Pembelajaran Fisika
Berbasis Praktikum Laboratorium
Diterbitkan Oleh
R.A.De.Rozarie
(Anggota Ikatan Penerbit Indonesia)
Jl. Ikan Lumba-Lumba Nomor 40 Surabaya, 60177
Jawa Timur – Negara Kesatuan Republik Indonesia
www.derozarie.co.id – penerbitrozarie@gmail.com
Buku Ajar
Pembelajaran Fisika Berbasis Praktikum Laboratorium
© Oktober 2019
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan dan
bimbingan-Nya sehingga kami team penulis dapat menyelesaikan Buku Ajar
Pembelajaran Fisika Berbasis Praktikum Laboratorium. Pembelajaran fisika
berbasis praktikum adalah salah satu mata kuliah wajib di Program Studi
Pendidikan Fisika yang memberi kemampuan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan pengetahuan dan kete- rampilannya dalam pembelajaran
fisika di kelas.
Atas selesainya buku ajar ini kami menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Manado atas arahan dan petunjuk beliau dalam
berbagai aktivitas LP2I terutama dalam penulisan buku najar.
2. Ketua LP2AI Unima yang memberi kesempatan kepada tim untuk
menyusun buku ajar analisis numerik bagi mahasiswa Program Studi
Ilmu Fisika.
3. Dekan FMIPA Unima yang mendorong dosen untuk pengadaan buku
ajar.
4. Kepada semua pihak yang tak dapat diungkapkan satu persatu atas
kesediaan waktu dan telah menyumbangkan pikiran bagi pening- katan
kualitas buku ajar ini.
Saran dari berbagai pihak sangat diharapkan bagi perbaikan kualitas buku
ajar ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PRAKATA i
BAB I
Tinjauan Tentang Pembelajaran Sains (IPA) Pada
Tingkat Pendidikan Dasar Dan Menengah
A. Deskripsi 1
B. Sajian/Uraian 1
B.1. Hakikat Sains, Proses Sains dan Nilai-Nilai
Sains dalam Pendidikan 1
1.1. Sains dan Proses Sains (Sciencing) 1
1.2. Sikap-sikap dan Nilai-nilai Sains Penting
dalam Pendidikan 4
1.3. Fokus Sainsing pada Tingkat Pendidikan
Dasar dan Menengah 5
1.4. Hal-hal Penting yang Perlu Diperhatikan
dalam Mengembangkan Tujuan Pembelajaran Sains 7
B.2. Pembelajaran Sains Berbasis Konstruktivis 7
2.1. Bentuk Pendekatan Konstruktivis 7
2.2. Hands-On/Minds-On Guided Discovery,
Pendekatan Berbasis Konstruktivis 14
C. Rangkuman 28
D. Contoh Soal 32
E. Soal Latihan 40
F. Tes Formatif 41
G. Kunci Tes Formatif 41
H. Tindak Lanjut 54
BAB II
Tinjauan Tentang Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Penyelidikan (Inquiry
Based Learning)
A. Deskripsi 55
B. Sajian/Uraian 55
B.1. Tinjauan Umum Pendekatan
Ilmiah (Scientific Approach) 55
1.1. Pengantar Singkat “Metode Ilmiah”
dan Langkah-Langkahnya 55
1.2. Beberapa Sifat dalam Menggunakan Metode Ilmiah 57
1.3. Model Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
dalam Gambaran Kurikulum 2013 57
1.3.1. Gambaran Umum Langkah-langkah Pembelajaran 57
1.3.2. Penjelasan tentang Langkah-langkah Pembelajaran 59
B.2. Strategi Pembelajaran Berbasis Penyelidikan
(Inquiry Based Learning) 61
2.1. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry 61
2.2. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi
Pembelajaran Inquiry 62
2.3. Langkah Umum yang Banyak Digunakan
tentang Strategi Pembelajaran Inquiry 63
2.4. Kesulitan-kesulitan Implementasi, Keunggulan
dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inquiry 64
2.4.1. Kesulitan-kesulitan Implementasi 64
2.4.2. Keunggulan dan Kelemahan Strategi
Pembelajaran Inquiry 65
2.5. Spektrum dan Level (Tingkatan) Pembelajaran
Inquiry dalam Pembelajaran Sains (IPA) 65
2.6. Hal-hal Utama yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun
Rencana Pembelajaran Berorientasi Inquiry 68
2.7. Peran Guru dan Siswa, Fase-fase Pembelajaran
Inquiry serta Tahapan Langkah Dasar Inquiry
Laboratorium 69
2.7.1. Peran Guru dan Siswa 69
2.7.2. Fase-fase Pembelajaran Inquiry 70
2.7.3. Tahapan Langkah Dasar Pembelajaran
Berbasis Inquiry Menggunakan Laboratorium 71
C. Rangkuman 73
D. Contoh Soal 77
E. Soal Latihan 80
F. Tes Formatif 81
G. Kunci Tes Formatif 81
H. Tindak Lanjut 86
BAB III
Tinjauan Tentang Laboratorium IPA
Dan Pemanfaatannya Dalam Pembelajaran
A. Deskripsi 87
B. Sajian/Uraian 87
B.1. Tinjauan Umum Laboratorium IPA
di Sekolah Menengah 87
1.1. Pentingnya Laboratorium IPA 87
1.2. Kompetensi Guru Sains/IPA
Kaitan dengan Laboratorium 88
1.3 Pengertian, Fungsi dan Peran Laboratorium
IPA di Sekolah 89
1.3.1 Pengertian Laboratorium 89
1.3.2. Fungsi Laboratorium 90
1.3.3. Peranan Laboratorium Sekolah 90
B.2. Pemanfaatan Laboratorium Sains/IPA dalam Pembelajaran
yang dapat Melatih Pengembangan Keterampilan Proses Sains
91
2.1 Tahapan Langkah Dasar Penggunaan Laboratorium dalam
Pembelajaran Sains/IPA yang dapat Mengembangkan
Keterampilan Proses Sains 91
C. Rangkuman 105
D. Contoh Soal 109
E. Soal Latihan 116
F. Tes Formatif 117
G. Kunci Tes Formatif 117
H. Tindak Lanjut 117
BAB IV
Berbagai Contoh Skenario Pembelajaran Praktikum
Laboratorium Fisika (Rill/Virtual)
Dengan Pendekatan Ilmiah
A. Deskripsi 119
B. Sajian/Uraian 120
B.1. Contoh-contoh Skenario Sejumlah Topik/Judul Pembelajaran
Praktikum Laboratorium dalam Bentuk LKS/LKP dengan
Pendekatan Ilmiah, yang Lebih Menonjolkan Penggunaan
Keterampilan Proses Sains dalam Format “hands-on minds-on
guided discovery” IPA-Fisika di Sekolah Menengah 120
B.2. Contoh-contoh Skenario Sejumlah Topik/Judul Pembelajaran
Praktikum Laboratorium dalam Bentuk LKS/LKP dengan
Pendekatan Ilmiah, yang Lebih Menonjolkan Penggunaan
Keterampilan Proses Sains dalam Format “hands-on minds-on
guided discovery” IPA-Fisika di Sekolah Menengah 120
C. Tindak Lanjut 120
BAB V
Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning)
A. Deskripsi 124
B. Sajian/Uraian 124
B.1. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning) 124
1.1. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran PjBL 124
1.2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
125
1.3. Langkah-langkah Project Based Learning 126
1.4. Keunggulan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek 127
1.5. Hal-hal Utama dalam Menyusun Rencana
Pembelajaran Berorientasi Proyek 129
1.6. Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berbasis Proyek 130
1.7. Sistem Penilaian Proyek 132
C. Rangkuman 132
D. Contoh Soal 135
E. Soal Latihan 138
F. Tes Formatif 139
G. Kunci Tes Formatif 139
H. Tindak Lanjut 142
BAB VI
Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
A. Deskripsi 143
B. Sajian/Uraian 143
B.1. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) 143
1.1. Konsep Dasar Model Pembelajaran CPS 143
1.2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran CPS 144
1.3. Langkah-langkah Creative Problem Solving 144
1.4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) 146
C. Rangkuman 146
D. Contoh Soal 147
E. Soal Latihan 152
F. Tes Formatif 153
G. Kunci Tes Formatif 153
H. Tindak Lanjut 160
Senarai 162
BAB I
TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN SAINS (IPA)
PADA TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH
A. Deskripsi
Dalam bab pertama ini akan dibahas terlebih dahulu tentang
pembelajaran IPA (termasuk didalamnya Fisika), hakekatnya, tujuan- nya,
dan model pendekatan dan/atau strategi pembelajarannya terutama pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah, lebih khusus tentang pendekatan
konstruktivis dengan strategi “hands-on/minds- on discovery”.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa atau pembaca
lainnya akan dapat:
1) Memahami tentang hakekat sains, proses sains (sciencing) dan nilai- nilai
sains dalam pendidikan.
2) Memahami tentang pembelajaran sains berbasis konstruktivis.
3) Memahami dan dapat memberikan contoh scenario pembelajaran fisika
menggunakan pola pendekatan konstruktivis dengan strategi “hands-
on/minds-on discovery”.
B. Sajian/Uraian
B.1. Hakikat Sains, Proses Sains dan Nilai-Nilai Sains dalam Pendi-
dikan
1.1. Sains dan Proses Sains (Sciencing)
Sains dalam arti Ilmu Pengetahuan Alam pada hakekatnya berkaitan
dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis,
sehingga sains bukanlah hanya berupa kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Sains meliputi kedua-duanya, yaitu sebagai suatu produk
(berupa kumpulan pengetahuan yang ilmiah) dan sebagai suatu proses.
Proses yang dimaksudkan disini adalah proses yang biasa dilakukan oleh
para “scientist” (saintis). Arthur A. Carin (1997:6-7) menyebutkan
proses
tersebut dengan istilah “sciencing” (sainsing), yaitu suatu proses yang
tak pernah berakhir yang biasa dilakukan oleh saintis dengan tujuan untuk
mengkonstruksi pengetahuan tentang bagaimana dunia kita bekerja, dan
selanjutnya menjelaskan, memprediksi, dan bisa juga mengontrol fenomena
(gejala). Ada tiga unsur utama dalam sainsing,
1
yaitu sikap dan proses yang ilmiah, produk yang ilmiah, dan penyelidikan
(investigasi) gejala alamiah.
Formulasi
Hipotesis
Evaluasi
Dan Diskusi
Fase Penemuan atau Fase Invensi atau
Aplikasi Konsep Introduksi Konsep
Sains Teknologi
Invitasi
Diawali dengan Diawali dengan
Pertanyaan-pertanyaan masalah adaptasi
Tentang dunia alamiah
Eksplorasi, discover, kreasi manusia dengan
lingkungan
Metode-metode inkuari
Strategi-strategi Strategi-strategi
Pemecahan masalah pemecahan
masalah
Eksplanasi gejala dalamPengajuan eksplanasi dan solusi
dunia alamiah Solusi masalah-
adaptasi manusia
Tindakan-tindakan
personal dan Tindakan-tindakan
Mengambil Tindakan personal dan
Aplikasi-aplikasi
sosial Aplikasi-aplikasi
sosial
Nampak dari gambar di atas bahwa keempat tahap ini merupakan suatu
modifikasi dari model siklus pembelajaran tiga tahapan yang diajukan
Karplus & Thier (telah ditunjukkan dengan Gambar 2) dengan penekanan
pada STS (Science Technology and Society). Keempat tahapan tersebut
didasarkan pada cara-cara praktisi profesional sains/teknologi mempelajari
dan menerapkan berbagai keterampilan dan informasi ke dalam bidang
mereka, seperti itu juga bagaimana murid-murid mengkonstruksi konsep-
konsep sains mereka. Model ini bersifat siklikal dan dinamik, artinya bahwa
meskipun suatu pelajaran tunggal atau satuan studi mempunyai suatu
permulaan (invitasi) dan suatu akhir (mengambil tindakan), setiap
pengetahuan atau keterampilan baru dapat memunculkan suatu invitasi baru,
dan karena itu siklus tersebut berkelanjutan.
Gambaran yang lebih detail mengenai keempat tahapan dalam model
pembelajaran berorientasi konstruktivis tersebut di atas, ditunjukkan dalam
Gambar 4. Meskipun ada sejumlah model dan
pendekatan pembelajaran sains yang telah dikembangkan oleh para pendidik
sains, namun para saintis dan pendidik sains pada umumnya sependapat,
bahwa meskipun pembelajaran sains terjadi dalam cara- cara yang bervariasi,
cara yang terbaik adalah melalui suatu pendekatan aktif.
50%
Low 0%
Domonasi guru
Pengetahuan siswa sebelumnya dan konstruksi konsep-
konsep
Gambar 5. Dominasi guru dan variabel pembelajaran siswa
Bagaimana jenis pegas (yang dispesifikasikan dengan tetapan pegas) dan massa
beban mempengaruhi periode getaran/osilasi?
Bagaimana memperoleh bentuk formulasi matematis yang menyatakan
hubungan antara periode(dan/atau) getataran dengan tetapan pegas dan massa
beban?
Bagaimana pula panjang tali mempengaruhi periode ayunan? Apakah massa tali
mempengaruhi periode ayunan sederhana? Bagaimana mempe- roleh bentuk
formulasi/rumus matematis periode (dan/atau frekuensi) ayunan?
Konsep-konsep dan prinsip- Makin besar tetapan pegas (k) makin kecil
prinsip apa yang siswa periode getaran.
harus temukan dan Makin besar massa (m) beban makin
konstruksikan? besar periode getaran.
Periode getaran/osilasi pegas T = 2
m/k, atau frekuensi f = 1/2 k/m.
Besarnya periode getaran harmonis
sederhana berbanding lurus dengan akar
massa beban yang digantungkan pada
pegas, dan berbanding terbalik dengan
akar tetapam pegas.
Makin panjang tali (l) makin besar
periode ayunan sederhana.
Periode ayunan sederhana tak
bergantung pada massa bandul.
Besarnya peride ayunan sederhana juga
bergantung pada percepatan gravitasi
setempat.
Periode osilasi ayunan sederhana: T =
2 l/g, atau frekuensi f = 1/2 g/l .
Apa yang akan kita Apa yang Anda pikirkan akan terjadi
diskusikan? terhadap periode getaran jika pegas
diganti sementara beban gantungnya
tetap?
Apa pula yang Anda pikirkan jika massa
beban gantung yang diubah besarnya
sementara pegasnya tetap?
Bagaimana Anda mendapatkan hubungan
(dalam bentuk rumus) antara periode getaran
(T) dengan massa beban
(m) dan tetapan pegas (k)?
Proses Bagian I:
Apa yang akan siswa- a. Sediakan dua buah pegas (berbeda
siswa lakukan? tetapannya), sebuah beban gantung, sebuah
statif tempat gantung, stopwatch. Gantung
Memanipulasi/menyususn pegas pada statif, dan gantungkan beban
bahan pada pegas. Tarik beban ke bawah sejauh x
cm, kemudian lepaskan.
Mengamati, Mengukur b. Apa yang terjadi? Ukur dan catat waktu untuk
Menggunakan bilangan 10 getaran. Hitung dan catat waktu untuk satu
Mencatat data getaran.
c. Apa yang Anda perkirakan bila pegas diganti
Memprediksi dengan pegas lainnya yang tetapan pegasnya
Berhipotesis lebih besar? Lalu buatlah suatu pernyataan
(kualitatif) yang Anda perkirakan benar
Bereksperimen mengenai hubungan antara periode getaran
menguji hipotesis dengan tetapan pegas, dan berikan alasan
mengapa Anda berpikir seperti itu.
Mengidentifikasi variabel
Menyimpulkan/menginfer d. Lakukan percobaan untuk menguji
pernyataan yang Anda buat.
e. Dari percobaan ini, nyatakan mana variabel
bebas, mana variabel terikat dan mana
variabel kontrol?
f. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan
yang Anda peroleh.
Apa yang akan siswa- Bagian II:
siswa lakukan? 1. Apa yang Anda perkirakan terhadap periode
getaran pegas jika massa beban yang
Berhipotesis digantung pada pegas diperbesar? Buatlah
pernyataan (kualitatif) yang Anda perkirakan
benar mengenai hubungan antara periode
Bereksperimen menguji getaran dengan besarnya massa beban. Beri
hipotesis (mengamati, alasan mengapa Anda berpikir seperti itu.
mengukur, mencatat data,
menggunakan bilangan, 2. Ujilah pernyataan Anda dengan melakukan
mengidentifikasi variabel percobaan. Untuk setiap beban, ukur waktu
mengkreasi model, untuk 10 getaran. Hitung dan catat waktu
menyimpulkan) untuk satu getaran. Nyatakan mana variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrol? Petunjuk: Gunakan 5 buah beban
(minimal) yang massanya berbeda, siapkan
pula tabel pengamatan terlebih dahulu.
3. Tuangkan hasil pengamatan Anda dalam
bentuk grafik (T vs m).
4. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil
percobaan Anda.
C. Rangkuman
o Sains (Ilmu Pengetahuan Alam) pada hakekatnya berkaitan dengan cara
mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga
sains bukanlah hanya berupa kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan.
o Sains meliputi kedua-duanya, yaitu sebagai suatu produk (berupa
kumpulan pengetahuan yang ilmiah) dan sebagai suatu proses.
o Sainsing (sciencing), yaitu suatu proses yang tak pernah berakhir yang
biasa dilakukan oleh saintis dengan tujuan untuk mengkonstruksi
pengetahuan tentang bagaimana dunia kita bekerja, dan selanjutnya
menjelaskan, memprediksi, dan bisa juga mengontrol fenomena (gejala).
o tiga unsur utama dalam sainsing, yaitu (1) Sikap dan proses yang ilmiah,
(2) Produk yang ilmiah, dan (3) Penyelidikan (investigasi) gejala alamiah.
o Ada empat hal utama dalam proses yang diperlukan untuk mela- kukan
sainsing dalam kelas, yaitu amati apa yang terjadi, (2) mencoba membuat
penalaran pengamatan, menggunakan penge- tahuan baru untuk membuat
prediksi tentang apa yang bakal terjadi kemudian, dan menguji prediksi di
bawah kondisi yang dikontol untuk melihat jika hal itu benar.
o Dalam sainsing diperlukan observasi ilmiah (scientific), yaitu suatu
proses pengumpulan informasi dengan menggunakan indera dan
instrumen yang menunjang penginderaan tersebut
o Ada tujuh komponen yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu
observasi ilmiah, yaitu rencana, penginderaan, pertanyaan, pengukuran,
persamaan dan perbedaan, pengubahan, komunikasi.
o Suatu inferensi biasanya menyertai suatu observasi. Inferensi adalah
interpretasi dari observasi. Inferensi terbangun berdasarkan tiga
komponen yang saling berinteraksi, yaitu observasi, penge- tahuan dan
pengalaman, dan konklusi.
o Menyelidiki adalah suatu operasi yang rumit, yang terdiri dari banyak
tahapan atau komponen.
o Variabel adalah suatu sifat dari benda atau kejadian yang dapat berubah.
