Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“MANAJEMEN MUTU DALAM KEPERAWATAN”

Disusun Oleh :

Nama : Ni Kadek Nuriyanti

NIM : 201901149

Dosen : Ns. Sukrang, M.kep

Program Studi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
pertolongan dan pimpinannya sehingga Makalah manajemen keperawatan yang
berjudul “manajemen mutu dalam keperawatan”, dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Kami dalam penulisan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan


dalam menyusun makalah ini dan kami menerima dengan baik semua saran dan
kritikan demi perbaikan penulisan makalah ini.

Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dibidang


pendidikan khususnya di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya
Nusantara Palu.

Palu, 12 oktober 2020

penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..3

BAB I……………………………………………………………………………..4

A. Latar Belakang………………………………………………………………4

B. Tujuan………………………………………………………………………..4

BAB II…………………………………………………………………………….5

A. Pengertian Mutu dalam Pelayanan Keperawatan……………………………5

B. Indikator Mutu Keperawatan………………………………………………..7

C. Audit Internal………………………………………………………………...8

D. Audit Manajemen Personalia………………………………………………11

BAB III…………………………………………………………………………..16

A. Kesimpulan…………………………………………………………………16

B. Saran……………………………………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah
sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam
kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan
pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan demikian
pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat juga seiring
dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013)
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan
fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan
adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola
keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik
kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)
Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan, maka
dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang pengertian, proses, dimensi,
penilaian, strategi, indikator, standar, dan peran dalam menejemen mutu pelayanan
keperawatan sehingga dapat menggambarkan bagaimana manajemen keperawatan
yang bermutu seharusnya dilaksanakan.
B. TUJUAN PENULISAN
Mahasiswa Mengetahui mengenai Manajemen Mutu dalam Pelayanan
Keperawatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mutu dalam Pelayanan Keperawatan


1. Mutu
Pengertian mutu berbeda diantara tiap orang, ada yang berarti
bagus, luxurious, ataupun paling bagus. Tetapi ada beberapa pengertian
mutu menurut para ahli, sebagai berikut:
Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat
kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga
merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan, sedangkan
Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap
keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai
kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan,
standar yang berlaku dan tercapainya tujuan.Mutu tidak hanya terbatas
pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang
menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.
2. Pelayanan Keperawatan
a. Pelayanan
Definisi mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler
(2000, dalam Supranto, 2006) menjelaskan mengenai definisi
pelayanan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu
kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada
dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak
berkaitan dengan fisik produk, sedangkan Tjiptono (2004) menjelaskan
bahwa pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan
itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan dan menghasilkan
sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan.

5
Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai
karakteristik dari pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk
jenis-jenis pelayanan pelayanan sebagai berikut :
 pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan
(equipment based) atau basis orang (people based) dimana
pelayanan berbasis orang berbeda dari segi penyediaannya, yaitu
pekerja tidak terlatih, terlatih atau profesional; Disampaikan
dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan beberapa jenis
pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s precense);
pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan
perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business
need); dan pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba
atau nirlaba (profit or non profit) dan kepemilikannya swasta atau
publik (private or public).
Pengembangan Standar Pelayanan Keperawatan
1) Standar 1
Falsafah dan tujuan Pelayanan keperawatan diorganisasi
dan dikelola agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
optimal bagi pasien sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2) Standar 2
Administrasi dan pengelolaan Pendekatan sistematika yang
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berorientasi pada kebutuhan pasien.
3) Standar 3
Staff dan pimpinan Pelayanan keperawatan dikelola untuk
mencapai tujuan pelayanan.
4) Standar 4
Fasilitas dan peralatan harus memadai untuk mencapai
tujuan peayanan keperawatan.

6
5) Standar 5
Kebijakan dan prosedur Adanya kebijakan dan prosedur
secara tertulis yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
prinsip praktek keperawatan yang konsisten dengan tujuan
pelayanan keperawatan.
6) Standar 6
Pengembangan staf dan program pendididkan Harus ada
program pengembangan dan pendidikan berkesinambungan agar
setiap keperawatan dapat meningkatkan kemampuan
profesionalnya.
7) Standar 7
Evaluasi dan pengendalian mutu Pelayanan keperawatan
menjamin adanya asuhan keperawatan yang mutu tinggi dengan
terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu
dirumah sakit.
B. Indikator Mutu Keperawatan
Indikator Mutu Keperawatan menurut ANA

