Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL

PRATIK LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PENGAMPU : NS. KRISTIANUS EKO PURWANTO M.KEP

Disusun oleh:

NAMA :MONSIUS MELIANUS YOPANIKO

NIM : 20181959

AKADEMIK KEPERAWATAN DHARMA INSAN PONTIANAK

2020/2021
A. PELAKSANAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
1. Definisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan, Selain dapat mengurangi ketegangan otot,
teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2013).
2. Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, meningkatkan
efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun emosional yaitu dapat
menurunkan intensitas nyeri dan mengurangi kecemasan (Smeltzer & Bare, 2013).
3. Tahap Persiapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
a. Persiapan lingkungan: ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
b. Persiapan responden atau klien: klien dalam keadaan rileks
4. Tahap Pelaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Priharjo, 2013)
a. Atur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik. Posisi dapat duduk atau jika
tidak mampu dapat berbaring di tempat tidur.
b. Instruksikan klien untuk menarik atau menghirup nafas dalam dari hidung
sehingga rongga paru-paru terisis oleh udara melalui hitungan 1, 2, 3,
kemudian ditahan sekitar 3-5 detik.
c. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga secara
perlahan melalui mulut.
d. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi supaya rasa cemas yang dirasakan bisa
berkurang, bisa dengan memejamkan mata.
e. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga kecemasan pasien berkurang.
f. Ulangi sampai 10 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
g. Lakukan maksimal 5-10 menit.
B. TEKNIK DISTRAKSI
1. Pengertian Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri sehingga stimulus sensori yang menyenangkan dapat merangsang
sekresi endorphin. Perawat dapat mengkaji aktivitas-aktivitas yang dinikmati atau
disenangi oleh klien sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan distraksi.
Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi kegiatan menyanyi,, berdoa, menceritakan
foto atau gambar dengan suara keras, bercerita tentang hal-hal yang disenangi,
mendengarkan musik, dan bermain (Young & Koopsen, 2012). Distraksi telah
banyak digunakan pada pasien yang mengalami halusinasi pendengaran. Adapun
salah satu cara yang biasanya digunakan untuk melawan halusinasi yaitu dengan
mengalihkan perhatian yang biasa disebut dengan (distraksi) dan relaksasi (Copel,
2012). Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah
untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi,
misalnya rasa sakit (nyeri). Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu
agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih aman, santai, merasa
berada pada situasi yang lebih menyenangkan dan nyaman selama mungkin
(Young & Koopsen, 2012).
Ada beberapa jenis teknik distraksi yang dapat diajarkan pada individu yang
mengalami gangguan jiwa, teknik yang digunakan meliputi distraksi visual
(melihat pemandangan, menonton televisi, membaca koran serta menggambar),
distraksi pendengaran (mendengarkan musik yang disukai contohnya musik yang
tenang seperti musik klasik, mendengarkan suara burung atau gemercik air, dan
dapat juga dilakukan sambil menggerakan tubuh mengikuti irama lagu seperti
bergoyang, mengetukkan jari atau kaki), distraksi bernafas ritmik dengan cara
memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan
inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan
kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan
menghitungan satu sampai empat (dalam hati), dan distraksi intelektual (mengisi
teka-teki silang, bermain kartu, bermain catur serta menulis cerita).
Teknik distraksi ini sangat berpengaruh sekali terhadap individu yang
mengalami gangguan jiwa terutama pada klien yang mengalami halusinasi
pendengaran karena teknik ini digunakan untuk mengalihkan perhatian klien ke
hal lain sehingga stimulus sensori yang menyenangkan dapat merangsang sekresi
endorphin, serta dapat mengontrol dan menurunkan kekambuhan halusinasinya
sehingga menciptakan suasana yang tenang, aman, nyaman, santai dan merasa
berada pada situasi yang lebih menyenangkan. Teknik ini dapat dimasukkan
sebagai strategi pelaksanaan dalam keperawatan jiwa pada strategi pelaksanaanke
3 yaitu bercakap-cakap dengan orang lain dan strategi pelaksanaan ke 4 yaitu
melakukan aktivitas secara terjadwal.Berdasarkan latar belakang tersebut penulis
tertarik untuk melakukan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul teknik
distraksi sebagai strategi untuk menurunkan kekambuhan halusinasi.
Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah
untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi,
misalnya rasa sakit nyeri. Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu
agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai
C. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASNGAN RESTRAIN
1. Pengertian Restrain
Restrain adalah terapi dengan alat yaitu alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisikklien, dilakukan pada kondisi khusus, merupakan
intervensi yang terakhir jika perilaku kliensudah tidak dapat diatasi atau di kontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasilingkungan (Widyodinigrat. R, 2013)
Pengertian dasar restraint adalah membatasi gerak atau membatasi
kebebasan.Pengertian secara internasional adalah suatu cara/ metode/ restriksi
yang disengaja terhadap gerakan/ perilaku seseorang. Dalam hal ini perilaku yang
dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak
disadari/ tidak disengaja/ sebagai suatu reflek.
Pengertian lain adalah suatu tindakan untuk menghambat / mencegah seseorang
melakukan sesuatu yang diinginkan.
2. Jenis Restrain
a) restrain sabuk
b) retrain rompi
c) restrain sarung tapak tangan
d) restrain pengelagan tangan atau pengelangan kaki
e) restrain siku
f) restrain mumi

3. Tujuan Pemasangan Restrain


a. Menghindari hal – hal yang membahayakan pasien selama pemberian asuhan
keperawatan
b. Memberi perlindungan kepada pasien dari kecelakaan (jatuh dari tempat tidur)
c. Memenuhi kebutuhan pasien akan keselamatan dan rasa aman (safety and
security needs)

4. Sasaran Pemasangan Restrain


a. Pasien dengan penurunan kesadaran disertai gelisah
b. Pasien dengan indikasi gangguan kejiwaan (gaduh gelisah)
5. Persiapan Alat
a. Pilihlah restrain yang cocok sesuai kebutuhan
b. Bantalan pelindung kulit/ tulang
6. Persiapan Pasien
a. Kaji keadaan pasien untuk menentukan jenis restrain sesuai keperluan
7. Cara Kerja
a. Perawat cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Gunakan bantalan pada ekstremitas klien sebelum dipasang restrain
d. Ikatkan restrain pada ekstremitas yang dimaksud
e. Longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 menit
f. Kaji kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit dan denyut
nadi padaekstremitas)
g. Catat keadaan klien sebelum dan sesudah pemasangan restrain.

Anda mungkin juga menyukai