Ada tiga tipe variabel penting dalam penyelidikan ilmiah, yaitu variabel
manipulasi (variabel bebas) penyelidikan, variabel respons, variabel
kontrol.
o Generalisasi adalah suatu kesimpulan yang tergambar dari sejumlah
kejadian tertentu, menggambarkan hubungan variabel sering disebut
prinsip.
o Hipotesis adalah suatu terkaan mengenai suatu hubungan yang mungkin
di alam yang dapat dikonfirmasi atau dibuktikan melalui suatu
penyelidikan. Hipotesis digunakan untuk menuntun eks- perimen.
o Sikap-sikap dan nilai-nilai sains dalam pendidikan, adalah rasa ingin
tahu, menuntut adanya bukti, bersikap skeptis, bersedia menerima
perbedaan pendapat, mampu bekerja sama, bersikap positif terhadap
kegagalan.
o Sainsing pada tingkat sekolah dasar dan menengah terfokus pada
pengembangan proses dan sikap ilmiah, produk ilmiah baru, dan
penyelidikan gejala alam.
o Pengetahuan dan produk ilmiah umumnya dinyatakan dalam bentuk
fakta, konsep, prnsip, dan teori
o Ada dua tipe pertanyaan yang biasa digunakan dalam inkuari ilmiah
pertanyaan “apa” dan pertanyaan “bagaimana dan mengapa”.
o Mengajukan pertanyaan adalah inti dari inkuari ilmiah dan merupakan
dasar dalam pembelajaran dengan model penemuan terbimbing (guided
discovery).
o Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan tujuan
pembelajaran sains adalah (1) Pengembangan sikap keingintahuan
tentang dunia, (2) Pengembangan keterampilan untuk melakukan penye-
lidikan (menginvestigasi) tentang dunia alamiah, (3) Mengembangkan
dasar pengetahuan sains dan teknologi, (4) Menggunakan pendekatan
Sains, Teknologi, dan Masayarakat,
o Tujuan pembelajaran sains meurut Carin (1997) yang mengutip pendapat
Cormack dan Yager, meliputi lima domain, yaitu mengetahui dan
memahami, mengeksplorasi dan menemukan, berimajinasi dan berkreasi,
merasakan dan menilai, dan menggunakan dan menerapkan.
o Pembelajaran konstruktivisme menurut Carin menyangkut 4 domain,
yaitu (1) pengetahuan dikonstruksi secara fisik oleh siswa yang terlibat
secara aktif dalam pembelajaran, (2) pengetahuan dikonstruksi secara
simbolik oleh siswa yang membuat representasi tindakannya sendiri, (3)
pengetahuan dikonstruksi secara sosial oleh siswa-siswa yang secara
bersama membagi pemahaman mereka satu sama lain, (4) pengetahuan
dikonstruksi secara teoritik oleh siswa yang mencoba menerangkan hal-
hal yang belum mereka pahami dengan baik.
o Menurut Carin dalam model konstruktivis, guru memilih kegiatan-
kegiatan yang menuntun siswa mengkonstruksi konsep-konsep yang
dipahaminya sendiri, dengan cara sebagai berikut:
Memulai dari pengetahuan yang telah siswa miliki sebelumnya).
Memperhadapkan siswa pada pengalaman-pengalaman umum.
Memperkenalkan siswa pada informasi-informasi baru yang spesifik
(bahasa menemukan).
Menempatkan siswa dalam pengalaman-pengalaman tambahan yang
menantang, menyangkal, atau memperluas ide-ide mereka sendiri
(pengalaman-pengalaman yang mengklarifikasi).
Membimbing siswa menyimpulkan, dan mengkonstruksi atau merevisi
suatu konsep pemahaman baru (mengkonstruksi konsep- konsep dan
pengertian/ pemahaman).
o Inti kegiatan pendidikan adalah memulai pelajaran dari “apa yang
diketahui peserta didik”. Arsitek pengubah gagasan peserta didik
adalah peserta didik sendiri; guru hanya berperan sebagai “fasilitator”
dan “penyedia kondisi” supaya proses belajar bisa berlangsung.
o Siklus SCIS (Science Curriculum Improvement Study) merupakan suatu
model siklus pembelajaran tiga tahapan (yaitu eksplorasi, invensi, dan
penemuan), model yang diadaptasi dari Robert Karplus dan Their oleh
Carin.
o Dalam model dengan pola desain yang sangat popular yang dikenal
dengan nama “Model Pengajaran Berorientasi Konstruktivis untuk
Membimbing Pembelajaran Sains (Constructivist-oriented instructional
model to guide science learning), dan yang lebih popular dikenal dengan
model konstruktivis berorientasi format hands-on/minds-on guided
discovery dengan
tahap-tahap kegiatan dimana siswa (1) menerima suatu invitasi untuk
belajar, (2) menggali, menemukan, dan berkreasi (explore, discover, and
create), (3) mengajukan eksplanasi dan solusi, dan (4) mengambil
tindakan pada apa yang mereka pelajari.
o Model Pendekatan ini melibatkan siswa dalam proses scientific
mengobservasi, mengukur, memprediksi, menginfer, menginvesti- gasi,
dan mengeksplanasi dunia dengan cara-cara yang sejajar dengan metode-
metode yang biasa digunakan oleh saintis.
o Model pendekatan ini merupakan iImplikasi dari filsafat konstruk- tivis
(yang merupakan gabungan pekerjaan Jean Piaget, Lev Vygotsky, David
Ausubel, Jerome Bruner, dan Robert Gagne)
D. Contoh Soal
Soal
Pilih satu topik bahasan materi fisika SMA dan buatkan skenario pembelajarannya
yang berbasis konstruktivis dengan strategi pendekatan “hands-on minds-on guided
discovery”.
Jawaban
Topik bahasan yang dipilih, misalnya “Rangkaian Arus Bolak-Balik”, dengan
bahasan: Nilai Efektif Arus dan Tegangan BB, serta Rangkaian Resistif.
Skenario Pembelajarannya adalah:
Pokok Materi Pembelajaran : Rangkaian Arus Bolak-Balik
Sub Pokok Materi : Nilai Efektif Arus dan Tegangan BB,
Rangkaian Resistif
Kelas / Semester : XII/ Ganjil (V)
Waktu : 4 x 45 menit ( 2 x 90 menit)
E. Soal Latihan
Disediakan 4 topik bahasan materi fisika SMA sesuai silabus
Kurikulum 2013, masing-masing dengan judul:
b) Hukum Newton dan Penerapannya
c) Fluida statik (yang mencakup Hukum Utama Hidrostatis, Hukum Pascall,
Hukum Archimedes, Gejala kapilaritas, Viskositas dan Hukum Stokes).
d) Analisis vektor untuk Gerak Parabola dan Gerak Melingkar
e) Usaha dan Energi (yang mencakup energi kinetik dan energi potensial
(gravitasi dan pegas), konsep usaha, hubungan usaha dan energi kinetik,
hubungan usaha dengan energi potensial, hukum kekekalan energi
mekanik). Manfaatkan informasi tentang pendekatan saintifik yang
termuat dalam Silabus Kurikulum 2013. Kelas Anda akan dibagi dalam
empat kelompok, dan setiap kelompok akan diberikan salah satu pokok
materi tersebut di atas. Pembagian kelompok akan dilakukan oleh
dosen/asisten. Setiap anggota kelompok dalam setiap
kelompok secara individual menyusun skenario pembelajarannya yang
berbasis konstruktivis dengan strategi pendekatan “hands-on minds-on
guided discovery” untuk materi yang sudah ditentukan untuk masing-masing
kelompok. Sebelum Anda mengerjakan secara individual, kelompok Anda
perlu melakukan diskusi kelompok untuk menyamakan
persepsi bagaimana mengerjakan soal tugas ini. Setelah Anda diberi
waktu 1 minggu, maka akan dilakukan diskusi kelas, tiap kelompok akan
diambil sampel untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Berdasarkan
masukan-masukan dalam diskusi ini, Anda secara individual memperbaiki
hasil pekerjaan Anda, kemudian mengumpulkannya (print out-nya dan
softnya kepada dosen/asisten).
F. Tes formatif
Bagian I
Jawablah soal-soal berikut ini dengan baik:
1. Jelaskan tentang hakekat sains
2. Jelaskan pula tentang sainsing (“sciencing”) dan unsur-unsur utama
dalam sainsing.
3. Jelaskan tentang variabel, hipotesis, generalisasi, sikap dan nilai- nilai
sains dalam pendidikan.
4. Jelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam me-
ngembangkan tujuan pembelajaran sains dan apa tujuan pembe- lajaran
sains menurut Arthur Carin.
5. Jelaskan tahap-tahap kegiatan dalam model konstruktivis berorientasi
format “hands-on/minds-on guided discovery”.
6. Tuliskan proses scientitif apa saja yang siswa perlu lakukan dalam
pembelajaran dengan model konstruktivis dalam format “hands-
on/minds-on guided discovery”.
Bagian II
Soal
Susunlah skenario pembelajaran konstruktivis dengan strategi
pendekatan “hands-on minds-on guided discovery” untuk materi
pembelajaran “Rangkaian Listrik Arus Bolak-Balik” (dengan sub bahasan
Rangkaian Induktif dan Rangkaian Kapasitif), untuk SMA sesuai Silabus
Fisika kelas IIX KTSP). Manfaatkan informasi yang tercantum dalam silabus
tersebut.
G. Kunci Tes
Formatif Bagian I
Jawaban
Dapat dijawab sebagai berikut
Sains (IPA) pada hakekatnya berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukanlah hanya
berupa kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains
meliputi kedua-duanya, yaitu sebagai suatu produk (berupa kumpulan
pengetahuan yang ilmiah) dan sebagai suatu proses.
Sainsing (“sciencing”), yaitu suatu proses yang tak pernah berakhir yang
biasa dilakukan oleh saintis dengan tujuan untuk mengkonstruksi
pengetahuan tentang bagaimana dunia kita bekerja, dan selanjutnya
menjelaskan, memprediksi, dan bisa juga mengontrol fenomena (gejala).
Tiga unsur utama dalam sainsing, yaitu sikap dan proses yang ilmiah,
produk yang ilmiah, dan penyelidikan (investigasi) gejala alamiah.
Dapat dijawab sebagai berikut
Variabel adalah suatu sifat dari benda atau kejadian yang dapat berubah.
Ada tiga tipe variabel penting dalam penyelidikan ilmiah, yaitu (1)
Variabel manipulasi (variabel bebas) penyelidikan; (2) Variabel respons;
Variabel kontrol.
Generalisasi adalah suatu kesimpulan yang tergambar dari sejumlah
kejadian tertentu, menggambarkan hubungan variabel sering dise- but
prinsip.
Hipotesis adalah suatu terkaan mengenai suatu hubungan yang mungkin
di alam yang dapat dikonfirmasi atau dibuktikan melalui suatu
penyelidikan. Hipotesis digunakan untuk menuntun eks- perimen.
Sikap-sikap dan nilai-nilai sains dalam pendidikan, adalah:
Rasa ingin tahu, menuntut adanya bukti, bersikap skeptis, bersedia
menerima perbedaan pendapat, mampu bekerja sama, bersikap positif
terhadap kegagalan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan tujuan
pembelajaran sains adalah (1) Pengembangan sikap keingintahuan
tentang dunia, (2) Pengembangan keterampilan untuk melakukan penye-
lidikan (menginvestigasi) tentang dunia alamiah, (3) Mengembangkan
dasar pengetahuan sains dan teknologi, (4) Menggunakan pendekatan
Sains, Teknologi, dan Masyarakat. Tujuan pembelajaran sains menurut
Carin (1997) yang mengutip pendapat Cormack dan Yager, meliputi lima
domain, yaitu (1) mengetahui dan memahami, (2) mengeksplorasi dan
menemukan, (3) berimajinasi dan berkreasi, (4) merasakan dan menilai,
dan (5) menggunakan dan menerapkan.
Tahapan kegiatan pembelajaran dengan model konstruktivis dalam format
hands-on/minds-on guided discovery adalah Siswa (1) menerima suatu
invitasi untuk belajar, (2) menggali, menemukan, dan berkreasi (explore,
discover, and create), (3) mengajukan eksplanasi dan solusi, dan (4)
mengambil tindakan pada apa yang mereka pelajari.
Model Pendekatan ini melibatkan siswa dalam proses scientific
mengobservasi, mengukur, memprediksi, menginfer, menginvesti- gasi, dan
mengeksplanasi dunia dengan cara-cara yang sejajar dengan metode-metode
yang biasa digunakan oleh saintis.
Bagian II
Jawaban
Skenario Pembelajarannya adalah:
Pokok Materi Pembelajaran : Rangkaian Arus Bolak-Balik
Sub Pokok Materi : Rangkaian Induktif, dan Kapasitif
Kelas / Semester : XII/ Ganjil (V)
Waktu : 4 x 45 menit (2 x 90 menit)
Eksplorasi-2
Lakukan seperti pada Eksplorasi -1, tapi
menggantikan Induktor L dengan Kasitor C
100 uF
Apa yang akan siswa-siswa Eksplorasi-3
lakukan? 1. Hubungkan sebuah induktor
Menyusun bahan dan alat (kumparan) 100 mH ke sumber
tegangan AC, yang diatur pada
tegangan max. (ampli-tudo) 12V.
Berhipotesis Mengukur, (guru membantu dengan simulasi).
2. Buatlah dugaan tentang bagaimana
mengamati, pengaruh pengubahan frekuensi
mengumpulkan/mencatat arus/tegangan bolak-balik terhadap arus
yang mengalir melalui sebuah induktor
data,
dalam suatu rangkaian induktif murni.
menghitung (menggunakan 3. Dengan mengatur frekuensi berturut-
bilangan) turut: 10 Hz, 100 Hz, 1 kohm, 10 kohm,
dan 100 kohm, ukur/amati dan catat
Menyimpulkan (dalam tabel) arus yang melalui L
(pakai ammeter AC), dan tegangan
Menginterpretasi efektif pada L (pakai voltmeter AC).
Pada kolom yang sesuai dalam tabel,
Memeriksa hipotesis catat pula
hasil perhitungan 2πfL dan V/2πfL
Menginferensi untuk setiap frekuensi yang digunakan.
(Membuat formulasi) 4. Bandingkan angka hasil pengukuran
arus I dengan hasil bagi V/2πfL untuk
Membanding setiap frekuensi yang digunakan. Jika
Menginterpretasi 2πfL) ditulis dengan notasi XL dan
Menggambar grafik disebut reaktansi induktif, buatlah
kesimpulan ttg bentuk formulasi yang
menyatakan hubungan antara Veff , I, dan
XL untuk suatu rangkaian induktif
murni.
5. Dengan mencermati rumus yang baru
saja Anda formulasikan, buatlah
interpretasi tentang bentuk
kebergantungan arus ac yang mengalir
melalui suatu induktor terhadap
frekuensi arus/tegangan bolak-balik
yang digunakan. Bagaimanakah
bentuk grafiknya? Apakah hasil yang
Anda dapatkan menyokong atau
menolak dugaan Anda sebelumnya?
Apakah perbedaannya dengan yang
terjadi pada rangkaian kapasitif
murni?
6. Dengan menggunakan hubungan V(t)
= L dI/dt, hukum Kirchhoff untuk
rangkaian induktif murni dimana
tegangan sumberV = Vo Sin ωt,
dapatkanlah bentuk formulasi tegangan
VL dan arus I.
7. Bandingkan kedua bentuk formulasi
tersebut, dan gambarkan kurva/grafik
kedua fungsi.
Apa yang akan siswa-siswa Eksplorasi-4
lakukan? 1. Hubungkan sebuah kapasitor 100 uF
Menyusun bahan dan alat ke sumber tegangan AC, yang diatur
pada tegangan maksimal. (amplitudo)
12V. (Guru membantu dengan simulasi).
Berhipotesis Mengukur, 2. Buatlah dugaan tentang bagaimana
pengaruh pengubahan frekuensi
mengamati, arus/tegangan bolak-balik terhadap arus
mengumpulkan/mencatat yang mengalir melalui sebuah kapasitor
data, menghitung dalam suatu rangkaian kapasitif murni.
(menggunakan bilangan) 3. Dengan mengatur frekuensi berturut-
turut 10 Hz, 100 Hz, 1 kohm, 10 kohm,
Menyimpulkan dan 100 kohm, ukur/amati dan catat
(dalam tabel) arus yang melalui C
(pakai ammeter AC), dan tegangan
Menafsir, menginterpretasi, efektif pada C (pakai voltmeter AC).
Pada kolom yang sesuai dalam tabel,
Menyimpulkan catat pula hasil perhitungan 1/2πfC dan
Menggambar grafik V/(1/2πfC) untuk setiap frekuensi yang
digunakan.
Memeriksa hipotesis 4. Bandingkan angka hasil pengukuran
arus I dengan hasil bagi V/(1/2πfC)
Membanding untuk setiap frekuensi yang digunakan.
Jika (1/2πfC) ditulis dengan notasi XC
Menginferensi dan disebut reaktansi kapasitif, buatlah
(Membuat formulasi) kesimpulan tentang bentuk formulasi
yang menyatakan hubungan antara Veff,
I, dan XC untuk suatu rangkaian kapasitif
murni.
5. Dengan mencermati rumus yang baru
saja Anda formulasikan, buatlah
interpretasi tentang bentuk
kebergantungan arus ac yang mengalir
melalui suatu kapasitor terhadap
frekuenci arus/tegangan bolak-balik
yang digunakan. Bagaimanakah
bentuk grafiknya? Apakah hasil yang
Anda dapatkan menyokong atau
menolak dugaan Anda sebelumnya?
Apakah perbedaannya dengan yang
terjadi
pada rangkaian resistif murni?.
6. Dengan menggunakan hubungan Q
= CVC, hukum Kirchhoff untuk
rangkaian kapasitif murni dimana
tegangan sumber V = Vo Sin ωt, dan
definisi I=dQ/dt, dapatkanlah bentuk
formulasi tegangan VC dan arus I.
7. Bandingkan kedua bentuk formulasi
tersebut, dan gambarkan kurva/grafik
kedua fungsi tersebut dalam satu
gambar, serta buatkan interpretasi
fisisnya.
Apa yang akan siswa-siswa Bagian Eksplanasi dan Solusi
lakukan? Bagian-1
Eksplanasi (menjelaskan) Berikanlah penjelasan, atau jawablah
Memberikan solusi beberapa pertanyaan berikut ini:
berdasarkan pengetahuan 1. Pertanyaan dalam buku Fisika SMU
baru yang dikonstruksi Kelas III cawu 2, Marten Kanginan:
(a) pertanyaan no-1 s/d no-6, hl.125.
Apa yang akan siswa-siswa (b) pertanyaan no-7 s/d 14, hl.137-
lakukan 138.
2. dst.,
Eksplanasi (menjelaskan) Atau dapat diganti dengan soal-soal yang
Memberikan solusi dikembangkan oleh guru. (Catatan:
berdasarkan pengetahuan Pertanyaa-pertanyaan di atas harus berkisar
baru yang dikonstruksi pada gejala/fenomena fisika atau pada
persoalan teknologi yang ada dalam
masyarakat, dan semuanya bisa saja hanya
ditempatkan di dalam LKS).
Bagian-2
Kerjakan soal-soal berikut ini
(a) Latihan 10.1: no-1 s/d 3, hl. 122; (b)
Latihan 10.2 : no-1 – no-2, hl. 125 ; (c)
Latihan 10.3 : no-1 s/d no-3, hl. 132 ; (d)
Latihan 10.4 : no-1 s/d no-2, hl. 137
2. dst.,
Atau soal lain yang dikembangkan oleh
guru (dimuat dalam LKS).
A. Deskripsi
Dalam bab kedua ini akan dibahas model pendekatan Ilmiah
(scientific approach) dan strategi pembelajaran berbasis penyelidikan
(inquiry) serta penerapannya dalam pembelajaran Sains (IPA) khusus- nya
Fisika di sekolah menengah.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa atau pembaca
lainnya akan dapat:
1) Memahami tentang model pendekatan ilimah (scientific approach) dalam
gambaran globalnya.
2) Memahami tentang strategi pembelajaran berbasis penyelidikan (inquiry
based learning), serta penerapannya dalam pembelajaran Sains (IPA)
khususnya fisika di sekolah menengah.
Karena itu, materi (bahan ajar) yang dipilih untuk disajikan dalam bab ini
adalah 1) Tinjauan umum pendekatan ilmiah (scientific approach), 2)
Pembelajaran Berbasis Penyelidikan (Inquiry Based Learning), dan contoh
penerapannya dalam pembelajaran IPA-Fisika di Sekolah Menengah.
B. Sajian/Uraian
B.1. Tinjauan Umum Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
1.1. Pengantar Singkat “Metode Ilmiah” dan Langkah-Langkahnya
Bab ini diawali dengan meninjau terlebih dahulu tentang metode ilmiah
secara umum, yang juga digunakan dalam bidang ilmu diluar sains (IPA).
Metode ilmiah disini dilihat sebagai seperangkat teknik yang digunakan
oleh komunitas ilmiah untuk menyelidiki fenomena alam dengan
menyediakan kerangka kerja obyektif untuk membuat penyelidikan ilmiah
dan analisis data untuk mencapai
kesimpulan tentang apa yang yang dipertanyakan.