Kategori Ukuran
Ukuran 1 Angka kematian pasien karena komplikasi operasi
berfokus 2 Angka decubitus
3 Angka pasien jatuh
outcomes 4 Angka psien jatuh dengan cidera
pasien 5 Angka restrain
6 ISK karena pemasangan cateter di ICU
7 Blood stream infection karena pemasangan cateter line central di
ICU dan HDNC
8 VAP di ICU dn HDNC
Ukuran 9 Konseling berhenti merokok pada kasus AMI
berfokus pada 10 Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
intervensi 11 Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
perawat
Ukuran 12 Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak
berfokus pada 13 Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan UAP

7
14 Practice Environment Scale—Nursing Work Index
system 15 Turn over

C. Audit internal
Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan,
independen, obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk
menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu
organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis
dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses
manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola. Audit internal adalah katalis
untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan efisiensi dengan memberikan
wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan penilaian data dan proses
bisnis.
Audit keperawatan internal dilakukan oleh organisasi profesi di
dalam institusi tempat praktik keperawatan, audit keperawatan eksternal
dilakukan oleh organisasi profesi di luar institusi.Kebijakan audit medis di
Rumah Sakit didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 496/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 5 April 2005 tentang
Pedoman Audit Medis di RS, sedangkan untuk audit keperawatan belum ada
kebijakan yang mengatur.
Pelaksana Audit Keperawatan di Rumah Sakit :
1. Tim pelaksana dapat merupakan tim atau panitia yg dibentuk di bawah
Komite Keperawatan atau panitia khusus untuk itu à pelaksana audit
keperawatan di RS dapat dilakukan oleh Komite Keperawatan, Sub
Komite (Panitia) Peningkatan Mutu Keperawatan atau Sub Komite
(Panitia) Audit Keperawatan
2. Pelaksana audit keperawatan wajib melibatkan bagian rekam keperawatan
Pelaksana audit wajib melibatkan SMF mulai dari pemilihan topik,
penyusunan standar & kriteria serta analisa hasil audit keperawatan

8
3. Apabila diperlukan dapat mengundang konsultan tamu atau organisasi
profesi terkait untuk melakukan analisa hasil audit keperawatan &
memberikan rekomendasi khusus
Langkah-langkah (Proses Audit)
a. Identifikasi masalah
Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
1) Adanya standar nasional dan pedoman yang menjadi rujukan praktik
klinis yang lebih efektif Area yang menjadi masalah dapat dijumpai di
lahan praktik
2) Rekomendasi dari pasien dan masyarakat
3) Berpotensi jelas untuk meningkatkan pemberian pelayanan Kaitan
dengan volume, risiko dan biaya tinggi jika upaya perbaikan
diterapkan
b. Menetapkan kriteria dan standar
1) Kriteria adalah pernyataan eksplisit yang didefinisikan sebagai elemen
representatif dari pelayanan yang dapat diukur secara objektif.
2) Standar adalah aspek pelayanan yang dapat diukur, yang selalu
didasarkan pada hasil penelitian yang terbaik (ekspektasi tiap kriteria)
3) Standar & kriteria wajib (Must Do) à merupakan kriteria minimum yg
absolut dibutuhkan utk menjalankan kegiatan sesuai kebutuhan &
harus dipenuhi oleh setiap dokter
4) Standar kriteria tambahan (Should do) à merupakan kriteria-2 dari
hasil riset yg dapat dibuktikan dan penting
c. Pengumpulan data
Untuk menjamin pengumpulan data tepat dan teliti, dan hanya informasi
penting yang dikumpulkan, tentunya detail dari hal-hal yang akan di audit
ditetapkan sejak awal. Diantaranya adalah :
1) Kelompok yang termasuk pengguna pelayanan, dengan tanpa
perkecualian
2) Profesional kesehatan yang termasuk pemberi pelayanan
3) Periode penerapan dari kriteria.

9
d. Membandingkan hasil pengumpulan data dengan standar.
Tahap ini merupakan tahap analisis, dimana hasil dari pengumpulan data
dibandingkan dengan kriteria dan standar.Hasil akhir dari analisis adalah
apakah standar sudah sesuai, jika dapat diaplikasikan, identifikasi alasan
ketidaksesuaian standar dengan kasus.
e. Melakukan upaya perbaikan (Melakukan analisa kasus yg tidak sesuai
dgn standar & kriteria).
Setelah hasil audit dipublikasikan dan didiskusikan, kesepakatan
sebaiknya dibuat sebagai rekomendasi perbaikan. Rencana kegiatan
dilaporkan untuk menentukan siapa yang akan menyetujui, apa yang akan
dilakukan dan kapan akan dimulai. Tiap-tiap poin sebaiknya didefinisikan
dengan jelas termasuk nama-nama individu yang akan bertanggung jawab
dan target waktu pencapaian.
f. Tindakan korektif
g. Rencana re-audit
Aspek struktur, proses dan hasil pelayanan dipilih dan dievaluasi secara
sistematis berdasarkan kriteria eksplisit. Jika diindikasikan, upaya-upaya
perbaikan diterapkan pada tim individu atau tingkat pelayanan dan
monitoring selanjutnya digunakan untuk memberi konfirmasi adanya
perbaikan dalam pemberian pelayanan. Audit klinik adalah suatu
kegiatan berkesinambungan penilaian mutu pelayanan yang dilakukan
para pemberi jasa pelayanan kesehatan langsung (oleh dokter, perawat,
dan atau profesi lain) suatu Rumah Sakit untuk menghasilkan perbaikan-
perbaikan jika hasil penilaian menunjukkan bahwa mutu pelayanan
mereka ternyata dibawah optimal.

