosedur : pengujian ini dilakukan dengan menempatkan sejumlah 0,5
gram krim diantara dua lempeng kaca yang diletakkan diatas kertas
grafik. Kaca tersebut beban yang meningkat secara berturut-turut (50
g, 100 g, 150 g,200 g, dan 250 g) didiamkan selama 1 menit, dan
dicatat diameter daerah terbentuk.
Parameter Spesifikasi Hasil
Daya sebar 4-6,5 cm 4,36 cm

g. Penentuan tipe emulsi


Prosedur :
1) uji kelarutan zat warna (Martin, Farfis, Hal 1144-1145) sedikit zat
warna larut air, missal metilen blue brilian CFC diteteskan pada
permukaan emulsi. Jika zat warna terlarut dan berdifusi homogeny
pada fase eksternal yang berupa air, maka tipe emulsi adalah M/A.
jika zat wrna tampak sebagai tetesan di fase internal, maka tipe
emulis adalah A/M. Hal yang terjadi adalag sebaiknya jika
digunakan zat warna larut minyak (Sudan III).
2) Uji pengenceran (Martin, Farfis, Hal 1145) Uji ini dilakukan dengan
mengencerkan emulsi dengan air. Jika emulsi tercampur dengan
baik, tanpa memperlihatkan ketidakcampuran, maka tipe emulsi
adalah M/A. hal ini dapat dilakukan dengan mikroskop untuk
memberikan visualiasasi yang baik tentang tidak adanya
ketidakcampuran.
Parameter Spesifikasi Hasil
1. Kelarutan zat warna Zat warna terlarut M/A (Larut)
(Metilen blue)
2. Pengenceran
dengan aquadest Bercampur M/A (Larut)