Tujuan dari metode ilmiah adalah seragam, tetapi metode itu sendiri
belum tentu diformalkan sama antara semua cabang ilmu pengetahuan. Hal
yang paling umum, metode ilmiah dinyatakan sebagai serangkaian langkah,
meskipun jumlah yang tepat dan sifat langkah bervariasi tergantung pada
sumbernya. Metode ilmiah bukan resep, melainkan siklus yang berkelanjutan
yang dimaksudkan untuk
diterapkan dengan cerdas, imajinatif, dan kreatif. Sering, beberapa langkah
ini berlangsung secara bersamaan, dalam urutan yang berbeda, atau diulang
sebagai percobaan yang disempurnakan , tapi ini adalah urutan yang paling
umum dan intuitif. Ada ungkapan tidak ada satu “metode ilmiah”,
melainkan, ada sejumlah strategi yang telah terbukti efektif dalam menjawab
pertanyaan tentang bagaimana hal- hal di alam benar-benar bekerja.
Tergantung pada sumber, langkah- langkah yang tepat akan dijelaskan agak
berbeda, namun berikut ini adalah pedoman umum yang baik tentang
bagaimana metode ilmiah sering diterapkan.
1. Mengajukan pertanyaan - menentukan suatu fenomena alam atau
kelompok fenomena yang Anda ingin tahu dan ingin jelaskan atau
pelajari lebih lanjut tentang fenomena tersebut, kemudian mengajukan
pertanyaan yang spesifik yang tertuju pada apa yang Anda cari.
2. Menyelidiki topik - langkah ini mencakup belajar sebanyak yang Anda
bisa tentang fenomena, termasuk mempelajari penelitian sebelumnya dari
orang lain dalam bidang serupa.
3. Merumuskan hipotesis - menggunakan pengetahuan yang telah Anda
peroleh, merumuskan hipotesis tentang sebab akibat dari fenomena, atau
hubungan fenomena dengan beberapa fenomena lainnya.
4. Menguji hipotesis - merencanakan dan melaksanakan prosedur untuk
menguji hipotesis (suatu percobaan) dengan mengumpulkan data.
5. Menganalisis data - menggunakan analisa matematis yang tepat untuk
melihat apakah hasil percobaan mendukung atau menolak hipotesis.
Jika data tidak mendukung hipotesis, hipotesis harus ditolak atau
dimodifikasi dan diuji kembali. Jangan merasa gagal jika kesimpulan yang
diperoleh tidak mendukung hipotesis Anda. Ingat hipotesis itu hanya suatu
tebakan atau dugaan dan karna itu tak usah terkejut ketika melihat hasil.
Sering kali, hasil percobaan disusun dalam bentuk laporan laboratorium
(untuk pekerjaan kelas) atau dalam bentuk artikel (dalam hal penelitian
akademik yang dapat diterbitkan). Hasil percobaan yang dipublikasi dapat
memberikan kesempatan bagi orang lain memunculkan lebih banyak
pertanyaan baru tentang
fenomena yang sama atau fenomena yang terkait, untuk memulai proses
penyelidikan lagi.
1.2. Beberapa Sifat dalam Menggunakan Metode Ilmiah
Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk mendapatkan solusi
permasalahan berbagai fenomena secara sistematis dan objektif.
Penggunaan metode ilmiah dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh
subyektivitas pribadi dengan berfokus pada prosedur pengujian obyektif.
Penalaran harus digunakan untuk membuat hipotesis konsisten dengan
hukum-hukum ilmiah yang saat ini dikenal.
Hipotesis yang disajikan harus memungkinkan untuk melakukan
eksperimen dengan hasil yang dapat diamati dan terukur.
Semua langkah proses harus difokuskan pada penggambaran dan
penjelasan fenomena yang diamati.
Hanya sejumlah terbatas asumsi dan entitas hipotetis yang harus
diusulkan dalam teori tertentu.
Hipotesis haruslah berupa sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya
oleh data yang dapat diobservasi melalui percobaan, tapi bias jadi
percobaan tidak berguna dalam mendukung hipotesis.
Pengujian harus dapat dilakukan oleh pengamat lain yang tertarik untuk
mencoba kemudian.
Adalah baik untuk menjaga sifat-sifat ini dalam pikiran ketika
mengembangkan prosedur dan pengujian hipotesis. Kiranya pengenalan
metode ilmiah ini memberikan gambaran tentang upaya yang biasa
dilakukan oleh para ilmuwan untuk memastikan bahwa pekerjaan mereka
adalah bebas dari bias, inkonsistensi, dan dari komplikasi yang tidak perlu.
Ketika Anda sendiri menggunakannya dalam merancang pembelajaran sains,
kiranya hal ini berguna untuk merefleksikan secara teratur cara-cara
menggunakan prinsip-prinsip metode ilmiah.
1.3. Model Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dalam Gamba-
ran Kurikulum 2013
1.3.1. Gambaran Umum Langkah-langkah Pembelajaran
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik, dimana hasil belajar diharapkan melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif dan inovatif melalui penguatan ketiga ranah tersebut
di atas secara terintegrasi. Hal ini secara skematis dapat digambarkan
sebagai berikut (Gambar 8):
Gambar 8. Gambaran skematis proses dan hasil belajar dalam kurikulum 2013
Dari gambar spektrun dan level inquiry ini nampak bahwa ada enam
tingkatan (level) inquiry, yaitu pembelajaran discovery (discovery learning)
yang membutuhkan keterampilan yang mendasar (rudimentary skills),
demonstrasi interaktif (interactive demonstration) yang yang membutuhkan
keterampilan dasar (basic skills), pelajaran inkuiri (inquiry lesson) yang
membutuhkan keterampilan menengah (intermediate skills), lab inkuiri
(inquiry lab) yang membutuhkan keterampilan yang terintegrasi (integrated
skills), real-world applications, yang membutuhkan keterampilan tinggi
puncak (culminating skills) dan eksplanasi hipotetis (hyphotetical
explanations) yang membutuhkan keterampilan lanjut (advanced skills).
Dengan demikian, maka pengunaan strategi pembelajaran
inquiry di sekolah perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan
belajar pada setiap tingkatan sekolah. Secara umum, penerapannya adalah:
o Untuk tingkat Sekolah Dasar, dari level Discovery Learning hingga level
Demonstrasi Interaktif
o Untuk tingkat Sekolah SMP, dari level Discovery Learning hingga level
Inquiry Lesson
o Untuk tingkat SMA, dari level Discovery Learning hingga level Real
World Interactive
o Untuk Siswa-siswa terbaik, dari level Discovery Learning hingga level
Hyphotetical Explanations
Gambaran mengenai tujuan pedagogis dan unsur-unsur keterampilan
(skills) pada setiap level (tingkatan) iquiry adalah:
Discovery Learning
Tujuan pedagogisnya:
Siswa mengembangkan konsep (dan belajar nama untuk konsep-konsep baru)
berdasarkan pengalaman pertama.
Unsur-unsur keterampilannya (skills) adalah:
a) mengamati,
b) menformulasikan konsep
c) memperkirakan
d) menarik kesimpulan
e) mengkomunikasikan hasil
f) mengklasifikasikan hasil
Demonstrasi Interaktif Tujuan
pedagogisnya:
Siswa terlibat dalam menjelaskan dan membuat prediksi yang memungkinkan guru
untuk memperoleh, mengidentifikasi, menantang dan menyempurnakan konsep
alternatif.
Unsur-unsur keterampilannya (skills) adalah:
a) memprediksi
b) menjelaskan
c) memperkirakan
d) memperoleh dan mengolah data
e) merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah
f) mengenali dan menganalisis penjelasan alternatif
Inquiry Lesson
Tujuan pedagogisnya:
Siswa mengidentifikasi prinsip-prinsip dan/atau hubungan-hubungan ilmiah dengan
bekerja bersama guru atau demonstrator yang menunjukkan proses inquiry dan yang
menuntun untuk berpikir secara serius.
Unsur-unsur keterampilannya (skills) adalah:
a) mengidentifikasi/mengukur variabel
b) mengumpulkan dan merekam data
c) membangun tabel data
d) merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah
e) menggunakan teknologi dan matematika
f) menggambarkan hubungan
Inquiry Lab
Tujuan pedagogisnya:
Siswa, bekerja terutama secara mandiri, membangun hukum empiris berdasarkan
pengukuran variabel dalam kondisi yang dikendalikan
Unsur-unsur keterampilannya (skills) adalah:
a) mengukur secara metrik
b) mendesain dan melaksanakan penyelidikan ilmiah yang terkontrol.
c) menggunakan sensor dan analisis grafik selama penyelidikan.
d) membangun hukum-hukum empiris berdasarkan bukti dan logika.
Real-World Applications
Tujuan pedagogisnya:
Siswa memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi autentik, baik
secara individual maupun secara bersama dalam kelompok kolaboratif, berdasarkan
pendekatan berbasis masalah atau berbasis proyek.
Unsur-unsur keterampilannya adalah:
a) mengumpulkan, mengevaluasi, dan menginterpretasi data dari berbagai sumber.
b) mengkonstruksi argumentasi-argumentasi yang masuk akal berdasarkan bukti-
bukti ilmiah.
c) membuat dan mengajukan keputusan-keputusan atau kesepakatan- kesepakatan
berdasarkan bukti.
d) mempraktekkan keterampilan interpersonal
Hyphotetical Explanations
Tujuan pedagogisnya:
Siswa mengembangkan dan menguji hipotesis untuk melayani berbagai eksplanasi
terhadap fenomena-fenomena yang diamati dan untuk menuntun eksperimen
selanjutnya.
Unsur-unsur keterampilannya (skills) adalah:
a) mensintesis dan menguji eksplanasi-eksplanasi hipotetik yang kompleks.
b) menganalisis dan mengevaluasi argumentasi-argumentasi ilmiah.
c) menghasilkan prediksi-prediksi baru
d) merevisi hipotesis berdasarkan data baru
2.6. Hal-hal Utama yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun Ren-
cana Pembelajaran Berorientasi Inquiry
Sebelum memulai pembuatan suatu rencana pembelajaran, guru
perlu menentukan tujuan yang ingin dicapai berupa kompetensi dasar dan
mengidentifikasi indikator-indikator yang menggambarkan pencapaian
kompetansi dasar tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang dipersiapkan terbanyak haruslah
berorientasi inquiry (mencari dan menyelidiki). Fokus dari setiap rencana
haruslah memungkinkan siswa untuk menjawab satu atau beberapa
pertanyaan yang muncul dari masalah yang ingin dicari jawabannya. Guru
tak perlu banyak berbicara, tetapi berupaya mem- bimbing siswa untuk bisa
aktif dalam hal-hal seperti berhipotesis, bereksperimen, mengumpukan data,
menganalisa data, menginter- pretasi data, dan membuat kesimpulan-
kesimpulan berdasarkan data empirik yang diperoleh.
Rumusan tujuan yang ingin dicapai hendaknya menggambarkan
perilaku atau performance siswa. Hal itu harus menggambarkan apa yang
diharapkan untuk diketahui, yang dapat dilakukan dan yang dapat
dinampakkan dalam sikap siswa pada
akhir dari pembelajaran. Ini mencakup pengetahuan, keterampilan
intelektual, dan berbagai disposisi lainnya yang diperlukan. Tujuan- tujuan
tersebut harus berupa perilaku atau performance yang dapat diamati atau
diukur.
Aktifitas pembelajaran yang direncanakan haruslah benar- benar
membantu mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perlu diperhatikan sejumlah keterampilan (skills) yang akan dikembangkan
melalui pengalaman belajar apalagi yang menggunakan laboratorium.
Indikator-indikator keterampilan ini perlu disesuaikan dengan tingkat
kematangan dari siswa. Kita dapat mengelompokkan keterampilan ini ke
dalam empat tahapan (level), seperti yang ditunjukkan berikut ini. Hal ini
akan membantu guru dalam menyiapkan rencana aktifitas pembelajaran
berbasis penyelidikan (berorientasi inquiry), disesuaiakan dengan level dan
skills sebagaimana yang telah disajikan pada bagian dimuka.
Selanjutnya berkaitan dengan rencana penilaian, bagaimana
guru menentukan untuk bisa mengetahui bahwa tujuan yang diinginkan
untuk pelajaran yang direncannakan tercapai atau tidak. Pelajaran dianggap
belum berakhir kalau belum diketahui atau belum dilakukan pengecekan
apakah tujuan yang diinginkan sudah dicapai oleh siswa atau belum.
Mengakhiri rencana pembelajaran perlu dipikirkan kesimpulan-
kesimpulan pelajaran itu. Bagaimana ini dilakukan? Bagaimana materi
pelajaran ini dikaitkan dengan dunia nyata? Tunjukkan cara bagaimana
materi pelajaran yang direncanakan itu dikaitkan dengan fenomena alam
yang nyata.
2.7. Peran Guru dan Siswa, Fase-fase Pembelajaran Inquiry serta
Tahapan Langkah Dasar Inquiry Laboratorium
2.7.1. Peran Guru dan Siswa
Peran dan aktifitas guru dalam menyiapkan dan melaksanakan
pembelajaran yang menggunakan laboratorium dalam hal ini yaitu:
Upayakan pembelajaran yang bepusat pada siswa (student-
centered), guru membangun pengetahuan siswa dengan membawa dan
mengembangkannya dari situasi belajar: guru membantu siswa
mengkonstruksi pengetahuannya dari pengalaman belajarnya; fokus pada
siswa sebagai penyelidik yang aktif dari pada sebagai penerima pengetahuan
yang pasif; pusatkan pada satu atau lebih pertanyaan bimbingan sebagai
mode inquiry yang aktif (pertanyaan bimbingan
lebih banyak dalam pembelajaran di kelas dibandingkan dengan pembelajaran di
laboratorium).
Upayakan siswa untuk berpikir dan bertanya.
Giring siswa agar muncul debate dan diskusi diantara mereka.
Siapkan tahapan dan langkah-langkah yang variatif dalam penyelidikan.
Bertindak sebagai mentor dan pembimbing yang memberikan sedikit
arahan yang mungkin diperlukan.
Pelihara atmosfir kelas yang kondusif untuk inquiry.
Tanamkan kebiasaan siswa untuk bertanya “Bagaimana aku bisa tahu
materi pelajaran ini?” Dari pada bertanya “Apa yang harus ku tahu dari
pelajaran ini?”
Berikan respons atau penghargaan untuk apa yang telah dikatakan atau
dilakukan siswa yang berkontribusi pada pelajaran.
Sedangkan peran dan aktifitas siswa dalam pembelajaran inquiry yang
menggunakan laboratorium adalah:
Membuat pengamatan dan pengumpulan data.
Menformulasikan ramalan (prediksi) berdasarkan pengamatan dan
mengkreasikan serta melaksanakan eksperimen dalam rangka
mendapatkan dan menvalidasi kesimpulan.
Mencari hubungan sebab dan akibat.
Menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat untuk menyatakan
hubungan yang bermakna.
Menggunakan kemampuan bernalar.
Membuat keputusan dan menuliskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan
data.
Menginterpretasikan hasil pengamatan atau data yang terkumpul.
2.7.2. Fase-fase Pembelajaran Inquiry
Standar Nasional Pendidikan Sains dan Inquiry Illionis University
(Carl J. Wenning, 2007) mengajukan sejumlah komponen pembelajaran
berbasis inquiry, berupa fase-fase yang esensial berdasarkan siklus belajar:
Fase-1: Siswa diperhadapkan dengan suatu pertanyaan yang ilmiah,
kejadian, atau fenomena. Ini berhubungan dengan apa yang telah mereka
ketahui, ciptakan kebimbangan dengan ide-ide mereka sendiri, dan/atau
dorong mereka untuk belajar lebih jauh lagi.
Fase 2: Siswa mengeksplorasi ide-ide melalui pengalaman hands-on,
menformulasi dan menguji hipotesis, memecahkan masalah, dan
mengemukakan penjelasan-penjelasan untuk apa yang mereka amati. Fase 3:
Siswa menganalisis dan menginterpretasi data, mensintesiskan ide-ide
mereka, membuat model, dan mengklarifikasi konsep dan eksplorasi dengan
guru dan sumber-sumber pengetahuan ilmiah lainnya.
Fase 4: Siswa menunjukkan pemahaman dan kemampuan mereka dan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari pada situasi-situasi yang baru.
2.7.3. Tahapan Langkah Dasar Pembelajaran Berbasis Inquiry
Meng- Gunakan Laboratorium
Secara umum ada lima tahapan langkah dalam melaksanakan
praktek/percobaan berorientasi Inquiry (Eugenia Etkina, Alan Van Heuvelen,
2008), yaitu:
1. Observasi dan Identifikasi
2. Eksperimentasi:
a) Pengamatan.
b) Pengujian.
c) Penerapan (Aplikasi).
3. Generalisasi.
4. Pembuktian (Verifikasi).
5. Komunikasi.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Observasi dan Identifikasi, berkaitan dengan:
Serangkaian pengamatan sistematik yang berhubungan dengan tipe
pertanyaan-pertanyaan berbeda yang ingin dicari jawaban- nya.
◼ Mengapa?
◼ Bagaimana?
◼ Apa itu?
Suatu rumusan pertanyaan penyelidikan (research quations) yang baik
dimunculkan dari pengetahuan yang sudah dimiliki.
2. Eksperimentasi, berhubungan dengan
Perencanaan eksperimen
Pengumpulan bukti-bukti atau fakta dari serangkaian penga- matan
Perumusan atau suatu hubungan atau formulasi berdasarkan bukti-
bukti, pengujian dan penjelasan (eksplanasi), atau menda- patkan
suatu penerapan (aplikasi)
Dikenal tiga tipe Eksperimen, yaitu:
Observasional (eksperimen untuk menyelidiki suatu fenomena baru).
Pengujian (eksperimen untuk menguji suatu hipotesis).
Penerapan (eksperimen untuk memecahkan suatu masalah praktis atau
untuk menentukan suatu besaran fisis dalam dua cara yang berbeda)
Contoh arahan untuk suatu Eksperimen Observasional:
“Kepada Anda diperhadapkan sebuah bola logam berongga yang
berisi suatu gas yang belum diketahui didalamnya. Anda juga diberi
sebuah termometer, dan sebuah alat pengukur tekanan, sebuah plat panas,
segumpal es, dan sebuah wadah berisi air panas. Rancang dan lakukan
suatu eksperimen untuk menentukan (jika ada) suatu hubungan antara
tekanan dan temperatur dari gas yang
tak diketahui itu ketika volumenya dibuat tetap”.
Contoh suatu Eksperimen Pengujian:
“Rancang dan lakukan suatu eksperimen pengujian untuk menguji hukum
berikut ini: Suatu benda selalu bergerak dalam arah searah dengan arah
total gaya yang bekerja padanya. Anda punya sebuah kereta dinamik,
peluncur dinamik, sebuah pegas berskala, kertas pita, sebuah bola guling,
a mallet, sebuah bola kecil dan sebuah cushion untuk digunakan. Anda
bisa juga menggunakan peralatan
umum lainnya yang tersedia di lab.”
Contoh Eksperimen Penerapan (Aplikasi):
“Rancang dan lakukan paling sedikit dua eksperimen yang tak saling
bergantung untuk menentukan koefisien gesekan statik antara sepatu
Anda dan suatu sampel karpet yang bisa diperoleh. Alat dan bahan: pegas
berskala, mistar, protraktor, karpet atau permukaan papan, pita.
3. Generalisasi
Bergantung pada tipe eksperimen yang dilakukan
◼ Untuk tipe observasional – secara tipikal suatu hubungan diturunkan dari
suat grafik; suatu hipotesis atau model dapat dihasilkan untuk
eksperimentasi berikutnya.
◼ Untuk tipe pengujian - secara tipikal bukti ditentukan untuk mensupport
atau tidak mengkonfirmasi suatu model atau hipotesis; data tak
pernah “membuktikan” suatu model atau hipotesis.
◼ Untuk tipe aplikasi (penerapan) – kedua-duanya berlaku atau
tidak sama sekali
4. Verifikasi
Bergantung juga pada tipe eksperimen
◼ Untuk tipe observasional – Menggunakan formulasi baru untuk
membuat prediksi dalam rangka pembuktian.