D. Audit manajemen personalia


Audit manajemen personalia adalah perencanaan, pengembangan,
pembagian kompensasi, penginterprestasian, dan pemeliharaan tenaga keraja

10
dengan maksud untuk membantu mencapai tujuan perusahaan, individu dan
masyarakat (Ranupandojo dan Husnan, 2002).
Manajemen personalia adalah ilmu seni untuk melaksanakan antara
lain perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, sehingga efektivitas dan
efisiensi personalia dapat ditingkatkan semaksimal mungkin dalam mencapai
tujuan (Nitisemito, 1996:143).
1. TujuanManajemen Personalia
Tujuan manajemen personalia berhubungan dengan tujuan perusahaan
secara umum.Hal ini dikarenakan manajemen perusahaan berusaha untuk
menimbulkan efisiensi dalam bidang tenaga kerja sebagai efisiensi
keuntungan dan kontinuitas.
Tujuan manajemen personalia ada dua macam, yaitu (Manullang,
2001:165) :
a. Production Minded (efisiensi dan daya guna);
b. People Minded (Kerja sama).
Karena itu manajemen personalia ini menyangkut usaha untuk
menciptakan kondisi dimana setiap karyawan didorong untuk
memberikan sumbangan sebaik mungkin bagi majikannya, karena tidak
dapat mengharapkan efisiensi yang maksimal tanpa kerjasama yang
penuh dari para karyawan.
2. Fungsi Manajemen Personalia
Fungsi audit manajemen personalia terdiri dari :
a. Perencanaan. Perencanaan berarti menentukan program personalia
yang akan membantu mencapai tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan. Tujuan ini memerlukan partisipasi aktif dari manajer
personalia.
b. Pengorganisasian. Jika perusahaan telah menentukan fungsi-fungsi
yang harus dijalankan oleh karyawannya, maka manajer personalia
harus membentuk organisasi dengan merancang susunan dari berbagai
hubungan antara jabatan personalia dan faktor-faktor fisik. Organisasi
merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.

11
c. Pengarahan. Apabila manajer sudah mempunyai rencana dan sudah
mempunyai organisasi untuk melaksanakan rencana tersebut, fungsi
selanjutnya adalah mengadakan pengarahan terhadap pekerjaan.
Fungsi itu berarti mengusahakan agar karyawan bekerja sama secara
efektif.
d. Pengawasan. Pengawasan adalah mengamati dan membandingkan
pelaksanaan dengan rencana dan mengoreksinya apabila terjadi
penyimpangan. Dengan kata lain pengawasan adalah fungsi yang
menyangkut masalah pengaturan berbagai kegiatan sesui dengan
rencana personalia yang dirumuskan sebagi dasar analisis dari tujuan
organisasi fundamental.
Fungsi audit manajemen personalia secara operasionalnya terdiri dari :
a. Pengadaan adalah menyediakan sejumlah tertentu karyawan dan jenis
keahlian yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan
tersebut menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan tenaga kerja,
proses seleksi dan penempatan kerja.
b. Pengembangan karyawan yang telah diperoleh dengan malalui
pelatihan dengan tujuan untuk mengembagkan ketrampilan. 
c. Pemberian kompensasi adalah pemberian penghargaan yang adil dan
layak terhadap para karyawan sesuai dengan sumbangan mereka
dalam mencapai tujuan perusahaan.
d. Pengintegrasian adalah menyangkut penyesuaian keinginan dari
individu dengan keungan pihak perusahaan dan masyarakat.
e. Pemeliharaan adalah mempertahankan dan meningkatkan kondisi
yang telah ada. 