IV.2 Hasil Pengamatan


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan membuat formulasi
sediaan krim asam stearat, cara pembuatan sediaan krim asam stearat serta
melakukan evaluasi terhadap krim asam stearate tersebut. Krim adalah
sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari
60% air, yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Keuntungan penggunaan
krim adalah umumnya mudah menyebar rata pada permukaan kulit serta
mudah dicuci dengan air (Ansel, 2005).
Pada praktikum kali ini, dibuat 2 buah sediaan farmasi dalam bentuk
krim, satu sediaan krim dibuat sebanyak 50 gram untuk dikumpul dan satu
sediaan lainnya dibuat 50 gram untuk diuji. Bahan yang digunakan dalam
formulasi krim asam stearat ini adalah asam stearat, cera alba, vaselin
album, trietanolamin, propilenglikol dan aquadest. Asam stearat yang
berfungsi sebagai zat aktif berfungsi membantu mencegah dan melindungi
sementara kulit dan bibir yang lecet, pecah-pecah atau terbakar angin.
Perlindungan sementara dari luka kecil, goresan, luka bakar dan sengatan
matahari. Gunakan pada sebagian besar bentuk iritasi kulit, ruam, gigitan
serangga tidak beracun.
Asam stearat digunakan sebanyak 15 gram pada formulasi ini karena
krim yang akan dibuat diindikasikan untuk melindungi sementara kulit dan
bibir yang lecet, pecah-pecah atau terbakar angin . Dalam sediaan krim ini
Asam stearat, cera alba dan vaselim album berfungsi sebagai basis krim
(fase minyak). Propilenglikol berfungsi sebagai humektan, trietanolamin
(TEA) berfungsi sebagai pengemulsi dan aquadest sebagai pelarut.
Praktikum diawali dengan penimbangan dan pengukuran bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan krim asam stearat. Selanjutnya fase
minyak yang terdiri dari asam stearat, cera alba, dan vaselim album dalam
cawan penguap diatas hot plate serta fase air yang terdiri dari Trietanolamin
(TEA) dan propilenglikol, selanjutnya tuang hasil leburan (fase minyak)
kedalam lumpang kemudian ditambahkan fase air, gerus sampai terbentuk
massa krim.
Krim asam stearat dimasukkan kedalam wadah pot krim, diberi etiket dan
dimasukkan kedalam kotak. Krim harus disimpan pada tempat yang sejuk
dan terhindari dari sinar matahari. Karena suhu kelembaban dan tempat
penyimpanan krim akan mempengaruhi sifat fisikokimia zat yang terkandung
dalam krim dan dapat menyebabkan krim menjadi tidak stabil. Sediaan krim
dapat menjadi rusak bila sistem campurannya terganggu (Anief, 1997).
Selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan krim. Evaluasi yang dilakukan
adalah uji organoleptik, uji pH, penentuan viskositas, penetapan isi minimum,
penentuan daya lekat, penentuan daya sebar, dan penentuan tipe emulsi. Uji
organoleptik menunjukkan bahwa krim yang diuji memiliki organoleptik tidak
berwarna dan tidak berbau, pada praktikum kali ini hasil yang kami dapatkan
sudah memenuhi.
Uji pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Hasil
uji menunjukkan bahwa krim yang dibuat memiliki pH 7. Hal ini menunjukkan
bahwa sediaan krim yang dibuat dapat diaplikasikan sebagai sediaan topikal,
karena masih dalam rentang pH normal yang sesuai untuk kulit.
Uji penentuan viskositas dilakukan dengan Penentuan sifat aliran dan
viskositas dengan viskometer Brookefield pada beberapa harga kecepatan
geser dengan spindle no.3.dengan menghitung usaha pada setiap rotasi per
menit (rpm). Usaha (F/A)= Viskositas x 7,187 dyne /cm . kemudian dibuat
kurva usaha terhadap rotasi per menit untuk menentukan sifat alirannya .
Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada tabel diatas pada tabel penentuan
viskositas.
Uji penetapan isi minimum yaitu dengan membersihkan bagian luar
tube, dengan cara yang sesuai dan timbang. Keluarkan isi secara kuantitatif.
Lalu timbang tube kosong. Hasil yang didapatkan pada praktikum ini yaitu 48
gram (memenuhi).
Uji penentuan daya lekat dengan diberi beban 50 gram selama 5 menit
agar krim dapat menempel pada kaca objek, kemudian beban diangkat.
Lempeng kaca yang berisi krim dipasangkan pada alat uji, dicatat waktu
pelepasan krim pada objek glass dan didapatkan hasil 46 detik, pada
pengujian kedua diberi beban 100 gram selama 5 menit didapatkan hasil 55
detik. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa krim pada pengujian pertama
memiliki daya lekat 46 detik dan hasil kedua 55 detik. Semakin tinggi daya
lekat maka waktu pelepasan krim dari kaca semakin lama.
Uji penentuan daya sebar ini dilakukan pengujian dengan
menempatkan sejumlah 0,5 gram krim diantara dua lempeng kaca yang
diletakkan diatas kertas grafik. Kaca tersebut beban yang meningkat secara
berturut-turut (50 g, 100 g, 150 g,200 g, dan 250 g) didiamkan selama 1
menit, dan dicatat diameter daerah terbentuk, hasil yang didapatkan 4,36 cm
(memenuhi).
Uji penentuan tipe emulsi dilakukan dengan uji kelarutan zat warna
(Martin, Farfis, Hal 1144-1145) sedikit zat warna larut air, misalnya metilen
blue brilian CFC diteteskan pada permukaan emulsi. Jika zat warna terlarut
dan berdifusi homogen pada fase eksternal yang berupa air, maka tipe
emulsi adalah M/A. jika zat wrna tampak sebagai tetesan di fase internal,
maka tipe emulis adalah A/M. Hal yang terjadi adalag sebaiknya jika
digunakan zat warna larut minyak (Sudan III). Pada praktikum ini hasil yang
didapatkan pada kelarutan zat warna menggunakan metilen blue dengan
spesifikasi zat warna terlarut dengan hasil M/A (larut)
Uji pengenceran (Martin, Farfis, Hal 1145) Uji ini dilakukan dengan
mengencerkan emulsi dengan air. Jika emulsi tercampur dengan baik, tanpa
memperlihatkan ketidakcampuran, maka tipe emulsi adalah M/A. hal ini dapat
dilakukan dengan mikroskop untuk memberikan visualiasasi yang baik
tentang tidak adanya ketidakcampuran. Pada praktikum kali ini didapatkan
hasil pada pengenceran dengan aquadest dengan spesifikasi dapat
bercampur dengan hasil M/A (Larut).

Anda mungkin juga menyukai