◼ Untuk tipe pengujian – Menggunakan hipotesis atau model untuk
mendeduksi prediksi-prediksi untuk pembuktian.
◼ Untuk tipe aplikasi (penerapan) - kedua-duanya berlaku atau tidak
sama sekali.
Verifikasi memerlukan perhitungan statistik ketidakpastian (teori
kesalahan/ketidakpastian)
Verifikasi juga memerlukan penjelasan (eksplanasi).
5. Komunikasi
Ingat bahwa ilmu alamiah adalah suatu kompak sosial, dan bahwa ada
jalan dan proses-proses untuk hasil-hasil komunikasi yang diterima
Ingat untuk membatasi generalisasi
Komunikasi memberikan bukti serta prosedur sehingga orang lain
dapat mereplikasi temuan Anda
Desain eksperimental yang umum
Mengidentifikasi sistem yang akan dipelajari
Mengidentifikasi sistem variabel yang berbeda
Mengidentifikasi prosedur umum yang akan diikuti
Mengdentifikasi model jika mungkin
Mengubah rentangan variabel bebas (independent variable)
Mengumpulkan dan menginterpretasi data
Menyiapkan presisi keseluruhan eksperimen
C. Rangkuman
o Metode ilmiah disini dilihat sebagai seperangkat teknik yang digunakan
oleh komunitas ilmiah untuk menyelidiki fenomena alam dengan
menyediakan kerangka kerja obyektif untuk membuat penyelidikan
ilmiah dan analisis data untuk mencapai kesimpulan tentang apa yang
yang dipertanyakan.
o Langkah metode ilmiah bisa berbeda, tetapi yang umum digunakan
adalah mengajukan pertanyaan (masalah), menyelidiki topik,
merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan menganalisis data.
o Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk mendapatkan solusi
permasalahan berbagai fenomena secara sistematis dan objektif.
o Dalam gambaran kurikulum 2013, pendekatan ilmiah (scientific
approach) mengikuti lima langkah, yaitu mengamati (observing),
menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimen-
ting), dan membentuk jejaring (networking).
o Inquiry ilmiah adalah cara yang ampuh untuk memahami konten ilmu
pengetahuan. Siswa belajar bagaimana mengajukan pertanyaan dan
menggunakan bukti untuk memberikan jawaban. Dalam proses belajar
dengan strategi inquiry ilmiah, siswa belajar untuk melakukan
penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai sumber,
mengembangkan penjelasan dari data, dan berkomunikasi serta
mempertahankan kesimpulan mereka.
o Ciri utama strategi pembelajaran inquiry. Pertama, strategi ini
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi ini adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.
o Strategi Pembelajaran inquiry merupakan strategi yang menekan-
kan pada pengembangan intelektual anak. Pengembangan intelektual itu
menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical
experience, social experience, dan equilibration.
o Dalam penggunaan Strategi Pembelajaran inquiry terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu berorientasi pada
pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip
belajar untuk berpikir, prinsip keter- bukaan.
o Langkah Umum yang Banyak Digunakan tentang Strategi Pem belajaran
Inquiry, adalah orientasi, merumuskan masalah, meru-
muskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan
kesimpulan.
o Ada beberapa kesulitan, keunggulan dan kelemahan dalam penggunaan
strategi pembelajaran inquiry.
o Ada enam tingkatan (level) inquiry yaitu pembelajaran discovery
(discovery learning) yang membutuhkan keterampilan yang mendasar
(rudimentary skills), demonstrasi interaktif (interactive demonstration)
yang yang membutuhkan keterampilan dasar (basic skills), pengajaran
inkuiri (inquiry lesson) yang membutuhkan keterampilan menengah
(intermediate skills), lab inkuiri (inquiry lab) yang membutuhkan
keterampilan yang terintegrasi (integrated skills), Real-world
applications, yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi
(culminating skills) dan eksplanasi hipotetis (hypho- tetical explanations)
yang membutuhkan keterampilan lanjut (advanced skills).
o Pengunaan strategi pembelajaran inquiry di sekolah perlu disesuaikan
dengan kemampuan dan kesiapan belajar pada setiap tingkatan sekolah.
Secara umum, penerapannya adalah untuk tingkat Sekolah Dasar dari
level Discovery Learning hingga level Demonstrasi Interaktif, Untuk
tingkat Sekolah SMP dari level Discovery Learning hingga level Inquiry
Lesson, Untuk tingkat SMA dari level Discovery Learning hingga level
Real world Interactive, Untuk Siswa-siswa terbaik dari level Discovery
Learning hingga level Hyphotetical Explanations.
o Peran guru dalam pembelajaran berbasis inquiry:
- Upayakan siswa untuk berpikir dan bertanya.
- Giring siswa agar muncul debate dan diskusi diantara mereka.
- Siapkan tahapan dan langkah-langkah yang variatif dalam
penyelidikan.
- Bertindak sebagai mentor dan pembimbing yang memberikan sedikit
arahan yang mungkin diperlukan.
- Pelihara atmosfir kelas yang kondusif untuk inquiry.
- Tanamkan kebiasaan siswa untuk bertanya “Bagaimana aku bisa tahu
materi pelajaran ini? Dari pada bertanya “Apa yang harus ku tahu dari
pelajaran ini?”
- Berikan respons atau penghargaan untuk apa yang telah dikatakan atau
dilakukan siswa yang berkontribusi pada pelajaran.
o Peran dan aktifitas siswa dalam pembelajaran inquiry yang meng-
gunakan laboratorium adalah:
- Membuat pengamatan dan pengumpulan data.
- Menformulasikan ramalan (prediksi) berdasarkan pengamatan dan
mengkreasikan serta melaksanakan eksperimen dalam rangka
mendapatkan dan menvalidasi kesimpulan.
- Mencari hubungan sebab dan akibat.
- Menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat untuk menyatakan
hubungan yang bermakna.
- Menggunakan kemampuan bernalar.
- Membuat keputusan dan menuliskan kesimpulan-kesimpulan
berdasarkan data.
- Menginterpretasikan hasil pengamatan atau data yang terkumpul.
o Ada lima tahapan langkah dalam melaksanakan praktek/perco- baan
berorientasi Inquiry, yaitu:
- Observasi & Identifikasi.
- Eksperimentasi.
- Generalisasi.
- Pembuktian (Verifikasi).
- Komunikasi.
o Dikenal tiga tipe Eksperimen, yaitu:
- Observasional (eksperimen untuk menyelidiki suatu fenomena baru).
- Pengujian (eksperimen untuk menguji suatu hipotesis).
- Penerapan (eksperimen untuk memecahkan suatu masalah praktis atau
untuk menentukan suatu besaran fisis dalam dua cara yang berbeda)
o Desain eksperimental yang umum
- Mengidentifikasi sistem yang akan dipelajari.
- Mengidentifikasi sistem variabel yang berbeda.
- Mengidentifikasi prosedur umum yang akan diikuti.
- Mengdentifikasi model jika mungkin.
- Mengubah rentangan variabel bebas (independent variable).
- Mengumpulkan dan menginterpretasi data.
- Menyiapkan presisi keseluruhan eksperimen.
D. Contoh Soal
Soal:
Pilih satu topik bahasan materi fisika SMA dan buatkan skenario pembe- lajarannya
dalam bentuk Lembar Kegiatan Praktikum yang menggunakan strategi inquiry
terbimbing.
Jawaban
Topik bahasan yang dipilih, misalnya “Pembiasan (Refraksi) Cahaya” dengan
materi bahasan “Pembiasan (Refraksi) Cahaya pada Sebuah Lensa Cembung
Tipis” untuk SMP.
Skenario Pembelajarannya dalam bentuk Lembar Kerja Praktek adalah:
Judul
Pembiasan Cahaya pada Sebuah Lensa Cembung Tipis
Tujuan Percobaan
Menyelidiki proses pembiasan cahaya pada sebuah lensa cembung tipis.
Alat/Bahan
Bila menggunakan praktikum rill
- Bangku optik
- 2 buah lensa cembung tipis
- layar
- sumber cayaha
Bila menggunakan praktikum virtual
-Software PhET
geometric-optics_en.jar
Gambar 11. Bagan percobaan refraksi pada sebuah lensa tipis (menggunakan lab
virtual)
Merumuskan Masalah:
Bertolak dari rumusan tujuan percobaan ini, tuliskan disini dengan kalimat atau
bahasa Anda sendiri, rumusan masalah yang menjadi fokus kegiatan lab saat ini.
Ujilah dugaan atau pemikiran Anda tersebut, melalui percobaan/ simulasi berikut:
2. Mula-mula klik benda (pensil) yang ada di kiri lensa dan geserkan objek (benda)
teresbut ke posisi paling jauh di sebelah kiri. Amati letak posisi bayangan dan
sifat bayangan yang terbentuk di kanan lensa. Catat hasil pengamatan Anda.
3. Geser perlahan-lahan objek tersebut ke kanan mendekati lensa hingga objek
menempati posisi dekat lensa. Untuk setiap posisi objek, yaitu pada posisi: (a) di
tempat yang jauh sekali dari lensa, (b) di antara tempat jauh dan titik berjarak 2 x
jarak fokus, (c) pada titik ber- jarak 2 x jarak fokus,
(d) di antara titik berjarak 2 x jarak fokus dan titik fokus, (e) pada titik fokus, (f)
di antara titik fokus dan lensa, perhatikan letak dan sifat bayangan yang
terbentuk. Ukur jarak benda dan jarak bayangan yang terbentuk pada setiap
posisi tersebut di atas. Catat hasil pengamatan Anda, dan nyatakan pula sifat
bayangan yang terbentuk
Rangkumkan hasil pengukuran dan pengamatan Anda dalam suatu tabel yang perlu
Anda buat dengan baik dalam kolom dan baris. Anda boleh diskusikan dengan
teman, bagaimana bentuk tabel tersebut.
Hasil:
1. Berdasarkan data hasil percobaan/simulasi yang Anda peroleh. bagaimana hasil
pengamatan Anda mengenai posisi dan sifat bayangan yang terbentuk ketika
objek berada (a) di tempat yang jauh sekali dari lensa? (b) di antara tempat jauh
dan titik berjarak 2 x jarak fokus?, (c) pada titik ber- jarak 2 x jarak fokus?, (d)
di antara titik berjarak 2 x jarak fokus dan titik fokus?, (e) pada titik fokus?, (f) di
antara titik fokus dan lensa?.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil yang diperoleh, apa yang dapat Anda simpulkan tentang pembiasan
(refraksi) cahaya pada sebuah lensa cembung tipis?
Apakah hipotesis yang Anda rumuskan sebelumnya dapat diterima atau tidak.
Dengan kata lain, apakah hipotesis Anda teruji kebenarannya?
Laporkan Hasil Kegiatan Tiap kelompok Melalui Suatu Diskusi Kelas:
Laporan Kelompok-1: ..........................
Kelompok-2, dst ...................................
Pertanyaan/Tugas (Untuk Melengkapi Laporan Tertulis):
1. Buatkan rangkuman bahasan tentang pembiasan (refraksi) cahaya pada
permukaan batas antara dua medium yang rapat optiknya berbeda.
2. Buatkan pula rangkuman bahasan tentang pembiasan cahaya oleh sebuah lensa
cembung tipis.
3. Tuliskan satu contoh soal lensa cembung tipis serta pemecahannya. Soal tersebut
harus harus mempertanyakan jarak bayangan dan sifat bayangan untuk semua
posisi objek yang ditnjau pada percobaan di atas.
Tindak Lanjut:
1. Selidikilah pengaruh besarnya indeks bias lensa terhadap letaknya posisi
bayangan dan sifat bayangan yang terbentuk ketika objek (benda) digeser dari
posisi paling jauh di kiri hingga objek berada pada posisi dekat lensa.
2. Selidikilah pengaruh perubahan besarnya jari-jari kelengkungan lensa terhadap
letaknya posisi bayangan dan sifat bayangan yang terbentuk.
3. Berikan contoh penggunaan lensa cembung tipis dalam kehidupan sehari- hari,
berikan sedikit penjelasan.
4. Laporkan hasil penyelidikan atau hasil kerja Anda.
Daftar Pustaka
Free Download PhET Software Interactive Simulations dari University of Colorado
at oulder Simulation: Circuit Construction Kit (DC Only). Didownload
pada 5 April 2009 dari http://phet.colorado.edu.
Virtual Lab: http://websites.kahoks.org/Richert_Gary/ sciweb/applets. html
Wagania Hans, (2008). “Pembuatan dan Penggunaan Presentasi Bahan Ajar
Fisika Berbantuan Lab Virtual Sebagai suatu Inovasi dalam
Pembelajaran”. Makalah (disampaikan dalam Pelatihan Guru Fisika SMP
dan SMA), diselenggarakan oleh Dinas Dikpora Kab Minut 21- 22 Agustus
2008. Panitia Penyelenggara.
Wiemans, Adams, Loeblein, Perkins. (2010). ”Teaching Physics Using PhET
Simulation”. http://phet.colorado.edu/publications/ Teaching_p-
hysics_using_ PhET_TPT.pdf; diakses 8 Nopember 2011
E. Soal Latihan
Disediakan 4 topik bahasan materi fisika SMA sesuai silabus KTSP,
masing-masing dengan judul:
a) Elastisitas dan Gaya Pegas
b) Gerak Harmonik Sederhana.
c) Impuls dan Momentum
d) Usaha dan Energi
Kelas Anda akan dibagi dalam empat kelompok, dan setiap kelompok akan
diberikan salah satu materi tersebut di atas. Pembagian kelompok akan
dilakukan oleh dosen/asisten. Setiap anggota kelompok dalam setiap
kelompok secara individual menyusun
skenario pembelajarannya dalam bentuk Lembar Kerja Praktek/Percobaan
dengan menggunakan strategi pembelajaran inquiry terbimbing untuk materi
yang sudah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Sebelum Anda
mengerjakan secara individual, kelompok Anda perlu melakukan diskusi
kelompok untuk menyamakan persepsi bagaimana mengerjakan soal tugas
ini. Setelah Anda diberi waktu 1 minggu, maka akan dilakukan diskusi kelas,
tiap kelompok akan diambil sampel untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Berdasarkan masukan-masukan dalam diskusi ini, Anda secara individual
memperbaiki hasil pekerjaan Anda, kemudian mengumpulkannya (print
outnya dan softnya kepada dosen/asisten).
F. Tes Formatif
Bagian I
Jawablah soal-soal berikut ini dengan baik:
1. Jelaskan tentang ciri utama pembelajaran dengan strategi inquiry.
2. Tuliskan langkah umum yang banyak digunakan tentang Strategi
Pembelajaran Inquiry,
3. Berikan gambaran singkat tentang spektrum enam level pembelaja- ran
inquiry.
4. Tuliskan lima tahapan langkah dalam melaksanakan praktek/per- cobaan
berorientasi Inquiry
Bagian II
Soal
Susunlah skenario pembelajaran dengan strategi inquiry terbimbing
dalam bentuk Lembar Kerja Praktek/Percobaan, untuk materi
pembelajaran IPA SMP dengan judul materi “Hukum Ohm”.
G. Kunci Tes
Formatif Bagian I
Jawaban
o Ciri utama strategi pembelajaran inquiry. Pertama, strategi ini
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi ini adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.
o Langkah Umum yang Banyak Digunakan tentang Strategi Pem- belajaran
Inquiry, adalah Orientasi, Merumuskan Masalah, Merumuskan Hipotesis,
Mengumpulkan Data, Menguji Hipotesis, Merumuskan Kesimpulan.
o Ada enam tingkatan (level) inquiry, yaitu pembelajaran discovery
(discovery learning) yang membutuhkan keterampilan yang mendasar
(rudimentary skills), demonstrasi interaktif (interactive demonstration)
yang yang membutuhkan keterampilan dasar (basic skills), pengajaran
inkuiri (inquiry lesson) yang membutuhkan keterampilan menengah
(intermediate skills), lab inkuiri (inquiry lab) yang membutuhkan
keterampilan yang terintegrasi (integrated skills), real-world
applications, yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi
(culminating skills) dan eksplanasi hipotetis (hypho- tetical explanations)
yang membutuhkan keterampilan lanjut (advan- ced skills).
o Ada lima tahapan langkah dalam melaksanakan prak-
tek/percobaan berorientasi Inquiry, yaitu:
- Observasi dan Identifikasi.
- Eksperimentasi.
- Generalisasi.
- Pembuktian (Verifikasi).
- Komunikasi.
Bagian II
Jawaban
Skenario pembelajaran dengan strategi inquiry terbimbing dalam
bentuk Lembar Kerja Praktek/Percobaan sesuai yang diminta, bisa disusun
seperti berikut ini:
Judul
Hukum Ohm
Tujuan:
Menyelidiki untuk mendapatkan formulasi hubungan/keterkaitan antara kuat arus,
hambatan dan beda tegangan listrik pada rangkaian listrik arus searah sederhana
Rumusan Masalah
Bagaimanakah formulasi hubungan (keterkaitan) antara kuat arus listrik, hambatan
listrik dan beda tegangan listrik pada rangkaian arus searah sederhana?
Variabel
1. Hambatan (R), var bebas/kontrol
2. Tegangan (V), var bebas/kontrol
3. Arus (I), var terikat
Rancangan Percobaan
Variasi-1
Var Terikat: Arus (I)
Var Bebas: Hambatan (R) Lihat Tabel-1
Var Kontrol: Tegangan (V)
Variasi-2
VarTerikat: Arus (I)
Var Bebas: Tegangan (V) Var Lihat Tabel-2
Kontrol: Hambatan (R)
Alat/Bahan
Sumber tegangan
Resistor
Saklar
Kawat penghubung
Pertanyaan Pendahuluan
Bila Anda melakukan percobaan dengan rangkaian seperti di atas, sebelum Anda
melakukannya apa yang dapat Anda ramalkan/harapkan/hipo- tesiskan mengenai
hubungan antara besarnya arus yang melalui R dengan besarnya selisih tegangan
pada R dan besarnya nilai R? (Tuliskan ramalan/harapan/hipotesis Anda).
Langkah-langkah percobaan
1) Susun rangkaian seperti pada Gambar-1, dengan R = 50 ohm dan sumber
tegangan V = 12 V.
2) Untuk mengukur arus yang mengalir dalam rangkaian, buka sambungan antara
titik B dan C, lalu pasang amperemeter. Sedangkan untuk mengukur tegangan
pada R, voltmeter dihubungkan parallel dengan R (voltmeter dihubungkan ke
titik A dan B). Onkan saklar, lalu baca arus dan tegangan yang ditunjukkan oleh
amperemeter dan voltmeter. Catat hasil pengamatan dalam Tabel 2.
3) Lakukan lagi percobaan ini seperti pada langkah kedua, tapi ganti hambatan
dengan 100 ohm. Catat hasilnya dalam tabel.
4) Ulangi kembali langkah ketiga, tapi dengan menggunakan hambatan 150 ohm.
Catat hasilnya dalam tabel.
Tabel 1. Data pengamatan percobaan Hukum Ohm (R sebagai var control dan V
sebagai var bebas)
1) Percobaan berikut dengan rangkaian seperti pada Gambar 12, tapi hambatan (R)
dibuat tetap, yang diubah adalah V dengan menggunakan sumber tegangan
dengan keluaran yang dapat diubah. Tiap kali mengubah V, diukur arus yang
melalui R dan tegangan yang ada pada R. Hasil pengamatan dicatat dalam Tabel
2 berikut:
Tabel 2. Data pengamatan percobaan Hukum Ohm (V sebagai var kontrol dan R
sebagai var bebas)
A. Deskripsi
Dalam bab ketiga ini akan dibahas tentang laboratorium IPA sebagai
salah satu sarana pelengkap/penunjang pembelajaran. Akan dibahas
bagaimana pemanfaatannya dalam pembelajaran yang berorientasi
penyelidikan atau berbasis pendekatan ilmiah. Akan diberikan beberapa
alternatif contoh skenario dalam bentuk Lembar Kegiatan Praktek,
khususnya untuk IPA-Fisika di Sekolah Menengah, baik untuk praktikum rill
maupun virtual.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa calon guru IPA
khususnya fisika atau pembaca lainnya akan dapat memahami tentang peran
dan fungsi laboratorium IPA dalam pembelajaran serta memahami tentang
bagaimana memanfaatkan laboratorium sebagai sarana penunjang/pelengkap
pembelajaran, yang dapat melatih pengembangan keterampilan proses sains
siswa terutama di sekolah menengah. Karena itu, maka materi (bahan ajar)
yang dipilih untuk disajikan dalam bab ini adalah tinjauan umum tentang
laboratorium IPA di seolah menengah, pemanfaatan laboratorium IPA dalam
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik yang dapat melatih
pengembangan keterampilan proses sains siswa terutama di sekolah
menengah.