E. Keselamatan
Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patien safety) adalah proses
dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih

12
aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen
risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko.
F. Pengertian Kepuasan Pasien
Kepuasan pelanggan adalah indikator utama dari standar suatu fasilitas
kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelanggan
yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan
mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan tersebut, sedangkan sikap
karyawan terhadap pelanggan juga akan berdampak terhadap kepuasan
pelanggan dimana kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu akan
meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan
(Atmojo, 2006)
Menurut Irawan (2003), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan
kinerja denganharapan-harapannya. kepuasan atau ketidakpuasan merupakan
respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja/tindakan
yang dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan.
Hal ini juga dinyatakan oleh Sugito (2005) yang menyebutkan bahwa
tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan, apabila kinerja di bawah harapan maka pelanggan
akan kecewa Pada dasarnya harapan klien adalah perkiraan atau keyakinan
klien tertang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya.
Sedangkan hasil kinerja akan dipersepsikan oleh klien.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas terdapat
kesamaan pandangan bahwa kepuasan pelanggan/klien merupakan ungkapan
perasaan puas apabila menerima kenyataan / pengalaman pelayanan
memenuhi harapan klien.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Klien

13
Menurut Kotler & Amstrong (dalam Huriyati,2005&Rangkuti, 2006)
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan berhubungan dengan tingkah
laku konsumen yaitu
a. Faktor Kebudayaan
Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam
terhadap perilaku pelanggan/klien.Faktor budaya terdiri dari beberapa
komponen yaitu budaya, sub-budaya dan kelas sosial. Budaya
merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar dalam
mempengaruhi keinginan atau kepuasan orang. Sub-budaya terdiri atas
nasionalitas, agama, kelompok, ras, dan daerah geografi. Sedangkan
kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen mempunyai
susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah laku.
Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur
sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan,dan variabel lainnya.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status.
Orang yang berpengaruh kelompok/lingkungannya biasanya orang
yang mempunyai karakteristik, keterampilan,pengetahuan,kepribadian.
Orang ini biasanya menjadi panutan karena pengaruhnya amat kuat.
c. Faktor Pribadi
Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima
pelayanan dan menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap
kedewasaannya. Faktor pribadi klien dipengaruhi oleh usia dan tahap
siklus hidup, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi,
gaya hidup, dan kepribadian/konsep diri.
d. Faktor Psikologi
Faktor psikologi yang berperan dengan kepuasan yaitu motivasi,
persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai
hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan biologis seperti lapar
dan haus, ada kebutuhan psikologis yaitu adanya pengakuan, dan

14
penghargaan. Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan
seseorang mencari kepuasan (Sutojo, 2003).
Menurut Kotler (200 dalam Wijono 1999) menyebutkan bahwa
kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :
pendekatan dan perilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama
kali datang, mutu informasi yang diterima, outcomes pengobatan dan
perawatan yang diterima, prosedur perjanjian, waktu tunggu. Oleh
karena itu kepuasan pasien merupakan respon kebutuhan pasien
terhadap keistimewaan suatu kualitas produk jasa atau pelayanan.
G. Kenyamanan
Kenyamanan didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien
berdasarkan pengukuran kenyamanan. Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan,
ketentraman dan transcendence) serta empat konteks pengalaman (fisik,
psikospiritual, sosial dan lingkungan).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan merupakan suatu
pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-
spiritual yang diberikan oleh perawat profesional kepada pasien (individu,
keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan.
Secara sederhana proses kendali mutu ( Quality Control ) dimulai dari
menyusun strandar – standar mutu, selanjutnya mengukur kinerja dengan
membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang telah ditetapkan.
Apabila tidak sesuai, dilakukakn tindakan koreksi.Bila diinginkan
peningkatan kinerja perlu menyusun standar baru yang lebih tinggi dan
seterusnya
Dalam Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan ada
beberapa Dimensi mutu yang mencerminkan segala pelayanan
keperawatan tersebut diantaranya yaitu Dimensi Tangible atau bukti fisik,
Dimensi Reliability atau keandalan, Dimensi Responsiveness atau
ketanggapan, Dimensi Assurance atau jaminan dan kepastian, dan Empati.

B. Saran
Adapun saran yang diharapkan penulis kepada pembaca agar
pembaca dapat mulai menerapkan manajemen mutu di kehidupan sehari-
hari. Mulai meningkatkan manajemen mutu dan dapat menjaga kualitas
mutu dengan sebaik mungkin.Terutama manajemen mutu dalam pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien maupun pasien sehingga dapat
menjadi perawat yang professional.

16
DAFTAR PUSTAKA

Maequis, Bessie L.2010.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan:teori


&aplikasi.Ed.4.Jakarta.EGC
Kuntoro, agus. 2010. buku ajar menejemen keperawatan. Yogyakarta : nuha
medika
Nursalam.2002.Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan
profesional.Jakarta: Salemba Medika
Menurut Kotler & Amstrong (dalam Huriyati,2005&Rangkuti, 2006)
Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.1. Surabaya :
Airlangga University Press.

17

Anda mungkin juga menyukai