B. Sajian/Uraian
B.1. Tinjauan Umum Laboratorium IPA di Sekolah Menengah
1.1 Pentingnya Laboratorium IPA
Bidang ilmu yang menjadikan alam sekitar sebagai obyek kajian
seringkali disebut sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Proses pencarian
kebenaran dalam IPA senantiasa dilakukan dengan pendekatan saintifik
empirik, karena hanya dengan cara demikian gejala-gejala alam dapat
dipelajari dengan pengamatan dan penginderaan langsung ataupun tidak
langsung. Dalam IPA siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengasah kemampuan indera secara tepat dalam menangkap dan memahami
gejala alam yang ada di sekitar. Untuk memberi kesempatan kepada siswa
berlatih melakukan pengamatan dan eksperimentasi terhadap gejala-gejala
alam di atas sudah seharusnya apabila sekolah menyediakan sarana
dan prasarana yang memadai. Bentuk sarana tersebut antara lain adalah
laboratorium IPA. Laboratorium IPA dapat digunakan oleh siswa untuk
tempat berlatih dan sekaligus sebagai wahana untuk dapat berinteraksi secara
langsung dengan obyek IPA yang dapat dipelajari secara langsung.
Belajar IPA atau sains pada hakekatnya adalah belajar tentang
fenomena alam. Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan
pengamatan dan pemahamannya. Carin mendefinisikan science sebagai the
activity of questioning and exploring the universe and finding and
expressing it’s hidden order, yaitu “Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan
penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian
rahasia alam” (Kholil, 2009).
Berdasarkan definisi di atas, belajar sains tentunya memiliki
karakteristik khusus dibandingkan belajar ilmu-ilmu yang lain.Belajar sains
tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum
dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar sains juga
belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi
bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja
ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Pada hakekatnya sains terdiri
atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak
hanya terdiri atas
kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan
kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia
gejala alam.
Pendekatan dan metode pembelajaran sains/IPA yang sesuai dengan
definisi IPA di atas antara lain dengan eksplorasi, inkuiri dan eksperimen.
Dalam pencapaian Standar kompetensi yaitu kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau
semester pada suatu mata pelajaran dan kompetensi dasar yaitu sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran,
siswa SMP, mensyaratkan antara lain kegiatan pembelajaran yang sifatnya
mengeksplorasi, membuktikan, mengkomunikasikan.
1.2. Kompetensi Guru Sains/IPA Kaitan dengan Laboratorium
Untuk pembelajaran sains/IPA (Permendiknas No 24 Tahun 2007).
Untuk menyelenggarakan pembelajaran IPA dengan
memanfaatkan fasilitas laboratorium maka sesuai dengan Standar dan
kompetensi guru mata pelajaran IPA SMP/MTs berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru diperlukan guru yang memiliki kompetensi antara lain:
a) Memahami lingkup dan kedalaman IPA sekolah.
b) Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan IPA.
c) Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan
kerja/belajar di laboratorium IPA sekolah.
d) Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak
komputer untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas, laboratorium.
e) Merancang eksperimen IPA untuk keperluan pembelajaran atau penelitian.
1.3 Pengertian, Fungsi dan Peran Laboratorium IPA di Sekolah
1.3.1 Pengertian Laboratorium
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperi-
men, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium
biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan
tersebut secara terkendali. Sementara menurut Emha (2002), laboratorium
diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan,
dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi
atau bidang ilmu lain.
Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu
tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu.
Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan
terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
laboratorium IPA adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan
percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi,
dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup,
kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.
Laboratorium dapat bermacam macam jenisnya. Di Sekolah
Menengah, umumnya jenis laboratorium disesuaikan dengan mata pelajaran
yang membutuhkan laboratorium tersebut. Karena itu di sekolah-sekolah
untuk pembelajaran IPA biasanya hanya dikenal
Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi. Di
SLTP mungkin hanya ada Laboratorium IPA saja.
1.3.2. Fungsi Laboratorium
Sukarso (2005), secara garis besar mengemukakan bahwa labora-
torium dalam proses pendidikan adalah sebagai tempat untuk berlatih
mengembangkan keterampilan intelektual melalui kegiatan pengamatan,
pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam; mengem- bangkan keterampilan
motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya dalam
mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan
menemukan kebenaran; memberikan dan memupuk keberanian untuk
mencari hakekat kebenaran ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam
dan sosial; memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah
seseorang calon ilmuan; membina rasa percaya diri sebagai akibat
keterampilan dan penge- tahuan atau penemuan yang diperolehnya;
laboratorium sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau melakukan
percobaan.
Tujuan pembelajaran fisika yang terdiri dari ranah pengetahuan,
ranah sikap, dan ranah keterampilan/afektif dapat digali, diungkapkan, dan
dikembangkan. Laboratorium sebagai prasarana pendidikan atau wadah
proses pembelajaran, terdiri dari ruang yang dilengkapi dengan berbagai
perlengkapan dengan bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan,
khususnya peralatan untuk melakukan percobaan.
1.3.3. Peranan Laboratorium Sekolah
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru
fisika sangat dituntut mengembangkan kreatifitas dalam membuat alat-alat
sederhana yang mampu menjelaskan teori dan konsep fisika, sesuai dengan
peralatan yang ada dan kondisi daerahnya agar tervisualisasi sehingga
mudah dipahami dan dimengerti siswanya. Untuk itu peranan laboratorium
fisika menjadi sangat penting, karena laboratorium merupakan pusat proses
belajar mengajar untuk mengadakan percobaan, penyelidikan atau penelitian
(Ari, 2007).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peranan laboratorium
sekolah antara lain:
1) Laboratorium sekolah sebagai tempat timbulnya berbagai masalah
sekaligus sebagai tempat untuk memecahkan masalah tersebut.
2) Laboratorium sekolah sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta
kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap teliti.
3) Laboratorium sekolah sebagai tempat yang dapat mendorong semangat
peserta didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang
diselidiki atau diamatinya.
4) Laboratorium sekolah berfungsi pula sebagai tempat untuk melatih
peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur, serta berpikir
kritis dan cekatan.
5) Laboratorium sebagai tempat bagi para peserta didik untuk
mengembangkan ilmu pengetahuannya (Emha, 2002).
B.2. Pemanfaatan Laboratorium Sains/IPA dalam Pembelajaran
yang dapat Melatih Pengembangan Keterampilan Proses Sains
2.1 Tahapan Langkah Dasar Penggunaan Laboratorium dalam
Pembelajaran Sains/IPA yang dapat Mengembangkan Kete-
rampilan Proses Sains
Komponen-komponen Indikator Keterampilan Proses Sains
Dalam bab I telah ditunjukkan unsur-unsur atau komponen yang
menjadi indikator ketampilan inquiry yang yang ditunjukkan Carin (2007),
yang sebenarnya merupakan indikator-indikator Keterampilan Proses Sains,
yaitu:
Memanipulasi Bahan: Menangani atau mencobakan bahan dan peralatan
secara trampil dan efektif.
Mengamati: Menjadi sadar terhadap suatu objek atau kejadian dengan
mengguna-kan setiap indera (atau perluasan dari indera) untuk mengenali
sifat/ ciri.
Mengklasifikasi: Menyusun atau mendistribusikan benda-benda,
kejadian, atau informasi yang merepresentasikan benda-benda atau peristiwa
ke dalam kelas-kelas mengikuti suatu metode atau sistem. Mengukur:
Membuat pengamatan-pengamatan kuantitatif dengan membandingkannya
dengan suatu standar konvensional atau non konvensional.
Menggunakan bilangan: Menerapkan aturan-aturan atau rumus-rumus
matematika untuk menghitung besaran-besaran atau menentukan pertautan
berdasarkan pengukuran-pengukuran dasar.
Mencatat Data: Mengumpulkan informasi tentang benda atau peristiwa yang
mengilustrasikan suatu situasi khusus.
Mereplikasi: Membentuk tindakan-tindakan yang merupakan duplikasi dari
simbol-simbol, pola-pola, atau prosedur yang didemonstrasikan.
Mengidentifikasi variabel: Mengenali karakteristik benda atau faktor dalam
peristiwa yang tetap atau berubah dibawa kondisi yang berbeda.
Menginterpretasi Data: Menganalisis data yang telah didapatkan dan
mengorganisirnya dengan menentukan pola-pola yang nyata atau pertautan
dalam data.
Memprediks : Membuat suatu taksiran mengenai kejadian yang akan datang
atau kondisi yang diharapkan terjadi.
Menformulasi hipotesis: Mengkonstruksi suatu pernyataan yang tentative
dan dapat diuji mengenai apa yang dipikirkan sepertinya benar berdasartkan
penalaran.
Menginfer: Membuat suatu konklusi berdasar-kan suatu penalaran untuk
menjelaskan suatu pengamatan.
Menggambarkan konklusi berdasarkan fakta: Menggambarkan konklusi
umum dari fakta-fakta.
Mengkreasi Model: Menyajikan informasi dengan cara ilustrasi grafik atau
dengan repre-sentasi multisensori lainnya.
Membuat keputusan: Mengenali alternatif-alternatif dan pilihan suatu
rangkaian tindakan dari antara berbagai alternatif berdasarkan pertimbangan
pikiran atau penalaran yang dibenarkan.
Dalam implementasi kurikulum 2013, indikator-indikator
keterampilan proses dalam pembelajaran IPA meliputi (diangkat dari bahan
diklat PLPG tentang kurikulum 2013):
a) mengamati,
b) mengelompokkan/mengklasifikasi,
c) menafsirkan,
d) meramalkan,
e) mengajukan pertanyaan,
f) merumuskan hipotesis,
g) merencanakan percobaan,
h) menggunakan alat/bahan,
i) menerapkan konsep,
j) mengkomunikasikan.
Keterampilan proses IPA itu diklasifikasi dalam dua kelompok berasarkan
tingkat kompleksitasnya, yaitu:
Keterampilan Proses Dasar
dengan komponen indikator, meliputi pengamatan, pengukuran,
menyimpulkan, meramalkan, menggolongkan, mengkomunikasi-kan.
Keterampilan Proses Terpadu
dengan komponen indikator, meliputi pengontrolan variabel, interpretasi
data, perumusan hipotesis, pendefinisian variabel secara operasional, dan
merancang eksperimen
Praktek/Percobaan Laboratorium Sebagai Suatu Kegiatan Ilmiah
Secara umum ada lima tahapan langkah dalam melaksanakan
praktek/percobaan di laboratorium sebagai suatu kegiatan ilmiah. Sebagai
suatu kegiatan menyelidiki atau inquiry, Eugenia Etkina, dan kawan-kawan
(2008), mengemukakan lima tahapan langkah kegiatan tersebut, yaitu
observasi & identifikasi, eksperimentasi, generalisasi, pembuktian
(verifikasi) dan komunikasi.
Contoh arahan untuk suatu Eksperimen Observasional: “Kepada
Anda diperhadapkan sebuah bola logam berongga yang berisi suatu
gas yang belum diketahui didalamnya. Anda juga diberi sebuah
termometer, dan sebuah alat pengukur tekanan, sebuah plat panas,
segumpal es, dan sebuah wadah berisi air panas.Rancang dan lakukan
suatu eksperimen untuk menentukan (jika ada) suatu hubungan antara
tekanan dan temperatur dari gas yang tak diketahui itu ketika
volumenya
dibuat tetap”.
Contoh suatu Eksperimen Pengujian:
“Rancang dan lakukan suatu eksperimen pengujian untuk menguji
hukum berikut ini: Suatu benda selalu bergerak dalam arah searah
dengan arah total gaya yang bekerja padanya. Anda punya sebuah
kereta dinamik, peluncur dinamik, sebuah pegas berskala, kertas
pita, sebuah bola guling, a mallet, sebuah bola kecil dan sebuah
cushion untuk digunakan. Anda bisa juga menggunakan peralatan
umum lainnya yang tersedia
di lab.”
Contoh Eksperimen Penerapan (Aplikasi):
“Rancang dan lakukan paling sedikit dua eksperimen yang tak
saling bergantung untuk menentukan koefisien gesekan statik antara
sepatu Anda dan suatu sampel karpet yang bisa diperoleh. Alat dan
bahan: pegas berskala, mistar, protraktor, karpet atau permukaan
papan, pita.”
Penggunaan Lab Virtual dalam Pembelajaran IPA-Fisika dan Pen-
dekatannya
Lab Virtual Sebagai Suatu Alternatif
Mata pelajaran Fisika di Sekolah ditujukan untuk mendidik siswa
agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimentasi serta berpikir
taat asas. Hal ini didasari oleh tujuan Fisika, yakni mengamati, memahami,
dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan
energi. Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan pada
melatih kemampuan berpikir eksperimental yang mencakup tatalaksana
percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran
baik di dalam laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan siswa.
Kemampuan berpikir dilatihkan melalui pengelolaan data untuk selanjutnya
dengan menggunakan perangkat matematis dibangun konsep, prinsip, hukum
dan teori (Depdiknas, 2003).
Keilmuan Fisika mencakup perangkat keilmuan, telaah
keilmuan, perangkat pengamatan, dan perangkat analisis. Keempat perangkat
tersebut bersinergi satu sama lain dalam membangun konsep, prinsip, teori,
dan hukum Fisika. Perangkat keilmuan mencakup obyek telaah Fisika yang
meliputi: zat, energi, gelombang, dan medan. Sedangkan telaah keilmuan
mencakup bangunan ilmu yang meliputi: mekanika, termofisika, gravitasi,
akustik, optika, kelistrikan dan kemagnetan, Fisika atom/inti, Fisika zat
padat, geofisika serta astrofisika. Perangkat pengamatan mencakup
perangkat untuk melaksanakan observasi untuk menelaah fenomena obyek
dan kejadian fisis pada daerah makroskopis maupun mikroskopis. Perangkat
ini mencakup alat ukur besaran fisis dan tata kerja dalam pelaksanaan
eksperimen. Perangkat analisis merupakan perangkat dalam melaksanakan
perhitungan terhadap hasil pengukuran.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa eksperimen atau
praktikum atau pengamatan fenomena fisika merupakan jantungnya mata
pelajaran fisika. Berdasarkan hasil survai diketahui bahwa pada
pembelajaran fisika di sekolah, sebagian besar fenomena fisika tidak
diselidiki melalui pengamatan langsung tetapi lebih banyak diceriterakan
atau hanya dicontohkan saja dari kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika
lebih didominasi dengan metode ceramah. Bahkan beberapa guru
menganggap bahwa teori terdapat di dalam
soal, sehingga dalam pembelajaran guru menerangkan materi secara global
kemudian siswa diberi soal, nanti teorinya dijelaskan ketika membahas soal
tersebut. Guru tidak sempat melaksanakan praktikum karena mengejar target
menyelesaikan materi pada GBPP yang sangat padat. Guru tidak mempunyai
cukup waktu untuk mengajak siswa melakukan eksperimen di laboratorium
sekolah. Peralatan laborato- rium di sekolah juga umumnya sangat minim
dan kualitasnya rendah sehingga kurang presisi. Kalaupun dipaksakan
melakukan eksperimen menggunakan peralatan tersebut sering hasilnya tidak
dapat digunakan untuk membangun konsep, prinsip, hukum dan teori yang
sesuai dengan seharusnya. Sekolah juga tidak dapat menyediakan dana
bahan habis pakai untuk praktikum yang memadai Guru juga harus
mempersiapkan segala sesuatunya sendiri karena laboratorium sekolah tidak
memiliki teknisi sendiri. Di samping itu pemahaman guru mengenai tujuan
dan hakekat pembelajaran fisika sekolah masih kurang memadai. Masih
sangat banyak guru yang tidak dapat membedakan antara kegiatan
laboratorium inkuiri dengan verifikasi. Eksperimen yang telah dilaksanakan
oleh siswa selama ini lebih banyak bersifat verifikasi. Bahkan masih banyak
sekolah yang berlokasi di kota besar yang tidak memiliki laboratorium,
apalagi yang berlokasi di kota-kota kecil dan di daerah.
Permasalahan yang diuraikan di atas mungkin dapat diatasi
dengan menggunakan Laboratorium Fisika Virtual atau maya, sebagai suatu
alternatif, namun demikian beberapa isu berikut ini perlu dijadikan bahan
pertimbangan.
Apakah simulasi praktikum dapat menggantikan praktikum secara
Hand-on
Bagaimana efektivitas simulasi praktikum?
Apakah simulasi praktikum dapat memenuhi tujuan pembelajaran fisika?
Apakah simulasi praktikum sepenuhnya dapat mengatasi
kekurangan peralatan?
Apakah simulasi praktikum dapat mengatasi resiko bahaya?
Apakah simulasi praktikum dapat mengatasi permasalahan waktu yang
sempit?
Apakah simulasi praktikum dapat mengatasi permasalahan
ketelitian peralatan?
Apakah simulasi praktikum dapat mengatasi permasalahan dana bahan
habis pakai?
Penggunaan Komputer Dalam Pembelajaran IPA-Fisika
Komputer dalam perkembangan masa kini dapat dimanfaatkan
dalam pendidikan dan pembelajaran. Dengan memanfaatkan kelebihan-
kelebihan komputer, maka komputer dapat dijadikan sebagai media dan
sumber belajar dalam bidang studi tertentu di samping media yang lain.
Penggunaan komputer dalam pembelajaran di sekolah, menurut Coburn
(1985) dapat diklasifika- sikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Program latihan (drill and practice), yaitu program yang dirancang untuk
digunakan siswa dalam melakukan latihan-latihan soal.
b. Program tutorial, yaitu program yang dirancang supaya komputer dapat
digunakan sebagai tutor dalam proses pembelajaran.
c. Program demonstrasi, yaitu program yang digunakan untuk
memvisualisasikan konsep yang abstrak.
d. Program simulasi, yaitu program yang digunakan untuk
memvisualisasikan proses yang dinamik.
e. Program permainan instruksional, yaitu program yang digunakan untuk
permainan dengan menggunakan instruksi-instruksi komputer dengan
tujuan untuk meningkat-kan pemahaman materi yang diajarkan.
Banyak keuntungan diperoleh dari penggunaan media komputer sebagai alat
bantu pembelajaran. Jackson (dalam Paramata, 1996) menyatakan bahwa
pengajaran yang menggunakan komputer dapat mengembangkan
keterampilan berpikir siswa. Selain itu penggunaan media komputer dapat
menyeimbangkan kebutuhan waktu dan keperluan pemrosesan dari tugas-
tugas tertentu, serta memungkinkan pengembangan pendekatan
pembelajaran bervariasi.
Coburn (1985), mengemukakan bahwa komputer dapat merupakan
media pengajaran yang dapat memvisualisasikan berbagai fakta,
keterampilan, konsep dan komputer juga menampilkan gambar-gambar yang
bergerak sesuai dengan keperluannya. Selain itu, penggunaan komputer
dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat berinteraksi dengan
pemakainya. Menurut Hamalik (2001) komputer adalah suatu medium
interaktif,
dimana siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi dalam bentuk
mempengaruhi atau mengubah urutan yang disajikan sehingga meningkatkan
motivasi dan memberikan pengalaman kinestetik melalui penggunaan
keyboard komputer. Polla (2000) menyatakan pembelajaran berbantuan
komputer mampu menciptakan suatu proses belajar mengajar yang interaktif,
sehingga dapat memberikan manfaat optimal bagi siswa dan guru dalam
mencapai tujuan pendidikan. Defrianto (2001) mencoba menggunakan
metode pengajaran fisika interaktif dan visualisasi komputer dan hasilnya
memberikan kenaikan nilai rata-rata yang signifikan.
Latuheru (1988) mengungkapkan kelebihan komputer yaitu:
a. Bekerja dengan komputer sebagai sesuatu yang baru bagi siswa,
menimbulkan motivasi bagi mereka untuk lebih menekuni materi yang
disajikan.
b. Dengan adanya warna, musik, dan grafik yang dianimasi dapat
menambahkan realisme, dan merangsang untuk mengadakan latihan-
latihan kerja, kegiatan laboratorium, simulasi dan sebagainya.
c. Kecepatannya dalam hal menanggapi respon siswa, justru merupakan
sesuatu yang mengandung nilai-nilai penguatan.
d. Kemampuannya untuk mengingat secara cepat dan tepat, memungkinkan
perlakuan/pekerjaan siswa yang lalu dapat dicatat dengan baik, dan dapat
digunakan untuk merencanakan langkah- langkah selanjutnya.
e. Kemampuan komputer dalam hal menyimpan dokumen secara aman,
memungkinkan pengajaran individual dapat dijalankan dengan baik. Bagi
guru, persiapan-persiapan dapat dijalankan dengan baik untuk semua
siswa (khususnya bagi siswa-siswa yang berbakat), dan kemajuan mereka
dapat dimonitor.
f. Jangkauan kontrol guru lebih luas, dan banyak informasi dapat diperoleh;
membantu guru mengadakan kontrol yang lebih ketat dan baik, tertuju
pada bagian-bagian yang secara langsung merupakan kesulitan bagi
siswa.
Disamping beberapa keunggulan penggunaan komputer dalam
pembelajaran, komputer juga mempunyai kelemahan- kelemahan dalam
penggunaannya, yaitu:
a. Komputer tidak dapat membuat setiap hal jelas, seperti apa yang
dikehendaki guru. Gagasan guru yang telah tersusun dalam perangkat
pembelajaran belum tentu dapat diterima jelas oleh semua siswa.
Komputer membantu guru dalam menjelaskan sebagian dari peran guru.
b. Komputer bukanlah alat bantu yang harus digunakan secara terus
menerus, melain-kan digunakan pada saat-saat tertentu dimana diperlukan
oleh guru dan siswa. Penggunaan komputer dalam pengajaran dapat
digunakan pada saat siswa memerlu-kan bantuan untuk meningkatkan
prestasi belajarnya.
c. Komputer tidak dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi secara
individual dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peran guru sangat
penting untuk mengatasi permasalahan tersebut, terutama siswa yang
lambat daya tangkapnya terhadap informasi yang disampaikan.
d. Komputer tidak dapat menjangkau aspek afektif /sikap dari ranah
pembelajaran sehingga komputer belum dapat digunakan mengubah
tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik.
e. Proses pembelajaran dengan komputer relatif lebih mahal dari media lain.
Komputer memerlukan adanya pemikiran yang matang sebelum
menggunakan komputer dalam pembelajaran; ditinjau dari segi biaya
serta kegunaannya. Pemeliharaannya pun merupakan masalah yang perlu
dipikirkan.
f. Merancang dan produksi program untuk kepentingan proses
pembelajaran dengan komputer mempunyai konsekuensi biaya, waktu
dan tenaga yang tidak sedikit.
Kelemahan-kelemahan penggunaan komputer dalam
pembelajaran sebenarnya dapat diatasi walaupun tidak seluruhnya, jika
program pembelajaran menggunakan komputer dibuat interaktif. Penerapan
teknologi komputer mendorong proses pembelajaran ke arah “individual
learning”, di mana posisi guru bergeser dari instruktur tradisional ke arah
mentor. Selain itu, pembelajaran individu mendorong siswa ke arah belajar
aktif, kreatif dan interaktif.
Pada saat ini komputer sudah memasyarakat, dan hampir setiap
sekolah telah memiliki laboratorium komputer. Selama ini umumnya
laboratorium komputer di sekolah-sekolah belum banyak digunakan dalam
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan
kata lain pemanfaatan komputer di sekolah-sekolah belum optimal sesuai
dengan kemampuannya. Padahal komputer dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran fisika yang sangat menarik apabila ditunjang oleh ketersedian
perangkat lunak pembelajaran fisika. Dengan menerapkan Laboratorium
Virtual maka pemanfaatan Laboratorium Komputer menjadi optimal.
Penggunaan Laboratorium Virtual
Laboratorium ini berupa software yang tentu saja dijalankan oleh
sebuah komputer. Semua peralatan yang diperlukan oleh sebuah
laboratorium terdapat di dalam software tersebut. Dengan memiliki sebuah
laboratorium komputer dan berbagai software simulasi praktikum maka
sekolah tersebut sama saja dengan memiliki berbagai laboratorium lain yang
sifatnya maya, misalnya laboratorium fisika, kimia, biologi, matematika,
bahasa, seni rupa dan lain-lain tergantung kepada macam software yang
dimiliki.
Salah satu contoh software laboratorium virtual yaitu Electronics
Workbench (EWB) yang dikeluarkan oleh Interactive Image Technologies
Ltd. Dengan menggunakan EWB kita dapat membuat berbagai rangkaian
listrik atau rangkaian elektronik secara maya pada layar komputer,
melakukan pengukuran, dan melakukan berbagai analisis terhadap rangkaian
tersebut. EWB dilengkapi dengan berbagai sumber input seperti batere,
sumber tegangan AC, sumber Vcc, sumber FM; berbagai komponen dasar
seperti resistor, kapasitor, relay, switch dan transformer; berbagai
komponen elektronik baik untuk elektronika analog mapun digital dan
berbagai alat ukur, dan lain-lain seperti voltmeter, ammeter, osiloskop,
terdapat di dalam software ini.
Simulasi komputer telah menjadi bagian reformasi pendidikan,
mendefinisikan kembali peranan guru dan membentuk kembali pengalaman
belajar di kelas sesuai dengan National Science Education Standard (NSES)
dan National Science Teachers Association (NSTA, 2001). Simulasi sains
dapat dijadikan alat yang efektif dalam membantu siswa memahami dan
menerapkan pengalaman praktis dalam berpikir ilmiah (Akpan, 2001); Suatu
simulasi adalah suatu eksekusi dinamik dari proses-proses yang didalamnya
ada sistem model hubungan dari obyek (Akpan, 2001; Miller & Castellanos,
1996). Program simulasi dapat menerima perintah dari pengguna, mengubah
keadaan suatu model, dan menampilkan keadaan baru. Menurut Akpan
(2001), simulasi harus dirancang dengan maksud
membenamkan siswa kedalam keadaan kehidupan nyata sains, mengalami
aktivitas hands-on, berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking), dan
pemecahan masalah secara kolaboratif.
Sejumlah penelitian memperoleh kenyataan bahwa simulasi
komputer mempunyai kemampuan untuk menyajikan visualisasi dan gambar
yang realistik dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang konstruktif
sehingga meningkatkan hasil belajar siswa ataupun mahasiswa. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dengan dasar
itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan
menerima pengeta- huan. Simulasi praktikum menggunakan EWB
memungkinkan sipembelajar untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Perangkat lunak lain yang sekararang ini banyak digunakan
untuk simulasi praktikum (lab virtual) fisika adalah yang dikeluarkan oeh
universitas Colorado, yang dikenal dengan PhET (Physic Educatinal
Tecnology). Berbagai simulasi yang siap dijalankan dapat di unduh secara
bebas melalui internet melalui alamat http://phet.colorado.edu.
Berikut ini ditunjukkan beberapa contoh tampilan lab virtual untuk
beberapa percobaan fisika yang dapat dilakukan dengan perangkat lunak
PhET.
Gambar 19. Gambar visual siswa sedang melakukan praktikum rill di laboratorium
C. Rangkuman
o Pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses,
dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau
fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
o Pendekatan dan metode pembelajaran sains/IPA yang sesuai dengan
definisi Sains/IPA di atas antara lain dengan eksplorasi, inkuiri dan
eksperimen.
o Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru diperlukan guru yang
memiliki kompetensi antara lain:
- Memahami lingkup dan kedalaman IPA sekolah.
- Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan IPA.
- Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan
keselamatan kerja/belajar di laboratorium IPA sekolah.
- Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak
komputer untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas, laboratorium.
- Merancang eksperimen IPA untuk keperluan pembelajaran atau
penelitian
o Laboratorium IPA adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan
percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika,
biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan
tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.
o Fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah 1) sebagai tempat
untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual,
2) mengembangkan keterampilan motorik siswa. 3) memberikan dan
memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari
sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial, 4) memupuk rasa ingin
tahu siswa, 5) membina rasa percaya diri, 6) sebagai sumber untuk
memecahkan masalah atau melakukan percobaan, 7) tempat menggali,
mengungkap, dan mengem- bangkan ranah pengetahuan, ranah
sikap/afektif, dan ranah keterampilan siswa, 8) sebagai prasarana
pendidikan.
o Peranan laboratorium sekolah antara lain sebagai 1) tempat timbulnya
berbagai masalah sekaligus sebagai tempat untuk memecahkan masalah
tersebut. 2) tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan
menemukan suatu masalah dan sikap teliti, 3) tempat yang dapat
mendorong semangat peserta didik untuk memperdalam pengertian dari
suatu fakta yang diselidiki atau diamatinya, 4) sebagai tempat untuk
melatih peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur, serta
berpikir kritis dan
cekatan, 5) tempat bagi para peserta didik untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya.
o Komponen yang menjadi indikator keterampilan proses sains, meliputi
mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, meramalkan, mengajukan
pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan,
menggunakan alat atau bahan, menerapkan konsep, mengkomunikasikan.
o Keterampilan proses IPA dapat diklasifikasi dalam dua kelompok
berasarkan tingkat kompleksitasnya, yaitu keterampilan proses dasar, dan
keterampilan proses terintegrasi.
o Kegiatan laboratorium sebagi suatu kegiatan ilmiah memiliki lima
tahapan langkah dasar, yaitu observasi dan identifikasi, ekspe- rimentasi,
generalisasi, pembuktian (verifikasi), komunikasi.
o Dikenal tiga tipe eksperimen, yaitu observasional, pengujian, dan
penerapan.
o Laboratorium Fisika Virtual atau maya merupakan suatu alternatif dalam
mengatasi persoalan kurangnya atau belum tersedianya sarana peralatan
laboratorium yang diperlukan.
o Penggunaan komputer dalam pembelajaran di sekolah, menurut Coburn
(1985) dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu program
latihan (drill and practice), program tutorial, program demonstrasi,
program simulasi, dan program permainan instruksional.
o Pembelajaran berbantuan komputer mampu menciptakan suatu proses
belajar mengajar yang interaktif, sehingga dapat memberikan manfaat
optimal bagi siswa dan guru dalam mencapai tujuan pendidikan.
o Penerapan teknologi komputer mendorong proses pembelajaran ke arah
“individual learning”, di mana posisi guru bergeser dari instruktur
tradisional ke arah mentor. Selain itu, pembelajaran individu mendorong
siswa ke arah belajar aktif, kreatif dan interaktif.
o Komputer dapat dijadikan sebagai media pembelajaran fisika yang sangat
menarik apabila ditunjang oleh ketersedian perangkat lunak pembelajaran
fisika. Dengan menerapkan Laboratorium Virtual maka pemanfaatan
Laboratorium Komputer menjadi optimal.
o Dengan memiliki sebuah laboratorium komputer dan berbagai software
simulasi praktikum maka sekolah tersebut sama saja dengan memiliki
berbagai laboratorium lain yang sifatnya maya.
o Contoh software laboratorium virtual yaitu Electronics Workbench
(EWB) yang dikeluarkan oleh Interactive Image Technologies Ltd. dan
berbagai simulasi dengan PhET yang dikeluarkan Universitas Colorado.
o Simulasi harus dirancang dengan maksud membenamkan siswa kedalam
keadaan kehidupan nyata sains, mengalami aktivitas hands-on, minds-on
atau berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking), dan pemecahan
masalah secara kolaboratif.
o Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa simulasi komputer
mempunyai kemampuan untuk menyajikan visualisasi dan gambar yang
realistik dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang konstruktif
sehingga meningkatkan hasil belajar siswa ataupun mahasiswa.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi.
o Untuk melibatkan siswa dalam kegiatan keterampilan proses sains
melalui penggunaan lab virtual, diperlukan Lembar Kerja Praktikum yang
bisa dirancang mengunakan skenario pembela- jaran berorientasi
konstruktivis dalam format hands-on minds-on discovery atau dengan
strategi inquary terbimbing sebagaimana yang telah dibahas dalam bab I
dan bab II, atau yang berbasis masalah.
o Praktikum atau eksperimen rill dapat dilakukan apabila sarana peralatan
praktikum tersedia di laboratorium secara memadai.
o Dengan eksperimen rill siswa dapat langsung menyentuh peralatan dan
bahan yang diperlukan, mengatur atau memanipulasinya, serta melakukan
berbagai kegiatan lainnya yang tercakup dalam keterampilan proses
sesuai skenario yang dirancang.
o Lembar kegiatan Siswa (LKS) untuk mata pelajaran IPA harus
disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran IPA, salah satu pendekatan
yang disarankan yaitu pendekatan keterampilan proses.
o Sistimatika LKS umumnya terdiri dari judul, pengantar, tujuan, alat
bahan, langkah kerja, kolom pengamatan, pertanyaan.
D. Contoh Soal
Soal:
1. Pilih satu materi bahasan fisika SMA dan buatkan skenario pembelajaranya
dalam bentuk Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) atau LKS ataupun
Lembar Kegiatan Praktek (LKP) dalam format berorientasi inquiry terbimbing,
menggunakan lab virtual.
2. Pilih satu materi bahasan fisika SMA dan buatkan skenario pembelajaranya
dalam bentuk Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) atau LKS ataupun
Lembar Kegiatan Praktek (LKP) dengan pendekatan konstruktivis dalam format
hands-on minds-on discovery, menggunakan lab rill.
Jawaban:
1. Materi bahasan yang dipilih untuk kegiatan yang menggunakan Lab Virtual,
misalnya “Hubungan Antara Tegangan, Arus, dan Hambatan” untuk SMP.
Skenario Pembelajarannya dalam bentuk Lembar Kerja Siswa adalah
Judul
Hubungan Antara Tegangan, Arus, dan Hambatan
Ekeperimen Inquiry Terbimbing (Guided Inquiry)
Pengantar
Arus listrik yang mengalir melalui sebuah rangkaian akan meningkat dengan
meningkatnya tegangan. Besar arus tersebut dapat dihitung dengan Hukum Ohm, di
mana R = hambatan (Ω), V = tegangan (V), I = arus (A)
Tujuan
Menyelidiki hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan
Bahan
4 baterai 1.5 V atau catu daya 0 – 12 V, 2 lampu 4,5 V, 10 kabel dengan klip buaya
atau kit rangkaian DC
Ala
Catu daya 0 – 12 V, amperemeter 1, voltmeter 1, soket lampu 2, soket baterai 4,
sakelar 1, atau kit rangkain DC
ICT/Internet Based
Free Download PhET Software Interactive Simulations dari University of Colorado
at Boulder alamat situs http://phet.colorado.edu Simulation: Circuit Construction Kit
(DC Only)
Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan rumusan tujuan di atas, cobalah rumuskan masalah yang
menjadi fokus pembelajaran ini!
Hipotesis
Rumuskan pula dugaan atau jawaban sementara Anda terhadap masalah yang
Anda rumuskan
Variabel
(a) yang dijaga konstan (var kontrol):
Langkah- langkah
1. Buka PhET Interactive Simulations (atau dapat diganti dengan menggunakan
program aplikasi EWB)
2. Pilih dan jalankan Circuit Construction Kit (DC only). (DC only).
3. Pada papan rangkaian siapkan seluruh alat dan bahan yang dibutuhkan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Lukisan grafik :
Analisis:
Berdasarkan data dan gambar grafik yang Anda peroleh, apa yang diminta seperti
yang tertulis berikut ini:
1. Bagaimana hubungan antara tegangan dan arus?
Semakin….............tegangan, semakin........................arus mengalir.
2. (a) Tulis rumus yang menyatakan hubungan antara tegangan dan aru .
(b) Berdasarkan hubungan yang baru Anda tuliskan, rasio tegangan dan arus
menyatakan besaran apa dalam eksperimen ini?
3. Hubungan ini dikenal sebagai hukum………………………
(a) Hitunglah kecuraman/kemiringan grafik yang diperoleh dalam percobaan
ini.
(b) Berdasarkan Hukum Ohm kecuraman itu menyatakan besaran apa?
Kecuraman grafik tersebut merupakan…………………..dari rangkaian listrik
tersebut.
(c) Berapakah hambatan dari rangkaian tersebut?
4. Rumuskan definisi operasional untuk hambatan itu berdasarkan eksperimen
tersebut.
5. Hambatan merupakan rasio dari……………………………..
Kesimpulan
1. Apakah hipotesismu diterima?
Penerapan
Hukum Ohm memungkinkan kita untuk menghitung.......................,
………………., dan ………………..
Jika rasio tegangan terhadap arus untuk dua konduktor logam sama, maka
hambatan untuk kedua logam itu adalah………………….
Rujukan/Pustakan
Free Download PhET Software Interactive Simulations dari University of
Colorado at Boulder
Simulation: Circuit Construction Kit (DC Only). Didownload pada 5 April 2009 dari
http://phet.colorado.edu.
Jawaban No. 2
Materi bahasan yang dipilih untuk kegiatan yang menggunakan Lab Rill, misalnya
“Koefisien Tumbukan (Restitusi)” untuk SMA, dengan pendekatan konstruktivis
dalam format hands-on minds-on discovery.
Judul
Koefisien Tumbukan (Restitusi)
Bagaimana bentuk formulasi hubungan antara koefisien restitusi (e) apabila bola
pejal dijatuhkan dari ketinggian h dengan ketinggian pantulan berturut- turut h1 dan
h2 ?
Bagaimana bentuk grafik (√h2) vs (√h1) ?
Konsep-konsep dan prinsip- > Makin besar ketinggian h makin besar
prinsip apa yang siswa ketinggian pantulan h1 dan h2
harus temukan dan > Formulasi matematis koefisien tumbukan e =
konstruksikan? h2 / h1
𝑣2 −√2𝑔ℎ2 ℎ2
𝑒=− = =√
𝑣1 −√2𝑔ℎ1 ℎ1
Latar belakang informasi
apa yang siswa perlu miliki >Besarnya koefisien restitusi bola dan lantai
sebelumnya ? berbanding lurus dengan akar ketinggian
pantulan
h2 dan berbanding terbalik dengan akar
ketinggian pantulan h1
Apa yang telah siswa
miliki dan apa yang o Hukum kekekalan energi mekanik
belum? o hukum kekekalan momentum
Memprediksi
Mengkomunikasikan
(Menggambar grafik)
Menggunakan bilangan e. Dari hasil percobaan yang Anda peroleh,
Mencatat data buatlah grafik (√h2) vs (√h1) untuk masing-
masing percobaan dalam kertas grafik yang
Menyimpulkan telah Anda sediakan. Bagaimanakah bentuk
grafiknya? Apakah garis lurus mendatar atau
Mengkomunikasikan garis garis lurus miring? Jika berbentuk garis
(membuat laporan) lurus miring hitunglah tg α-nya. Apakah
harga
Menerapkan tg α selalu tetap? Berapakah harganya?
apakah harganya sama persis atau hampir
sama dengan harga (√h2)/(√h1)? Jika hampir
sama, kesimpulan umum apakah yang dapat
Anda tarik? Apakah dapat
ℎ2
disimpulkan bahwa: 𝑒 = √ ? Jika dapat
ℎ1
tuliskan kesimpulan umum dan penjelasan
Anda dalam buku laporan Anda.
f. Tulislah aplikasi dari kesimpulan yang
Anda peroleh dari percobaan ini.
Sama
h(m) h1 h2 (√h2)/ Persis/
No √h1 √h2
(cm) (cm) (√h1) Hampir
Sama
1,5 1
2
3
2,0 1
2
3
2,5 1
2
3
E. Soal Latihan
Disediakan 4 topik bahasan materi fisika SMA sesuai silabus KTSP,
masing-masing dengan judul:
a) Fluida statik dan Fluida Dinamik
b) Hukum Termodinamika Pertama dan Kedua
c) Gelombang Mekanik
d) Usaha dan Energi
Kelas Anda akan dibagi dalam empat kelompok, dan setiap
kelompok akan diberikan salah satu materi tersebut di atas. Pembagian
kelompok akan dilakukan oleh dosen/asisten. Setiap anggota dalam
setiap kelompok secara individual menyusun dua skenario
pembelajaran dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (yang pertama
menggunakan lab virtual untuk percobaan dengan menggunakan
strategi pembelajaran inquiry terbimbing, dan yang kedua
menggunakan lab rill dan menggunakan pendekatan
konstruktivis dalam format hands-on minds-on discovery), untuk materi
yang sudah ditentukan untuk masing-masing kelompok. Sebelum Anda
mengerjakan secara individual, kelompok Anda perlu melakukan diskusi
kelompok untuk menyamakan persepsi bagaimana mengerjakan soal tugas
ini. Setelah Anda diberi waktu 1 minggu, maka akan dilakukan diskusi kelas,
tiap kelompok akan diambil sampel untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Berdasarkan masukan-masukan dalam diskusi ini, Anda secara individual
memperbaiki hasil pekerjaan Anda, kemudian mengumpulkannya (print out-
nya dan soft-nya kepada dosen/asisten).
F. Tes Formatif
Bagian I
Jawablah soal-soal berikut ini dengan baik:
1. Jelaskan tentang fungsi laboratorium dalam pembelajaran Sains-Fisika di
Sekolah Menengah.
2. Jelaskan tentang penggunaan laboratorium virtual dalam pembelajaran Sains-
Fisika
3. Berikan gambaran tentang bentuk LKS/LKP/LKPD eksperimen laboratorium
dengan pendekatan berbasis penyelidikan, tunjukkan langkah-langkah pokok
aktivitasnya.
4. Tuliskan dan jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menyusun
skenario LKS/LKP/LKPD eksperimen laboratorium.
Bagian II
Soal
Susunlah skenario pembelajaran dengan strategi inquiry terbimbing dalam
bentuk Lembar Kerja Praktek/Percobaan, untuk materi pembelajaran IPA
SMP dengan judul materi “Pemuaian Benda”
G. Kunci Tes Formatif
Bagian I
Jawaban
o
o
o
o
Bagian II
Jawaban
o
o
o
o
H. Tindak Lanjut
Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan Anda dalam
menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk LKS eksperimen dengan
pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan
strategi pembelajaran inquiry terbimbing, Anda diminta untuk
menyusun lagi dua skenario, yang pertama menggunakan lab
virtual diambil topiknya dari bahan ajar Fisika SMA kelas X semester
genap (dari silabus kurikulum KTSP), dan yang kedua menggunakan
lab rill dari Fisika SMA kelas XII semester ganjil (dari silabus kurikulum
2013).
BAB IV
BERBAGAI CONTOH SKENARIO PEMBELAJARAN
PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA (RILL/VIRTUAL)
DENGAN PENDEKATAN ILMIAH
A. Deskripsi
Dalam bab keempat ini akan dibrikan sejumlah contoh skenario
pembelajaran praktikum laboratorium berbagai topik/judul dalam bentuk
Lembar Kerja Siswa (LKS) atau Lembar Kerja Praktikum (LKP), baik
praktikum rill maupun pratikum virtual. Akan diberikan
1) Contoh-contoh LKS/LKP dengan pendekatan ilmiah yang lebih
menonjolkan penggunaan keterampilan proses sains dalam format “hands-
on minds-on guided discovery”, 2) Contoh-contoh LKS/LKP dengan
pendekatan ilmiah yang lebih menonjolkan penggunaan strategi inquiry
terbimbing.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa calon guru IPA
khususnya fisika atau pembaca lainnya akan dapat:
1) Memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang skenario berbagai
topik/judul pembelajaran praktikum laboratorium dalam bentuk
LKS/LKP dengan pendekatan ilmiah, baik yang lebih menonjolkan
penggunaan keterampilan proses sains dalam format “hands-on
minds-on guided discovery” maupun yang lebih menonjolkan
penggunaan strategi inquiry terbimbing.
2) Memiliki keterampilan dalam menyusun skenario pembelajaran
praktikum laboratorium dalam bentuk LKS/LKP dengan pendekatan
ilmiah.
Karena itu, maka materi (bahan ajar) yang dipilih untuk disajikan dalam bab
ini adalah 1) Contoh-contoh skenario sejumlah topik/judul pembelajaran
praktikum laboratorium dalam bentuk LKS/LKP dengan pendekatan ilmiah,
yang lebih menonjolkan penggunaan keterampilan proses sains dalam
format “hands-on minds-on guided discovery” IPA-Fisika di sekolah
menengah, 2) Contoh-contoh skenario sejumlah topik/judul pembelajaran
praktikum laboratorium dalam bentuk LKS/LKP dengan pendekatan ilmiah,
yang lebih menonjolkan penggunaan strategi inquiry terbimbing untuk IPA-
Fisika di sekolah menengah.
B. Sajian/Uraian
B.1. Contoh-contoh Skenario Sejumlah Topik/Judul Pembelajaran
Praktikum Laboratorium dalam Bentuk LKS/LKP dengan Pende-
katan Ilmiah, yang Lebih Menonjolkan Penggunaan Keterampilan
Proses Sains dalam Format “hands-on minds-on guided discovery”
IPA-Fisika di Sekolah Menengah
B.2. Contoh-contoh Skenario Sejumlah Topik/Judul Pembelajaran
Praktikum Laboratorium dalam Bentuk LKS/LKP dengan Pende-
katan Ilmiah, yang Lebih Menonjolkan Penggunaan Keterampilan
Proses Sains dalam Format “hands-on minds-on guided discovery”
IPA-Fisika di Sekolah Menengah
C. Tindak Lanjut
Tujuan Percobaan:
Membuktikan sifat kelembaman suatu benda
Bahan/Komponen dan Instrumen.
o Kertas HVS 1 lembar
o Gelas atau Aqua
Merumuskan Masalah
Bertolak dari rumusan tujuan percobaan ini, tuliskan disini dengan kalimat atau
bahasa Anda sendiri, rumusan masalah yang menjadi fokus kegiatan lab saat ini.
o
o
o
o
Menyusun dugaan sementara (hipotesis)
Dengan melihat tujuan dan gambar diatas, apa yang menjadi dugaan sementara
Anda jika a) kertas ditarik secara horizontal secara perlahan b) kertas ditarik secara
horizontal dengan sekali hentakan cepat.
Pertanyaan
1. Bagaimana keadaan gelas pada saat kertas ditarik secara perlahan?
2. Bagaimana keadaan gelas pada saat kertas ditarik secara cepat?
3. Samakah hasil antara keadaan gelas, jika kertas ditarik dengan perlahan atau
ditarik dengan cepat?
4. Jika hasilnya berbeda, apa yang mengakibatkan hal tersebut?
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, apa yang dapat Anda simpulkan tentang percobaan
diatas!
Laporkan Hasil Kegiatan Tiap kelompok Melalui Suatu Diskusi Kelas
Laporan Kelompok-1: ..........................
Kelompok-2, dst ...................................
Pertanyaan/Tugas (Untuk Melengkapi Laporan Tertulis
1. Buatkan rangkuman bahasan tentang Sifat Kelembaman Suatu benda
2. Tuliskan satu contoh soal mengenai Hukum Newton I.
KEGIATAN LAB BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH
LKS II
Hukum II Newton
Tujuan Percobaan
Menentukan hubungan Gaya dengan percepatan benda Menentukan
hubungan percepatan dengan massa suatu benda Bahan/Komponen
dan Instrumen
o Beban
o Katrol
o Tali
o Kereta
Merumuskan Masalah
Bertolak dari rumusan tujuan percobaan ini, tuliskan disini dengan kalimat atau
bahasa Anda sendiri, rumusan masalah yang menjadi fokus kegiatan lab saat ini.
Gambar II
Percobaan
Pertanyaan :
1. Apa yang mempengaruhi perbedaan besar percepatan sistem pada percobaan 1
dan 2?
BAB V
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(PROJECT BASED LEARNING)
A. Deskripsi
Dalam bab ini akan dibahas strategi pembelajaran berbasis proyek
serta penerapannya dalam pembelajaran Sains (IPA) khususnya Fisika di
sekolah menengah.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa atau pembaca
lainnya akan dapat memahami tentang strategi pembelajaran berbasis proyek
(project based learning), serta penerapannya dalam pembelajaran Sains
(IPA) khususnya fisika di sekolah menengah. Karena itu, materi (bahan ajar)
yang dipilih untuk disajikan dalam bab ini adalah pembelajaran berbasis
proyek (project based learning), dan contoh penerapannya dalam
pembelajaran IPA-Fisika di sekolah menengah.
B. Sajian/Uraian
B.1. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
1.1 Konsep Dasar Strategi Pembelajaran PjBL
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran
(permendikbud, 2014:20). Pembelajaran berbasis proyek berasal dari
gagasan John Dewey tentang konsep “Learning by Doing” yakni proses
perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan- tindakan tertentu
sesuai dengan tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagaimana
melakukan sesuatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah laku
untuk mencapai suatu tujuan.
Model pembelajaran project based learning dikembangkan
berdasarkan tingkat perkembangan berfikir siswa dengan berpusat pada
aktivitas belajar siswa sehingga memungkinkan mereka untuk beraktivitas
sesuai dengan keterampilan, kenyamanan, dan minat belajarnya. Pendekatan
pembelajaran berbasis proyek didukung teori belajar konstruktivisme yang
menyatakan bahwa struktur dasar suatu kegiatan terdiri atas tujuan yang
ingin dicapai sebagai subyek yang berada di dalam konteks suatu masyarakat
di mana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan alat-alat, peraturan
kerja, pembagian tugas dalam penerapan di kelas bertumpu pada kegiatan
aktif dalam bentuk melakukan suatu (doing) daripada kegiatan pasif
menerima
transfer pengetahuan dari pengajar. Model ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam
hal merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan
diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran
guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan
pengalaman bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah,
dan memastikan siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan
proyek.
Tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah:
Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek.
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam
pembelajaran.
Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang
kompleks dengan hasil produk nyata.
Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola
bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek.
Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada PjBL yang bersifat
kelompok.
1.2 Prinsip-Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek
a. Centrality (Keterpusatan)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti
kurikulum, bukan pelengkap kurikulum. Di dalam pembelajaran, proyek
adalah strategi pembelajaran, siswa mengalami dan belajar konsep-konsep
inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi
pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan
melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan
menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
b. Driving Question (Pertanyaan Penuntun)
Pekerjaan proyek yang dilakukan oleh siswa bersumber pada
pertanyaan atau persoalan yang menuntun siswa untuk menemukan konsep
mengenai bidang tertentu. Dalam hal ini aktivitas bekerja menjadi motivasi
eksternal yang dapat membangkitkan motivasi
internal pada diri siswa untuk membangun kemandirian dalam menyelesaikan
tugas.
c. Constructive Investigation (Investigasi konstruktif)
Pembelajaran berbasis proyek terjadi proses investigasi yang
dilakukan oleh siswa untuk merumuskan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk mengerjakan proyek. Oleh karena itu guru harus dapat merancang
strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan proses
pencarian dan atau pendalaman konsep pengetahuan dalam rangka
menyelesaikan masalah atau proyek yang dihadapi.
d. Autonomy (Otonomi)
Project based learning menuntut student centered, siswa sebagai
problem solver dari masalah yang dibahas. Pembelajaran berbasis proyek,
siswa diberi kebebasan atau otonomi untuk menentukan target sendiri dan
bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan. Guru berperan sebagai
motivator dan fasilitator untuk mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
e. Realisme
Proyek yang dikerjakan oleh siswa merupakan pekerjaan nyata yang
sesuai dengan kenyataan di lapangan kerja atau di masyarakat. Proyek yang
dikerjakan bukan dalam bentuk simulasi atau imitasi, melainkan pekerjaan
atau permasalahan yang benar-benar nyata.
1.3 Langkah-langkah Project Based Learning
Langkah-langkah project based learning sebagaimana yang
dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri
dari:
a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Ques-
tion)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu
aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk
siswa. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.
Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas
yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang
mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
- membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek,
- membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek,
- membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
- membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
- meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor Siswa Dan Kemajuan Proyek (Monitor the Students
and the Progress of the Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan
menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring,
dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pema- haman yang
sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu.
1.4 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek
1) Keunggulan
a. Meningkatkan Motivasi
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan
bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras
dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan
pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlam- batan.
Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada
komponen kurikulum yang lain.
b. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa
menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas
pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada
bagaimana menemukan dan meme- cahkan masalah. Banyak sumber
yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa
menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
c. Meningkatkan Kolaborasi
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson
& Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran
informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
Teori-teori kognitif yang baru dan kons- truktivistik menegaskan bahwa
belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di
dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
d. Meningkatkan Keterampilan Mengelola Sumber
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertang- gungjawab
untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembe- lajaran Berbasis
Proyek yang diimplementasikan secara baik mem- berikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam mengor- ganisasi proyek, dan membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
e. Increased Resource – Management Skills
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik
menberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam
pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
2) Kelemahan
a. Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan
dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan
cara melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
b. Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan
masalah.
c. Memerlukan biaya yang cukup banyak
d. Banyak peralatan yang harus disediakan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek
seorang peserta didik dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta
didik dalam menghadapi masalah , membatasi waktu peserta didik dalam
menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan peralatan yang
sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian
yang terjangkau yang tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu.
1.5 Hal-hal Utama dalam Menyusun Rencana Pembelajaran
Berori- entasi Proyek
Dalam membimbing siswa dalam pembelajaran berbasis
proyek ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan
tindakan. Adapun pedoman pembimbingan tersebut antara lain:
1. Keautentikan
Keautentikan dapat dilakukan dengan beberapa strategi, yaitu
dengan mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan
dari tugas yang dikerjakan, meranncang tugas siswa sesuai dengan
kemampuannya sehingga ia mampu menyelesaikannya tepat waktu, dan
mendorong serta membimbing siswa agar mampu menghasilkan sesuatu dari
tugas yang dikerjakannya.
2. Ketaatan Terhadap Nilai-Nilai Akademik
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi yaitu dengan
mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai
pengetahuan dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan, merancang dan
mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi tantangan pada siswa
untuk menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah serta
mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi
dalam memecahkan masalah.
3. Belajar Pada Dunia Nyata
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut, yaitu
mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks
permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat, mendorong dan
mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi organisasi yang
menggunakan teknologi tinggi, dan
mendorong serta mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan
keterampilan pribadinya.
4. Aktif Meneliti
Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong dan mengarahkan siswa
agar dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah
dibuatnya, mendorong dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian
dengan berbagai macam metode, serta mendorong dan mengarahkan siswa
agar mampu berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui presentasi
ataupun media lain.
5. Hubungan Dengan Ahli
Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mampu belajar dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang
relevan, mendorong dan mengarahkan siswa berdiskusi dengan orang lain
dalam memecahkan masalah, serta mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mengajak pihak luar untuk terlibat dalam menilai unjuk kerjanya.
6. Penilaian
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi yaitu mendorong
dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi diri terhadap
kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya, mendorong dan mengarahkan
siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat mengembangkan standar
kerja yang terkait dengan tugasnya serta mendorong dan mengarahkan siswa
untuk menilai
1.6 Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model atau pendekatan
pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui
kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembelajran berbasis proyek adalah
penggunaan proyek sebagai model pembelajaran. Proyek-proyek meletakkan
siswa dalam sebuah peran aktif yaitu sebagai pemecah masalah,
pengambilan keputusan, peneliti, dan pembuat dokumen. Pembelajaran
berbasis proyek berangkat dari pandangan konstruktivisme yang mengacu
pada pendekatan kontekstual. Dengan demikian, pembelajaran berbasis
proyek merupakan metode yang menggunakan belajar kontekstual, dimana
para siswa berperan aktif untuk memecahkan masalah, mengambil
keputusan, meneliti, mempresentasikan, dan membuat dokumen.
Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan
pada permasalahan kompleks yang diperlukan siswa dalam melakukan
investigasi dan memahaminya.
Menurut Waras Khamdi, selama berlangsungnya proses
pembelajaran berbasis proyek, pelajar akan mendapatkan bimbingan dari
narasumber atau fasilitator, dimana peran fasilitator:
1) Peran Guru
a. Mengajar kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman
b. Memastikan bahwa sebelum dimulai, setiap kelompok telah memiliki
seorang anggota yang bertugas membaca materi, sementara teman –
temannya mendengarkan, dan seorang anggota yang bertugas mencatat
informasi yang penting sepanjang jalannya diskusi
c. Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan
perkembangan kelompok.
d. Memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri dengan self-
evalution.
e. Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian
tujuan.
f. Memonitor jalannya diskusi dan membuat catatan tentang berbagai
masalah yang muncul dalam proses belajar, serta mengajar agar proses
belajar terus berlangsung. Dengan tujuan agar setiap tahapan dalam
proses belajar tidak dilewati atau diabaikan, sehingga tiap tahapan
dilakukan dalam urutan yang tepat.
g. Menjaga motivasi pelajar dengan mempertahankan unsur tantangan
dalam penyelesaian tugas dan juga mempertahankan untuk mendorong
pelajaran keluar dari kesulitan.
h. Membimbing proses belajar dengan mengajukan pertanyaan yang tepat
pada saat yang tepat, secara mendalam tentang berbagai konsep, ide,
penjelasan, sudut pandang, dsb.
i. Mengevaluasi kegiatan belajar termasuk partisipasi pelajar dalam proses
kelompok. Pengajar perlu memastikan bahwa setiap pelajar terlibat dalam
proses kelompok dan berbagai pemikiran dan pandangan.
2) Peran Siswa
a. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
b. Melakukan riset sederhana
c. Mempelajari ide dan konsep baru
d. Belajar mengatur waktu dengan baik
e. Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok
f. Mengaplikasikan belajar lewat tindakan
g. Melakukan interaksi social (wawancara, survei, observasi, dll)
h. Kegiatan lebih banyak pada kerja kelompok.
1.7 Sistem Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik
pada mata pelajaran tertentu secara jelas (Kemdikbud, 2013). Pada penilaian
proyek terdapat 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik (Kemdikbud, 2013).
C. Rangkuman
o Project based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek sebagai inti pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek berasal
dari konsep “Learning by Doing” yang bermakna bahwa proses
perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu
sesuai dengan tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagaimana
melakukan sesuatu pekerjaanyang terdiri atas serangkaian tingkah laku
untuk mencapai suatu tujuan.
o Tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah meningkatkan kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah proyek, memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru dalam
pembelajaran, membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah
proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata, mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola bahan atau alat untuk
menyelesaikan tugas atau proyek, meningkatkan kolaborasi siswa
khususnya pada PjBL yang bersifat kelompok.
o Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek adalah centrality
(keterpusatan), driving question (pertanyaan penuntun), constructive
investigation (investigasi konstruktif), autonomy (otonomi), dan realisme.
o Langkah-langkah Project Based Learning terdiri dari penentuan
pertanyaan mendasar (start with the essential question), mendesain
perencanaan proyek (design a plan for the project), menyusun jadwal
(create a schedule), memonitor siswa dan kemajuan proyek (monitor the
students and the progress of the project), menguji hasil (assess the
outcome), mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience).
o Keunggulan dari pembelajaran berbasis proyek adalah meningkatkan
motivasi, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan
kolaborasi, meningkatkan keterampilan mengelola sumber, dan increased
resource – management skills.
o Kelemahan dari pembelajaran ini adalah kebanyakan permasalahan
“dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan ,
untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah, memerlukan banyak waktu
yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah, memerlukan
biaya yang cukup banyak, banyak peralatan yang harus disediakan.
o Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek
seorang peserta didik dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta
didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam
menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan peralatan
sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian
yang terjangkau yang tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu.
o Peran Guru dalam pembelajaran berbasis proyek adalah mengajar
kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman, memastikan bahwa
sebelum dimulai, setiap kelompok telah memiliki seorang anggota yang
bertugas membaca materi, sementara teman-
temannya mendengarkan, dan seorang anggota yang bertugas mencatat
informasi yang penting sepanjang jalannya diskusi, memberikan materi
atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan
kelompok, memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri
dengan self-evalution, menjaga agar kelompok terus memusatkan
perhatian pada pencapaian tujuan, memonitor jalannya diskusi dan
membuat catatan tentang berbagai masalah yang muncul dalam proses
belajar, serta mengajar agar proses belajar terus berlangsung. Dengan
tujuan agar setiap tahapan dalam proses belajar tidak dilewati atau
diabaikan, sehingga tiap tahapan dilakukan dalam urutan yang tepat,
menjaga motivasi pelajar dengan mempertahankan unsur tantangan dalam
penyelesaian tugas dan juga mempertahankan untuk mendorong pelajaran
keluar dari kesulitan, membimbing proses belajar dengan mengajukan
pertanyaan yang tepat pada saat yang tepat, secara mendalam tentang
berbagai konsep, ide, penjelasan, sudut pandang, dsb, mengevaluasi
kegiatan belajar termasuk partisipasi pelajar dalam proses kelompok.
Pengajar perlu memastikan bahwa setiap pelajar terlibat dalam proses
kelompok dan berbagai pemikiran dan pandangan.
o Peran siswa dalam pembelajaran berbasis proyek adalah
menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, melakukan riset
sederhana, mempelajari ide dan konsep baru, belajar mengatur waktu
dengan baik, melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok,
mengaplikasikan belajar lewat tindakan, melakukan interaksi sosial
(wawancara, survei, observasi, dll), kegiatan lebih banyak pada kerja
kelompok.
o Dalam membimbing siswa dalam pembelajaran berbasis proyek ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan.
Adapun pedoman pembimbingan tersebut antara lain keautentikan,
ketaatan terhadap nilai-nilai akademik, belajar pada dunia nyata, aktif
meneliti, hubungan dengan ahli, penilaian.
o Pada penilaian proyek terdapat 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
kemampuan pengelolaan, relevansi, dan keaslian
D. Contoh Soal
Soal
Buatkan skenario salah satu materi Fisika dalam bentuk Pembelajaran Berbasis
Proyek
Jawaban:
KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/I
Topik : Fluida Statis
Sub Topik : Hukum Pascal
Tugas : Pembuatan Pompa Hidrolik Sederhana
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan
kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan
serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.
3. Menerapkan hukum-hukum fluida statis dalam kehidupan sehari-hari
4. Merancang dan melakukan percobaan yang memanfaatkan sifat-sifat fluida
statis, berikut presentasi hasil percobaan dan pemanfaatannya
C. Indikator
1. Membuat rancangan alat pompa hidrolik sederhana untuk menjelaskan secara
kualitatif prinsip dari hukum pascal.
2. Membuat alat pompa hidrolik sederhana untuk menjelaskan secara kualitatif
prinsip dari hukum pascal.
D. Tujuan
Setelah pembelajaran ini siswa diharapkan dapat:
1. Membuat rancangan alat pompa hidrolik sederhana untuk menjelaskan secara
kualitatif prinsip dari hukum pascal
2. Membuat alat pompa hidrolik sederhana untuk menjelaskan secara kualitatif
prinsip dari hukum pascal
E. Petunjuk Umum
1. Pelajari konsep hukum pascal !
2. Buat rancangan alat pompa hidrolik sederhana meliputi alat dan bahannya,
desain atau gambarnya dan cara kerja!
3. Setelah dirancang, buat alat pompa hidrolik sederhana sesuai rancangan!
4. Uji alat dengan melakukan percobaan dan hal yang harus diperbaiki agar alat
bisa bekerja dengan baik!
5. Catat hasil percobaan dan hal-hal yang harus diperbaiki!
6. Lakukan perbaikan alat kalau diperlukan!
7. Selamat mencoba, mudah-mudahan alat hasil kreativitasmu dapat dimanfaatkan
dilingkungan yang membutuhkan air jernih. Semangat!
Tanggal Merancang :
Alat dan Bahan :
Kegiatan:
1. Melakukan percobaan pada alat pompa
hidrolik sederhana
Tanggal Perbaikan dan Pengujian: Hasil Pengamatan:
C. Laporan Penelitian
Sederhana Petunjuk Khusus
Berdasarkan hasil kegiatanmu ini, tulislah sebuah laporan penelitian sederhana
tentang alat pompa hidrolik sederhana dapat menjelaskan konsep hukum pascal.
Buatlah judul yang menarik, tulis laporan secara sistematis.
Daftar Pustaka
Grant, M.M. 2002. Getting A Grip of Project Based Learning : Theory,
Cases and Recomandation. North Carolina : Meredian A Middle
School Computer Technologies. Journal vol. 5.
Kemdikbud. 2013. Model Pengembangan Berbasis Proyek (Project Based
Learning). http//www.staff.uny.ac.id
The George Lucas Educational Foundation. 2005. Instructional Module
Project Based Learning. http//www.edutopia.org.modules/P-
BL/whatpbl.php.2005
Thomas, J.W. 2000. A Review of Research on Problem Based Learning.
California: The Autodesk Foundation.
Wrigley, H.S. 2003. Knowledge in Action : The Promise of Project Based
Learning, Focus and Basic. Journal vol. 2. h.3.
Hanafiah, Nanang. dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembela-
jaran. Bandung: Refika Aditama.
NYC Department of Education. 2009. Project-Based Learning: Inspiring
Middle School Students to Engage in Deep and Active Learning.
New York.
Sutirman. 2013. Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogya-
karta: Graha Ilmu.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta:
Publisher.
Abidin, Zainal. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: Raja Grafindo.
Winastwan, Gora dan Sunarto. 2010. Pakematik Strategy Pembelajaran
Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: Flex Media Komputindo.
Abdulah Sani, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Wena, Meda. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporar. Jakarta:
Bumi Aksara.
E. Soal Latihan
Disediakan 4 topik bahasan materi fisika SMA sesuai silabus KTSP,
masing-masing dengan judul:
a) Elastisitas dan Gaya Pegas
b) Gerak Harmonik Sederhana.
c) Impuls dan Momentum
d) Usaha dan Energi
Kelas Anda akan dibagi dalam empat kelompok, dan setiap kelompok akan
diberikan salah satu materi tersebut di atas. Pembagian kelompok akan
dilakukan oleh dosen/asisten. Setiap anggota kelompok dalam setiap
kelompok secara individual menyusun skenario pembelajarannya dalam
bentuk Lembar Kerja Praktek/Percobaan dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek untuk materi yang sudah ditentukan untuk
masing- masing kelompok. Sebelum Anda mengerjakan secara individual,
kelompok Anda perlu melakukan diskusi kelompok untuk menyamakan
persepsi bagaimana mengerjakan soal tugas ini. Setelah Anda diberi waktu 1
minggu, maka akan dilakukan diskusi kelas, tiap kelompok akan diambil
sampel untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Berdasarkan masukan-
masukan dalam diskusi ini, Anda secara individual memperbaiki hasil
pekerjaan Anda, kemudian mengumpulkannya (print outnya dan softnya
kepada dosen/asisten.
F. Tes Formatif
Bagian I
Jawablah soal-soal berikut ini dengan baik:
Jelaskan tentang ciri utama pembelajaran berbasis proyek.
Tuliskan langkah langkah pembelajaran berbasis proyek.
Tuliskan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian proyek
pada model pembelajaran berbasis proyek.
Bagian II
Susunlah skenario pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
proyek untuk materi pembelajaran IPA SMP dengan judul materi “Energi”.
G. Kunci Tes
Formatif Jawaban
Bagian I
o Ciri utama pembelajaran berbasis proyek adalah centrality (keterpusatan),
driving question (pertanyaan penuntun), constructive investigation
(investigasi konstruktif), autonomy (Otonomi), dan realisme.
o Langkah-langkah Project Based Learning terdiri dari: Penentuan
pertanyaan mendasar (start with the essential question), mendesain
perencanaan proyek (design a plan for the project), menyusun jadwal
(create a schedule), memonitor siswa dan kemajuan proyek (monitor the
students and the progress of the project), menguji hasil (assess the
outcome), mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience).
o Pada penilaian proyek terdapat 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu
kemampuan pengelolaan, relevansi, keaslian.
Bagian II
KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/II
Topik : Energi
Sub Topik : Konsep Energi dan Sumber Energi
Tugas : Pembuatan Kincir Angin Sederhana
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan
kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan
serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.
3. Mengenal konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan,
transformasi energi, respirasi, sistem pencernaan makanan, dan fotosintesis.
4. Mendeskripsikan perubahan energi dari bentuk satu ke bentuk energi yang
lainnya.
5. Merancang dan melakukan percobaan yang memanfaatkan sifat-sifat energi,
berikut presentasi hasil percobaan dan pemanfaatannya.
C. Indikator
1. Membuat rancangan alat kincir angin sederhana untuk menunjukan proses
perubahan energi gerak menjadi energi listrik.
2. Membuat alat kincir angin sederhana untuk untuk menunjukan proses perubahan
energi gerak menjadi energi listrik.
D. Tujuan
Setelah pembelajaran ini siswa diharapkan dapat:
1. Membuat rancangan alat kincir angin sederhana untuk menunjukan proses
perubahan energi gerak menjadi energi listrik.
2. Membuat alat kincir angina sederhana untuk menunjukkan proses perubahan
energi gerak menjadi energi listrik.
E. Petunjuk Umum
1. Pelajari konsep energi!
2. Buat rancangan alat kincir angin sederhana meliputi alat dan bahannya, desain
atau gambarnya dan cara kerja!
3. Setelah dirancang, buat alat kincir angin sederhana sesuai rancangan!
4. Uji alat dengan melakukan percobaan dan hal yang harus diperbaiki agar alat
bisa bekerja dengan baik!
5. Catat hasil percobaan dan hal-hal yang harus diperbaiki!
6. Lakukan perbaikan alat kalau diperlukan!
7. Selamat mencoba, mudah-mudahan alat hasil kreativitasmu dapat dimanfaatkan
dilingkungan yang membutuhkan air jernih. Semangat!
LAPORAN KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Tanggal Merancang :
Alat dan Bahan :
C. Laporan Penelitian
Sederhana Petunjuk Khusus
Berdasarkan hasil kegiatanmu ini, tulislah sebuah laporan penelitian
sederhana tentang alat kincir angin sederhana dapat menjelaskan konsep
energi dalam perubahan energi gerak menjadi energi listrik . Buatlah judul
yang menarik, tulis laporan secara sistematis.
H. Tindak Lanjut
Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan Anda dalam
menyusun skenario pembelajaran berbasis proyek, Anda diminta
untuk menyusun lagi dua skenario, yang pertama diambil topiknya dari
bahan ajar Fisika SMA kelas XI semester genap (dari silabus kurikulum
KTSP), dan yang kedua dari Fisika SMA kelas XII semester genap (dari
silabus kurikulum 2013).
BAB VI
Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
A. Deskripsi
Dalam bab ini akan dibahas model pembelajaran creative problem
solving serta penerapannya dalam pembelajaran Sains (IPA) khususnya
Fisika di sekolah menengah.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa atau pembaca
lainnya akan dapat memahami tentang model pembelajaran creative problem
solving serta penerapannya dalam pembelajaran Sains (IPA) khususnya
fisika di sekolah menengah. Karena itu, materi (bahan ajar) yang dipilih
untuk disajikan dalam bab ini adalah pembelajaran creative problem solving
dan contoh penerapannya dalam pembelajaran IPA-Fisika di Sekolah
Menengah.
B. Sajian/Uraian
B.1. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
1.1 Konsep Dasar Model Pembelajaran CPS
Model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika
dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan
memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.
Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan
memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin, 2004). Model
pembelajaran ini cocok digunakan dalam peningkatan kemampuan masalah
karena dalam model pembelajaran ini pengalaman sebelumnya dalam
menyelesaikan suatu masalah merupakan faktor yang penting dalam
menyelesaikan masalah baru yang berbeda, disamping faktor minat peserta
didik. Kemampuan pemecahan masalah penting untuk dimiliki siswa karena
dapat membuat siswa memecahkan masalah, membuat keputusan dan
mengekspresikan diri secara kreatif Tang Keow Ngang, (2013: 1).
Disamping aspek problem solving, aspek kreatif dibutuhkan
dalam model pembelajaran CPS. Aspek ini digunakan untuk mencari
berbagai gagasan/ide dalam memilih solusi yang optimal dan terbaik. CPS
merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui
teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan
kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dua fase kreatif dalam
pemecahan masalah sebagaimana dikemukakan oleh (Von Oech, 1990) yaitu
fase imaginatif dan fase praktis. Dalam fase imaginatif gagasan strategi
pemecahan masalah diperoleh, dan dalam fase praktis, gagasan tersebut
dievaluasi dan dilaksanakan. Proses pembelajaran dengan model
pembelajaran CPS melibatkan siswa untuk bekerja dengan situasi yang
kompleks.
Adapun tujuan model creative problem solving adalah
Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
siswa.
Potensi intelektual siswa meningkat.
Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan
menekankan pada aspek kognitif dan afektif peserta didik dalam
pembelajaran.
1.2 Prinsip-Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran CPS
Adanya permasalahan yang dapat diajukan atau diberikan guru kepada
siswa, dan siswa bersama guru, atau dari siswa sendiri yang kemudian
dijadikan pembahasan dan mencari pemecahannya sebagai kegiatan
belajar siswa.
Permasalahan sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang
semestinya dipelajari.
Mengingat masalah-masalah yang diajukan untuk dipecahkan siswa,
hendaknya sederhana.
Masalah dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, pernyataan,
tujuan, garis-garis besar suatu topik.
1.3 Langkah-langkah Creative Problem Solving
a) Komponen I - Understanding Challenge (Memahami tantangan)
- Menentukan tujuan: guru menginformasikan kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajarannya.
- Menggali data: guru menyajikan fenomena alam yang dapat
mengundang keingintahuan peserta didik
- Merumuskan masalah: guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengindentifikasi permasalahan.
b) Komponen II - Generating Ideas (Membangkitkan Gagasan)
- Memunculkan gagasan: guru memberi waktu dan kesem- patan
pada peserta didik untuk mengungkapkan gagasannya dan juga
membimbing peserta didik untuk menyepakati alternatif pemecahan
masalah yang akan diuji.
c) Komponen III - Preparing For Action (Mempersiapkan Tinda-
kan)
- Mengembangkan solusi: guru mendorong peserta didik
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
2) membangun penerimaan: guru mengecek solusi yang telah
diperoleh peserta didik dan memberikan perma- salahan yang baru
namun lebih kompleks agar peserta didik dapat menerapkan solusi
yang telah ia peroleh.
Tabel 3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran CPS
Mengapa
Peristiwa itu dapat dijelaskan dengan ko
Mari, ikuti dan lakuk
B. Pengungkapan Pendapat
2. Langkah Kerja
1. Pasang corong pada selang plastik dan tutuplah dengan balon. Kemudian
isilah selang dengan sedikit air dan buatlah membentuk huruf U seperti pada
gambar berikut! Aturlah agar air dalam selang memiliki ketinggian sama.
2. Masukkan corong ke dalam air sedalam h, kemudian amati perbedaan
permukaan air pada selang U. Ukurlah nilai ini dapat digunakan sebagai
pengukur tekanan P! (Catat hasil pengukuran perbedaan ketinggian ini
sebagai Δh)
3. Lakukan kegiatan 2 dengan mengubah kedalaman selang h, sebanyak 4 kali!
3. Tabel Hasil Pengamatan
kukan analisis data hasil pengamatan pada percobaan yang telah kalian lakukan, dengan mengisi tabel berikut!
ka diketahui: massa jenis air (ρ) = 1000 kg/m3 dan percepatan gravitasi (g) = 10 kg/ms2
Berdasarkan pengamatan dari percobaan yang telah kalian lakukan, bagaimana hubungan kedal
Jawab: _______________________________________________________
Bagaimana hubungan antara kedalaman letak benda dalam air dengan besar tekanan hidrostatik
Jawab: _______________________________________________________
VISKOSITAS
Kompetensi Dasar
2.2 Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis dan dinamik
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan
Menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan hukum Stokes
Alokasi Waktu
60 menit
Nama Anggota Kelompok
1)
2)
3)
4)
Kelas/Semester :
n berbeda yakni air (gambar a) dan larutan garam (gambar b). Jika Anda perhatikan maka telur dalam larutan air lebih s
A. Memahami Masalah
1. Apakah benar demikian? Gerak telur pada larutan air garam lebih
lambat? Jika benar mengapa demikian?
2. Apakah Anda pernah membuktikan percobaan ini?
Tentu ini sangat menarik untuk dipelajari untuk itu ikuti percobaan berikut
dengan cermat!
B. Menghasilkan Ide-Ide
Berdasarkan masalah dan pertanyaan di atas tuliskan solusi alternatif atau jawaban
sementara Anda pada tempat yang disediakan!
1. Alat & Bahan
Tabung stokes
Tinggi (80 cm) Mistar (100 cm) Mikrometer
sekrup (0,25
mm;0,01mm)
3. Jika variabel massa jenis oli ρ dan massa jenis bola yang berjari-jari r,
tentukanlah besar kecepatan benda!
Jawab:
H. Tindak Lanjut
Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan Anda da- lam
menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk LKS ekspe- rimen
dengan model pembelajaran creative problem solving, Anda diminta
untuk menyusun lagi dua skenario, yang pertama diambil topiknya dari
bahan ajar Fisika SMA kelas XI semester genap (dari silabus kurikulum
KTSP), dan yang kedua dari Fisika SMA kelas XII semester genap (dari
silabus kurikulum 2013).
Daftar Pustaka
Budimansyah Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio.
Bandung: Penerbit PT Genesindo.
Carin Arthur A. 1997. Teaching Modern Science, Seventh Edition. New
Yersey: Prentice Hall, Inc.
Carl J. Wenning., 2011. Student Lab Handbook, Illinois State University
Physics Department.
Degeng S. Nyoman., Suhardjono. 1997. “Analisis Komparatif Pan-
dangan Behavioristik VS Konstruktivistik Tentang Pemecahan
Masalah Belajar Abad XXI”, Makalah, disampaikan Pada Semi- nar
Nasional Teknologi Pembelajaran Program Pasca Sarjana IKIP
Malang, (26 Juni 1997).
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur-Balit-
bang Depdiknas.
Erwanti Novia. 2010. Pentingya Mengelola Laboratorium Sekolah. Dinas
Pendidikan Kota Padang. Sumber: http://disdik.padang.go.id
(diunduh, 6 Juni 2012).
Eugenia Etkina, Alan Van Heuvelen,. 2008. “Introduction to
Scientific Abilities Project”. http://paer.rutgers.edu/scientific Abili
ties/ Introduction/default.aspx.
Gagnon W. George. 1997. “Constructivist Learning Design”. Paper
yang diperoleh melalui internet (file:///A|/KONSTRUK/- CONSTR-
4.HTM).
Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching, 5th Edition. Boston : Allyn
& Bacon.
Kholil, Anwar, 2009. Hakikat Pembelajaran IPA.
Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and the Development of Thinking.
California: Wadsworth, Inc.
Levels of Inquiry: Hierarchies Of Pedagogical Practices And Inquiry
Processes. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3),
February 2005, pp. 3-11.
Permendiknas No. 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Pengelola
Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Permendiknas No 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
Permendiknas No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
untuk SD/Mi, SMP/MTs. dan SMA/MA.
Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Suparmo Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogya-
karta: Penerbit Kanisius.
, 2002. Reformasi Pendidikan (Sebuah Rekomendasi). Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Sutrisno. “Pola Belajar Dengan Pendekatan Konstruktivisme Dengan
Topik Usaha dan Energi”. 2002. Makalah, disajikan pada
Kegiatan Pemanfaatan Tenaga Ahli (Technical Assistant) di Jurusan
Fisika FMIPA UNIMA dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Due-
Like.
The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal of Physics
Teacher Education Online, 6(2), Summer 2011, pp. 9-16.
SENARAI